PENDAHULUAN
nifas yang nomor dua terbanyak ditemukan. Persalinan pervaginam sering disertai
dengan robekan, yaitu vagina mengalami laserasi dan perineum sering robek
Selain perdarahan masa nifas akut, robekan jalan lahir yang diabaikan
akan melahirkan secara normal, dalam keadaan sehat baik ibu maupun bayinya.
Namun apabila proses kehamilan tidak dijaga dan proses persalinan tidak
dikelolah dengan baik, maka ibu dapat mengalami berbagai komplikasi selama
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
1
2
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan yaitu jalan lahir.
jalan lahir terjadi pada hampir semua persalinan pertama. Robekan ini dapat
dihindarkan dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat. Robekan jalan lahir dapat disebabkan oleh faktor maternal dan
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang
telah ditentukkan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke-5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
ibu di beberapa negara masih tetap tinggi seperti Kamboja yang sudah mencapai
208 per 100.000 kelahiran hidup, Myanmar 130 per 100.000 pesalinan hidup,
Nepal sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per 100.000
kelahiran hidup, Bhutan sebesar 250 per 100.000 kelahiran hidup, Bangladesh
sebesar 200 per 100.000 kelahiran hidup, dan Timor Leste mencapai 300 per
100.000 kelahiran hidup, perdarahan masa nifas yang disebabkan oleh robekan
tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu selama tahun 2013 yaitu perdarahan
3
30,3% yang berasal dari robekan perineum dan atonia uteri, Hipertensi 27,1%,
angka kematian ibu bersalin pada tahun 2013 sebanyak 254 dari 267.239
kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2014 tercatat angka kematian ibu yang
melahirkan sebanyak 187 dari 228.947 kelahiran hidup, salah satu faktor
penyebabnya yaitu perdarahan karena robekan perineum subtotal sekitar 17% (7).
jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan post partum setelah atonia
uteri. Ruptur perineum terjadi hampir semua pada persalinan pertama (primipara).
jalan lahir antara lain : posisi tubuh, paritas, janin besar, cara meneran dan
Jamiah Medan tahun 2017 didapatkan data dari bulan Juli-Desember tahun 2016
terdapat 15 ibu bersalin, 8 ibu bersalin yang mengalami robekan jalan lahir
Dari data rekam medik di atas robekan jalan lahir sering terjadi pada
primipara dari pada ibu dengan paritas lebih dari satu atau lebih dari dua, hal ini
disebabkan karena jalan lahir pada primipara yang belum pernah dilalui oleh
kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang dan juga pada saat
4
Dari hasil survei awal di atas maka dari itu peneliti tertarik untuk
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Paritas Ibu Bersalin
Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi klinik dan petugas kesehatan
TINJAUAN PUSTAKA
dengan judul “Hubungan Paritas Ibu Dengan Robekan Jalan Lahir Di RSJ. Prof.
Dr. V.L. Ratumbuysang Manado Tahun 2015”. Dari hasil tabulasi silang antara
paritas ibu dengan robekan jalan lahir diketahui bahwa dari 68 responden ibu
jalan lahir dengan paritas ibu primipara dan terdapat 23 responden (33.8%)
Hasil penelitian Uji Chi-Square untuk paritas nilai p = 0.006 (p < 0.05).
Herdiani dengan judul “ Hubungan Ibu Paritas Dengan Kejadian Robekan Jalan
Lahir Spontan Di RSUD Kebumen Tahun 2013”. Dari hasil tabulasi silang antara
paritas ibu dengan robekan jalan lahir diketahui bahwa dari 529 responden
terdapat 204 responden (38.6%) ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum
dengan paritas ibu primipara, 325 responden (61.4%) ibu bersalin yang
paritas dengan ruptur perineum yaitu p = 0,049 (p < 0.05). artinya ada hubungan
6
7
2.2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari
luar.
20 minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan
28 minggu dan <37 minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan
d. Partus matur atau partus aterm yaitu pengeluaran buah kehamilan antara
usia kehamilan 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih
progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
2) Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
3) Keregangan otot-otot
4) Pengaruh janin
oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5) Teori prostaglandin
1) Jalan lahir merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
2) Faktor power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
3) Faktor passanger yaitu bayi, bentuk dan posisinya harus normal sehingga
normal.
4) Faktor penolong yaitu penolong persalinan dalam hal ini bidan dimana
uterus.
Waktu pembukaan serviks sampai menjadi 10 cm. Kala 1 di ukur dari awal
fase yaitu fase laten terjadi 0-3 cm dan kotraksi uterusnya tidak beraturan
dan berlangsung sekitar 6 jam pada primipara dan 4 jam pada multipara.
kala dua biasanya berkisar 60 menit pada primipara dan 20 menit pada
multipara.
Kala III disebut kala pengeluaran plasenta, durasi kala III berkisar 5
sampai 30 menit.
11
antara ibu dan ibunya. Pengawasan kala IV yang diberikan yaitu setiap 15
menit pada jam pertama dan setelah itu setiap 30 menit pada jam kedua
(10).
Mekanisme adalah rangkain gerakan pasif dari janin terutama yang terkait
1) Turunnya kepala
PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan biddang PAP atau sutura
2) Fleksi
Putar paksi dalam yaitu pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke
bawah simfisis.
4) Ekstensi
Setelah putar paksi dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi
atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas sehingga kepala harus
sebut hypomochlion.
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putar paksi dalam. Gerakan ini disebut dengan putaran retribusi (putaran
terakhir inilah putar paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena
bawwah panggul.
6) Ekspulsi
Setelah putar paksi luar bahu depan sampai dibawah simpisis dan menjadi
menyusul dan selamjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi
Robekan jalan lahir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat di hindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau
kuat dan lama , karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemah kan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena
Robekan jalan lahir umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada
biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa,
kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukurannya yang lebih besar
Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), robekan jalan lahir
spontan derajat ringan sampai ruptur perineum totalis., robekan pada dinding
vagina, forniks uteri, daerah sekitar klitoris dan uretra dan bahkan, yang terberat,
rupture uteri. Oleh sebab itu pada setiap persalinan hendaklah dilakukan inspeksi
Robekan jalan lahir dapat dihindari atau dikurangi dengan jalan menjaga
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat .
2) Robekan Serviks
perdarahan yang tidak berhenti walaupun plasenta sudah lahir lengkap dan
3) Robekan Vagina
sekali terjadi. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
a. Derajat satu : laserasi hanya terjadi pada epitelium vagina atau kulit
perineum.
b. Derajat dua : cedera pada otot perineum juga terjadi, tetapi bukan
sfingteranal.
d. Derajat empat : robekan pada sfingter anal dan mukosa rektal (13).
yang berlebihan.
e. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
f. Perluasan episiotomi.
c. Kelahiran muka.
d. Distocia bahu.
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara angkan delapan.
Pada robekan jalan lahir derajat II, setelah diberi anestesi lokal oto-otot
luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-
jaringan dibawahnya.
Jahitan mukosa vagina jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut
kromik 2-0. Dimulai dari sekitar 1 cm diatas puncak luka di dalam vagina sampai
pada batas vagina. Lanjutkan penjahitan otot perineum pada daerah otot perineum
sampai ujung luka pada perineum secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Lihat
kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit otot
(Ethicon), baik diputus dengan simpul yang dikaitkan pada lumen anal atau
berlanjut ke submukosa.
2. Sfingter anal internal harus dijahit menggunakan benang jahit PDS berukuran
berukuran 3/0, yang menggunakn teknik tumpang tindih atau ujung ke ujung.
tindih primer dini nampak berkaitan dengan resiko urgensi fekal dan gejala
inkontinensia anal yang lebih rendah. Akan tetapi, pengalaman ahli bedah
2) Penggunaan sitz mandi dan analgetik seperti ibuprofen. Jika rasa sakit
perineum.
3) Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa mulai dari hari
kedua diberi parafinum liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika
2.5. Paritas
a. Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (Wiknjosastro).
b. Paritas adalah jumlah kehamilan yang dapat hidup di dunia luar (Armi).
c. Paritas adalah jumlah kehamilan dari seorang pasien yang bayinya berhasil
hidup (hacker).
19
sebagai berikut :
1. Nulipara yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat
2. Primipara yaitu seorang perempuan yang telah melahirkan bayi yang hidup
3. Multipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah gidup
4. Grandemultipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah
5. Great grandemultipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang
Robekan jalan lahir derajat I dan II banyak di temui pada persalinan ibu
perineum yang kaku sehingga lebih mudah dan retan terjadi ruptur perineum
spontan sedangkan pada multipara yang sudah pernah melahirkan bayi lebih dari
2.6. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah Ada Hubungan Paritas Ibu
Bersalin Dengan Robekan Jalan Lahir di Klinik Jamiah Medan Tahun 2017.
BAB III
METODE PENELITIAN
variabel dependen dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan sekali saja untuk
mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Paritas Ibu Bersalin Dengan Robekan
dilakukan di Klinik Jamiah Jl. K.L. Yoes Sudarso Km. 18,7 Lingkungan 16 No.
yang mengalami kasus robekan jalan lahir dan belum pernah dilakukan penelitian
dengan judul Hubungan Paritas Ibu Dengan Robekan Jalan Lahir Di Klinik
21
22
Populasi adalah keseluruhan dari subjek yang diteliti (16). Populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan ibu bersalin yang mengalami robekan perineum
di Klinik Jamiah dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2016 sebanyak
35 responden.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi yang
akan diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik total
sampling yaitu seluruh ibu yang bersalin di Klinik Jamiah yang berjumlah 35
responden. (15).
dalam penelitian yang berberjudul judul Hubungan Paritas Ibu Bersalin Dengan
Robekan Jalan Lahir DI Klinik Jamiah Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada
Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dengan melihat catatan ibu
Data tersier dalam penelitian ini didapatkan dari website resmi, yang
melalui website yang resmi mengenai data yang sudah dilakukan penelitian
sebelumnya seperti WHO, SDKI, dan Profil Kabupaten atau Kota Sumatera
Utara.
1. Collecting
observasi.
2. Cheking
memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.
3. Coding
4. Entering
windows.
25
5. Data Prosesing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah
jenis datanya. Pada umumnya penelitian ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
maka analisis akan dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan
(dependen variabel)
p < p value (0.05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara