1.1 Pengertian
Nyeri bersifat sangat subjektif karena intensitas dan responnya pada setiap
orang berbeda-beda. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli tentang
pengertian nyeri, diantaranya adalah:
a. Long (1996): Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat
subjektif dan hanya orang yang mengalami yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut.
b. Arthur C. Curton (1983): Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangaan nyeri.
c. Aziz Alimul (2006): Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
subjectif karena perasaan nyeri setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan rasa
nyeri yang dialaminya.
d. Tamsuri, (2007): Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya.
e. Judith M Wilkinson, (2002): Nyeri adalah pengalaman sensori serta
emosional yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
1.2 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
- Trauma
- Peradangan
- Trauma psikologis
b. Faktor Presipitasi
- Lingkungan
- Suhu yang ekstrem
- Kegiatan
- Emosi
1.3 Klasifikasi
a. Jenis Nyeri
Berdasarkan jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi :
1. Nyeri Perifer
Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Nyeri superfisial : Rasa nyeri muncul akibat rangangan pada kulit dan
mukosa.
2) Nyeri viseral : Rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada reseptor
nyeri di rongga abdomen, kranium, dan thoraks.
3) Nyeri alih : Rasa nyeri dirasakan di daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral
Nyeri sentral adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada medula
spinalis, batang otak, dan talamus.
3. Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak diketahui.
Umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor psikologis.
Selain jenis-jenis yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga
beberapa jenis nyeri yang lain. Contohnya:
1) Nyeri somatik : nyeri yang berasal dari tendon, tulang, saraf dan
pembuluh darah.
2) Nyeri menjalar : nyeri yang terasa di bagian tubuh yang lain,
umumnya disebabkan oleh kerusakan atau cedera pada organ viseral.
3) Nyeri neurologis : bentuk nyeri tajam yang disebabkan oleh spasme
di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.
4) Nyeri phantom : nyeri yang dirasakan pada bagian pada bagian tubuh
yang hilang, misalnya pada bagian kaki yang sebenarnya sudah
diamputasi.
b. Bentuk Nyeri
Bentuk nyeri secara umum dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri
kronis.
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan. Awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan
berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi
singkat kurang dari 3 bulan (NANDA, 2018).
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan. Awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi
secara konstan atau berulang yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi
atau diprediksi, dan dengan durasi singkat lebih dari 3 bulan
(NANDA, 2018).
1.4 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat adanya trauma jaringan, maka terbentuklah
zat-zat kimia seperti Bradikinin, Serotonin, dan enzim Proteotik. Kemudian
zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan
rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hipotalamus melalui saraf-saraf
asenden. Sedangkan korteks nyeri akan dipersepsikan sehingga individu
mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hipotalamus nyeri dapat menurunkan
stimulasi terhadap reseptor mekanik sensitif pada termosensitif sehingga dapat
juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N. Mubarak, 2007).
Cara nyeri merambat dan dipresepsikan oleh individu masih belum
sepenuhnya dimengerti. Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan derajat
nyeri tersebut menggangu dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan transmisi
sistem saraf serta interpretasi stimulus. Proses perjalanan nyeri, yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
1) Tranduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator
biokimia (misalnya histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P).
Mediator ini kemudian merangsang nosiseptor.
2) Transmisi
Proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi
sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul dicelah sinaptik
mentrasmisi informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya.
3) Modulasi atau sistem desenden
Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal
medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif.
4) Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri
tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya
berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik
dan afektif nyeri.
1.5 Pathway/W.O.C
1.6 Manifestasi klinis
a. Tanda dan Gejala
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah yang menunjukkan kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Nadi meningkat
9. Depresi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
- Arti nyeri
Nyeri bagi beberapa orang bisa dipersepsikan seperti hal yang bersifat
negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
biasanya dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman.
- Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif dari seseorang
yang merasakan nyeri. Dikarenakan hanya pasien yang mampu
menjelaskan tentang nyeri yang dirasakannya dan perawat tidak bisa
merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
- Toleransi nyeri
Toleransi nyeri ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menahan nyeri. Karrena ambang batas nyeri setiap orang berbeda-beda.
- Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Reaksi
nyeri setiap seseorang biasanya dipengaruhi oleh nilai budaya, tingkat
persepsi nyeri, arti nyeri, pengalaman masa lalu, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
1.7 Pengukuran Intensitas Nyeri
a. Skala nyeri menurut Hayward
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat
menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti
instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Sangat nyeri, tetapi pasien masih bisa
dikendalikan dengan aktivitas yang biasa dilakukan
4) Sangat berat = Skala 10 : Sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan.
b. Skala nyeri menurut McGill
Skala nyeri menurut McGill dapat ditulis sebagai berikut.
0 = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat atau parah
4 = nyeri sangat berat
5 = nyeri hebat
c. Skala wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale
Skala wajah dapat digambarkan sebagai berikut:
1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG: Biasanya pada pasien dengan nyeri tekan dibagian
abdomen.
b. Rontgen: Mengetahui adanya permasalahan pada bagian organ atau
tulang.
c. Pemeriksaan LAB: Sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
d. CT-Scan: Mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah pada area
otak.
1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang biasanya diberikan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan nyeri, antara lain adalah:
a. Penatalaksanaan Keperawatan
- Monitor TTV pasien
- Kaji adanya tanda – tanda infeksi atau peradangan yang
menyebabkan nyeri
- Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk
mengatasi nyeri ringan sampai sedang)
- Kompres hangat
- Mengajarkan teknik relaksasi
b. Penatalaksanaan Medis
- Pemberian analgesic
Analgesic akan lebih efektif untuk mengatasi nyeri pasien yang
berada pada nyeri berat.
- Pemberian placebo
Placebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, garam, atau air. Tetapi ini berguna untuk
mengatasi nyeri, hal ini berkaitan dengan faktor persepsi
kepercayaan pasien.
1.11 Komplikasi
Komplikasi yang biasanya akan muncul pada pasien dengan diagnosa
keperawatan nyeri, antara lain adalah:
a. Masalah dengan gangguan mobilisasi
b. Hipertensi
c. Hipertermia
d. Gangguan pola tidur
e. Ansietas
1.12.3. Perencanaan
NOC NIC
Tujuan: Menejemen Nyeri (1400)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat nyeri,meliputi :
selama 1x24 jam, diharapakan nyeri teratasi. lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil: intensitas / beratnya nyeri,
Tingkat Nyeri (2102) faktor-faktor presipitasi.
2. Berikan informasi tentang nyeri
Kode Indikator S.A. S.T.
3. Ajarkan teknik relaksasi
Nyeri yang 4. Tingkatkan tidur/istirahat yang
210201 5
dilaporkan cukup
Ekspresi Nyeri 5. Turunkan dan hilangkan faktor
210206 5
wajah yang dapat meningkatkan nyeri
Mengeluarkan 6. Kendalikan faktor lingkungan
210225 5
keringat yang dpat memperparah nyeri
210210 Frekwensi nafas 5 pasien
210212 Tekanan darah 5 7. Gali dengan pasien dan keluarga
Kehilangan untuk mengetahui faktor yang
210215 5
nafsu makan memperberat nyeri
8. Mengajarkan prisip managemen
Keterangan indikator (2102): nyeri
1 = Berat 9. Kolaborasi dengan dokter
2 = Cukup berat tentang pemberian analgesik
3 = Sedang
4 = Ringan Monitor tanda-tanda vital (6680)
5 = Tidak ada 1. Monitor tekanan darah, Suhu dan
Nadi.