OLEH :
Thaibatul Aslamiyah
1648401110092
Oleh :
THAIBATUL ASLAMIYAH
NPM. 1648401110092
i
ii
ii
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
Thaibatul Aslamiyah
1648401110092
Gambaran Kasus
Interaksi obat merupakan modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau
toksisitas satu obat atau lebih berubah, efek-efeknya bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki
sebelumnya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap
interaksi obat salah satunya faktor polifarmasi. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui potensi terjadinya interaksi obat yang meliputi interaksi Mayor,
Moderat dan Minor pada peresepan polifarmasi di puskesmas x. Dari hasil data
yang didapat lembar resep yang berinteraksi sebanyak 29 dari 40 lembar resep.
Dari data tersebut dapat dihitung hasil interaksi potensial mayor sebanyak 11
interaksi, moderat 36 interaksi sedangkan minor sebanyak 15 interaksi.
Kata kunci : Resep, Interaksi obat, Polifarmasi
Daftar rujukan : 23 (1989-2018)
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan HidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Potensi
Terjadinya Interaksi Obat Pada Resep Polifarmasi Dengan Studi Retrosfektif Di
Puskesmas X Kota Banjarmasin”. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam melaksanakan tugas akhir yaitu Laporan
Tugas Akhir dan Ujian Akhir Program di Program Studi D3 Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
Penulis menyadari bahwa selesainya Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
v
7. Seluruh dosen pengajar di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan semangat dan motivasi
serta do‟anya selama ini
9. Teman-teman D3 Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang
telah memberikan dorongan serta semangat dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu selama penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang
telah membantu. Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sekiranya dapat memperbaiki Laporan Tugas Akhir ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarmasin, 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................ iii
GAMBARAN KASUS ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ..................................................................... 4
2.1 Resep............................................................................................... 4
2.2 Interaksi Obat.................................................................................. 6
2.3 Polifarmasi .................................................................................... 10
2.4 Puskesmas ..................................................................................... 11
2.5 Kerangka Konsep.......................................................................... 12
BAB 3 TINJAUAN KASUS........................................................................ 14
3.1 Waktu dan tempat pengambilan data ............................................ 14
3.2 Gambaran Umum.......................................................................... 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 18
4.1 Hasil .............................................................................................. 18
4.2 Pembahasan ................................................................................. 19
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 23
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 23
5.2 Saran ............................................................................................ 23
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejadian potensi interaksi obat yang diperoleh dari lembar resep masih relatif tinggi
yaitu hampir 40%. Hal ini tentunya juga menjadi salah satu kewajiban tenaga
kesehatan untuk mewaspadai serta memberikan perhatian yang lebih terhadap
potensi kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi (Anisa & Abdulah, 2012).
Potensi interaksi obat dianggap penting secara klinik apabila dapat mengakibatkan
peningkatan toksisitas atau justru menurunkan efek terapi dari obat-obat tersebut.
Interaksi antara obat-obat dapat dikurangi atau diperkecil kemungkinannya salah
satunya dengan cara menghindari penggunaan terapi polifarmasi yang tidak
dibutuhkan (Rikomah, 2016).
Pada peresepan yang diberikan oleh dokter, sering ditemukan kejadian drug related
problems (DRPs) yang salah satunya yaitu interaksi obat. Interaksi obat diakibatkan
adanya kejadian efek suatu obat diubah akibat adanya obat lain, semisal obat herbal,
makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam suatu lingkungan (Hendera &
Rahayu, S, 2018).
Interaksi obat merupakan modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan
pada awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas satu
obat atau lebih berubah, efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas
atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Efek keparahan
interaksi obat dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan pasien yang
lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi
obat salah satunya faktor polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat
sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan logis-rasional
dihubungkan dengan diagnosa yang diperkirakan (Syamsudin, 2011).
1
2
Meningkatnya kejadian interaksi obat bisa disebabkan makin banyaknya obat yang
digunakan ataupun makin seringnya penggunaan obat (polipharmacy atau multiple
drug therapy). Farmasis yang mempunyai pengetahuan farmakologi dapat berperan
untuk mencegah interaksi obat akibat kombinasi obat dengan efek yang tidak
diinginkan (Hendera & Rahayu, S, 2018).
Alasan mengambil kasus ini, disalah satu puskesmas X di kota Banjarmasin karena
banyak nya obat yang tertulis dalam satu resep yang mana ini mungkin saja terjadi
interaksi antara obat dengan obat atau obat dengan penyakit atau bahkan obat
dengan makanan/minuman. Sehingga tertarik untuk mengambil kasus ini untuk
mengetahui seberapa banyak terjadi interaksi antara obat dengan obat dan termasuk
dalam kategori mana apakah mayor, moderat atau ringan.
3
2.1 Resep
2.1.1 Definisi
Menurut Permenkes RI No.9 Tahun 2017, menyebutkan bahwa
“Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. Resep memiliki nama lain yaitu
Formulae Medicae, resep memiliki beberapa jenis di antaranya:
2.1.1.1 Resep standar, yaitu resep yang komposisinya sudah
dibakukan dan dituliskan dalam farmakope atau buku resep
standar lainya yang penulisan resepnya sesuai buku standar.
2.1.1.2 Resep Polifarmasi, yaitu yang sudah dimodifikasi atau
diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal
yang diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih
dahulu.
2.1.1.3 Resep Obat jadi, yaitu berupa obat paten, merek dagang atau
pun generik dan dalam pelayanan tidak mengalami
peracikan. Buku referensi, Organisasi Internasional untuk
Standarisasi (ISO), Indonesia Index Medical Specialities
(IIMS), Daftar Obat Indonesia (DOI) dan sebagainya.
2.1.1.4 Resep Obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama
generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam
pelayanan bisa tidak mengalami peracikan (Jas 2009)
2.1.1.5 Resep asli bersifat rahasia dan harus disimpan di apotek
dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun (Permenkes,
2017).
4
5
Interaksi obat dibagi menjadi dua yaitu interaksi obat dengan non obat dan
interaksi obat dengan obat. Interaksi obat dengan non obat yang dimaksud
adalah interaksi dengan makanan dan interaksi fisik obat (pH yang tidak
7
sesuai, ada reduktor dan oksidator dalam larutan, terpapar cahaya, reaksi
dengan bahan wadah, atau reaksi dengan bahan tambahan). Interaksi obat
dengan obat adalah interaksi obat yang paling umum dan sudah banyak
dideskripsikan di buku referensi (Honore, 2015).
2.3 Polifarmasi
2.3.1 Pengertian
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah banyak dan tidak
sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Meskipun istilah polifarmasi
telah mengalami perubahan dan digunakan dalam berbagai hal dan
berbagai situasi, tetapi arti dasar dari polifarmasi itu sendiri adalah obat
dalam jumlah yang banyak dalam suatu resep (dan atau tanpa resep)
untuk efek klinik yang tidak sesuai. Jumlah yang spesifik dari suatu obat
yang diambil tidak selalu menjadi indikasi utama akan adanya
polifarmasi akan tetapi juga dihubungkan dengan adanya efek klinis yang
sesuai atau tidak sesuai pada pasien (Rambadhe et al., 2012).
2.4 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat disebut Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Permenkes RI No.74 Tahun 2016).
Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas)
Ringan/Minor Berat/Mayor
Efeknya mungkin dapat Sedang/Moderat
Efeknya dapat
menyusahkan tetapi Efeknya dapat
menyebabakan
datap diatasi dengan menyebabkan
kematian/kerusakan yang
baik kerusakan organ
permanen
Pengambilan data resep dengan pertimbangan seperti obat yang tertulis lebih
dari 5 macam obat, tidak boleh ada obat topikal, obat herbal, obat vitamin dan
mineral.
14
15
Mengambil data sebanyak 40 sampel. Yang mana resep yang terdapat 5 atau
lebih obat dalam satu resep. Kemudian di lihat apakah interaksi yang terjadi
ringan (minor), sedang (moderat) atau berat (mayor) dengan menggunakan
apliaksi drug.com.
16
Ketiga : setelah dimasukkan semua nama obat yang ingin kita lihat
interaksinya, klik check for interactions
18
Keempat : maka akan muncul interaksi yang ingin kita lihat, apakah
interaksi mayor,moderat atau minor. Dan juga ada penjelasan mengenai
interaksi tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada penelitian ini terdapat resep yaitu resep polifarmasi yang masuk dalam
kriteria yaitu lima atau lebih obat dalam satu resep, data di ambil sebanyak 40
resep yaitu pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret. Berdasarkan
tingkat keparahanya potensi interaksi obat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
interaksi mayor, interaksi moderat, interaksi minor. Kejadian interaksi obat
berdasarkan tingkat keparahannya, sebagai berikut :
Jumlah R/ DDI’s
Jumlah Lembar
Jumlah Pada
Lembar Resep Mayor Moderat Minor Total
R/ Lembar
Resep Berintraksi (%) (%) (%) (%)
Berintraksi
40 205 29 120 11 36 15 62
Persentase Potensi interaksi obat
17,7% 58,1% 24,2% 100%
29/40x100% = 72,5%
Dari hasil data tabel 4.1 terdapat lembar resep yang memenuhi kategori yaitu
resep polifarmasi (mengandung lima atau lebih obat didalam resep) lembar
resep yang berinteraksi sebanyak 29 dari 40 lembar resep. Dari data tersebut
dapat dihitung persentasi potensi interaksi obat antar obat sebesar 72,5% pada
lembar resep.
Dalam suatu resep yang mana dalam resep polifarmasi, satu resep bisa terjadi
tiga interaksi sekaligus yaitu bisa mayor, moderat atau minor. Dan bahkan bisa
terjadi dua interaksi moderat misalkan, yang mana sama interaksi tapi berbeda
obat nya dalam satu interaksi. Jadi tidak selalu dalam satu resep hanya terjadi
satu interaksi tapi bisa saja terdapat lebih dari satu interaksi.
19
20
4.2 Pembahasan
Resep polifarmasi berpotensi meningkatkan interaksi obat, efek samping obat,
dan masalah lain. Polifarmasi (jumlah obat ≥ 5 macam) dapat didefenisikan
sebagai penggunaan satu pengobatan yang lain atau juga peningkatan jumlah
pengobatan yang digunakan sehingga mecapai lima atau lebih jenis obat. Obat
topikal dan herbal tidak termasuk kriteria polifarmasi. Vitamin dan mineral
yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan juga tidak termasuk dalam
pengukuran polifarmasi disebebakan karena keterlibatanya yang tidak
konsisten (Andriane et al., 2016). Polifarmasi merupakan penggunaan obat
dalam jumlah yang banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien
(Annisa, 2012).
farmakodinamik tentang pengaruh obat terhadap tubuh yaitu efek suatu obat
akan menambah (sinergisme) efek obat lainnya atau mengurangi (antagonisme)
efek obat kedua tersebut (Harkness, 1989).
Dari persentase potensi interaksi obat dengan obat didapat sebesar 72,5%. Dan
hasil yang termasuk kelompok mayor sebanyak 11 (17,7%), moderat 36
(58,1%) sedangkan minor sebanyak 15 (24,2%). Hal ini menunjukkan bahwa
potensi interaksi moderat lebih banyak terjadi pada pasien dibandingkan
interaksi mayor dan minor, ini menjadi hal yang harus diperhatikan yaitu
memonitoring setiap lembar resep yang mengandung lima atau lebih jumlah
obat dalam resep.
Pada hasil persentase didapat interaksi moderat paling banyak terjadi salah satu
nya antara obat metformin dengan natrium diclofenak dari dua obat ini yang
mana natrium diclofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
dan metfomin merupakan obat untuk penderita diabetes tipe 2, obat ini dapat
menurunkan kadar gula dalam darah tanpa meningkatkan sekresi insulin.
Interaksi yang terjadi yaitu kadar gula darah turun terlalu rendah, gejala
hipoglikemia yang dilaporkan gelisah, pingsan, lesu, berkeringat, bingung,
aritmia jantung, takhikardia, dan gangguan penglihatan (Harkness, 1989).
Interaksi yang kedua paling banyak yaitu interaksi minor, interaksi minor
adalah interaksi obat yang menimbulkan efek yang sangat kecil. Interaksi yang
ditimbulkan tidak memberikan akibat yang membahayakan bagi pasien, dan
biasanya hanya berakibat pada meningkatnya efek samping obat (seperti mual,
muntah, diare, sakit kepala dan pusing). Meskipun tidak menimbulkan akibat
yang membahayakan jiwa pasien, interaksi ini harus dihindari, karena
dikhawatirkan akan mengganggu kenyamanan pasien dalam menerima terapi
obat (Tatro dkk, 2009). Salah satu obat yang banyak mengalami interaksi minor
pada penelitian ini obat dexamethason dengan antasida. Obat dexamethason
merupakan obat anti inflamasi golongan steroid atau kortikosteroid digunakan
22
Interaksi obat selanjurnya mayor, interaksi mayor adalah interaksi yang dapat
menimbulkan akibat yang berat bagi pasien. Interaksi obat yang masuk pada
jenis interaksi ini seharusnya diprioritaskan untuk dicegah ataupun diatasi
dengan segera karena efeknya dapat membahayakan jiwa dan kemungkinan
dapat mengakibatkan kerusakan permanen bagi tubuh. Salah satu obat yang
banyak terdapat di mayor yaitu obat amlodipine dengan simvastatin.
Amlodipine golongan antagonis kalsium yaitu menghambat atau menghalangi
kadar kalsium yang masuk ke sel otot halus di dinding pembuluh darah jantung,
dengan adanya penghambat kalsium yang masuk, dinding pembuluh darah akan
menjadi lebih lemas. Simvastatin bekerja dengan cara menurunkan kolesterol
jahat dan trigliserida serta meningkatkan kolesterol baik akan menurunkan
risiko penyakit jantung dan membantu mencegah stroke dan serangan jantung.
Penggabungan obat obatan tersebut dapat meningkatkan kadar simvastatin
dalam darah, ini dapat meningkatkan resiko efek samping yang serius.
gejala yang dirasakan diberikan obat secara tersendiri misalnya pasien minta
obat saakit kepala, obat nyeri badan atau obat demam. Padahal sebenarnya
semua gejala dideritanya merupakan kumpulan gejala dari suatu penyakit.
Penyebab lain polifarmasi adalah terapi untuk penyakit kronis seperti diabetes
dan hipertensi yang memerlukan obat dalam jumlah banyak untuk mengatasi
atau mencegah komplikasi. Pasien yang melakukan pengobatan pada lebih dari
satu dokter dalam waktu yang bersamaan juga merupakan salah satau faktor
timbulnya terapi polifarmasi pada pasien (Rambadhe et al., 2012).
Pada interaksi minor urutan kedua terbanyak di penelitian ini yang mana secara
klinis minor tidak terlalu berbahaya jika digunakan dan tetap harus dilakukan
pemantauan pada saat penggunaannya. Untuk interaksi moderat urutan
terbanyak pertama cara mengatasinya misalkan dengan menyesuaikan dosis,
saat mengonsumsi obat diberi jarak antar obat yang satu dengan obat yang
lainnya. Dan terakhir interaksi mayor urutan ketiga dimana mengatasinya
misalkan dengan cara mengganti salah satu obat yang dapat menyebabkan
interaksi mayor dengan berkoordinasi terlebih dahulu dengan dokter.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi terjadinya
interaksi obat dengan obat di Puskesmas X didapatkan sebesar 72,5%, dimana
dari 40 lembar resep terdapat 29 lembar resep yang berinteraksi. Untuk hasil
interaksi mayor (efek fatal/dapat menyebabkan kematian) sebanyak 11 interaksi
atau 17,7%, untuk interaksi moderat (efek sedang/dapat menyebabkan
kerusakan organ atau peradangan) sebanyak 36 interaksi atau 58,1%, dan
interaksi minor (efek ringan/dapat diatasi dengan baik) sebanyak 15 interaksi
atau 24,2%.
5.2 Saran
Disarankan untuk penulis resep obat untuk memberikan jumlah obat seminimal
mungkin kepada pasien dan memperhatikan kondisi pasien seperti usia lanjut,
anak-anak, dan riwayat penyakit. Dan untuk tenaga kefarmasian disarankan
memonitoring kejadian interaksi obat sehingga dapat cepat terdeteksi dan
diambil tindakan yang sesuai yang mana terlebih dahulu berkoordinasi dengan
penulis resep.
24
DAFTAR RUJUKAN
Annisa N, Abdulah R. (2012). Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Geriatri : Studi
Retrospektif pada Apotek di Bandung. Indonesia clin pharm. 2012 : 1 (3) :
96-101.
Fradgley, S.(2003). Interaksi obat dalam Aslam, M., Fan., C.K., dan Prayitno, A.
Farmasi klinis. 120,121,123,124,125,128,129,130. PT Elex Media
Kompotinda Kelompok Gremedia, Jakarta.
Hanore, per Harlvig. (2014). Drug Intraction. Europe Journal Hospitas Pharmacy,
Vol.21, No.2, P.73-74.
Hendera, & Rahayu, S. (2018). Interaksi Antar Obat Pada Peresepan Pasien Rawat
Inap Pediatrik Rumah Sakit X Dengan Menggunakan Aplikasi Medscape.
Journal of current pharmeceutical sciences, Vol.1 No.2.
Herdaningsih, S., Muhtadi, A., Lestari, K., & Annisa, N., (2016). Potensi Interaksi
Obat-Obat pada Resep Polifarmasi : Studi Retrospektif pada Salah Satu
Apotek di Kota Bandung. jurnal Farmasi Klinis Indonesia, Vol. 5 No. 4 hlm
288-292.
25
26
Jas, A. (2009). Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis Resep Rasional
Permenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 2016. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Syamsudin. (2011). Interaksi Obat : Konsep Dasar dan Klinis. Jakarta : UI-Press.
Tatro. (2015). Ds. Drug Interaction Facts 1st editon. Facts & Comparisons. St.louis,
Mo : Wolters Klower Health. Inc : 2015.
Obat yang
No Resep obat Jenis interaksi Keterangan
berintraksi
1 Dexamethasone Dexamethasone Minor/ringan Interaksi minor tidak
Paracetamol dengan tersedia. Beberapa
Aluminium aluminium interaksi obat minor
hydroxide hydroxode mungkin tidak relevan
(Antasida) secara klinis pada
Guaifenesin (GG) semua pasien. Interaksi
Cefadroxil minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
2 Amlodipin Minor/ringan Interaksi minor tidak
dengan Lisinopril tersedia. Beberapa
interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
Amlodipin menyebabkan
Lisinopril kerusakan atau
GG memerlukan perubahan
Antasida dalam terapi.
Cetirizine Lisinopril dengan Minor/ringan Interaksi minor tidak
Antasida tersedia. Beberapa
interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
3 Glimepiride Metformin Moderat/sedang Penggunaan bersamaan
Metformin dengan furosemid dapat meningkatkan
Aspirin (aspilet) efek metformin yang
Furosemid dapat menyebabkan
Antasida kondisi mengancam
jiwa disebut asidosis
laktat.
Aspirin dengan Moderat/sedang Penggunaan secara
Antasida bersamaan dapat
mengurangi efek
aspirin.
Glimepiride Moderat/sedang Furosemid dapat
dengan mengganggu kontrol
Furosemid glukosa darah dan
mengurangi efektivitas
glimepiride dan obat
diabetes lainnya.
Glimepiride Moderat/sedang Aspirin dapat
dengan Aspirin meningkatkan efek
glimepiride dan
menyebabkan kadar
gula darah rendah.
Glimepiride Moderat/sedang Dapat meningkatkan
dengan hipoglikemia atau gula
metformin darah rendah.
Aspilet dengan Minor/ringan Interaksi minor tidak
Furosemide tersedia. Beberapa
interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
4 Amlodipine Amlodipine Mayor/berat Dapat meningkatkan
Aspilet (Aspirin) dengan kadar simvastatin
Simvastatin Simvastatin dalam darah, risiko
Paracetamol efek samping seperti
Glimepiride kerusakan hati dan
Antasida kondisi langka namun
serius melibatkan
kerusakan jaringan otot
rangka.
Amlodipine Moderat/sedang Kombinasi ini dapat
dengan Aspilet menyebabkan tekanan
darah meningkat
Aspirin dengan Moderat/sedang Penggunaan secara
Antasida bersamaan dapat
mengurangi efek
aspirin.
Aspirin dengan Moderat/sedang Aspirin dapat
Glimepiride meningkatkan efek
glimepiride dan
menyebabkan kadar
gula darah rendah.
5 Klorampinicol Paracetamol Minor/ringan Interaksi minor tidak
Paracetamol dengan tersedia. Beberapa
GG Ranitidine interaksi obat minor
Antasida mungkin tidak relevan
Ranitidine secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
Antasida dengan Minor/ringan Interaksi minor tidak
Ranitidine tersedia. Beberapa
interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
6 Amlodipine Amlodipine Moderat/sedang
Aspilet (aspirin) dengan Aspilet Kombinasi ini dapat
Gemfibrozil menyebabkan tekanan
Paracetamol darah meningkat
Antasida
Aspilet dengan Moderat/sedang Penggunaan secara
Antasida bersamaan dapat
mengurangi efek
aspirin.
7 Ciprofloxacin Ciprofloxacin Mayor/berat Ciproflocacin dan obat-
Paracetamol dengan obatan lain di kelasnya
Dexamethasone dexamethasone dapat menyebabkan
GG tendinitis dan tendon
Cetirizine pecah, dan risikonya
dapat meningkatkan
ketika dikombinasikan
dengan steroid seperti
dexamethasone.
8 Furosemid Furosemid Moderat/sedang Furosemid dapat
Candesartan dengan mengganggu kontrol
CPG glimepiride glukosa darah dan
Glimepiride mengurangi efektivitas.
Cancor/bisoprolol Furosemid Moderat/sedang Dapat menurunkan
dengan tekanan darah anda dan
concor/bisoprolol memperlambat detak
jantung.
Glimepiride Moderat/sedang Dapat meningkatkan
dengan resiko gula darah
concor/bisoprolol rendah pada pasien.
CPG dengan Minor/ringan Interaksi minor tidak
Glimepiride tersedia. Beberapa
interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
9 Glimepiride Metformin Moderat/sedang kadar gula darah turun
Metformin dengan terlalu rendah,
Simvastatin diklofenak hipoglikemia.
Diclofenak Glimepiride Moderat/sedang Dapat meningkatkan
GG dengan hipoglikemia atau gula
metformin darah rendah.
Glimrpiride Moderat/sedang Diclofenak dapat
dengan meningkatkan efek
diklofenak glimepiride dan
menyebabkan kadar
gula darah anda terlalu
rendah.
10 Lisinopril Lisinopril dengan Moderat/sedang Penggabungan obat ini
Na. Diklofenak Na.diclofenak dapat mengurangi efek
GG lisinopril dalam
Ranitidine menurunkan tekanan
Metformin darah, dan obat-obatan
ini dapat
mempengaruhi fungsi
ginjal.
Ranitidine Moderat/sedang Penggunaan bersama
dengan sama dapat
Metformin meningkatkan efek
metformin, yang dapat
menyebabkan kondisi
yang mengancam jiwa.
Na.diclofenak Moderat/sedang kadar gula darah turun
dengan terlalu rendah,
Metformin hipoglikemi
Lisinopril dengan Moderat/sedang Menyebabkan kadar
Metformin gula darah rendah
Ranitidine Minor/ringan Interaksi minor tidak
dengan tersedia. Beberapa
Na.diclofenak interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
11 Paracetamol
Guaifenesin (GG)
Chlorpheniramine
- - -
maleat (CTM)
Simvastatin
Metformin
12 Paracetamol
Azitromicin
Guaifenesin (GG) - - -
CTM
Dexamethasone
13 Calsium Laktat Metformin Moderat/sedang Penggunaan bersama
Metformin dengan sama dapat
Simvastatin Ranitidine meningkatkan efek
Ranitidine metformin, yang dapat
GG menyebabkan kondisi
Na.diclofenak yang mengancam jiwa.
Metformin Moderat/sedang kadar gula darah turun
dengan terlalu rendah,
Na.diclofenak hipoglikema.
Ranitidine Minor/ringan Interaksi minor tidak
dengan tersedia. Beberapa
Na.diclofenak interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
14 Paracetamol
GG
Cetirizinir - - -
Dexamethasone
Amoxicillin
15 Metformin Metformin Moderat/sedang Dapat meningkatkan
Glimepiride dengan hipoglikemia atau gula
Simvastatin Glimepiride darah rendah.
GG
Amlodipine Amlodipine Mayor/berat Dapat meningkatkan
dengan kadar simvastatin
Simvatatin dalam darah, risiko
efek samping seperti
kerusakan hati dan
kondisi langka namun
serius melibatkan
kerusakan jaringan otot
rangka.
16 Eritromycin
GG
CTM - - -
Paracetamol
Metformin
17 Cetirizine
Paracetamol
Antasida - - -
Gemfibrozil
Meloxicam
18 Amlodipine Amlodipine Mayor/berat Dapat meningkatkan
Simvastatin dengan kadar simvastatin
Gemfibrozil Simvastatin dalam darah, risiko
Glimepiride efek samping seperti
meloxicam kerusakan hati dan
kondisi langka namun
serius melibatkan
kerusakan jaringan otot
rangka
Simvatatin Mayor/berat dapat meningkatkan
dengan risiko efek samping
Gemfibrozil seperti kerusakan hati
dan kondisi langga
yang disebut
rhabdomyolysis yang
melibatkan keruskan
jaringan otot rangka.
Gemfibrozil Moderat/sedang Gemfibrozil dapat
dengan meningkatkan efek dari
Glimepiride glimepiride dan
menyebabkaan kadar
gula darah terlalu renda
Amlodipine Moderat/sedang Kombinasi ini dapat
dengan menyebabkan tekanan
Meloxicam darah meningkat
Glimepiride Moderat/sedang Meloxicam dapat
dengan meningkatkan efek
Meloxicam glimepiride dan
menyebabkan kadar
gula darah terlalu
rendah.
19 Furosemid Furosemid Moderat/sedang Penggunaan bersama
Candesartan dengan sama dapat
CPG Metformin meningkatkan efek
Metformin metformin, yang dapat
Bisoprolol menyebabkan kondisi
yang mengancam jiwa.
Furosemid Moderat/sedang Dapat menurunkan
dengan tekanan darah anda dan
Bisoprolol memperlambat detak
jantung
20 Simvatatin Simvatatin Mayor/berat dapat meningkatkan
Gemfibrozil dengan risiko efek samping
Allopurinol Gemfibrozil seperti kerusakan hati
Paracetamol dan kondisi langga
Meloxicam yang disebut
rhabdomyolysis yang
melibatkan keruskan
jaringan otot rangka.
21 Metformin Metformin Moderat/sedang Penggunaan bersama
Simvatatin dengan sama dapat
Ranitidine Ranitidine meningkatkan efek
GG metformin, yang dapat
Na.diclofenak menyebabkan kondisi
yang mengancam jiwa.
Metformin Moderat/sedang kadar gula darah turun
dengan terlalu rendah,
Na.diclofenak hipoglikemi
Ranitidine Minor/ringan Interaksi minor tidak
dengan tersedia. Beberapa
Na.diclofenak interaksi obat minor
mungkin tidak relevan
secara klinis pada
semua pasien. Interaksi
minor biasanya tidak
menyebabkan
kerusakan atau
memerlukan perubahan
dalam terapi.
22 Paracetamol
Dexamethasone
GG
Cefixime - - -
Cetirizine
23 Cefixime
GG
Dexamethasone
- - -
Paracetamol
Interhisin
(mebhydroline)
24 Cetirizine Allopurinol Mayor/berat Dapat meningkatkan
Lisinopril dengan Lisiniprol risiko reaksi alergi dan
Simvastatin infeksi parah
Allopurinol
Gemfimbrozil
Gemfibrozil Mayor/berat Dapat meningkatkan
dengan risiko efek samping
Simvastatin seperti kerusakan hati
dan kondisi langga
yang disebut
rhabdomyolysis yang
melibatkan keruskan
jaringan otot rangka.
25 Interhistin
(mebhydroline)
Dexamethasone
Cefixime - - -
GG
Paracetamol
39 Antasida
Cefixime
Paracetamol - - -
GG
Loratadine
40 Paracetamol Cetirizine dengan Moderat/sedang Dapat meningkatkan
Cetirirzine CTM efek samping seperti
Dexamethasone kantuk dan sulit
GG berkonsentrasi,
CTM beberapa orang tua
tertama dapat
mengalami gangguan
dalam pemikiran
Lampiran 2. Surat Bimbingan
Lampiran 3. Surat permohonan ijin
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian
Lampiran 5. Lembar Konsultasi
Lampiran 6. Riwayat Hidup