Anda di halaman 1dari 8

C.

KONSEP EVALUASI HASIL BELAJAR

Pengertian eveluasi adalah: sebuah istilah pembuatan penetapan tentang nilai yang
menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang sistematis, yang digunakan untuk
memperoleh informasi umum mengenai belajar siswa dan pembelajaran yang telah di lakukan
oleh guru, baik menggunakan penelitian data dengan cara (pengamatan, penganalisaan data,
penilaian penampilan atau proyek) dan pembentukan nilai serta pertimbangan mengenai
kemajuan belajar siswa untuk menentukan ketetapan atau keputusan alternative mengenai belajar
siswa baik kwalitatif maupun kwantitatif sehingga dapat mengetahui mutu dan evektivitas atau
nilai suatu program pembelajaran yang telah di lakukan atau penentu keputusan terhadap langkah
pembelajaran yang akan datang.

Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melaului
interaksi dengan lingkungan. Jadi hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar Sedangkan menurut A.J. Romozouskijadi hasil belajar
merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan ( input). Masukan dari
sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah merupakan
perbuatan atau kinerja(performance).

Hasil belajar secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga indicator, yaitu:

1. Efektivitas pembeelajaran, yang biasanya diukur tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari
sudut;
2. Efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu pembelajaran dan atau biaya
pembelajaran;
3. Daya tarik pembelajaranyang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar terus-
menerus.

Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang didekasikan suatu
kemampuan (kapabilitas) yang diperoleh.

Gagne (1985) ada lima kategori hasil belajar, yaitu:

1. Informasi verbal
2. Kemahiran intelektual
3. Pengaturan kegiatan kognitif
4. Sikap, dan
5. Keterampilan motorik
Menurut Bloom dan Gagne (1985) hasil bejalar dipengaruhi tiga factor yaitu kemampuan
kognitif, motivasi prestasi, dan kualitas pembelajaran.

Sehingga dapat dikatakan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata
setelah dilakukan peroses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
Tujuan Evaluasi Hasil Belajar (Pendidikan)
1. Tujuan Umum
a) Untuk menghimpun data tentang taraf kemajuan dan perkembangan peserta didik, setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sampai di mana
keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan kurikuler).
b) Untuk mengetahui efektifitas metode pengajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk merangsang peserta didik dalam program pembelajaran
b) Untuk mencari faktor keberhasilan dan kegagalan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Secara umum evaluasi (penilaian) memiliki banyak fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara
lain:
1. Fungsi selektif. Dengan evaluasi, guru dapat menyeleksi peserta tes (siswa) dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Berkaitan dengan tujuan ini beberapa hal yang dapat diambil dari
evaluasi adalah:
a) menentukan layak diterima atau tidak seorang peserta tes
b) menentukan layak dinaikkan atau tidak seorang siswa ke kelas berikutnya
c) menentukan layak dilepas atau tidak seorang siswa dari lembaga tempat belajar.
d) menentukan siswa yang layak untuk menerima beasiswa
2. Fungsi diagnosa. Untuk mengetahui dalam hal apa seorang siswa mempunyai kelemahan dalam
belajar.
3. Fungsi penempatan. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh, guru dapat menentukan di mana
posisi anak yang tepat.
4. Fungsi pengukuran keberhasilan. Dalam hal ini adalah keberhasilan program. Termasuk
pencapaian tujuan dan metode serta penggunaan sarana.

Penyusunan Tes Hasil Belajar


Dalam pengukuran hasil belajar kita memerlukan alat-alat yang digunakan dalam pengukuran
seperti tes. Jika tes yang akan digunakan sudah tersedia dan cukup memenuhi syarat maka kita
tinggal memilih tes yang telah tersedia. Tetapi apabila tes tersebut belum ada maka kita harus
menyusun sendiri tes yang akan dipergunakan. Dalam penyusunan tes hasil belajar ada beberapa
langkah yang harus ditempuh, seperti:
1. Menyusun Layout
Suatu tes hasil belajar baru dapat dikatakan tes yang baik apabila materi yang tercantum
dalam item-item tes tersebut merupakan pilihan yang cukup mewakili terhadap materi pelajaran
yang diungkapkan dalam item-item suatu hasil belajar, hanya menyangkut sebagian kecil dari
keseluruhan materi yang dikuasai oleh murid-murid.
Untuk mendapatkan suatu tes hasil belajar yang cukup mewakili terhadap bahan yang
ditetapkan dapat dilakukan dengan mengadakan analisa rasional. Artinya kita mengadakan
analisa berdasarkan fikiran-fikiran yang logis, bahan-bahan apa yang perlu kita kemukakan
dalam suatu tes, sehingga tes yang kita susun tersebut benar-benar merupakan pilihan yang
mewakili terhadap ketentuan yang terdapat pada sumber-sumber tertentu seperti: tujuan
pengajaran, rencana pengajaran, buku-buku pedoman, dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Dalam layout ada hal penting yang perlu dicantumkan, yaitu:
a. Ruang lingkup dari pengetahuan yang akan diukur sesuai dengan rencana pelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum
b. Proporsi jumlah item dari pada tiap-tiap sub materi. Proporsi jumlah item untuk tiap-tiap sub
materi hendaknya sesuai dengan proporsi dari pada luas masing-masing sub materi.
c. Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur, seperti: aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
d. Bentuk tipe tes yang akan dipergunakan lebih dari satu bentuk.

2. Menulis Soal
Setelah kita menyusun layout, maka langkah selanjutnya adalah menuliskan pertanyaan-
pertanyaan. Untuk menuliskan soal-soal yang baik harus berpedoman kepada sasaran-sasaran
atau tujuan pengajaran dalam penyusunan item untuk tiap-tiap tipe tes. Banyaknya item yang
ditulis hendaknya lebih banyak daripada yang diperlukan, sehingga dapat memilih item yang
lebih baik.
3. Menata Soal
Setelah soal-soal yang diperlukan untuk suatu tindakan evaluasi mencukupi maka langkah
selanjutnya ialah mengatur soal-soal tersebut. Dalam pengaturan ini kita kelompokkan soal-soal
itu menurut bentuknya, seperti pilihan ganda, essay, dan menjodohkan.
Disamping pengaturan menurut bentuknya, soal itu hendaknya diatur pula menurut taraf
kesukarannya dari mulai taraf ringan, sedang, sampai taraf berat.
4. Menetapkan Skor
Langkah selanjutnya yaitu, menetapkan besarnya skor yang diberikan untuk setiap item. Artinya
kita tetap beberapa skor yang akan diberikan untuk setiap jawaban murid. Cara menskor yang
banyak dilakukan adalah memberikan skor satu untuk setiap jawaban yang betul.
Tetapi kerap kali diperlukan cara pemberian skor lain pula, misalnya untuk menhindari
terjadinya pemberian skor yang terlampau rendah atau terlampau tinggi untuk pertanyaan-
pertanyaan tertentu. Dalam hal ini dipergunakan skor yang sebelumnya telah ditetapkan
besarnya, yaitu yang mengenai prinsip-prinsip pokok disediakan skor yang lebih besar daripada
pertanyaan-pertanyaan yang kurang penting.
5. Reproduksi Tes
Setelah semua langkah-langkah tersebut diatas dilampaui, maka langkah terakhir adalah
memproduksi tes. Reproduksi ini dapat dalam bentuk ketikan atau cetakan. Jumlah reproduksi
kita sesuaikan dengan jumlah kebutuhan.
6. Analisa empiris terhadap suatu tes hasil belajar
Apabila suatu tes telah selesai kita laksanakan maka hasil-hasil yang ditimbulkan oleh tes tadi
kita adakan analisa. Analisa yang kita lakukan setelah suatu tes selesai dilaksanakan adalah untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kualitas daripada item-item yang kita gunakan?
b. Apakah item-item tersebut sudah cukup baik atau belum?
c. Kalau belum dimana letak kelemahannya?
d. Apakah item tersebut masih bisa direvisi atau harus dihapus?
Analisa semacam ini disebut analisa empiris. Dengan analisa empiris ini dapat kita ketahui
apakah tes yang kita susun itu sudah merupakan tes yang baik atau belum? Dengan analisa
empiris ini dapat diketahui item-item mana yang perlu diubah atau diperbaiki bahkan dihapus,
dan item-item mana yang baik dipergunakan untuk selanjutnya.
umumnya suatu tes hasil belajar baaru merupakan tes yang baik, setelah diadakan revisi
beberapa kali, berdasarkan hasil-hasil analisa empiris. Oleh karena itu, analisa empiris perlu
dialakukan melaui analisa empiris ini akan diketahui kelemahan-kelemahan dari suatu item yang
kita gunakan yang selanjutnya kelemahan-kelemahan tersebut diperbaiki.
Dengan analisa empiris yang berulang kali kita lakukan akan mendapatkan item-item tes
yang cukup baik. Item-item yang cukup baik ini dapat kita simpan dalam bank soal dan dapat
digunakan untuk keperluan evaluasi selanjutnya.

B. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Untuk mengetahui keberhasilan belajar maka kita harus melihat beberapa criteria
keberhasilan belajar. menurut sudjana (2004),

1. apakah hasil belajar yang diperoleh Nampak dalam bentul perubahan tingkah laku secara
menyeluruh

2. apakah hasil belajar yang dicapai dapat diaplikasikan dalam kehidupan

3. apakah hasil belajar yang dicapai dapat bertahan lama diingat dan mengendap dalam
pikiran serta cukup mempengaruhi prilaku

C. TES HASIL BELAJAR

Secara harfiah tes berasal dari bahasa prancis kuno “testum” dengan arti piring untuk
menyisihkan logam–logam mulia “(maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan
dapat di peroleh jenis – jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi ) dalam bahasa inggris
ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan dengan tes yang mempuyai
pengertian ‘ Ujian atau Percobaan”. Sedangkan menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas
atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu , dengan
maksud untuk membandingkan kecakapan mereka , satu dengan yang lain. Sedangkan menurut
Lee . J .Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of psychological testing, tes merupakan
suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.

Tes dapat diartiakan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seprangkat tugas yang
harus dikerjakan oleh anak atau sekolompok anak agar diperoleh nilai tentang tingkah laku atau
prestasinya .menurut anas sudijono tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian Tes ini digunakan agar melatih peserta didik untuk memilih
fakta yang relevan dengan persoalan, dan mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan
satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.

Dari definisi – definisi tersebut kiranya dapat difahami bahwa dalam dunia eveluasi
pendidikan , yang dimaksud dengan tes adalah cara ( yang dapat dipergunakan ) atau prosedur (
yang perlu ditempuh ) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan , yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas ( baik berupa pertanyaan – pertanyaan ( yang
harus di jawab ), atau perintah – perintah ( yang harus di kerjakan ) oleh testee, sehingga ( atas
dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut ) dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai–
nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau di bandingkan dengan nilai–nilai standart tertentu,
Namun perlu kita ingat bahwa di dalam pelaksanaan tes itu ada beberapa cara dalam penyusunan
tes hasil belajar diantaranya .

1. TES BENTUK URAIAN :

Tes bentuk uraian Adalah merupakan suatu bentuk soal yang harus di jawab atau
dipecahkan oleh testi dengan cara mengemukakan pendapatnya secara terurai. . Pada tes uraian
testi mepuyai kesempatan yang luas untuk mengemukakan pendapat dan analisanya dalam
menjawab persoalan , Tes uraian sering juga disebut sebagai tes subjektif ( subjektif tes ) , karena
memang jawaban siswa sangat bersifat subjektif yang memungkinkan timbulnya fariasi jawaban.
Sifat subjektif dalam tes uraian tidak hanya terletak dalam isi jawaban siswa, melainkan juga bisa
muncul dalam proses pemeriksaaan jawaban. Unsur subjektivitas dalam penyekoran tes uraian
lebih besar kemungkinannya dari pada tes objektif. Tes uraian biasanya digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif yang relative tinggi dan komplek. Tes uraian jarang digunakan
untuk mengungkap hal- hal yang factual, karena hal itu akan lebih efektif diungkap dengan tes
objektif. Hal lain yang perlu digunakan dalam penggunaan tes uraian adalah segi kepraktisan.
Tes uraian biasanya digunakan jika jumlah test tidak terlalu banyak. Tes uraian terhadap test
berjumlah banyak akan sangat merepotkan penguji dalam memeriksa jawaban test.

KEBAIKAN-KEBAIKAN TES URAIAN

kebaikan-kebaikan tes uraiana dalah sebagai berikut:

1. Dapat mengungkap aspek – aspek pengetahuan atau perilaku yang komplek secara
leluasa.
2. Menuntut siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan dalam menjawab persoalan
3. Menuntut kreativitas siswa untuk mengorganisasikan sendiri jawabannya.
4. Dapat melihat jalan pemikiran siswa dalam menjawab persoalan .
5. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menebak jawaban .
6. Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
7. Murid tidak dapat menerka – nerka jawaban soal
8. Tes ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang
kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes objektif
9. Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat – kalimatnya.
10. Jawaban diungkapkan dalam kata – kata dan kalimat sendiri sehingga tes ini dapat
digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat
11. Tes ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan
persoalan, dan mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil
pemikiran yang terintegrasi secara utuh.

KEKURANGAN TES URAIAN adalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas


2. Menimbulkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban, sehingga tidak ada
rumusan jawaban yang pasti .
3. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subyektif dan kurang reliable dalam proses
penyekoran
4. Proses penyekoran sering tergangu oleh factor – factor lain diluar maksud pengukuran :
misalnya keindahan dan kerapian tulisan.
5. Sukar dinilai secara tepat
6. Bahan yang diukur terlalu sedikit sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap keseluruhan kurikulum ,
7. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional ;
8. Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.
9.
TES BENTUK PILIHAN BENAR / SALAH ATAU MULTIPLE CHOICE)
Tes bentuk pilihan benar / salah atau multiple choice adalah ; merupakan suatu
bentuk soal yang disajikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat berita yang
mengandung dua kemungkinan , yaitu benar atau salah. Testee diminta pendapatnya
tentang pernyataan – pernyataan tersebut sesuai dengan petunjuk yang ada. Misalnya
testee ditugaskan untuk melingkari huruf B Jika penyataan dianggap benar dan melingkari
huruf S Jika pernyataan dianggap salah. Soal ini tepat digunakan untuk mengukur
kemampuan mengidentivikasi kebenaran fakta prinsip, dan sejenisnya. Peluang untuk
pemebak jawaban cukup besar karena alternative jawaban hanya ada dua.

KEBAIKAN TES BENTUK PILIHAN BENAR / SALAH ATAU MULTIPLE


CHOICE).
1. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal relative lebih singkat . Sehingga butir –
butir soal dapat dibuat dalam jumlah banyak , dengan jumlah soal yang banyak lingkup
bahan ajar yang diungkap bisa memiliki cakupan yang luas.
2. Panjang pendeknya suatu tes ( banyak - sedikitnya jumlah butir soal ) bisa berpengaruh
terhadap kadar reliabilitas. Suatu tes yang memiliki butir soal yang banyak akan
cenderung lebih reliable dibandingkan dengan tes yang berjumlah sedikit . serta tes ini
dapat disusun dalam jumlah banyak. Disamping itu pula Tes Bentuk Pilihan Benar / Salah
Atau Multiple Choice ini proses penyetoran tes ini dapat dilakukan secara tepat.
3. Adanya kemungkinan variasi dalam jawaban dan penyekoran yang dapat mengurangi
kadar reliabilitas suatu tes. Dengan demikian mudah dipahami , sebuah tes yang dibuat
dalam jumlah banyak akan memungkinkan untuk memiliki kadar reliabilitas yang lebih
tinggi.
4. Proses penyekoran dapat dilakukan secara mudah , karena kunci jawaban dapat dibuat
secara pasti , bahkan pemeriksaan oleh orang lain pun dapat dilakukan secara akkurat.
5. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif , karena jawaban dan kunci jawaban
sudah dapat ditentukan secara pasti.

KEKURANGAN TES BENTUK PILIHAN BENAR / SALAH ATAU MULTIPLE


CHOICE).
1. Terdapat kemungkinan untuk menebak jawaban dengan tepat, Kecuali dalam tes jawaban
singkat / isian. Dalam tes Bentuk Pilihan Benar / Salah Atau Multiple Choice pada
umumnya kemungkinan jawaban itu sudah disediakan, dan testee tinggal memilih
alternative jawaban yang tepat , Dalam keadaan seperti ini, meskipun testee tidak tidak
mengetahui jawaban yang benar terhadap suatu soal, masih ada kesempatan bagi yang
bersangkutan untuk menjawab soal dengan benar. Yaitu dengan cara menebak.
2. Tidak mengetahui jalan pikiran testee dalam menjawab suatu persoalan . Dalam kaitan ini
penguji hanya mengetahui jawabannya , sedangkan bagaimana cara dan prosedur testee
menjawab tidak diketahui.
3. Membatsi kreatifitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri, karena jawaban - jawaban
terhadap persoalan sudah di sediakan.
4. Bahan ajar yang diungkap dengan tes bentuk pilihan benar / salah atau multiple choice,
pada umumnya lebih terbatas pada hal – hal yang factual. Pengungkapan ke dalam
perilaku dengan tes bentuk pilihan benar / salah atau multiple choice ini tidak seleluasa
seperti dengan tes urai.

Anda mungkin juga menyukai