KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT GEDUNG KARYA ‘TELE, (021) 9500138, Fax (021) ss07200, 506129, GEOL A cos | = neat ae Sine on see | nen (meneame PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR SK.6251/AJ.104/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA PENETAPAN KELAS TERMINAL PENUMPANG TIPE A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatur, mengawasi, dan mengendalikan penyelenggaraan Terminal Penumpang Tipe A, diperlukan penetapan Klasifikasi kelas Terminal Penumpang Tipe A dan standar jumlah maksimal kebutuhan personel dengan berdasarkan pada pedoman teknis kriteria penetapan kelas Terminal Penumpang Tipe A; b. bahwa dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan diatur bahwa pedoman teknis tentang kriteria penetapan tipe dan kelas terminal penumpang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Perlubungan Darat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis Kriteria Penetapan Kelas Terminal Penumpang Tipe A;Mengingat 1. Undang ~ Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); Undang-Undang Nomor 23 ‘Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5594); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 306);Menetapkan 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1295); 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah kedua dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 816); 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 154 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 36); MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT ‘TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA PENETAPAN KELAS ‘TERMINAL PENUMPANG TIPE A. Pasal 1 (1) Dalam rangka menunjang pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum untuk Angkutan Lintas Batas Negara dan/atau Angkutan Antarkota Antarprovinsi yang dipadukan dengan pelayanan Angkutan Antarkota Dalam Provinsi, Angkutan Perkotaan, dan/atau Angkutan Perdesaan diselenggarakan Terminal Penumpang Tipe A. (2) Terminal Penumpang tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu: a. kelas 1; b. kelas 2; dan c. kelas 3.Pasal 2 (1) Klasifikasi kelas Terminal Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) ditentukan berdasarkan kajian teknis terhadap intensitas kendaraan yang dilayani. (2) Kajian teknis terhadap intensitas kendaraan yang dilayani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kriteria teknis dan bobot sebagai berikut: a.tingkat permintaan angkutan, dengan bobot nilai 40 (empat puluh) persen; b. keterpaduan pelayanan angkutan, dengan bobot nilai 20 (dua puluh) persen; c. simpul asal dan tujuan angkutan serta jumlah trayek, dengan bobot nilai 25 (dua puluh lima) persen; d.jenis pelayanan angkutan, dengan bobot nilai 5 (lima) persen; ec. fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal, dengan bobot nilai 10 (sepuluh) persen. (3) Berdasarkan hasil pembobotan kajian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan klasifikasi kelas Terminal Penumpang dengan persyaratan pembobotan nilai sebagai berikut: a, Terminal Penumpang Tipe A Kelas 1, dengan bobot nilai di atas 70 (tujuh puluh) persen; b. Terminal Penumpang Tipe A Kelas 2, dengan bobot nilai 40 (empat puluh) persen sampai dengan 69 (enam puluh sembilan) persen; c. Terminal Penumpang Tipe A Kelas 3, dengan bobot nilai kurang dari atau sama dengan 39 (tiga puluh sembilan) persen. (4) Kriteria teknis penetapan kelas Terminal Penumpang Tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara_rinci sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.Pasal 3 (1) Kelas Terminal Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2), ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dengan memperhatikan masukan Gubernur. (2) Penetapan kelas ‘Terminal Penumpang — sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan evaluasi secara berkala 1 (satu) tahun sekali atau secara insidental sesuai kebutuhan. (3) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan perubahan terhadap status kelas Terminal Penumpang Tipe A. Pasal 4 (1) Pengoperasian Terminal Penumpang Tipe A dilaksanakan oleh personel terminal yang telah memiliki kompetensi. (2) Personel Terminal Penumpang Tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: a. Kepala Terminal; b. Petugas Operasional; dan c. Petugas Administrasi. (3) Petugas Operasional dan Petugas Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, terdiri dari: a, petugas administrasi perkantoran; b. petugas pencatat kedatangan, keberangkatan dan faktor muat; pengatur lalu lintas; ao Penyidik Pegawain Negeri Sipil (PPNS); penguji kendaraan bermotor; petugas teknologi informasi; petugas pelayanan (customer service); rpm ro teknisi elektrikal;i, teknisi mekanikal; j. petugas kebersihan; k. petugas kesehatan; 1. petugas pengamanan, (4) Personel ‘Terminal Penumpang Tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memiliki susunan_ struktur organisasi dan pembagian jadwal kerja _ personel sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini, Pasal 5 (1) Kebutuhan personel Terminal Penumpang Tipe A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), ditetapkan berdasarkan hasil kajian teknis penetapan kelas Terminal Penumpang, sebagai berikut: a. standar jumlah minimal kebutuhan personel sebanyak 217 (dua ratus tujuh belas) personel, untuk Terminal Penumpang Tipe A Kelas 1; b.standar jumlah minimal kebutuhan personel sebanyak 124 (seratus dua puluh lima) personel, untuk Terminal Penumpang Tipe A Kelas 2; dan ¢, standar jumlah minimal kebutuhan personel sebanyak 93 (Sembilan puluh tiga) personel, untuk Terminal Penumpang Tipe A Kelas 3. (2) Standar jumlah minimal kebutuhan personel Terminal Penumpang Tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara rinci sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.Pasal 6 Pemenuhan kebutuhan personel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan evaluasi secara berkala atau insidental sesuai kebutuhan berdasarkan: a. hasil -kajian teknis penetapan kelas Terminal Penumpang; atau b. hasil evaluasi kinerja operasional Terminal Penumpang Tipe A. Pasal 7 Direktur yang bertanggungjawab di bidang Angkutan Orang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 November 2017 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd, Drs. BUDI SETIYADI, SI NRP. 6205 0784 Salinan sesuai dengan aslinya BAGIAN HUKUM DAN U GP ) MASYARAKAT Z NP CH ‘mbina (IV/a) NIP. 19680223 199803 1 002“(ay) !surv08Ig weg — voyryy messy ueuedeod = neye/uep —(NeTV) eiefoy sereg seqUY] uEmNysUy neye/uep (dvyy) isuraoidreyuy BoyIeyuy UeMysuy ueuedeped -q “ueesepiog ue sUy neye/uep uerjoyog weynysuy neye/uep = (dav) surAosg weed Boxy ueNysuy ueuedejed = neye/uep —(NaTTv) eredoN seyegq seyUr] ueNysuy neye/uep (dv) |surordreyuy woyeuy Uenysuy weurdepad -q “ueesopiog uemysuy neye/uep ueejoyiog = uemyguy neye/mep (aay) suraorg weeq yoyreuy = ueysuy ueuedepd = nere/uep (NET) viedey seieg SsejUT] UeAsUY neye/aep (qyiy) Isumsordreyry wloyrejuy ueyBUy UeURse|od -q neye/tep fure] epour neye/wep ‘urey epour neye/uep Sure] memysuy uemysue ueuekeped —uesuep | uem(Sue ueuexejod = ueduap _| vpour uemnyue ueURAejod uLBUaP ueuesefod jsesBoqUHIO] uemMyBue weuexejod -e | sesso) uEMue ueURdejad -e| IsesBo}MIA UPINyZUe UPUked-e| %Z | wenpedoiy |e -ueerepusy, sueerepuy (snqex eum) | (nquias) QQOT UeSuep redures (smyer -ueerepuoy (nquos) uemysuy 00S Hep Ugel JepH yexSueI0q wep | eum) OS ereWTE yeyBueI0q ep] OOOT LEP Wqe] Texdueroq wep mepyuTULIg Bueyep Buek snq seysuayu pppwour | Sueep BueX sng seysuoyUT HpMOUr | Sueyep Buk snq seus pyUoM| %op | yeNsuL fT Tl MOLVMIGNI I MOLVMICGNI I MOLVMIGNI Logod | VIGLRDT ON V GidLL ONVdINANGd TVNINSGL V Gd ONVdWANGd TWNINSGL SVIEM NVAVLANGd SINNAL VINE L£10¢/araa/bor'rv/1SZ9"HS L10z r9quiosoN OF ¢ ressuey, OWN, yereg uefungnipiog ferepuap myyang UBIMIeIEd | ueNdUTe]cuermpue aden (ynqndes smer eng) 01% Hep Suemy uvesopieg ueynysuy neye/uep Uee}OyIeg uENysuy neye/uep (d@MV) Isupvoig urepeq ejoyrEIUy uemnysuy = neye/uep —(NaTv) wreSoN seie_ seIUr] ueNoy /(avay) wumoidreyuy vjoyrejuy uemasuy 3eden yeruml erposzay “q wep Sueerepusy uy (smyer ureus nquos) Q0oT wep Zuemy ueesopiog ueBUY neye/mep ueejoyieg uenysuy cueynysue yoder (yd enp snyex yedwo) oz uesuop jedures ueyyfue yacen (ynfndos ster enp) 01% Hep uiqeT ueesepiog ueynyj3uy neye/uep ueejoyieg uemyBuy neye/uep (dC@My) !sumorg urepeq Boye Uy uemuy = neye/uep — (NaTV) wivdoN seIe_ se] uemysuy Madway) surordreyuy woyreruy ueynysuy yexen yepumf erpesiey -q ep ‘ueerepuay ut (snyex enp ngy e8n) COE UesUEP qedures (snyer ureua nqtras) 009T Hep ige| weesepiog uemysuy nwie/uep uexoxieg uemyBuy ueqnaiaue yasen (ynjnd vnp snyer yedurs) QZ Hep YIqeT uvesepreg uenysuy neye/uep ueRoyag uEBuy nere/uep (dav) Isusoig weed woyreIUy uemysuy = neye/uep —(N@TTV) veiedoN seied sei] ueMysuy Havay) wuoidreyuy vyoyreyuy uemysuy yeden yepunl erpasiay * wep Sreerepusy ur (super | enp nai Bn) ooce Hep qe ueesopog uesuy neye/uEp neye/uep (aauv) SUIAOIg neye/uep = (dav) = sumaorg «| WeRjOyFeg «UeNyBuy neye/uep mere” = woyreuy = ueMsUy ued =§Byoyrejuy = ueyNysuy {a4CMy) supoig weed woyeUy exer, ney /uep (Naty) ‘ereBoN neye/uep (atv) ereson uenysuy = neye/uep —(NETV) qepamp seieg sejury uewySuy/(qyav) sejeqg seyur] wemysuy/(qvV) eregon seyeg se}ur] uemysuy yas sulaoidreyuy BjoyreyUy ysuraoidreyay BpOyrEUy /aVxV¥) 'surpoidreyuy Pjoyreyuy uemysuy ueqnsay uverssuspstied — | ueimysuy uevreS3uapdued — | ueinysuy uveseSBusjasuod uenfny, wep uy yerumt wrpasiay, “e | uz yep vrpasiay, -e | uz ypqumt vipasiay“e| gz | resy dung fe 1 MOLVHICNI 1 MOLVMIGNI doaoa| vein | ON Il MOLVMIGNI V Gd ONVEONGd TWNINSSLsBojousar ueeungzued sepsey (9 fuel uedexBuapiod (g sdapry wesunysuy] ueepopduad sempsey (b fueexepuey sppred reduray (¢ sndurafuad neye /uep reyueduod ‘Suedumued nssum Suenr (z sreerepuss, ueueyepey angel ‘weerepuay, uereysueraqay mye (1 sBojous> ueeunsiued senses (9 sueref uedeysuoped (g ‘dupry wesuny(uy, uepjojssued semsey (b tueerepuoy sppred yeduray (g ‘qndurofued neve /uep reyueuod ‘Suedumuod ngguny Bunt (z sueerepuoy ueSueyepoy anpef ‘ueerepuay, ‘ueyexsuezoqay angel (1 sBojousja, ueeunsiuad seymses (9 tuepef uedeysuoped (g ‘dupry wesunyuny uepjopaued seyisey (p fueerepusy appred yeduray (¢ qndurofued neye /tep reyuefued ‘Suedumuod nagury Suen (z sueerepusy ueSueyepoy anyel ‘ueerepuoy} ueqeysueragoy anyel (1 :andyour sandyout :andyjout Teurur9} vure;n seyIseY “e Teun) eurein seyqiseg “e Teunuso) eure sexpseg "e oy sunojpioq reeqas amyuieq reBeqos sayurog refiegas Suefunuog uepu ueSuap ‘IsSunyieq yepH | wepUT UeBuep ‘IsEuNyq yep | weDU ueBuep ‘Iszunyoq uep SENSE uep dexZua, yepn Suek Suefmnuog | uureu dexSuel Buefunuod | deysus, Suek Suefmusg sesey uep vung uep vu = seysey eiposioy | uep eure = seSe]_ BIpasIaL,| UEP vu seImsey erpasioy | %O | semmsey fo “(aa) nsupay, (uaa) nsumdy pidey | pidoy sng ynsewro, ‘meesapied sng ynsewis) ‘uvesapieg UEMABUy | WeMySuy Uep uEIoyseg UBMysUy newe/uep ueE}OyLeg — Ue INyABUY | (qCMV) SuTAcIg ureeq wIOY FEW ‘ueinssue ueuedeyad | neye/uep (qqyy) Isumoig wepeq|uemuy ‘(qyyy) Isutsoidreyuy dopeef (nyes) | Jewry ueBuep|eioy seyuy uemMysuy neye/uep | vioyrEUy ueynysuy/(NETV) uemysuy (avuv) wsursosdreyuy —-wjoyrepuy | (qvyv) tsulaoidreyuy —wjoeyUY | eTeSoN sereg ‘SeyUTT ueueteyod ueynyuy ueUEAved sruel vIpesioy | ueINyBue weTedefad stuf erpasioy | ueMyUy ueUEAe[ad studf wIposin| %S sop fp M1 NOLVMIGNT 1 AOLVMIGNI I XOLVHICNI wood} vrai | ON V dll DNVGINANGd ‘TVNINSALeuro) weep euvotieq isenspeas angel (LT aap Semrep [ndumyzeq yeduin (9T sjeunzoy wrerep uenquresed ueded (ct sseuxrosu esnd (pT ‘eqn ueroquied Burenz (eT sueyeySuezoqoy nBsum Saenz (ZT ‘Suedumuad uvfueyepay mel (TT sueyeurepasay ‘uesemeuad seupsey (QT feoiaias dowojsno) snq weeyesniad prep yeurm9} euns3uod ueuecejad (6 apnueSued ueuesueued (g SIseurzoyey erpour (L “eunmsa} uumepep eueouag Isenopeas myeL(6T wep Semzep ndumysoq yedura (gt sreumumSuad weded (1 sqeunnoy uwrepep uenqurezad teded (91 {yseunzoyur yesnd (St ‘ouyuo ereoas 394 ueHfquiod ja/10 (pT ‘naqn uexoquied Suens(gT sueyeyBuresoqay nsBuny Seens (ZT ‘Suedumuad ueSueyepoy myel( TT sueyeurepsax, uesemeSuiod seqrsey (OT sfornauas s2woysno) ‘snq ueeyesnuad rep yeunma; eunS3ued ueuedeped (6 ‘pnuosuod weueSueuad (g syseunropuy epaut (1 “qeurunsy urefep euBoueg Isenszeao rel (Zz, wep gemuep [ndumyzoq yeduay (TZ ‘sSuereq uedntued Buenz (oz, ‘yse8eq ueueAe] (61 feumumBued ueded (gt sqeururroy wreep uenqurered ueded (11 sqseutoyu yesnd (91 ‘ouypuo ‘ereoas 194M werfaqured jyno (ST feuresi0q annum yoy weyquiod Burens (bT ‘eqn ueyequiad Suens (eT sueqeySueroqay n8Buny Suens (ZT ‘Suedumued uesuezepoy anpef (TT sueyeurepasoy, uesemeduad seqsey (OT sforiasas 1owoysno) snq weeypsnied rep Jeuruya) eunszued ueueceped (6 qpnmesued weneSueued (g qQseuoyut erpaut (y I MOLVHIGNI 1 MOLVNIGNI I AOLVMIGNI Logo VIRAL ON V GdlL ONVANANGd TWNINSSLspnuoSued upmey, “ueoyovied ‘ueBueSepsed (91 somum. ueerepuoy ue8up uegequad (GT Soy wep Teurut9y ueqemerad “TeUISIOqay (bT sueerepusy weaxe 3oYeMst yeduior (ET ‘apu pun ysod seysey (71 909 (LT ‘uerexeqay urepeurod yeye (OT sSuedumuod ysuen yedury smeyeyasar fsnq jeuorsesodo eq esprmutuadp Sued faxfduoq sueerepuay uedepus8ued syoayo duis fuverepuoy eae jeqpeNst tueueureay ueueserad suemeureay, imsnduaur neye purey nqr wep yeovo Suepureduad seupsey 6 (8 172 9 \s be i % I mndyeur ‘Sredumuod jeurnma; — Suefmued seymseg'q. spnurafuad upuex, ‘ueoxozied ‘uesueseprod (97 fumum ueerepuoy ueSun ueyreqiod (1 ‘rout wep peupuz01 ueyemered “ueysi9qoy (pT suverepuay, seave yeyernst yeduay (ET ‘pu pup yuod seymsey (1 “wor (TT Suereqeqoy urepeuod yee (OT ‘guedumuad ysuen yedura} suepeyasox tsnq jeuorseredo eq, uespmnqumuadyp Buk [axf8u9q, tueerepuoy uedepuasuod syooyo dum fueerepuay eae Jeyenst sueueureay ueuederad sueueureay, smsnXuour neve purey ngr wep yeoeo Surepueduad seisey 6 (s 12 (9 (s te le a ig inndyour ‘Suedumuad Teupwsay — Suefunued sensed" sroquef wep peur) uepemerad ‘weypsioqoy, (91 ‘Suenq sed uep wrepn seyfeny neyweued (¢T suesursiqoy wep ‘erepn ueseursouad isynposod (pT fueerepuay, seme yeyemnst yeduray (eT ‘opu pun yand seymsey (ZT ‘uereyeqoy urepeurad yepe (QT ‘sSuedumuod nsuen yedwi} suereyesox, tsnq feuorsesado 1eq, uespnjuniadip BueX [axSu9q, Sueerepusy uedepuasuad ‘yoyo duns fmeerepuay seme TeyeIHSt sueueureoy ueuedejad sueueurey smsnduou neye [rurey nqr uep yeoes Suepueduod seipisey Teupme, —_ Strefmuad 6 (s 77 (9 (s fe «@ seymsea “a I] MOLVMIGNI I MOLVHICNI I AOLVHIGNI LOsod VRIGLRDI ON V dL ONVAWANGd TVNINNALZOO T E0866 Z7ZO8IET ‘dIN 820 S079 “dUN SW “HS ‘IdVAILaS lana “7a HH NV WOMOH NVIOVE V Lvavd NVONngaHAsd eAur[se Ueduop Tenses WeUTTES ‘IWAdGNae ANLYTAIG “ueynyngey, rensos vuurey unum seTSE (Lz wep sueuese] uenpeSued erpou (9% sueqnngey ‘Sqeuesyeue Suens (Sz Tensos eAuUrE] uN SEPTISeY (SZ tuedeurBuad (pz wep gouzoruy uvBunref ueBu9p ‘ueuesey uenpesuad erpowt (pz ‘pore uep IseyTUNMOXaIa} (EZ, Sqeue-seue Suns (Ez sSuereq requeBued (zz -weuede] uenpedued epow (7z tuvdeuBuod (cz, suypueur reuny ueSunfue (1z uep3ourayut ueSupref weuap ‘qouraqur ueZurref ueBu0p suer03saz (0% ‘pare Uep IsexTMUy9[N (TZ wore = Iseyrunmoye[ar (IZ Sjoyorou wore (6T ssuere Suod 7 yuesuod -q Teyuesuad (9% juereq rey (oz spnuro8uod unex Surpueur peuny uesunfae (6T suipuew reum ueSunfere (61 ‘aeoyouiod ‘ueSueBeprod (gt ‘uer0yso3 (gT suesoysez (ST ‘umum Sjoyjorour ease (1.1 Sjoyjorour ware (1.1 ueerepuoy weSut ueyreqiod (L1 I MOLVHIANI U MOLVHIGNI 1 AOLVMIGNI Logog} vRiaurnt | ON V dL ONVAWANSd ‘TVNINSSLLLampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : $K.6251/AJ.104/DRJD/2017 Tanggal : 30 November 2017 PENGATURAN PERSONIL TERMINAL PENUMPANG TIPE A 1, Struktur Organisasi Terminal Penumpang Tipe A Terminal Penumpang Tipe A merupakan satuan pelayanan dibawah Balai Pengelola ‘Transportasi Darat, Kementerian Perhubungan dengan struktur organisasi Terminal Penumpang Tipe A, sebagai berikut : CONE Gh (Petugas Kesehatan; (Petugas pengamanan. 2. Hari Kerja dan Jam Kerja Pegawai Hari kerja dan jam kerja bagi pegawai operasional Terminal Penumpang Tipe A dibagi waktu kerja, sebagai berikut : a. Kepala Satuan Pelayanan Terminal 1) Hari kerja bagi Kepala Satuan Pelayanan Terminal di lingkungan ‘Terminal Penumpang Tipe A dilaksanakan selama 5 (lima) hari setiap minggu dan dimulai pada hari senin sampai dengan hari jumat; 2) Kepala Satuan Pelayanan Terminal wajib memenuhi jumlah jam kerja normatif yaitu selama 7,5 (tujuh koma lima) jam dalam 1 (satu) hari, dan selama 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam dalam 1 (satu) minggu;3) Kepala Satuan Pelayanan Terminal masuk bekerja dengan ketentuan : a) Jam masuk bekerja dimulai pukul 07.00 waktu setempat sampai dengan pukul 08.30 waktu setempat; b) Jam pulang bekerja : (1) Senin - Kamis dimulai pukul 15.30 waktu setempat sampai dengan pukul 17.00 waktu setempat; dan (2)Jumat dimulai pukul 16.00 waktu setempat sampai dengan pukul 17.30 waktu setempat; ) Jam Istirahat : (1) Senin - Kamis dimulai pukul 12.00 waktu setempat sampai dengan pukul 13.00 waktu setempat; dan (2)Jumat dimulai pukul 11.30 waktu setempat sampai dengan pukul 13.00 waktu setempat; 4) Kepala Satuan Pelayanan Terminal harus tetap siap jika ada sesuatu hal terkait operasional terminal di luar jam kerja; 5) Ketentuan lainnya terkait dengan pengaturan hari kerja dan jam kerja sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. . Pegawai Operasional 1) Hari kerja bagi seluruh pegawai operasional di lingkungan Terminal Penumpang Tipe A dilaksanakan menggunakan sistem 3 (tiga) shift dengan 4 (empat) regu; 2) Hari kerja, jam kerja, dan personil shift ditetapkan dengan surat perintah dari pimpinan unit kerja dan dapat disiapkan untuk periode hari, bulan, triwulan dan/atau semester; 3) Shift dilaksanakan berdasarkan atas tanggung jawab, kewenangan dan hak jabatan dan/atau perintah kedinasan; 4) Pegawai wajib memenuhi jumlah jam kerja normatif yaitu selama 7,5 (tujuh koma lima) jam dalam 1 (satu) hari, dan selama 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam dalam 1 (satu) minggu;3. Pengaturan Jadwal Kerja a. Operasional Terminal Penumpang Tipe A dapat dilaksanakan selama 24 jam / 7 hari atau dapat menyesuaikan kondisi lalu lintas angkutan pada wilayah masing-masing dan ditetapkan oleh Kepala Terminal; b. Pembagian waktu operasional dibagi minimal dalam 3 (tiga) shift atau lebih dengan pengaturan jadwal kerja untuk petugas operasional dibagi menjadi 3 (tiga) shift atau lebih dengan tetap memperhitungkan hari dan jam kerja pegawai. c. Pelaksanaan operasional di lingkungan Terminal Penumpang Tipe A dilaksanakan menggunakan sistem 3 (tiga) shift dengan 4 (empat) regu. d. Masing-masing regu dalam setiap shift beranggotakan paling sedikit: AL 1_| PETUGAS ADMINISTRASI PERKANTORAN. 2 1 1 2_| PETUGAS PENCATAT KELUAR /MASUK BUS | 4 2 2 3__| PETUGAS PENGATUR LALU LINTAS ao | 4 2 4_| PETUGAS PPNS 1 1 1 5_| PETUGAS PENGUII KB. 6 4 2 6 _| PETUGAS PELAYANAN, 2 a 1 7_| PETUGAS TEKNOLOGI INFORMASI 2 1 1 8__| TEKNISI ELEKTRIKAL 2 1 a | 9 | TEKNISI MEKANIKAL 2 1 a | 10 | PETUGAS KESEHATAN 2 f it | 11_| PETUGAS KEAMANAN 6 3 3 | 12_| PETUGAS KEBERSIHAN as | 10 7 Jumlah sa | 23 14 ¢. Pengaturan Jadwal Kerja : Pola 4 (empat) regu Jam Kerja : 8 jam per hari Pp ps s | m[m | w/w | P Ss s M M iD LB Pp P s M M Lo LB P Ss s M LD LB Pp P s s M M LD Ket: agi (06.00-14.00) Siang (14.00-22.00) M : Malam (22.00-06.00) LO: Lepas Dinas 18 : Liburf Pengaturan jadwal kerja dapat dilakukan selain jadwal sebagaimana tersebut diatas dengan tetap berpedoman pada ketentuan hari kerja dan jam kerja pegawai yang telah ditetapkan DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd, Drs. BUDI SETIYADI, SH., M.Si. NRP. 6205 0784 inan sesuai dengan aslinya LA BAGIAN HUKUM DAN Way 5 US Pembina (IV/a) “==NIP. 19680223 199803 1 002Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 1 $K.6251/AJ.104/DRJD/2017 Tanggal 30 November 2017 STANDAR JUMLAH MINIMAL KEBUTUHAN PERSONEL ‘TERMINAL PENUMPANG TIPE A KEPALA TERMINAL if Te 2 | PETUGAS ADMINISTRASI ae) 4] 4 PERKANTORAN, 3 | PETUGAS PENCATAT KELUAR ome Seo) MASUK BUS 4 | PETUGAS PENGATUR LALU 40 | 16] 8 LINTAS 5_|PETUGAS PPNS a) & | 4 6 _|PETUGAS PENGUJI KB 24 | 16/8 7_| PETUGAS PELAYANAN sae sam es: 8 | PETUGAS TEKNOLOGI os | 4 INFORMASL 9 | TEKNISI ELEKTRIKAL 8 | 4] 4 10 [TEKNISI MEKANIKAL al 4] 4 11 [PETUGAS KESEHATAN ee cere 12 | PETUGAS KEAMANAN 24 [12 | 12 13 [PETUGAS KEBERSIHAN 60 | 40 | 28 A emia [esa am DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, ttd. Drs. BUDI SETIYADI, SH., M.Si. NRP. 6205 0784 sesuai dengan aslinya