Anda di halaman 1dari 40

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Motivasi Belajar


1.1) Pengertian Motivasi
Proses belajar mengajar, seorang pendidik dituntut untuk bisa
membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya. Seorang tidak akan
pernah belajar jika pada dirinya tidak memilki motivasi, seseorang tidak
bisa dipaksa untuk belajar, peserta didik harus termotivasi untuk bisa
melibatkan dirinya dalam proses belajar.
Motivasi berasal dari kata”motif” yang artinya kekuatan yang
terdapat pada diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, akan
tetapi dapat di interprestasikan dalam tingkah lakunya, yang berupa
rangsangan,dorongan ataupun pembangkit tenaga munculnya suatu
tingkah laku tetentu. Sumber menagacu kepada pengertian motivasi,
terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motivasi
(Sardiman, 2006: 73).
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Maka
motivasi dapat diartikan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk berusaha merubah tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2013: 3).
Sedangkan A. W. Bernard (2012: 319) memberikan pengertian
motivasi yang dikutip Purwa,sebagai “fenomena yang dilibatkan dalam
perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya
kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan
tertentu.”Motivasi Menurut Gray dkk (1950: 56). Dikutip oleh
Abdorrahman Gintings, adalah “hasil sejumlah proses, yang bersifat
internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan


 

 

timbulnya sikap antusisme dan persistensi dalam hal melaksanakan


kegiatan-kegiatan tertentu” (Abdurrahman Ginting, 2008: 88).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat
dikatakan organisme maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Jadi, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara searah. (Donald dalam Hamalik, 2001: 33)
mengemukakan bahwa motivasi adalah: motivation is an energy sebagai
keseluruhan dengan penggerak di dalam diri peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar dapat tercapai. bahwa motivasimerupakan kondisi fisiologis dan
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu,
termasuk didalamnya adalah kegiatan belajar.

1.2) Fungsi Motivasi


Motivasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam suatu
kegiatan, akan mempengaruhi suatu kekuatan dari kegiatan tersebut, akan
tetapi motivasi jauga dipengaruhi oleh tujuan, semakin tinggi suatu
tujuan maka makin tinggi pula motivasinya, dan makin besar motivasi
akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Ketiga komponen tersebut saling
berkaitan yang disebut proses motivasi. Proses motivasi ini meliputi:
a. Adanya asuatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga
pendorong (desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan) yang
menimbulkan suatu ketegangan atau tension.
b. Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan kepada
pencapaian suatu tujuan yang akan mengendurkan atau
menghilangkan ketegangan.
c. Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan
(Nana, 2009: 62)
.

 

Fungsi motivasi belajar ada tiga, yaitu:


a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
b) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada
pencapaiantujuanyang diinginkan dalam belajar.
c) Sebagai penggerak, yang berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Jadi
besar kecilnya suatu motivasi akan menentukan arah cepat dan
lambatnya suatu motivasi belajar siswa (Hamalik, 2003: 161).
Motivasi juga dapat berfungsi untuk mengaktifkan atau
meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan yang motivasinya lemah maka
dalam melakukan sesuatu tidak akan sungguh-sungguh. Sebaliknya jika
motivasi seseorang tinggi mak dalam melakukan suatu hal akan
sungguhsungguh,terarah, dan penuh rasa semangat.

1.3) Unsur-unsur Motivasi


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 97) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu :
1. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang” akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar.
2. Kemampuan belajar
Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang
terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian,
ingatan, daya pikir, dan fantasi. Didalam kemampuan belajar ini,
sehingga perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran.
Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata)
tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl
(berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan
daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar
tinggi,biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa

 

seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan


memperkuat motivasinya.
3. Kondisi jasmani dan rohani siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik.
Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini
berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi
biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas
menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.
4. Kondisi lingkungan kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya
dari luar diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga
lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Unsur-unsur dinamis belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang
lemah dan bahkan hilang sama sekali.
6. Upaya guru membelajarkan siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
siswa (Mudjiono, 2010: 98).

1.4) Bentuk-bentuk motivasi di Sekolah


Didalam kegiatan belajar mengajar peranan dari pada motivasi
intrinsik dan ekstrinsik sangat diperlukan.Karena dengan adanya
motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif belajarnya
serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajarnya (Nashar, 2004: 30).
Oleh karena ituperlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan
motivasi ada bermacam-macam. Akan tetapi untuk motivasi ekstrinsik
10 
 

kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.Maka


untuk itu seorang guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan
memberikan motivasi dalam kegiatan belajar anak didiknya.
Sebab memberi motivasi tetapi justru menjadikan tidak memberi
keuntungan pada perkembangan belajar anak mungkin maksudnya
didiknya.
Berikut ini ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 2007: 92).
a) Memberi angka
Pada umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil
belajarnya,yaitu berupa angka yang diberikan oleh guru. Apabila
siswamendapatkan angka baik maka motivasi untuk melakukan
belajar semakin besar, sebaliknya siswa yang mendapatkan angka
kurang akanmenimbulkan frustasi atau dapat juga bisa menjadi
pendorong ia untuk lebih giat belajar agar mendapatkan angka yang
lebih baik.
b) Pujian
Pemberian pujian kepada murid atas apa yang telah
dikerjakannya dapat menambah motivasi belajar siswa. Karena
dengan pujian siswa bisa merasa senang dan puas atas apa yang
telah dilakukannya.
c) Hadiah
Cara dengan memberi hadiah dapat menambah motivasi
belajar siswa. Misalnya saja seorang guru akan memberikan hadiah
pada muridnya yang berprestasi.
d) Kerja kelompok
Kerja kelompok dapat menambah motivasi belajar, misalnya
saja kerja kelompok untuk melakukan sebuah pekerjaan, maka
setiap kelompok tersebut pasti akan mempertahankan nama baik
kelompoknya, sehingga dapat mendorong kuat dalam belajar.
11 
 

e) Persaingan
Saingan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok kedua-duanya
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
f) Memberi ulangan
Siswa akan lebih giat belajar jika ia mengetahui akan diberi
ulangan. Sehingga dapat menambah semangat belajar siswa.
g) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan dapat menambah
motivasi belajar siswa apalagi jika hasilnya mengalami kemajuan,
tentu saja seorang siswa itu akan lebih giat belajar agar hasilnya
terus meningkat.
h) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk melakukan aktivitas belajar tentu saja akan
menambah motivasi belajar siswa. Karena dalam diri siswa tersebut
sudah terdapat keinginan untuk belajar, sehingga hasilnya sudah
tentu akan lebih baik.
i) Minat
Proses belajar akan lebih lancar apabila disertai dengan minat
belajar.
j) Tujuan yang diakui
Tujuan yang diakui akan menambah minat belajar siswa.
Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena
dirasa akan bermanfaat dan menguntungkan, maka seoarang
siswa akan timbul semangat untuk terus belajar.
k) Ego- involvemen
Dengan memberikan tugas siswa kepada siswa dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Karena siswa akan
menyadari pentingnya tugas dan dianggap sebagai tantangan,
sehingga dengan begitu ia akan bekerja keras untuk mengerjakan
tantangan yang diberikan (Sardiman, 2007: 95).
12 
 

1.5) Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar


Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat
ditentukan oleh perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran.
Dengan strategi motivasi yang tepat akan mampu memberikan
kesuksesan dalam pembelajaran. strategi digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. (Wina Sanjaya,
2006: 45).
Fathurohman dan Suntikno (2010: 23-26) menyatakan ada beberapa
strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu seorang
guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai
peserta didik maka makin besar juga motivasi dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
b. Memberikan hadiah (reward)
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi.
Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar
lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi
akan termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang
berprestasi.
c. Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta
didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya (Ibid.:
72).
d. Memberikan pujian
Memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta didik
yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang
bersifat membangun.
13 
 

e. Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan
saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha
memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan perhatian
maksimal kepada peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan belajar yang baik dengan
disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat belajar dengan
suasana yang kondusif.
h. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual
maupun komunal (kelompok)
i. Menggunakan metode yang bervariasi
Dalam pembelajaran, metode konvensional harus sudah
ditinggalkan guru karena peserta didik memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam
memberdayakan kompetensi peserta didik.
j. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penggunaan media yang tepat sangat membantu dan
memotivasi peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang
tepat akan mampu memediasi peserta didik yang memiliki
kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun
penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicaranya. Dengan
variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap
peserta didik dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus
terhadap indera peserta didik.
14 
 

Adanya strategi di atas, menuntut kesiapan guru sebagai perancang


pembelajaran untuk mampu mengimplementasikannya dalam kegiatan
proses belajar mengajar. Guru harus mampu meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan pembelajaran yang dimonopoli oleh guru itu sendiri (teacher
sentre) . Karena guru dalam melaksanakan peranya sebagai pendidik,
pengajar pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik
yang dilandasi kesadaran (awarreness), keyakinan (belief), kedisiplinan
(discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik
secara optimal baik fisik maupun phisikis.
Perkembangan peserta didik secara optimal akan terlihat bagaiman
sang guru mampu menumbuhkan motivasi pada diri peserta didik dalam
pembelajaran. guru yang tidak mampu menumbuhkan motivasi peserta
didik berarti sang guru kurang memahami strategi yang tepat dalam
pembelajaran.

1.6) Cara Meningkatkan Motivasi


Dalam upaya memelihara tingkat motivasi siswa agar selalu stabil,
maka diperlukan cara-cara untuk meningkatkan motivasi. Guru di
sekolah menghadapi siswa dengan banyak motivasi belajar. Oleh karena
itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 101) ada beberapa upaya
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu:
1. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan
belajar,untukituguru perlu menjelaskan tujuan belajar secara
hierarkis.
2. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
Guru lebih memahami keterbatasan bagi waktu siswa. Sering
kali siswa lengah dengan tentang nilai kesempatan belajar,Oleh
15 
 

karena itu guru dituntut bisa mengoptimalkan unsur-unsur dinamis


yang ada dalam diri siswa maupun lingkungan siswa.
3. Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Guru adalah penggerak sekaligus sebagai fasilitator belajar
yang mampu memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar dan
mampu mengatasi kesukaran belajar siswanya.
4. Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa
dan mendidikan cita-cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada
siswa merupakan upaya untuk menghilangkan kebodohan
masyarakat (Ibid, : 87).

1.7) Macam-macam motivasi


Secara umum macam-macam motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Motivasi dilihat dari dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan
Motivasi ini sudah ada sejak lahir. Misalnya saja dorongan untuk
makan, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk istirahat,
dorongan seksual. Motif-motif ini sering kali disebut motif yang
di isyaratkan secara biologis.
2) Motif-motif yang dipelajari
Motif ini timbul karena sengaja dipelajari. Misalnya saja
dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan
untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif ini
biasanya disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial
(Sardiman, 2010: 86).
b) Motivasi dilihat dari sifatnya
1) Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-
motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
16 
 

ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya saja


seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang
mendorong atau menyuruhnya pun ia rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya. Kemudian jika dilihat dari segi tujuan
kegiatan belajar yang dilakukannya, maka yang dimaksud
dengan motivasi instrinsik disini adalah ingin mencapai tujuan
yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.
Misalnya saja seorang siswa belajar karena dia memang benar-
benar ingin mendapatkan pengetahuan/ nilai atau ketrampilan
tertentu dan tidak karena tujuan selain itu. Itulah sebabnya
motivasi instrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi
instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,
yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
Satu satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai
adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat
pengetahuan, dan tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang
menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan
untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi
memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri
dengan tujuan secara esensial dan bukan hanya sekedar
simbol. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif
lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik) (Ibid, : 89).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992) yang
dikutip Baharudin, yang termasuk dalam motivasi intrinsik
untuk belajar antara lain adalah:
17 
 

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang


lebih luas.
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga
mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan
orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain-lain
sebagainya.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan
yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanyperangsang dari luar. Seperti pujian,
peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua dan lain
sebagainya. Sebagai contoh seseoarang itu belajar, karena tahu
bahwa besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapat
nilai baik sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.
Jadi dia belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu namun
karena ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat
hadiah (Sardiman, 2007: 90).
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang didalam aktivitas belajarnya dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar. Perlu ditegaskan,
bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik atau
tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting,
ini dikarenakan kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis,
dan mungkin juga komponen-komponen lain dalam proses
belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Siswa akan lebih giat
belajar jika ia mengetahui akan diberi ulangan. Sehingga dapat
18 
 

menambah semangat belajar siswa. (Hamzah Uno, 2008: 267-


270).

1.8) Ciri –ciri motivasi


Ciri-ciri motivasi menurut Sardiman (2007: 83) adalah sebagai
berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b. Ulet menghadapi kesulitan (Tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi setinggi
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis,berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Jadi apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas berarti
orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dan dalam
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa memiliki
ciri-ciri seperti diatas.

1.9) Indikator motivasi belajar


Hakikat motivasi belajar menurut Uno ( 2009: 23) adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar yang
dijelaskan oleh Uno dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
19 
 

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.


c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang belajar dengan baik.

1.10) Teori –teori motivasi


Dalam psikologi dikenal ada beberapa teori motivasi, mulai dari
teori motivasi fisiologis, teori aktualisasi diri dari Maslow, teori
motivasi dari Murray, teori motivasi hasil, teori motivasi dari
psikoanalisis dan teori motivasi intrinsik dan teori motivasi belajar.
Berikut penjelasan masing-masing teori motivasi tersebut:
a. Teori Motivasi Fisiologis
Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan
Central Motive State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini
bertumpu pada proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari
perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri
CMS adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada
secara terus menerus tanpa bisa di pengaruhi oleh faktor luar
maupun dalam diri individu yang bersangkutan (Purwaatmadja,
2012: 331).
b. Teori Motivasi Aktualisasi Diri dari Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) adalah psikolog humanis
yang berpendapat bahwa manusia dapat bekerja ke arah kehidupan
yang lebih baik. Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan
kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok
inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam
mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan
kebutuhan pokok yang maksud sebagai berikut:
20 
 

a) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan


dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut
fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti
kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik,
kebutuhan seks, dsb.
b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and scurity):
seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan
ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan
tidak adil, dsb.
c) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain
kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi,
diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan,
kerjasama.
d) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk
kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan
atau status, pangkat, dsb.
e) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti
antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang
dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas
dan ekspresi diri (Purwanto, 2006: 78).
Menurut Maslow (1970:78) apabila kebutuhan dasar
manusia terpenuhi maka akan timbul kebutuhan yang lebih
tinggi lagi. Jika kebutuhan yang lebih tinggi tersebut pun dapat
terpenuhi lagi, manusia akan mempunyai keinginan yang lebih
tinggi dari sebelumnya, demikian seterusnya. Gilford
berpandangan bahwa rasa beprestasi pada seseorang merupakan
sumber kebanggaan. Rasa berprestasi akan mendorong untuk
berkompetisi dan merasa butuh untuk memperoleh hasil yang
tertinggi (Ibid, : 335).
21 
 

c. Teori Motivasi dari Murray


Menurut Murray (1983: 124), kebutuhan adalah suatu
konstruk, konsep, dan kekuatan hipotesis. Semua hal itu
merupakan suatu kekuatan yang memiliki dasar fisiko-kemis yang
tidak diketahui pada bagian otak. Kekuatan tersebut
mengorganisasi persepsi, apersepsi, inteleksi, kemauan dan
tindakan. Kekuatan itu mentransformasi arah tertentu yang ada
pada situasi yang tidak memuaskan. Jadi Murray mengajukan
teori tentang motivasi didasarkan kepada kebutuhan.
d. Teori Motivasi dari Psikoanalisis
Teori motivasi psikoanalisis dikemukakan oleh Freud
(1915: 342) dengan didasarkan kepada struktur kepribadian.
Dalam menyusun teorinya, Freud lebih menekankan pentingnya
pengalaman masa kecil (kanak-kanak) untuk masa dewasa.
Menurut Freud, dorongan-dorongan instingtif menjadi motivator
poko (prinsip) pada tingkah laku manusia. Sebelumnya Freud
juga telah mengajukan konsep insting sebagai sumber stimulus
dari dalam (internal).
e. Teori Motivasi Intrinsik
Pencetus teori motivasi intrinsik, yaitu Harlow dan kawan-
kawannya pada tahun (1950:348). Sebelum mengemukakan
pendapatnya terlebih dahulu Harlow dan kawan-kawannya
mengadakan percobaan-percobaan tentang motif intrinsik pada
sejumlah kera. Hasil yang mereka peroleh yaitu kera-kera
percobaan ternyata mampu memecahkan masalah-masalah tanpa
harus diberinya hadiah ekstrinsik. Justru hal yang terjadi adalah
jika kera percobaan diberi hadiah ekstrinsik, hal itu justru
menyebabkan belajar menjadi tidak efisien. Dari hasil percobaan
tersebut Harlow dan kawan-kawan menyimpulkan adanya peran
penting yang datangnya dari dalam diri kera-kera itu yang
disebutnya sebagai motivasi atau dorongan intrinsik.
22 
 

Jadi hal itu menandakan bahwa adanya dorongan murni di


bawah kontrol stimulasi primer pada individu yang diteliti.
f. Teori Motivasi Belajar
E.L. Thorndike, dengan penemuannya yang dikenal dengan
hukum efeknya, mengatakan jika hubungan S-R memberikan
kepuasan maka pada hubungan S-R pada kesempatan lain dengan
situasi yang sama akan mengulang dan memperkuat hubungan S-
R tadi. Sebaliknya, jika hubungan S-R menghasilkan ketidak
puasan, maka hubungan S-R menjadi diperlemah atau
ditinggalkan. Berkaitan dengan hal ini, Thorndike
memperkenalkan konsep hadiah dengan prinsip hukum efek,
yakni semakin besar kepuasan yang diperoleh pada suatu
hubungan S-R maka hubungan S-R tersebut akan semakin
diperkuat. Kepuasan itu sendiri pada akhirnya berperan sebagai
suatu hadiah (Ibid, : 344).
Berbagai macam penerapan teori motivasi belajar, baik di
lingkungan sekolah, di rumah, maupun di masyarakat
dikemukakan oleh RBS. Fudyartanto (2002: 347) sebagai berikut:
1. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
2. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa
3. Guru menciptakan level aspirasi berupa performasi yang
mendorong kelevel berikutnya
4. Guru melakukan kompetisi dan kerjasama pada siswa
5. Guru menggunakan hasil belajar sebagai umpan balik
6. Guru melakukan pujian kepada peserta didik
7. Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika melakukan
pembelajaran di kelas
8. Guru perlu menyiapkan tujuan yang jelas
9. Guru dalam mengajar tidak menggunakan prosedur yang
menekan
23 
 

10. Guru menggunakan contoh-contoh hidup sebagaimodel-model


yang menarik bagi siswa
11. Guru melibatkan siswa secara aktif (Fudyartanto, 2002: 348).

B. Konsep Belajar
1.1 Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2003: 729), secara
etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Sedangkan secara terminologi pengertian belajar adalah sebagai
berikut:
Belajar menurut Hamalik (1993: 27 ) adalah terjadinya perubahan
dari presepsi dan perilaku,termasuk juga perbaikan perilaku. Tidak
semua perubahan tingkah laku itu belajar. Misalnya orang yang
tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya namun
kehilangan tangannya itu bukan belajar.
Menurut Slameto (2013: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Soleh Abdul Aziz dan Abdul Majid memberikan
pengertian belajar sebagai berikut: “sesungguhnya belajar adalah suatu
perubahan dalam pemikiran siswa yang dihasilkan atas pengalaman
terdahulu kemudian terjadi perubahan yang baru” Purwanto (2009: 44).
Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan yang relatif
mantap melalui latihan atau pengalaman karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
H. Spears dalam Sukardi (1983: 17 )mengemukakan bahwa
“belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari
mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk
24 
 

mencapai suatu tujuan.”Selanjutnya, definisi belajar yang diungkapkan


oleh Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip
oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa “belajar yang sebaik-
baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar
mempergunakan pancainderanya.” Berdasarkan definisi yang
dikemukakan.
Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu
kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam
lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faltor-faktor yang tidak termasuk misalnya perubahan karena mabuk
atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar (Nasution, 2010: 35).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas tentang pengertian belajar
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu yang didapatkan dari
interaksi dengan lingkungannya yang terdiri dari kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Djamarah, 2002: 13).
Dari definisi diatas dapat disimpulakan ciri-ciri belajar meliputi:
Selain itu,berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pencapaian hasil belajar, baik
dari dalam diri seseorang yang melakukan aktifitas belajar maupun dari
luar dirinya.

1.2 Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar


Ada beberapa faktor yang mempengarui proses belajar mengajar di
sekolah yaitu:
a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
1) Kesehatan
Kesehatan dapat berpengaruh pada kemampuan belajar,
karena seseorang yang selalu tidak sehat, sakit kepala, pilek,
batuk, dan sebagainya, akan tidak semangat dalam aktifitas
belajar. Kesehatan di sini tidak hanya kesehatan jasmani saja.
25 
 

Kesehatan rohani (jiwa) yang kurang baik juga bisa


mengganggu semangat belajar. Misalnya seseorang itu sedang
mengalami gangguan fikiran, perasaan kecewa karena ada
konflik dengan pacar, orang tua atu karena sebab lainnya tentu
saja ini bisa mengurangi semangat seseorang untuk belajar
(Dulyono, 2007: 55).
2) Minat dan motivasi
Minat dapat berpengaruh besar tehadap belajar, karena bila
suatu bahan pembelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya. Ia tidak akan mendapatkan
kepuasan dari pembelajaran. Bebeda dengan suatu bahan
pembelajaran yang diminati siswa akan lebih mudah memahami
bahn pembelajaran dan mudah menyimpan, karena minat dapat
menambah kegiatan belajar (Slameto, 2010: 57).
Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi bisa berasal dari
dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang berasal dari hati
sanubari, biasanya karena kesadaran akan sesuatu. Sedangkan
yang dari luar (ekstrinsik) biasanya berasal dari dukungan orang
tua, guru, teman, dan anggota masyarakat. Motivasi dapat
mempengaruhi belajar, karena seseorang yang motivasinya kuat
akan melakukan semua kegiatan dengan sungguhsungguh,
penuh semangat, sebaliknya orang yang motivasinya
lemah,akan malas melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan pembelajaran (Slameto, 2013: 65).
3) Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajar. Cara belajar yang tanpa memperhatikan teknik-
teknik serta faktor fisiologi, psikologi, dan ilmu kesehatan akan
memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Misalnya saja
teknik belajar yang tidak memperhatikan teknik dan kesehatan
26 
 

dengan cara belajar siang malam tanpa memberi kesempatan


untuk istirahat kepada mata, otak dan organ tubuh lainnya. Cara
belajar seperti ini tidak baik. Penggunaan teknik pembelajaran
yang tepat akan mempermudah siswa untuk menyimpan
pelajaran kedalam memori (Dulyono, 1996: 57).
b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)
1) Keluarga
Dalam sebuah keluarga tentunya ada keluarga yang kaya
miskin, ada keluarga yang selalu tenteram dan damai dan ada
pula sebaliknya,kemudian ada kelurga yang terpelajar dan ada
pula keluarga yang kurang pengetahuannya. Berbagai suasana
dan keadaan keluarga yang bermacam-macam ini akan
menentukan bagaimana dan sampai sejauh mana belajar dialami
dan dapat dicapai oleh anak-anak. Termasuk fasilitas yang ada
dalam keluarga memegang peranan penting dalam belajar
(Purwanto, 2010: 104).
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar siswa turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. Misalnya saja kualitas guru,
metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
anak, keadaan fasilitas sekolah dan sebagainya. Semua ini bisa
mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
Bila suatu sekolah tidak memperhatikan tata tertib atau
kedisiplinan akibatnya murid -muridnya juga kurang mematuhi
perintah guru sehingga mereka tidak belajar dengan sunggu-
sungguh. Sehingga prestasi siswa akan turun (Dulyono, 1996:
59).
3) Masyarakat
Kondisi masyarakat tempat tinggal bisa berpengaruh pada
aktivitas belajar siswa. Apabila lingkungan masyarakat yang
ditempati oleh siswa terdiri dari orang-orang yang tidak
27 
 

terpelajar, penjudi, suka mencuri, danmemiliki kebiasan yang


tidak baik, maka akan berdampak tidak baik bagi siswa yang
tinggal disitu karena siswa dapat tertarik untuk melakukan
aktivitas yang sama dilakukan oleh lingkungan sekitar,akibatnya
belajarnya terganggu dan semangat belajarnya berkurang
(Slameto, 2003: 71).

C. Konsep Prestasi Belajar


1.1) Pengertian prestasi
Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus
dilakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Kata
prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan
‘belajar’. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan presatasi adalah: .Hasil yang telah dicapai (dilakukan,
dikerjakan, dan sebagainya) (Depdikbud, 2002: 895). Adapun belajar
menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut: .Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi
Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang
mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap (Purwanto, 2003: 85). Dalam
28 
 

rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi


mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam
perbuatan mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba
sampai mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan (Sukardi, 1983:
17). Selanjutnya, definisi belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di
dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi
Suryabrata menyatakan bahwa: belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar
mempergunakan pancainderanya (Suryabrata, 2002: 231).
Evaluasi terhadap penilaian hasil dan proses belajar bertujuan
untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2005: 22)
dalam bukunya berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.” Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”.
Menurut Kamus Ilmiah Populer (2002: 594) prestasi merupakan hasil
yang telah dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata
pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) prestasi
adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan,dikerjakan,dan
sebagainya. Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan
persepsi manusi (Catharina, 2004: 4). Belajar adalah merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yaitu
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2001: 36). Menurut Sumadi
29 
 

(1998: 7) prestasi belajar adalah merupakan ukuran keberhasilan


belajar paling luas dipakai dalam penelitian. Pada umumnya prestasi
belajar terdapat pada buku raport setelah siswa melakukan aktivitas
belajar di sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti catur wulan
atau semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan orang tua
akan mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran atau
pendidikan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas,
maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai
akibatdari pengalaman atau latihan. Sedangkan pengertian prestasi
belajar sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah: ‘penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat
bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang
kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan
kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang
sedang menuntut ilmu di sekolah (Sumadi, 1998: 8).

1.2) Fungsi dan Kegunaan Prestasi belajar


Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai
peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan
keberhasilan belajar. Oemar Hamalik (2001: 159) dalam bukunya
menyatakan tentang evaluasi hasil belajar merupakan:
Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
30 
 

melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang


telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat
perubahan tingkah laku (Oemar Hamalik, 2001: 159).
Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui
keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga
dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus
baik itu pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar peserta didik, terutama hasil yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Zainal Arifin (1991: 2) mengemukakan fungsi utama
prestasi belajar antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa
betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual
maupun kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan
sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas
apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar
ataupun tidak.
31 
 

1.3) Evaluasi Prestasi Belajar


Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah
sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang
bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:
1. Penilaian formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian
yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang
selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang
sudah dilaksanakan.
2. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu
(Purwanto, 2001: 26).

1.4) Jenis-jenis Prestasi Belajar


Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini
adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap
penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai
hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya
prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak
diukur (Muhibbin Syah, 1999: 150).
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan
belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah
tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses
kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan
32 
 

terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil


pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan
pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui
ketercapaian siswa dalam penguasaan (Muhibinsyah, 1999: 150).
Ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis
akan akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom berikut:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

Cognitive Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam
6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama
adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa
Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)(winkel
,1996: 247).

a. Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk


mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai
kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah
dipelajaridan disimpan dalam ingatan (Winkel, 1996: 247).

b. Pemahaman (Comprehension).Pemahaman didefinisikan


sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang
dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari
kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,
laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya
(Winkel, 1996: 247).
33 
 

c. Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan


diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem
yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode,
rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja
(Winkel, 1996: 247).

d. Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai


kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya
dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang
akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit
(Winkel, 1996: 248).

e. Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan


untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis
satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa
akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah
skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan (Winkel, 1996: 248).

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai


kemampuan untik membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan
kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk
34 
 

memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,


metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya (Winkel, 1996: 248).

2. Affective Domain (Ranah Afektif)

Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail
belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau
afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari
aspek (Dimyati dan Mudijono, 2010: 298):

a. Penerimaan (Receiving/Attending). Penerimaan mencakup


kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan
untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku
pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru
(Winkel, 1996: 152).

b. Tanggapan (Responding). Memberikan reaksi terhadap


fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan
(Dimyati dan Mudijono, 2010: 28).

c. Penghargaan (Valuing). Penghargaan atau penilaian


mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian itu.mulaidibentuk suatu sikap menerima (Winkel,
1996: 152).
35 
 

d. menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam


tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap
batin (Winkel, 1996: 152).

e. Pengorganisasian (Organization). Memadukan nilai-nilai


yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk
membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan
diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang
pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak
begitu penting (Winkel, 1996: 152).

f. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by


a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 1996: 248).

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek


keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi
Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut .motorik.
karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan
persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada
kejasmanian. Orang yang memiliki keterampiulan motorik,
mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan
36 
 

tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota


tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini
ialah adanya kemampuan otomatisme, yaitu gerakan-gerik yang
terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak,
lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang
harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan
motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah
keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan
membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan
melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan
tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan
(Sabri, 1996:99-100).

1.5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui


belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang
dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan
perubahan dalam diri individu sebagai hsil pengalamannya di
lingkungan. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam (Muhibinsyah, 2008:
132) yaitu:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau


kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:

a. Aspek Fisiologis. Kondisi umum jasmani


dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah
37 
 

dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga


materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas
(Muhibinsyah, 2008: 132).

b. Aspek Psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek


psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits
perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-
faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang
lebih esensial (Muhibinsyah, 2008: 132).

c. Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa. Intelegensi pada


umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi
sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang
harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan
intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-
organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan .menara
pengontrol. hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat
kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan
lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi
seorang siswa mak semakin besar peluangnya untuk
memperoleh sukses (Muhibinsyah, 2008: 132).

d. Sikap siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi


afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon (response tendency) dengan cara yang relatif
tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik
secara positif maupun negatif (Syah, 1999:135). Sikap
merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi
38 
 

belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar


seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan
atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang
mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia
belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana
pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996:84).

e. Bakat Siswa. Secara umum, bakat adalah kemampuan


potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi,
secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah
sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut
juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual
(Muhibbin Syah, 1999: 136).

f. Minat siswa. Secara sederhana minat (interest) berarti


kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang
terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu (Muhibbin Syah, 1999: 136).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa),

Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai


berikut:

a) Faktor-faktor Lingkungan.
39 
 

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi


dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan
faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan
non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat
letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan
sosial baik berwujud manusia dan representasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa (Muhibbin Syah, 1999: 138)..

b) Faktor-faktor Instrumental.

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana


fisik kelas,sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru
dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar
mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa (Sabri, 1996:59). Dari semua faktor di
atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan pada faktor
instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan
ditunjukan.

g. Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain.


Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu
pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan
yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang
siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi
(faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang
tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih
pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil
belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas
muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau
gagal sama sekali (Muhibbin Syah, 1999: 139).
40 
 

Dalam hal ini seorang guru yang memiliki


kompetensi yang baik dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinankemungkinan munculnya
siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan
berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang
menjadi penghambat proses belajar siswa.

D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengungkap sejumlah karya
ilmiah sebelumnya yang memiliki relevansi dan dinilai penting terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis. Survey literatur bertujuan
memastikan sejauhmana penelitian yang akan dilakukan ini pernah atau
belum peranah diteliti oleh orang lain. Bukan saja untuk menghindari adanya
plagiat dan pengulangan penelitian dengan masalah yang sama, bentuk
kesiapan peneliti dengan teori-teori yang akan digunakan dan penguasaan
sumber yang relevan, melainkan juga penegasan peneliti tentang originalitas
dan ide-ide kreatif dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu terkait
dengan penelitian sekarang yaitu:
1. Penelitian yang di lakukan oleh Sri Ristanti dengan Judul “ Pengaruh
Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Visual
Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Organisasi Kehidupan
Siswa Kelas VII MTs N Karangawen Tahun Ajaran
2010/2011”Skripsi ini ditulis berdasarkan latar belakang nilai hasil
belajar siswa rendah pada tahun sebelumnya, ini disebabkan proses
pembelajaran masih terpusat, guru masih menggunakan metode
ceramah sehingga membuat peserta didik merasa bosan.
Skripsi ini membahas tentang pengaruh motivasi belajar siswa
dengan menggunakan media visual terhadap hasil belajar biologi
materi pokok organisasi kehidupan siswa kelas VII MTs N
Karangawen tahu ajaran 2010/2011. Tujuannya untuk mengetahui
adakah pengaruh yang positif media visual dalam pembelajaran
41 
 

biologi materi pokok organisasi kehidupan terhadap hasil belajar


siswa.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan
menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Dengan variabel
dependen hasil belajar siswa,sedangkan variabel independennya
adalah motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual.
Adapun tempat penelitiannya di MTs N Karangawen.
Pengumpulan data menggunakan angket untuk mengetahui
motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual. Sedangkan
hasil belajar dengan tes.
Setelah diuji hipotesis ternyata terdapat pengaruh yang positif
antara motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual
terhadap hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan, hal
ini ditunjukkan dengan reg F hitung: 29,578> 1 F tabel 5% (4,17), reg
F hitung : 29,578> 1 F tabel 1% (7,56).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima
dikarenakan terdapat pengaruh positif antara motivasi belajar siswa
dengan menggunakan media visual terhadap terhadap hasil belajar
biologi materi pokok organisasi kehidupan siswa kelas VII MTs N
Karangawen.
Hasil dari penelitian terdahulu diatas dapat di simpulkan sebagai
berikut :
a. Penelitian ini lebih menekankan dengan menggunakan media
visual untuk mengetahui pengaruh pemberian motivasi belajar
siswanya.
b. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan
menggunakan teknik analisis regresi sederhana.
c. Penelitian yang akan di lakukan oleh penulis lebih
mengedepankan pada pengaruh pemberian motivasi belajar
untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
42 
 

2. Penelitian yang di lakukan oleh Irnawati dengan judul” pengaruh


motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata
pelajaran ekonomi di SMA Nurul falah pekanbaru” Pelaksanaan
layananan motivasi belajar di sekolah erat kaitannya dengan proses
peninggkatan hasil belajar siswa yang mengalami masalah kesulitan
belajar .pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dapat di
ketahui dari pelaksanaan motivasi itu sendiri .penelitian pendidikan
dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajara
ekonomi di SMA Nurufalah Pekabaru.
Penelitian ini merupakan penelitian desriptif kuantitatif dengan
menggunakan deskriptif yang berupa analisis yang berupa motivasi
belajar dan hasil belajar ekonomi siswa.subjek penelitian adalah siswa
SMA Nururfalah pekanbaru dengan teknik pengambilan sample
Purposive Sampling dengan jenis judgemet sampling .pengumpulan
data dalam penelitian ini di lakukan dengan cara,(1) observasi dan (1)
angket.lalu untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar ekonomi data analisis menggunakan rumus regresi linier
sederhana.
Dari hasil rumus regresi linier sederhana dengan motivasi belajar
terhadap hasil belajar ekonomi terdapat persamaan regresi yaitu: Y=
60,686 + 0,252 X.Dari persamaan tersebut di artikan bahwa satuan
skor hasil belajar akan di pengaruhi oleh motivasi belajar 0,252 pada
konstan 60,686 .Besar pengaruhmotivasi belajar terhadap hasil belajar
yakni sebesar 15% sedangkan 83,3% lainnya di pengaruhi oleh
variabel lain di luar variabel lain .Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat di ambil kesimpilan bahwa ada pengaruh motivasi belajar
terhadap hasil belajar ekonomi di SMA Nurulfalah pekanbaru.
Hasil dari penelitian terdahulu diatas dapat di simpulkan sebagai
berikut :
43 
 

a. Penelitian lebih menekan pada pada mata pelajaran ekonomi


untuk mengetahui hasilnya sedangkan penelitia lebih ke IPS.
b. Peneliti lebih menekankan dengan menggunakan metode
deskrptif kuantitaf untuk memperoleh suatu hasil dalam
penelitiannya sedangkan penelitian metode kuantitatif
c. Penelitian terdahulu lebih mengedepankan pada hasil belajar
sedangkan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

E. Kerangka Pemikiran
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran diperlukan adanya evaluasi yang
nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal pencapaian siswa
setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan.
Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang
hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar yang bukan
hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah
laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Sardiman (2006:73) menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata “motif”
yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Dimyati dan Mudjiono mengemukakan definisi
motivasi belajar sebagai “kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar
atau dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia
(perilaku belajar).” Jadi motivasi belajar merupakan motivasi (dorongan)
internal dan eksternal siswa untuk belajar guna memperoleh prestasi yang
baik.
Di samping itu terdapat fungsi lain dari motivasi yaitu sebagai pendorong
usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
44 
 

hasil yang baik pula, atau dengan kata lain itensitas motivasi seorang siswa
akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya.
Bahwa pada hakikatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan
seseorang yang berada dan bekerja pada kondosi tertentu untuk melaksanakan
tindakan-tindakan yang menguntungkan di lihat dari prespektif pribadi
maupun organisasi .
Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat ditentukan
oleh perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran. Dengan strategi
motivasi yang tepat akan mampu memberikan kesuksesan dalam
pembelajaran. strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. (Wina Sanjaya, 2006: 45).
Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Hasil belajar akan
menjadi optimal dengan adanya motivasi. Hamalik (2001:161) Oleh karena
ituperlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi ada
bermacam-macam. Akan tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang
tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.Maka untuk itu seorang
guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi dalam
kegiatan belajar anak didiknya.Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan
motivasi sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar Sardiman (2007:92-95).
Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar
yang penting bagaimana kondisi atau suatu proses yang mengarahkan anak
untuk melakukan aktivitas belajar. Selain guru dan pihak sekolah yang
memberikan pembelajaran formal bagi anak dalam hal ini sudah barang
tertentu peran orang tua sangat penting .bagaimana orang tua melakukan
usaha-usaha untuk memotivasi agar anaknya melakukan aktivitas belajar
dengan baik.untuk dapat belajar yang baik maka di butuhkan motivasi yang
baik pula. baik orang tua,sekolah maupun siswa sendiri harus bersinergi
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
45 
 

Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil atau


tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi yang
hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Kata prestasi belajar terdiri dari dua
suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (Depdikbud, 2002: 895).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar
atau mempelajari sesuatu yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan guru. Jadi, prestasi belajar siswa berfokus pada nilai atau
angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, utamanya
nilai yang dilihat dari sisi kognitif, karena ranah inilah yang sering dinilai oleh
guru untuk melihat penguasaan materi sebagai ukuran pencapaian hasil
belajar siswa, dapat dilihat bagan di bawah ini :

PROSES BELAJAR MENGAJAR

MOTIVASI

FUNGSI UNSUR STRATEGI BENTUK

PRESTASI BELAJAR

Gambar. Bagan Pengaruh Pemberian Motivasi Belajar terhadap


Prestasi Belajar Siswa

Anda mungkin juga menyukai