Konstruksi Baja Konstruksi Beton Kuliah Teknik Sipil Manajemen Kontraktor Skripsi Teknik Sipil TRANSPORTASI
Contoh Menghitung dan Menyusun Jaringan PDM Cara Menghitung Jalur Kritis dan Float
4
Sarjana Teknik mendapat gelar
Insinyur sesuai UU no 11 Tahun 2014 5
Jenis-Jenis Alat Transportasi Laut
6
Free Download Ebook Struktur Beton
7
Macam Macam Alat Transportasi
8
Menyusun Jadwal Metode Jalur Kritis (
CPM ) 9
Model Keramik Lantai Rumah
Minimalis 1
Kampus Teknik Sipil Headline 0
Materi ini merupakan Lanjutan dari Materi sebelumnya yaitu tentang Analisis
Penjadwalan Proyek dengan Metode Diagram Preseden ( PDM ). Kalau pada materi
sebelumnya kita membahas tentang Fungsi dan perbedaan antara Metode PDM dengan
Metode CPM serta Metode PERT, maka kali ini lebih mengarah ke Cara Menghitung
dan Menyusun Jaringan PDM. ↑ Grab this Headline Animator
Ikuti
► 2012 (19)
Data Proyek terdiri dari 6 Kegiatan
► 2013 (432)
▼ 2014 (39)
▼ Januari (25)
Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan jalur kritis dan kurun waktu penyelesaian Manfaat Konsep Sistem Manajemen Proyek
proyek.
Studi Kelayakan Investasi Proyek
Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Tips Memilih Kontraktor Interior Rumah
Membuat denah node sesuai jumlah kegiatan seperti diperlihatkan pada Gambar Teknik Evaluasi dan Review Proyek ( PERT
dibawah ini. )
► Februari (2)
Denah Node Proyek Sesuai Tabel diatas
► Maret (5)
Menentukan urutan kegiatan, konstrain, dan melengkapinya dengan atribut seperti ► Juni (4)
diperlihatkan pada Gambar ini. ► Juli (2)
► Agustus (1)
► 2015 (1)
Materi Populer
Akhimya, setelah angka-angka E5, EF, L5, dan LF dimasukkan ke dalam node yang
bersangkutan, maka diperoleh diagram PDM yang lengkap dibawah ini.
Jaringan_PDM_lengkap_dengan_atribut_dan_simbol
Kegiatan C bukanlah kegiatan kritis karena L5 tidak sama besar dengan E5, demikian juga
LF tidak sama besar dengan EF. Float kegiatan C = LF(3)-EF(3) = L5-E5 = 14-13 = 8-7 =
1
Terlihat bahwa angka 24 hari lebih kecil dari pada angka masing-masing kegiatan kritis
bila dijumlahkan (5 + 6 + 7 + 6 + 8 = 32). Hal ini karena kegiatan-kegiatan tersebut
tumpang tindih.
Interupsi Kegiatan
Oleh karena alasan tertentu, dalam PDM kadang-kadang dijumpai suatu kegiatan
dihentikan dan pelaksanaan selanjutnya dari sisa kegiatan tersebut ditunda. Hal ini
dikenal sebagai splitting atau interupsi. Contoh di bawah ini menjelaskan hal tersebut.
Kedua kegiatan menggali tanah dan meletakkan pipa dikerjakan secara tumpang tindih
mengikuti konstrain antara keduanya.
Penyajian dengan PDM dan analisis selanjutnya dengan CPM/ AOA pada Gambar dibawah
ini, akan mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu adanya interupsi
pada pekerjaan memasang pipa 4-5-6.
Interupsi kegiatan
Ini disebabkan karena konstrain ss (1-2) = 3, sehingga pekerjaan meletakkan pipa harus
dimulai 3 hari (bila dipakai hari sebagai satuan waktu) sesudah pekerjaan menggali tanah
mulai.
Jadi, konstrain ini menentukan kedudukan peristiwa E (4). Adapun konstrain lain, yaitu FF
(1-2) menentukan kedudukan E(6), di mana pekerjaan memasang pipa harus selesai 4
hari setelah pekerjaan menggali tanah selesai E (3).
Sehingga peristiwa E (6) jatuh pada hari ke-15 (11 + 4), dan peristiwa E (5) yang
waktunya sama dengan E (3), haruslah terjadi pada hari ke-11.
Akibatnya, kegiatan memasang pipa 4-5-6 mengalami penundaan atau berhenti selama 3
hari (15 - 5 - 4 - 3 = 3) . Pada contoh di atas jalur kritis adalah 1 - 2 - 3 - 5 - 6 dengan
total waktu 15 hari.
Umumnya dikatakan interupsi akan terjadi bila kombinasi berbagai konstrain terhadap
kegiatan yang bersangkutan menghasilkan EF dan E5 atau LF dan L5, yang perbedaannya
melebihi kurun waktu kegiatan tersebut.
Untuk contoh di atas, hal ini terlihat konstrain-konstrain FF (1-2) menentukan EF dan 55
(1-2 ) menentukan ES pekerjaan meletakkan pipa, di mana angka EF - E5 = 15 - 3 = 12
lebih besar dari kurun waktu pekerjaan yang bersangkutan (= 9). Dan ini mengakibatkan
interupsi selama 12 - 9 = 3 hari
Pengaruh Interupsi Terhadap Pekerjaan
Atau mengundurkan mulainya pekerjaan meletakkan pipa dari hari ke-3 menjadi hari
ke-6. Cara pertama mungkin berpengaruh terhadap efisiensi pekerjaan, sedangkan cara
kedua harus diteliti betul-betul apakah tidak berakibat terhadap penyelesaian proyek
secara keseluruhan.
Ini terjadi, misalnya pada hari ke-4 pelaksanaan proyek, telah direncanakan memulai
pekerjaan inspeksi pipa-pipa yang telah diletakkan di parit galian. Jadi, kalau pekerjaan
meletakkan pipa baru dimulai pada hari ke-6, maka pekerjaan inspeksi belum dapat
dimulai, sehingga akan mengacaukan jadwal pekerjaan inspektor, demikian pula terhadap
jadwal penyelesaian proyek.
KLIK IKUTI
Share on : Tweet
0 komentar:
Posting Komentar
MOHON MASUKAN DAN PENDAPAT ANDA TENTANG ARTIKEL DI ATAS JIKA DALAM
TULISAN ADA YANG SALAH MOHON SARAN DAN KRITIKANNYA DALAM RANGKA
PENYEMPURNAAN ILMU TEKNIK SIPIL SAYA
Publikasikan Pratinjau
Beranda Contact Me About Me Kebijakan Privasi DISCLAIMER DAFTAR ISI BLOG Download Buku Teknik Sipil
Copyright © 2013 Kampus Teknik Sipil Indonesia. Diberdayakan oleh Blogger.