Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang
ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan
antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian)
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah
penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini
antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipertensi

a. Anatomi

1) Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercosta kelima kiri pada linea midclavikula.

Hubungan jantung adalah:

a) atas: pembuluh darah besar

b) bawah: diafragma

c) setiap sisi: paru-paru

d) belakang: aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis

2) Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan
cabang-cabangnya besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

a)Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya

b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arterosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan
darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.


Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat, Sebaliknya, jika:

a) Aktivitas memompa jantung berkurang,

b) arteri mengalami pelebaran,

c) banyak cairan keluar dari sirkulasi.

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis).

3) Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.

b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal

c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.

4) Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi
umum, tekanan darah akan meningkat.

5) Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari
arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh
darah utama

6) Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat
kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial.
Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan
pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan

7) Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

b. Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 2010).

2.2 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau
kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Tekanan Darah
Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya
Berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.

2.3 Etiologi Hipertensi

a) Elastisitas dinding aorta menurun


b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
 Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, Stres psikologis
 Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
 Hipertensi hormonal
 Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan, 2012)

2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi


sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa:
a. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
b. penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Elizabeth J. Corwin, 2000).

2.5 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada sistem saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis
ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan
vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat.
Yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer


bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner
dan Suddarth, 2001)

2.6 Komplikasi Hipertensi


a) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
b) Infark Miokard
Dapat terjadinya infark miokardium apabila arteri korener yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke mio kardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel,maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.demikian juga
hipertopi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintas vetrikel sehingga terjadi disritmia,hipoksia jantung dan peningkatan risiko
pembentukan pembekuan(corwin,2000).
c) Gagal ginjal
gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal,glomerolus.dengan rusaknya glomerolus,darah akan mengalir ke
unit-unit fungsional ginjal,nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian.dengan rusaknya membran glomerolus protein akan keluar
melalui urin sehingga terkena osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema
yang sering di jumpai pada hiperensi Kronik(corwin,2000).
d) encefalopati(kerusakan otak)
tanda gejala encefalopati di antaranya nyeri kepala hebat berubahnya kesadaran
kejang dengan defisit neurologi fokal azotermia,mual dan muntah – muntah(
stein,2001).encelopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna(hipertensi yang
cepat).tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.neron-
neron di sekitarnya kolap dan terjadinya komaserta kematian(corwin,2002).

2.7 Faktor Hipertensi bedasarkan teori L. Blum


1) Faktor keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga.
Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka dugaan hipertensi esensial lebih
besar. Kasus hipertensi juga banyak ditemukan pada kembar monozigotik, apabila
salah satunya menderita hipertensi.ini menunjukan bahwa faktor genetik berperan
dalam kemunculan hipertensi. Perlu diketahui bahwa terdapat dua gen yang diduga
berperan dalam timbulnya hipertensi, yaitu NPPA dan NPPB. Kedua gen tersebut
membuat tubuh kelebihan sodium. Pengidap hipertensi berpeluang besat menderita
penyakit stroke, serangan jantung, gagal jantung, maupun gagal ginjal. Para peneliti
mengemukakan bahwa penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Orang-orang yang memiliki kedua gen tersebut berpotensi terkena hipertensi 18%
lebih tinggi daripada mereka yang hanya memiliki salah satu gen tersebut atau yang
tidak memilikinya sama sekali. Kedua gen tersebut memproduksi peptide natriuretik,
yaitu sejenis protein yang berpengaruh meregangkan pembuluh darah dan membuang
garam (sodium) melalui urin.

2) faktor prilaku dan lingkungan

a) Stres dan beban mental Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui
aktivitas simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan
tekanan darah secara tidak menentu. Jika stres terjadi secara terus-menerus, maka
akan mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Seperti telah kita tahu, cepat atau lambat denyut jantung dipengaruhi oleh hormon
adrenalin. Peningkatan hormon adrenalin akan meningkat denyut jantung dan
menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Pengeluaran hormon ini diatur oleh
saraf simpatis. Saraf simpatis ini bekerja keras pada orang yang berada dalam
kondisi stres atau mengalami tekanan mental. Karena itulah orang yang berada
dalam kondisi stres atau mengalami tekanan mental. Jantungnya terjebak
kemacetan, menemui masalah yang sulit, menghadapi ujian, dan sebagainya.
Ketegangan yang berlarut- larut dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b) Konsumsi makanan berlebih dan obesitas
Kadar lemak dalam tubuh maksimum adalah 150 mg/dl. Kandungan lemak baik
(HDL) optimum adalah 45 mg/dl. Sementara kandungan LDL maksimum 130
mg/dl. Konsumsi makanan berlebih dapat meyebabkan kegemukan atau obesitas.
Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan
energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ
vital jantung, paru, dan hati). Hal ini menyebabkan jaringan tidak aktif sehingga
beban kerja jantung meningkat. Selain itu, obesitas juga didefinisikan sebagai
kelebihan berat badan. Biasanya kelebihan tersebut sebesar 20% atau lebih dari
berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. Pada orang yang menderita obesitas
organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, orang
dengan obesitas akan lebih cepat gerah dan lelah. Akibatnya dari obesitas, para
penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes
mellitus.
Obesitas sendiri lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif (kurang
olahraga). Jika makanan yang dikonsumsi lebih banyak mengandung kolesterol
dapat menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Akibatnya,
aliran darah menjadi kurang lancar. Kolesterol memang dibutuhkan oleh tubuh,
tetapi dalam jumlah tertentu. Orang yang memiliki kelebihan lemak
(hiperlipidemia), berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga suplai
oksigen dan zat makanan ke organ tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan
oleh lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat
memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat dan
terjadilah hipertensi.
C) merokok
Seperti telah diketehui oleh masyarakat pada umumnya, rokok mengandung
ribuan zat kimia bebahaya tersebut anatara lain nikotin, tar, dan meningkatkan
kekentalan darah. Ini mengakibatkan jantung harus memompa darah lebih kuat
lagi. Sementara nikotin dapat memicu pengeluaran zat catecholamine tubuh
seperti hormon adrenalin. Hormon tersebut dapat memacu jantung untuk berdetak
lebih kencang, yaitu 10 hingga 20 kali lipat per menit. Ini meningkatkan tekanan
darah 10 sampai 20 skala. Akibatnya, volume darah meningkat dan jantung
menjadi lebih cepat lelah. Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman
sel darah. Akibatnya, darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding
pembuluh darah. Seperti yang terjadi pada pengaruh zat sebelumnya, penempelan
tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung
memompa darah lebih kuat lagi. Lambat laun, tekanan darah pun akan meningkat.
Tidak hanya perokok aktif saja yang berpotensi terkena hipertensi, tetapi juga
perokok pasif. Risiko hipertensi pada perokok pasif dua kali lipat dari perokok
aktif.
d) konsumsi alkohol
Alkohol dapat mengganggu sistem kerja saraf pusat maupun saraf tepi. Jika kerja
saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada pengaturan
tekanan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan kadar yang
tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat
tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida,
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kuat lagi agar
darah yang sampai ke jaringan jumlahnya mencukupi. Ini berarti juga terjadi
peningkatan terjadinya hipertensi.
e) kebiasaan minum kopi
Hipertensi dapat dipicu pula oleh kebiasaan minum kopi. Kopi mengandung
kafein. Kafein dalam kopi dapat memacu kerja jantung dalam memompa darah.
Peningkatan tekanan dari jantung diteruskan pada arteri sehingga tekanan darah
meningkat.
f) kurang olahraga
Olahraga lebih sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi.Hal ini
dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga bermanfaat menurunkan obesitas
dan dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

3) faktor pelayanan kesehatan

2.8Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada
umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau
meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat.
Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup
sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar
penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan juga bermanfaat
bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai
pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter.Agar terhindar dari komplikasi fatal
hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara
lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Mengkonsumsi
buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol,
lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara
klinis dapat menurunkan tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang
tinggi, secara garis besar ada empat macam diet, yaitu :
a. Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5 gram
garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali 1,25-3,75 gram
garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25 gram
garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam
jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang
penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan
bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet
ini antara lain sebagai berikut :
1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-gorengan atau
makanan yang digoreng dengan minyak.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang, kepiting),
minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan lain-
lain.
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu, juga
harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan
kadar kolesterol darah.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan berserat
tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :
1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,papaya, mangga, apel, semangka dan
pisang.
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun
singkong, tomat, wortel, touge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah,
dan biji-bijian.
4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena hipertensi.
Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat
dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir
tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu : bejalan
kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik
fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya
hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara
teratur tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan
darah.

2.9 Pengobatan hipertensi


1. Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan atau
derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah diketahui
akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti kegunaannya
dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang
lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali
sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan
cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai