Anda di halaman 1dari 18

KUMPULAN SISTEM DAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

Nama :dr.MUSTAKIM
Stambuk :C108212103

\
BAGIAN PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
2012/2013
TES CAIRAN OTAK
PENDAHULUAN

Cairan otak terutama dibuat oleh pleksus korioideus yang terdapat pada ventrikel tertius,
ventrikel quartus dan ventrikel lateralis melalui proses ultrafiltrasi plasma darah. Setelah terkumpul
dalam ventrikel quartus cairan otak akan masuk ke kanalis spinalis dan sebagian ke ruang
subarahnoid yang menyelubungi seluruh medulla spinalis dan permukaan otak melalui foramen
Magendi dan Lushka. Reabsorbsi cairan otak melalui villi arahnoid ke dalam sinus dural . 1, 2

Fungsi cairan otak adalah sebagai alat pelindung otak bila terjadi trauma, sebagai bahan
lubrikasi sistem nervus sentralis, membantu transpor nutrisi dan pelepasan hasil metabolisme. 1,3,4
Dalam keadaan normal jumlah cairan otak seluruhnya 120-150 ml, jernih dan tidak berwarna serta
mengandung sedikit sel lekosit, glukosa dan protein. 3

Tujuan tes cairan otak adalah mengetahui kelainan pada cairan otak melalui tes
makroskopi, kimia, mikroskopi dan mikrobiologi.

Tindakan punksi lumbal adalah cara untuk memperoleh cairan otak. Sebelum melakukan
punksi lumbal perlu diketahui indikasi diagnostik, indikasi terapi dan kontra-indikasinya .3,4,5
Tindakan ini harus dilakukan oleh dokter atau paramedis yang terlatih. 6

Gambar 1. Punksi lumbal 7

Indikasi diagnostik adalah untuk 3,4,8:


1. Mendiagnosis meningitis
2. Mengetahui adanya perdarahan subarahnoid
3. Mengetahui adanya tumor atau keganasan
4. Memasukkan bahan kontras.

Indikasi terapi adalah 4,8:


1. Mengeluarkan darah dari ruang subarahnoid

1
2. Memasukkan obat atau anestesi spinal

Kontraindikasi 3:
1. Bila ada infeksi epidural
2. Infeksi kulit sekitar tempat punksi
3. Kelainan anatomi tempat punksi misalnya skoleosis

METODE

Pengambilan sampel dapat dilakukan pada lokasi :ventrikel, cysterna magna, ruang
subarachnoid, segmen lumbal. Punksi lumbal dilakukan pada ruang intervertebra L3-L4 atau L4-
L5. Jumlah cairan otak yang diambil sebanyak 10- 20 ml, tampung ke dalam 3 tabung kaca yang
transparan dan steril : 1,3
tabung I : untuk tes kimia
tabung II : untuk tes mikrobiologi
tabung III : untuk tes mikroskopi

Gambar 2. Cairan otak ditampung pada tiga tabung untuk tes kimia,
mikrobiologi, dan mikroskopik(hematologi) 7

Penambahan natrium sitrat 20% dapat dilakukan bila cairan otak keruh atau bercampur darah
dengan perbandingan 0,01 ml natrium sitrat 20% dan 1 ml cairan otak

Sebaiknya tes dilakukan paling lambat 1 jam setelah memperoleh sampel untuk menghindari
kerusakan sel dan kontaminasi kuman, artinya sampel langsung dikirim ke laboratorium untuk
segera dilakukan tes. 7

2
TES MAKROSKOPI

 Pra analitik
a. Persiapan pasien : Pasien sebaiknya dalam keadaan rileks dan diberi penjelasan
tentang tahap pengambilan sampel, tujuan, keuntungan dan resiko yang mungkin
terjadi .
b. Persiapan sampel : Hindari sampel warna merah akibat tindakan punksi. 5 Cairan otak
berwarna merah menunjukkan adanya darah dan perlu dibedakan apakah darah
berasal dari perdarahan subarahnoidal atau akibat punksi. Bila perdarahan akibat
punksi maka warna merah akan berkurang pada tabung berikutnya.
c. Prinsip tes: Membandingkan warna cairan otak dengan larutan jernih, memeriksa
kekeruhan dan bekuan cairan otak secara langsung. 6
d. Alat:
Tabung reaksi
 Analitik
~ Warna
a. Cara kerja:
Bandingkan warna pada tabung yang berisi cairan otak dengan tabung yang
berisi aquadest pada latar belakang kertas putih di tempat yang terang 6
b. Nilai rujukan : Cairan otak normal jernih .5,6
~ Kekeruhan
a. Cara kerja : Bandingkan kekeruhan pada tabung yang berisi cairan otak dengan
tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas putih di tempat yang
terang 6
b. Nilai rujukan : Tidak ada kekeruhan. 5,6
~ Bekuan
a. Cara kerja : Bandingkan bekuan pada tabung yang berisi cairan otak dengan
tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas putih di tempat yang
terang 6
b. Nilai rujukan : Tidak ada bekuan.

 Pasca analitik
Interpretasi 5
~Warna : Warna coklat  perdarahan kronik,
Warna kuning  atau kadar protein yang tinggi.
Warna abu-abu  ditemukan lekosit dalam jumlah besar.
~ Kekeruhan :
Derajat kekeruhan mulai dari agak keruh, keruh dan sangat keruh.
Agak keruh  terdapat lebih 200 sel/ul.
Meningitis tuberkulosa  keruh
Meningitis bakterial akut  sangat keruh.
~ Bekuan :
Bekuan pada cairan otak dapat berbentuk halus, keping-keping, selaput atau
kasar.
Bekuan sangat halus  meningitis tuberkulosa
Bentuk selaput  radang kronik

3
Bekuan kasar  meningitis purulenta.
Beku seluruhnya (bekuan en masse)  Froin dan perdarahan besar.

B. TES MIKROSKOPI

1. Menghitung jumlah sel lekosit


 Pra analitik
a. Persiapan sampel : Tidak ada persiapan khusus.
b. Prinsip tes : Menghitung jumlah sel lekosit cairan otak menggunakan kamar
hitung.
c. Alat dan bahan untuk cairan otak yang jernih . 6
- Pipet Pasteur
- Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
- Mikroskop
d. Alat dan bahan untuk cairan otak yang keruh 6:
- Pipet mikro 200 µl dan 20 ul
- Pipet Pasteur
- Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
- Mikroskop
- Larutan Turk pekat
e. Alat dan bahan bila menggunakan kamar hitung Fuchs- Rosenthal 5:
- Pipet lekosit
- Kamar hitung dan kaca penutup
- Mikroskop
- Larutan Turk pekat

Gambar 2. Kamar hitung Improved Neubauer 9

4
 Analitik
a. Cara kerja
~Cara kerja untuk cairan otak yang jernih 6 :
Isilah cairan otak dari tabung dengan menggunakan pipet Pasteur dan teteskan
sebanyak 2 tetes dalam kamar hitung. Periksalah dengan pembesaran 45 x.
Perhitungan:
Hitung semua sel dalam 9 bidang seluas 9 mm² tinggi kamar hitung 0,1 mm.

Jumlah lekosit/mm³: n = 10 x n /mm³


9 x 0,1 9
n = lekosit dalam kamar hitung

~Cara kerja untuk cairan otak keruh 6 :


Masukkan larutan Turk 180µl dan cairan otak 20 µl (pengenceran 10 kali) dalam
tabung reaksi, kemudian homogenkan. Teteskan pada kamar hitung. Hitung
semua sel pada seluruh bidang, maka :

Jumlah lekosit/mm³ : n x 100 /mm³


9
n: lekosit dalam kamar hitung

~Cara kerja untuk yang menggunakan kamar hitung Fuchs- Rosenthal 5 :


Isap larutan Turk hingga tanda 1 ke dalam pipet lekosit, kemudian isap cairan otak
hingga tanda 11. Homogenkan dan buanglah 3 tetesan pertama. Isi kamar hitung
dan biarkan 5 menit. Hitung sel pada seluruh bidang dengan pembesaran 10 x.

Jumlah lekosit/ mm³ : n x 5 x 10 = 50 n = n


16 9 144 3
n: lekosit dalam kamar hitung

b. Nilai rujukan
Normal: dewasa : 0-5 sel/mm³
anak s/d 5 tahun : 0-20 sel/mm³
Bila cairan otak mengandung darah, jumlah sel yang dihitung harus dikoreksi. 10
Jumlah sel/mm³ = lekosit cairan otak - lekosit darah lengkap x eritrosit cairan otak
Eritrosit darah lengkap

 Pasca analitik
Interpretasi:
Peningkatan jumlah sel yang sedang (10-200/mm³) ditemukan pada poliomielitis,
encefalitis atau neurosifilis. Pada meningitis supuratif akut jumlah sel sangat
meningkat.

5
2.Hitung jenis:
 Pra analitik
a. Persiapan sampel: Gunakan sedimen dari cairan otak yang telah disentrifus 5,6
b. Prinsip tes: Menghitung persentase morfologi lekosit dalam cairan otak 6
c. Alat dan bahan:
- Alat sentrifus
- Kaca objek
- Pewarna Wright atau Giemsa
- Mikroskop
 Analitik
a. Cara kerja:
Cairan otak disentrifus 1500- 2000 rpm selama 10 menit. Sedimen yang terbentuk
dibuat apusan, biarkan kering kemudian warnai. Diantara 100 sel lekosit hitung-lah
sel mononukleus dan polimorfonukleus.
b. Nilai rujukan:
Normal : 60-70 % mononukleus.
 Pasca analitik
Interpretasi:
Sel mononukleus meningkat pada keadaan infeksi kronik dan meningitis
tuberkulosa. Peningkatan sel polimorfonukleus dapat dijumpai pada infeksi akut,
abses cerebral atau ekstradural.

C. TES KIMIA

Banyak jenis tes kimia yang dapat dilakukan untuk cairan otak tetapi permintaan tersering
oleh para klinisi adalah tes untuk mengetahui kadar protein dan glukosa.
Tes Nonne Apelt dan tes Pandy merupakan tes protein (kwalitatif) yang sering dilakukan
sebagai bedside test. Tes total protein dan glukosa (kwantitatif) menggunakan fotometer
atau autoanalyser misalnya Cobas Mira 11

1. Protein

 Pra analitik
a. Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus.
b. Metode dan prinsip untuk
* Tes Pandy : Albumin dan globulin dipresipitasi oleh larutan fenol jenuh. 5,6
* Tes Nonne Apelt : Globulin dipresipitasi oleh ammonium sulfat jenuh. 5,6
* Tes total protein 11
Metode : Biuret
Prinsip: Protein + Cu  Cu-Protein kompleks
c. Alat dan bahan untuk
* Tes Pandy: - Pipet mikro 1000µl
- Tabung reaksi
- Larutan fenol jenuh
* Tes Nonne Apelt:

6
- Pipet mikro 1000µl
- Tabung reaksi
- Larutan ammonium sulfat
* Tes total protein:

~Cara semiotomatis
- Tabung reaksi
- Pipet mikro 1000 ul dan 20 ul
- Fotometer 4020
- Reagen R1 : NaOH 0,8 % 200 mmol/ L
Potasium Sodium Tartrat 28 mmol/ L
Potasium iodine 10 mmol/ L
R2 : H2SO4 2 % 180 mmol/ L
CuSO4 612 mmol/ L
Reagen kalibrator/standar (kit Roche)
Protein 5,13 gr/ dL

~Cara otomatis
- Tabung mikro, pipet mikro 20 µl
- Rak tabung dan rak reagen
- Instrumen Cobas Integra 400 plus
- Reagen R1 : Sodium Hydroxide 720 mmol
pH : 13,4
R2 : Sodium Hydroxide 840 mmol
Sodium Potassium Tartrate 200 mmol
Potassium Iodide 150 mmol
Cupric Sulfat 60 mmol
pH : 13,4
 Analitik
a. Cara kerja untuk
* Tes Pandy 5,6 :
Masukkan 1 ml larutan fenol jenuh dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 tetes
cairan otak dan amati timbulnya kekeruhan.
* Tes Nonne Apelt 5,6 :
Masukkan I ml larutan ammonium sulfat jenuh dalam tabung reaksi dan
tambahkan 1 ml cairan otak secara perlahan. Perhatikan ada tidaknya
presipatasi berbentuk cincin putih pada batas kedua lapisan.
* Tes total protein : 11
Cara semiotomatis (menggunakan fotometer 4020) :
- Buat larutan kerja dengan mencampur R2 ke dalam botol R1 dan
homogenkan. Larutan ini stabil 6 bulan (2-4 °C) atau 3 bulan (15°-
25 °C ).
- Ambil 3 tabung reaksi, isilah larutan kerja 1000 ul pada tabung I
(reagen blanko/ RB), larutan kerja 1000 ul dan reagen kalibrator 20 ul
pada tabung II (kalibrator), larutan kerja 1000 ul dan sampel 20 ul
pada tabung III (tes).

7
- Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 30°C.
Lakukan pengukuran absorban ΔTdanΔC terhadap RB
Perhitungan:
Kadar protein total: ΔT x konsentrasi kalibrator
ΔC
Δ T : absorban tes
Δ C : absorban kalibrator
Cara otomatis (Cobas Integra 400 plus)
- Aktifkan alat Cobas Integra 400 plus
- Periksa inventori dan control
- Siapkan reagen dan diletakkan pada rak reagen
- Tes dapat dijalankan setelah dilakukan control dan kalibrasi
- Masukkan identitas sampel(pasien)
- Ambil serum dengan menggunakan pipet mikro
- Masukkan serum ke dalam cup sampel lalu letakkan pada rak sampel
kemudian masukkan ke dalam mesin
- Pilih program tes total protein
- Tekan start pada alat, pengukuran dilakukan secara otomatis dan hasil
tes akan keluar pada print out.
b. Nilai rujukan :
* Tes Pandy: Normal tidak timbul kekeruhan 4,5, 6
* Tes Nonne Apelt: Normal tidak terbentuk presipitasi 4,5, 6
* Tes total protein: Normal kadar total protein 15-40 mg/dl. 1

 Pasca analitik
Interpretasi :
- Tes Pandy 4,5,6
Pada cairan otak yang normal tidak timbul kekeruhan. Bila timbul
kekeruhan yang cukup jelas menunjukkan kadar protein yang tinggi.
-
Tes Nonne Apelt 4,5,6
Pada cairan otak yang normal tidak terbentuk presipitat. Terbentuknya
presipitat menunjukkan peninggian globulin.
-
Tes total protein 1,4
Peningkatan ringan protein dapat ditemukan pada inflamasi ringan atau
tumor. Pada meningitis bakteri dan tuberkulosa kadar proteinnya
sangat meningkat.

2. Glukosa
 Pra analitik
Persiapan sampel : Pasien hendaknya puasa.
b. Metode dan prinsip tes: Metode: Heksokinase 10
Prinsip: Tambahkan reagen terhadap sampel yang mengandung glukosa, maka:
HK
Glukosa + ATP Glukosa – 6P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase glukosa menjadi glukosa-6-
fosfat oleh ATP

8
G6P-DH
Glukosa-6P + NADP Glukonat-6P + NADPH + H+
Konsentrasi glukosa sebanding dengan NADPH yang terbentuk.
- Alat dan bahan:
Cara manual/ semiotomatis
- Tabung reaksi
- Pipet mikro 10 ul dan 1000 ul
- Reagen ( R1 ): TRIS 85 mmol/ L
ATP 3,6 mmol/ L
NAD 1,8 mmol/ L
Heksokinase  20 ukat
Glukosa 6-P-DH  10 ukat
- Pelarut( R2 ) : TRIS + Natrium azide < 0,1 % 10 mmol
- NaCl 0,9 % 1000 ul
Cara otomatis
- Pipet mikro 10 µl
- Tabung mikro
- Rak tabung dan rak reagen
- Instrumen Cobas Integra 400 plus
- Reagen (R1) dan pelarut (R2)
 Analitik
a. Cara kerja 11
Cara manual/ semiotomatis :
- Buat larutan kerja dengan melarutkan isi vial R1 dengan 30 ml
pelarut R2. Larutan ini stabil 3 bulan (2- 8C) atau 4 minggu
(15- 25C).
- Isilah tabung I (T) 10 ul sampel dan 1000 ul larutan kerja, tabung I
(TB) isi dengan NaCl 1000 ul.
- Campur isi tabung dan inkubasi selama 10 menit.
- Baca absorbans  (T) terhadap larutan kerja dan  (TB) terhadap
larutan NaCl.
Perhitungan:
Konsentrasi glukosa: ( T ) - ( TB ) x Faktor

Panjang gelombang: 334 340 365


Faktor( mmol/ L ): 16,3 16,6 29,7
( mg/ ml ): 294 289 535
Cara otomatis (Cobas Integra 400 plus)
- Aktifkan alat Cobas Integra 400 plus
- Periksa inventori dan control
- Siapkan reagen dan diletakkan pada rak reagen
- Tes dapat dijalankan setelah dilakukan control dan kalibrasi
- Masukkan identitas sampel(pasien)
- Ambil serum dengan menggunakan pipet mikro (500µl)
- Masukkan serum ke dalam cup sampel lalu letakkan pada rak sampel
- Pilih program tes GLUC3

9
- Mengkonfirmasi posisi sampel
- Memasukkan sampel pada mesin
- Memulai pemeriksaan secara otomatis dan hasil akan ditampilkan pada
monitor serta hasil dapat di print.

b. Nilai rujukan:
Normal pada anak-anak : 60-80mg/dl dan dewasa: 40-75 mg/dl.

 Pasca analitik
Interpretasi:
Meningitis bakteri, meningitis tuberkulosa dan jamur dapat menurunkan kadar
glukosa dalam cairan otak 4,5

Catatan: Nilai rujukan yang digunakan sesuai dengan alat dan reagen

10
ALGORITME TES CAIRAN OTAK
Pasien

Indikasi & kontraindikasi

Lumbal punksi

Bagi ke dalam tabung I, II, III

Segera lakukan tes

Tabung I Tabung II Tabung III

Tes mikrobiologi &


Tes Tes kimia Tes tes lainnya
makroskopi mikroskopi

Pewarnaan Gram /
Kekeruhan Total Protein (TG)(mg/l) Jumlah sel Ziehl- Neelsen
Bekuan Glukosa (G)(mg/dl) Hitung jenis Kultur
warna -mononukleus (MN) Radiografi /
-polimorfonukleus (PMN) Tumor marker
PCR
ya Coklat TP < 150 sel < 5
Kemerahan G : Normal MN perdarahan

Tanpa warna TP:100-1500 sel >500


G < 40 PMN bakterial pewarnaan Gram
Tidak
TP <100 sel 200-500
G < 40 MN tuberkulosa pewarnaan Z- N

TP:N/<100 sel 10-200


G: Normal MN virus PCR
Tanpa warna
TP:50-300 sel 0- 5
G < 40 MN jamur kultur

TP < 500 sel 0- 5


G < 40 PMN tumor radiografi/
tumor marker

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Smith P.G, Kjeldsberg R.C: Cerebrospinal, Synovial and Serous Body Fluids in Clinical
Diagnosis and Management by Laboratory Methods, W.B. Saunders Company. 19 Ed.
1996, 457- 467.
2. Mahar Mardjono, Priguna S: Dasar- dasar pemeriksaan neurologik khusus dalam
Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, 416- 422.
3. Fiscbach FT:Cerebrospinal fluid Studies in A Manual of Laboratory & Diagnostic Tests, 5
Ed: 1995, 278- 300.
4. Cairan tubuh, Diktat Kuliah: Cairan otak , Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Unhas, 1999, 25- 56.
5. Gandasoebrata : Cairan otak dalam Penuntun Laboratiroum Klinik, Penerbit Dian Rakyat,
Jakarta, 1992, 158- 170.
6. Petunjuk Pemeriksaan Cairan Tubuh Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium
Kesehatan 1992.
7. Narang B.S, Reynolds T: Laboratory Examination of Miscellaneous Body Fluids in Medical
Laboratory Technology, Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1988, 848-
860.
8. Widman FK. Cairan otak dalam Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Ed.
9. EGC. 1995, 557- 570.
9. Ringsrud , FM, Linne, JJ. Body Fluids in Urinalysis and Body Fluids. A Color Text and
Atlas. Mosby, 2004
10. Wallach. J. Interpretasi of Diagnostic Test, 7 Ed, Lippincott Philadelphia 2000, 263- 269.
11. Hardjoeno dkk, Substansi dan Cairan Tubuh. Lephas, UNHAS, Makassar, 2004,
12. Manual Cobas Mira, Roche.
13. Test Instruction Manual Cobas Integra 400 plus.

12
LAPORAN PRAKTIKUM
I. TES:

A. Pra analitik

1. Persiapan pasien :

2. Persiapan sampel :

3. Prinsip tes:

4. Alat:

B. Analitik

1. Cara kerja:

2. Hasil yang diperoleh:

13
C. Pasca analitik

Interpretasi:

Makassar, 2011

Pembimbing, Mahasiswa,

( ) ( )

14
II. TES:

A. Pra analitik

5. Persiapan pasien :

6. Persiapan sampel :

7. Prinsip tes:

8. Alat:

B. Analitik

3. Cara kerja:

4. Hasil yang diperoleh:

15
C. Pasca analitik

Interpretasi:

Makassar, 2011

Pembimbing, Mahasiswa,

( ) ( )

16
KARTU KONTROL
PRAKTIKUM SISTEM NEUROPSIKIATRI
BAGIAN ILMU PATOLOGI KLINIK

Nama : .....................................................

NIM : ..................................................... Pas Foto


3x4
Kelompok : .....................................................

Pembimbing : .....................................................

Tanggal Nama Tes Paraf Pembimbing Nilai


Praktikum Praktikum Laporan

Koordinator Praktikum,

17

Anda mungkin juga menyukai