Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi

Peritonitis adalah peradangan peritoneum (membran serosa yang melapisi rongga


abdomen dan menutupi visera abdomen) merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis.
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik
pada selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut bagian dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difus dan riwayat akut atau kronik.

B. Epidemiologi

Peritonitis dapat mengenai semua umur dan terjadi pada pria dan wanita. Penyebab
peritonitis sekunder yang bersifat akut tersering pada anak-anak adalah perforasi apendiks,
pada orang tua komplikasi divertikulitis atau perforasi ulkus peptikum. Komplikasi
peritonitis berupa gangguan pembekuan darah, respiratory distress syndrome, dan sepsis
yang dapat menyebabkan syok dan kegagalan banyak organ. Kematian kasus peritonitis
generalisata cukup tinggi yaitu antara 10–20%, di negara-negara berkembang angka
kematian lebih tinggi lagi. Penelitian di Rio de Janeiro, Brazil didapatkan angka kematian
sebesar 2 61,8%, di Semarang RSUP Dr. Kariadi, Indonesia 3d idapatkan angka kematian
54%.

C. Klasifikasi Peritonitis

Menurut sumber infeksinya peritonitis di bagu menjadi 3 yaitu :

1 Peritonitis primer

Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari penyebaran secara


hematogen. Sering disebut juga sebagai Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP).
Peritonitis ini bentuk yang paling sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi
atau nekrose (infeksi transmural) dari kelainan organ visera dengan inokulasi
bakterial pada rongga peritoneum. Kasus SBP disebabkan oleh infeksi monobakterial
terutama oleh bakteri gram negatif ( E.coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas,
proteus) , bakteri gram positif ( streptococcus pneumonia, staphylococcus).
Peritonitis primer dibedakan menjadi: *Spesifik Peritonitis yang disebabkan infeksi
kuman yang spesifik, misalnya kuman tuberkulosa.

* Non- spesifik Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang non spesifik,
misalnya kuman penyebab pneumonia yang tidak spesifik.

2 Peritonitis sekunder peritonitis ini bisa disebabkan oleh beberapa penyebab utama,
diantaranya adalah:

 invasi bakteri oleh adanya kebocoran traktus gastrointestinal atau


traktus genitourinarius ke dalam rongga abdomen, misalnya pada :
perforasi appendiks, perforasi gaster, perforasi kolon oleh
divertikulitis, volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.
 Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pankreas ke peritoneum
saat terjadi pankreatitis, atau keluarnya asam empedu akibat trauma
pada traktus biliaris.
 Benda asing, misalnya peritoneal dialisis catheters.

3. Peritonitis tersier

Biasanya terjadi pada pasien dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis


(CAPD), dan pada pasien imunokompromise. Organisme penyebab biasanya
organisme yang hidup di kulit, yaitu coagulase negative Staphylococcus, S.Aureus,
gram negative bacili, dan candida, mycobacteri dan fungus. Gambarannya adalah
dengan ditemukannya cairan keruh pada dialisis. Biasanya terjadi abses, phlegmon,
dengan atau tanpa fistula. Pengobatan diberikan dengan antibiotika IV atau ke dalam
peritoneum, yang pemberiannya ditentukan berdasarkan tipe kuman yang didapat
pada tes laboratorium. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah peritonitis
berulang, abses intra abdominal. Bila terjadi peritonitis tersier ini sebaiknya kateter
dialisis dilepaskan.
D. GEJALA KLINIS

Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan
terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun tersebar di seluruh
abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita bergerak. Gejala lainnya
meliputi:

1. Demam dengan temperatur lebih dari 380 C, pada kondisi sepsis berat dapat
hipotermia.

2. Mual dan muntah

Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi peritoneum.

3. Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan


kesulitan bernafas.

Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan hipovolemik
intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi, penurunan output urin dan syok.
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak terdengar bising usus

4.Rigiditas abdomen atau sering disebut ’perut papan’, terjadi akibat kontraksi otot
dinding abdomen secara volunter sebagai respon/antisipasi terhadap penekanan pada
dinding abdomen ataupun involunter sebagai respon terhadap iritasi peritoneum

5. Nyeri tekan dan nyeri lepas (+).

6. Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi.

7. Tidak dapat BAB/buang angin

Pemeriksaan radiologi
Banyak entitas inflamasi dan infeksi dapat secara akut mempengaruhi peritoneum
yang menyebabkan penebalan lapisannya. Sayangnya, beberapa penyakit peritoneum akut
dapat memiliki fitur yang tumpang tindih, baik secara klinis maupun saat pencitraan.

Computed tomography (CT) menjadi alat penting dalam deteksi dan karakterisasi
keterlibatan abdominal akut dengan pengembangan pemindai multidetektor CT (MDCT).
Teknologi ini memungkinkan akuisisi data isotropik dan memungkinkan kemampuan
melakukan rekonstruksi multiplanar resolusi tinggi. Dengan demikian, pencitraan CT sering
merupakan modalitas awal pada perut akut pada sebagian besar pasien, dan ahli radiologi

harus memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi dalam deteksi dan interpretasi kelainan
peritoneum.

Pada MDCT, peritoneum normal muncul sebagai struktur tipis dan halus, dan
karenanya sulit dideteksi. Menurut jenis keterlibatan peritoneum, adalah mungkin untuk
mengidentifikasi tiga pola yang berbeda.

1- Pola seragam yang halus: penebalan peritoneum teratur dan dengan ketebalan
yang seragam dan menunjukkan antarmuka yang halus dengan lemak omental.

2- 2-Irregular pattern: penebalan peritoneal menunjukkan ketebalan yang tidak


seragam dengan segmen fokus lebih tebal dari pada yang lain; antar muka antara
peritoneum yang menebal dan lemak omental tampak kasar dan tidak teratur;
segmen tebal fokus menunjukkan sudut tumpul dengan peritoneum.

3- 3- Pola nodular: penebalan peritoneum tidak ada atau minimal; Temuan utama
adalah nodul yang jelas dari atenuasi jaringan lunak yang secara individual
terlihat di sepanjang peritoneum dan diuraikan oleh lemak omental yang
berdekatan; nodul biasanya menunjukkan diameter variabel dengan beberapa

ukuran lebih besar dan lainnya lebih kecil

Penebalan seragam yang halus adalah pola umum dalam kebanyakan kasus peritonitis
akut, sedangkan pola nodular relatif jarang. Lesi ganas seperti karsinomatosis peritoneum,
limfomatosis peritoneum, dan mesothelioma menunjukkan penebalan nodular sebagai pola
yang lazim. Namun demikian, meskipun lebih jarang, pola ireguler serta nodular dapat
terlihat pada beberapa jenis penyakit peritoneum jinak akut. Dalam kasus-kasus ini,
kemunculan omentum yang lebih besar dan mesenterium usus kecil dapat membantu
menghindari diagnosis keganasan yang keliru. Faktanya, pada penyakit neoplastik
keterlibatan omental berkisar dari nodul halus yang lebih besar hingga massa kontinu difus,
atau disebut juga omental caking. Demikian pula, keterlibatan mesenterium usus halus oleh
nodul fokal atau massa adalah umum pada keganasan. Mesenterium usus kecil bagian bawah
dekat terminal ileum adalah salah satu tempat alami di mana tumor awalnya mengendap.
Oleh karena itu, terminal ileum adalah area kritis untuk dievaluasi ketika mencari bukti
metastasis peritoneum. Berbeda dengan keganasan, keterlibatan omental jarang terjadi pada
peritonitis akut sedangkan mesenterium usus kecil sering terlibat.

Anda mungkin juga menyukai