Anda di halaman 1dari 33

BAB III

PERENCANAAN

1.1 Definisi Perencanaan


Perencanaan adalah penyusun rangkaian tindakan secara berurut yang
mengarah kepada pencapaian tujuan (Peter Hall, 1992). Handoko (1999)
menyatakan pada dasarnya kegiatan perencanaan dilakukan melalui 4 tahapan
sebagai berikut;
1. Menetapkan tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasi semua kemudahan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Handoko (1999) juga menyatakan bahwa terdapat tujuan utama di
adakannya kegiatan perencanaan yaitu;
1. Mencapai “protective benefits” yang dihasilkan melalui pengurangan
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan
2. Mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya kesuksesan
pencapian tujuan organisasi
Louis A. Allen mengemukakan, “planning is the determination of the
course of action to achive a desired result.” artinya, perencanaan adalah
penetapan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi,
2005:2). George R. Terry menyatakan, “Planning is the selecting and relating of
facts and the making and using of assumptions regarding the future in the
visualization and formulation of proposed activities believed necessary to achive
desired result”. Artinya, perencanaan adalah upaya untuk memilih dan
menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenal masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi,
2005). Hadari Nawawi dalam bukunya Perencanaan Sumber Daya Manusia,
mendefinisikan perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan,
strategi, metode, anggaran, dan standar (tolak ukur) keberhasilan suatu kegiatan
(Nawawi, 2003).

1
2

1.2 Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok
menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
1.2.1 Struktur organisasi umum
Ketua : Decky Wiratama Putra, S.Kep.
Wakil Ketua : Ayudia Arinda Dwi Q.H, S.Kep.
Sekretaris 1 : Vivi Roviqoh Nuranita, S.Kep.
Sekretaris 2 : Nanda Khoirun Nisa, S.Kep.
Bendahara : Ismi Kamelia, S.Kep.
Sarana dan prasarana : Galuh Nurul Fajriah, S.Kep.
Humas : Wahyu Febriyanto MT, S.Kep.
Dokumentasi : Ulya Unzila Dina, S.Kep.
PJ PKRS : Iqvina Aulia Rahma, S.Kep.
1.2.2 Struktur organisasi MAKP
M1: Penanggung Jawab : Iqvina Aulia Rahma, S.Kep.
M2: Penanggung Jawab : Galuh Nurul Fajriah, S.Kep.
M3: Penanggung Jawab : Hilda Riva Fadhila, S.Kep.
Anggota : Wahyu Febriyanto, S.Kep.
SO: Penanggung Jawab : Madinatus Syukria, S.Kep.
Anggota : Decky Wiratama Putra, S.Kep.
Supervisi: Penanggung Jawab : Rizky Oktaviani, S.Kep.
Anggota : Ayudia Arinda, S.Kep.
DP: Penanggung Jawab : Eka Safitri, S.Kep.
Anggota : Nanda Khoirun Nisa, S.Kep.
TT: Penanggung Jawab : Diana Merin A, S.Kep.
Anggota : Nida Fitria, S.Kep
RK: Penanggung Jawab : Ismi Kamelia, S.Kep.
Anggota : Vivi Roviqoh Nurainita, S.Kep.
M4: Penanggung Jawab : Ulya Unzila Dina , S.Kep.

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan


pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut:
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan.
3

1.3 Strategi Kegiatan


1. Penerapan MAKP
1. Penanggung Jawab : Wahyu Febrianto, S.Kep.
2. Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Praktik
Manajemen Keperawatan oleh mahasiswa Stikes Banyuwangi,
Ruang Adenium RS NU Banyuwangi mampu menerapkan MAKP
METODE PENUGASAN TIM
Waktu : Minggu II – Minggu IV
3. Rencana Strategi:
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model
Asuhan Keperawatan Professional (MAKP) yang dilaksanakan
yaitu model TIM.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
3) Melakukan pembagian peran perawat.
4) Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab
perawat.
5) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian
tenaga perawat.
6) Menerapkan model MAKP yang direncanakan.
4. Kriteria Evaluasi:
1) Struktur:
(1) Menentukan penanggung jawab MAKP.
(2) Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu dengan
metode TIM .
(3) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
(4) Melakukan pembagian peran perawat.
(5) Menetukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
(6) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga
perawat.
2) Proses:
Menerapkan MAKP :
(1) Tahap uji coba pada tanggal 29 Oktober 2019
(2) Tahap aplikasi pada tanggal 4 Novmber – 22 November209
(3) Hasil: Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT
maka kelompok Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang
Ruang Adenium menerapkan Model Asuhan Keperawatan
Profesional TIM.
4

Metode Keperawatan TIM merupakan metode pemberian asuhan


keperawatan dimana seorang perawat pofesional memimpin sekelompok tenaga
keperatan dengan berdsarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992).
Tujuan Metode Tim :
1. Memfaslitasi Pelayanan Keperawata yang Komprehensif
2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standart
3. Menyatukan kemampuan angota tim yang berbeda-beda
konsep metode TIM :
1. Ketua tim sebagai perawat professional hrus mampu mnggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
jika didukung oleh kepala ruang.

Berikut Struktur Organisasi di RS NU Banyuwangi Ruang Adenium.

Ka. Instansi Rawat Inap

Kepala Ruangan Adenium

Anggota TIM keperawatan

Katim I Katim II

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


5

Terdapat kelebihan dan kelemahan dalam penerapan teori metode TIM


dimana Kelebihannya adalah :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur.
1. Tugas Kepala Ruangan
1) Perencanaan
(1) Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya
masing-masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu
perawat primer.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan perawat.
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap klien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
i. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
ii. Membimbing penerapan proses keperawatan
iii. Menilai asuhan keperawatan
iv. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
v. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
(9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
(10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
2) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
6

(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.


(3) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat ascociate
secara jelas.
(4) Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi dua
perawat primer dan perawat primer yang membawahi dua perawat
associate.
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik.
(8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada di tempat kepala
perawat primer.
(9) Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.
(10) Mengembangkan kemampuan anggota.
(11) Menyelenggarakan konferensi.
3) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
(2) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik.
(3) Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap.
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep klien.
(5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(6) Meningkatkan kolaborasi.
4) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
(2) Melalui supervisi
i. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
ii. Pegawasan secara langsung, yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer.
5) Evaluasi
7

1. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan


rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
2. Audit keperawatan.
2. Tugas Perawat Primer
1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan
lembaga soisal di masyarakat.
8) Membuat jadwal perjanjian klinik
9) Mengadakan kunjungan rumah
3. Tugas Perawat Pelaksana
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dan kasih sayang :
(1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
(2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
(3) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
(4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
(1) Pemberian obat
(2) Pemeriksaan laboratorium
(3) Persiapan klien yang akan operasi
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan
spiritual
(1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
(2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman,
nyaman dan ketenangan
(3) Pendekatan dan komunikasi terapiutik
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara
admnistratif
(1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal
8

(2) Sensus harian atau formulir


(3) Rujukan harian atau formulir
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
berganti sesuai jadwal tugas
11) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan
13) Membuat laporan harian klien.

2. Timbang Terima
1. Penanggung jawab : Nida Fitria, S.Kep.
2. Tujuan: Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan
diharapkan Ruang Adenium mampu melaksanakan timbang terima
dengan baik.
3. Waktu: Rabu, 29 Oktober 2019
4. Rencana Strategi
1) Merevisi teknik timbang terima bersama-sama dengan staf perawatan
di Ruang Adenium RS NU Banyuwangi.
2) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan dan tertulis.
3) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan
staf keperawatan.
4) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift.
5) Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab shift.
6) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas dan yang akan berdinas.
7) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sistematis atau
menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan
klien.
8) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan,
rencana keperawatan, tindakan dan perkembangan kesehatan klien.
9) Mendokumentasikan hasil timbang terima klien.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab timbang terima.
(2) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf
keperawatan.
(3) Menentukan materi timbang terima.
9

(4) Status pasien disiapkan.


(5) Persiapan buku laporan.
2) Proses :
(1) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan
dan staf keperawatan pada pergantian shift.
(2) Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai
penanggung jawab shift.
(3) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas
atau akan berdinas.
3) Hasil :
(1) Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas,
diagnosis medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan
belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif, rencana umum
pasien).
(2) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
(3) Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
(4) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar
perawat.
(5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan
berkesinambungan.
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien (Nursalam, 2014). Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,
dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011).
Alur timbang terima dapat dilihat pada Gambar 2.5.
1) Tujuan
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
(2) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
(3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
2) Metode Pelaporan
(1) Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan
langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya dengan
membawa laporan timbang terima
10

(2) Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat,


kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu-persatu
terutama pada klien-klien yang memiliki masalah khusus serta
memerlukan observasi lebih lanjut.
3) Prosedur Pelaksanaan
(1) Kedua kelompok siap.
(2) Prinsip timbang terima : semua pasien dilakukan
timbang terima, terutama pada klien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih
lanjut.
(3) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
(4) Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan kepada perawat
berikutnya.
(5) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1. Situation
Meliputi nama pasien, umur, dokter yang merawat, diagnosa
medis dan masalah keperawatan, lama hari perawatan dan
keluhan utama.
2. Background
Meliputi perkembangan pasien saat ini. Sebutkan riwayat
alergi, riwayat pembedahan, alat invasif yang terpasang dan
program cairan.
3. Assessment
Meliputi menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien
terkini seperti keadaan umum, vital sign, tingkat kesadaran
pain score, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas
score, status nutrisi, kemampuan eliminasi serta menjelaskan
informasi klinik lain yang mendukung.

4. Recommendation
Meliputi merekomendasikan intervensi keperawatan yang
perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk
discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
11

(6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan


klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-
terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang
jelas.
(7) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
(8) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 3 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
(9) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data tidak lebih dari 15 menit.
3. Ronde Keperawatan
1. Penanggung jawab : Ismi Kamelia, S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan,
diharapkan Ruang Adenium mampu melaksanakan ronde keperawatan
dengan baik.
3. Waktu : Senin, 4 November 2019
4. Rencana Strategi:
1) Menentukan pasien yang akan dijadikan subyek dalam ronde
keperawatan.
2) Menentukan kasus sulit dengan masalah keperawatan yang tidak
terselesaikan.
3) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.
4) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
5) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.
6) Membuat format pendokumentasian kegiatan ronde keperawatan.
7) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan
staf keperawatan.
8) Mendokumentasikan kegiatan ronde keperawatan sesuai dengan
format yang telah dibuat.
9) Mengevaluasi kegiatan ronde keperawatan yang telah dilakukan.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
(2) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
(3) Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga.
2) Proses :
(1) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Penanggung
Jawab Unit dan staf keperawatan.
(2) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi
12

yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah


pasien.
(3) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu
mengatasi masalah pasien tersebut.
3) Hasil
(1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien.
(2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan
dilaksanakan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi
masalah keperawatan pasienyang dilaksanakan disamping pasien,
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang
dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta
melibatkan seluruh anggota tim.
1. Kriteria pasien yang dilakukan ronde :
1) Pasien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka
2. Karakteristik :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3. Prosedur pelaksanaan Ronde Keperawatan
Prosedur pelaksanaan berdasarkan alur ronde keperawatan adalah
sebagai berikut:
1) Persiapan
(1) Penetapan kasus maksimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada pasien / keluarga.
2) Pelaksanaan ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
13

tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas


yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor / kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
(4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan akan
yang akan ditetapkan.
3) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

4. Sentralisasi Obat
1. Penanggung jawab : Madinatus Syukria, S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilakukan Praktik Manajemen Keperawatan,
diharapkan mahasiswa dan perawat di Ruang Adenium mampu
menerapkan sentralisasi obat yang benar.
3. Waktu : Kamis, 31 Oktober 2019
4. Rencana strategi :
1) Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat,
dokter, dan bagian farmasi.
2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menetukan penanggung jawab sentralisasi obat.
(2) Menyiapkan format sentralisasi obat
2) Proses :
(1) Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi
obat.
3) Hasil :
(1) Klien menerima sistem sentralisasi obat.
(2) Perawat mampu mengelola obat klien.
(3) Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat
meningkat.
(4) Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara
hukum maupun secara moral.
14

(5) Pengelolaan obat efektif dan efisien.


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2011). Tujuan dari pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan,
sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
1) Penerimaan obat :
(1) Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menandatangani lembar serah
terima obat yang ada pada lembar kontrol obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomer register, jenis obat, jumlah
dan sediaan serta dosis obat dalam lembar serah terima obat dan
diketahui (tanda tangan) oleh keluarga.
(3) Klien/keluarga untuk selanjutnya dapat melakukan kontrol
keberadaan obat pada lembar serah terima obat yang ada di sisi
klien (sisi bed klien).
(4) Obat yang sudah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
(5) Keluarga dan klien wajib mengetahui letak kotak obat.
2) Pembagian obat :
(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberian obat oral/ injeksi.
(2) Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang telah
tercantum format pemberian obat oral/ injeksi.
(3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping kemudian memberi
kode dan tanda tangan setelah melakukan pemberian obat.
(4) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam
format pemberian obat oral/injeksi.
3) Penambahan obat baru
(1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat.
15

(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka
dokumentasi tetap di catat pada buku sentralisasi obat dan lembar
kontrol obat.
4) Obat khusus
(1) Obat tersebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam
waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat
yang dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan pada klien/keluarga: nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian. Wadah obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan
pada klien atau keluarga.
5) Keuntungan Sentralisasi Obat
(1) Terjadi interaksi intensif antara farmasi, dokter dan perawat.
(2) Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker.
(3) Farmasi dapat membuat profil farmasi pasien dengan lengkap.
(4) Farmasi dapat melakukan terapi drugs monitor.
(5) Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam.
(6) Pasien hanya membayar obat yang dipakai.
(7) Efisiensi ruang perawatan dari penyimpangan obat.
(8) Mengurangi beban perawat.
(9) Menghindari penggunaan obat yang salah.
(10) Mengurangi kemungkinan kehilangan obat.
(11) Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga professional.
5. Supervisi Keperawatan
1. Penanggung jawab : Ayudia Arinda Dwi Q.H, S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen
Keperawatan, diharapkan Ruang Adenium mampu menerapkan supervisi
keperawatan dengan baik, dapat memenuhi dan meningkatkan pelayanan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan,
dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
3. Waktu : Rabu, 30 Oktober 2019
4. Rencana Kegiatan:
1) Membuat konsep supervisi keperawatan
2) Menentukan materi supervisi keperawatan
3) Membuat format, alat ukur atau instrument supervisi
4) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan
16

5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan


5. Kriteria Evaluasi:
1) Struktur:
(1) Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan
(2) Menyusun konsep supervisi keperawatan
(3) Menentukan materi supervisi
2) Proses:
(1) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan
dan supervisor
(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
3) Hasil:
(1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal
(2) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi
(3) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok
manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan
perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan,
meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran
dan fungsi supervisi, 4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1. Langkah-langkah Supervisi
1) Pra supervisi
(1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
(2) Supervisor menetapkan tujuan supervisi
1) Supervisi
(1) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan
pelayanan bersama-sama PP dan PA
(2) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien
(3) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan
(4) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan
(5) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada
(6) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA
2) Pasca supervisi (Fair, feed back, follow up)
(1) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan
(2) Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada
PP dan PA
2. Prinsip Supervisi
1) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
17

2) Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar


manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan sesuai
standar
4) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana
5) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas dan motivasi
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat dan manajer.
3. Fungsi dan peran supervisor
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran
yang tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan, implementasi
dan evaluasi keperawatan.
4. Tugas Supervisor
1) Mempertahankan standar praktek keperawatan
2) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya
1) Memantapkan kemampuan perawat
2) Memastikan asuhan keperawatan profesional dilaksanakan
5. Teknik Supervisi
1) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berjalan. Supervisor terlibat dalam kegiatan, memberikan reward
dan perbaikan.
Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi supervisor
18

(2) Selama proses, supervisor memberi dukungan, reinforcement


dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi setelah
kegiatan selesai, yang bertujuan untuk menguatkan cara yang
telah sesuai dan memperbaiki kekurangan dan reinforcement
positif dari supervisor.
2) Secara Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun maupun lisan.
Supervisor tidak terlibat atau melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis.

6. Discharge planning
1. Penanggung jawab : Eka Safitri, S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilakukan Praktik Manajemen Keperawatan,
diharapkan semua perawat di Ruang Adenium dan mahasiswa Stikes
Banyuwangi mampu melaksanakan discharge planning dengan benar.
3. Waktu :
4. Rencana Strategi:
1) Menentukan penanggung jawab discharge
planning.
2) Menentukan materi discharge planning.
3) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning.
4) Menyiapkan peralatan, status, kartu discharge
planning.
5) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge
planning
6) Melaksanakan discharge planning.
5. Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
(1) Persiapan pasien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.
(2) Penyusunan struktur pelaksanaan discharge planning
2) Evaluasi proses
(1) Discharge planning dilaksanakan pada semua pasien pulang.
(2) Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Evaluasi hasil
(1) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang
(2) Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah
tentang: aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,
19

aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang perlu


di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.
Perencanaan pelaksanaan discharge planning adalah suatu
dokumentasi untuk menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi pasien
yang akan pulang dan asuhan keperawatan saat pasien di rumah.
1. Perencanaan pulang bertujuan (Nursalam, 2011)
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang baik
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
2. Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
1) Pra-discharge planning :
(1) Perawat primer mengidentifikasikan pasien yang direncanakan
untuk pulang.
(2) Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang
akan pulang.
(3) Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang.
(4) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga.
2) Tahap pelaksanaan discharge planning :
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan
lingkungan.
(2) Perawat primer dibantu perawat associate melakukan
pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien.
(3) Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah
tentang: aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,
aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang
perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan
khusus.
(4) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk mencoba mendemonstrasikan pendidikan
kesehatan yang telah diajarkan.
20

(5) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan


keluarga untuk bertanya bila belum mengerti.

3) Tahap post-discharge planning :


(1) Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang
(2) Karu memberikan reinforcement atau reward kepada pasien
dan keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang
sudah dilaksanakan.
8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.
a. Tujuan Utama Pendokumentasian
1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan,melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi tindakan.
2) Dokumentasi untuk penelitian, hukum dan etika.
b. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
1) Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara
lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan
seperti perawat, dokter, pasien atau keluarga pasien. Dalam hal ini
perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya penulisan
yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.
2) Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah klien serta untuk
mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga
memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya masalah baru
secara dini.
3) Komunikasi
21

Dokumentasi merupakan alat perekam semua data yang berkaitan


dengan klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar
tenaga kesehatan
4) Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan biaya
perawatan klien. Semuanya telah tercantum dalam sistem
komputerisasi rumah sakit.
5) Pendidikan
Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa
atau profesi keperawatan.
6) Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset untuk
pengembangan ilmu keperawatan.
7) Akreditasi
Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh
mana peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian (Potter dan
Perry, 1984)
1) Jangan menghapus dengan tipe x atau menghapus tulisan yang
salah. Cara yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah
dengan 2 garis kemudian dituliskan kata salah dan diberi paraf, setelah
itu dituliskan catatan yang benar.
2) Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang
dapat digunakan sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang
tidak professional.
3) Jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa
datanya akurat.
4) Catat hanya fakta, akurat, reliable.
5) Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong. Coret bagian
sisa yang kosong dan bubuhkan tanda tangan.
6) Semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.
22

7) Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang


mengklarifikasi.
8) Tulis hanya untuk diri sendiri.
9) Hindari penulisan yang kurang spesifik.
10) Catatlah dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda
tangan. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditanda
tangani.
d. Kelompok mencoba membuat suatu model pendokumentasian yang
mengacu pada model PIE. Teknik pengisian lembar dokumentasi
keperawatan:
1) Pengkajian pada waktu klien masuk diikuti pengkajian
persistem.
2) Pengkajian dilakukan secara komprehensif.
3) Lembar dokumentasi asuhan keperawatan:
1. Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal, dan nomor register
klien.
2. Tiap lembar data diisi problem, intervensi dan evaluasi.
4) Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan objektif.
5) Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian
masalah ditandai dengan “I” (intervensi), nomor masalah dicatat dan
dibuat oleh PP.
6) Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi diidentifikasi dengan tanda “E” (evaluasi) dan nomor
masalah, berisi tentang jam dan paraf perawat.
7) Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal tiap 8 jam
(setiap pergantian jaga).
Keuntungan:
1) Memungkinkan pengguanaan proses keperawatan.
2) Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3) Memungkinkan pemberian asuhan keperwatan secara kontinyu.
4) Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan.
Kerugian:
1) Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.
2) Pembatasan rencana tindakan keperawatan yang tidak aplikatif uuntuk
beberapa situasi keperawatan.
a. Bagian dari dokumentasi keperawatan:
Format pengkajian dengan menggunakan format pengkajian persistem.
Lembar dokumentasi keperawatan dengan sistem PIE berisi tentang:
23

1) Nama klien
2) Umur
3) No register
4) Diagnosis medis
5) Diagnosis keperawatan
6) Kolom tanggal dan jam
7) Kolom problem
8) Kolom intervensi
9) Evaluasi
10) Kolom tanda tangan
24

1.4 Rencana Strategi


Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
I M1 – MAN Mengoptimalkan
- kinerja sumberdaya 1. Mendukung adanya Pemenuhan kebutuhan Minggu Hilda Riva
yang telah ada pelatihan dan seminar dasar pasien terpenuhi, 2-4 Fadhila,
untuk perawat baru, pasien menyatakan puas S.Kep.
secara bergantian dengan pelayanan yang
2. Menerapkan MAKP ada.
primer

II M 2 – Material
- Menjaga 1. Membuat kembali 1. Sarana dan prasarana Minggu Diana Merin
inventarisasi dan dokumentasi sarana dan terdata dengan baik. 2-4 Arsylia, S.Kep
mengoptimalkan prasarana. 2. Pendokumentasian
sarana dan prasarana 2. Mengusulkan alat dan obat
yang ada, pembuatan format dilakukan dengan
peminjaman alat (buku teratur dan disiplin
peminjaman dan keluar 3. Pasien dan keluarga
masuk alat) sehingga menggunakan
pendokumentasiaannya wastafel dan atau
terkoordinsi alkohol gliserin
3. Memanfaatkan sarana dengan efektif dan
kesehatan dasar yang efisian
masih minimal seperti 4. Peralatan kesehatan
wastafel dan alkohol bagi petugas
gliserin untuk kesehatan di Ruang
25

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
mengurangi risiko Adenium memenuhi
penularan nosokomial. standard rumah sakit
4. Mengusulkan dan atau Kepmenkes.
penambahan alkohol
gliserin untuk setiap
bed
5. Memberi usulan untuk
melengkapi alat dan
obat emergency
III M III – METHOD Mencoba 1. Mendiskusikan setiap
A. Penerapan Model MAKP menerapkan model hambatan yang ada dalam
- penerapan model MAKP Perawat menggunakan
MAKP primer Minggu Iqvina Aulia
Primer MAKP Primer di ruangan II-IV Rahma,
2. Membentuk rincian dan dengan benar
S.Kep.
pembagian tugas kerja
yang jelas antara masing-
masing perawat.
B. Timbang Terima
(1) Kegiatan timbang terima Timbang terima 1. Timbang terima dapat 1. Isi timbang terima Minggu Nida Fitria,
pada shift siang, malam dapat dilakukan dilakukan secara lisan tentang masalah II-IV S.Kep
dan hari libur tidak selalu setiap pergantian dan tertulis dalam buku keperawatan yang
shift sesuai dengan operan. sudah dan belum
dilakukan sesuai dengan
format Timbang 2. Melaksanakan timbang teratasi,
urutan acara timbang
Terima yang telah terima bersama dengan terdokumenstasi
terima.
ada kepala ruangan dan staf dengan baik dan benar
keperawatan. pada buku laporan
26

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
3. Dilaksanakan pada timbang terima yang
setiap pergantian shift. telah disediakan
4. Dipimpin oleh perawat 2. Timbang terima
primer sebagai dilakukan dengan
penanggung jawab shift. melakukan validasi
5. Diikuti perawat, kepada pasien
mahasiswa yang 3. Timbang terima
berdinas atau akan dilaksanakan setiap
berdinas. pergantian shift baik
6. Informasi yang dihari kerja ataupun
disampaikan harus sabtu minggu
akurat, singkat,
sistematis yang
menggambarkan
kondisi saat ini dengan
tetap menjaga
kerahasiaan pasien.
7. Timbang terima
berorientasi pada
permasalahan
keperawatan, rencana
keperawatan, tindakan
dan perkembangan
kesehatan pasien.
8. Mendokumentasikan
hasil timbang terima
27

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
pasien pada buku
operan.
C. Ronde Keperawatan Menerapkan
- Ronde keperawatan 1. Kegiatan: 1. Adanya format dan Minggu Ismi
agar terlaksana a. Menyusun dokumentasi ronde II-IV Kamelia,
secara rutin, proposal kegiatan ronde keperawatan. S.Kep.
terjadwal, sesuai keperawatan (strategi 2. Perawat mampu
dengan adanya kasus dan materi). menjelaskan dengan
yang tidak dapat b. Menyusun benar persiapan dan
terselesaikan, serta materi sesuai dengan pelaksanaan ronde
dilakuksan kasus yang ditemukan keperawatan.
disamping pasien. 2 hari sebelum kegiatan 3. Ronde keperawatan
ronde keperwatan dilakukan sesuai
dilaksanakan. jadwal setiap ada
c. Melaksana masalah keperawatan
kan ronde keperawatan. yang membutuhkan
d. Memotivas
dilakukannya ronde
i perawat agar
keperawatan.
menerapkan ronde
keperawatan di Ruang
Adenium
2. Membuat jadwal ronde
keperawatan dengan
masalah yang terjadi di
ruangan agar dapat
dengan cepat teratasi,
28

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
misalnya 1 kali dalam
sebulan, dilaksanakan
minimal 30 menit,
dihadiri oleh
multidisiplin dan
dipimpin oleh Kepala
ruangan
D. Sentralisasi Obat
- Mengoptimalkan 1. Membuat lembar 1. Adanya format Minggu Madinatus
sistem desentralisasi persetujuan pasien/ sentralisasi obat yang II-IV Syukria,
obat keluarga pasien terdokumentasikan S.Kep.
terhadap rencana 2. Adanya kartu
dilakukannya salinan obat yang
sentralisasi obat. diterima pasien.
2. Membuat kartu
salinan obat yang
diterima oleh pasien.

E. Supervisi Keperawatan Mengoptimalkan 1. Memasukkan kegiatan 1. Supervisi Minggu Ayudia Arinda,


- sistem supervisi yang supervisi (membuat dilakukan sesuai II-IV S.Kep.
telah ada jadwal) dalam rencana dengan jadwal,
kegiatan bulanan di minimal 1x dalam 1
ruangan tersebut bulan.
a. Melaksanakan 2. Ada dokumentasi
supervisi sesuai setiap kegiatan
29

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
dengan format yang supervisi
telah ada dari 3. Sosialisasi
ruangan supervisi dilaksanakan
b. Menentukan materi
supervisi
keperawatan.
c. Menyiapkan
petunjuk teknis
pelaksanaan
supervisi
keperawatan.
d. Melaksanakan
supervisi
keperawatan
bersama-sama
perawat ruangan.
e. Melakukan
evaluasi dari
kegiatan supervisi
yang telah dilakukan
2. Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan
supervisi keperawatan.
3. Bekerja sama dengan
ruangan melakukan
sosialisasi tentang
30

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
supervisi
F. Penerimaaan Pasien Baru
(1) Kurang optimalnya Mengaplikasikan Merencanakan penerimaan Mengaplikasikan peran Minggu Sutrisno,
penjelasan mengenai orientasi peran perawat dalam pasien baru dengan perawat perawat dalam II-IV S.Kep.
lingkungan dan fasilitas. penerimaan pasien ruangan dan membuat penerimaan pasien baru
baru welcome book yang berisi sesuai standar di Ruang
tata tertib penunggu pasien, Ruang Adenium
hak pasien dan keluarga,
denah ruangan, tarif
perawatan dll.
G. Discharge planning
(1) Discharge planning 1. Terlaksanannya 1. Menyusun perencanaan 1. Perawat melakukan Minggu Eka Safitri,
belum terlaksana secara discharge tentang pelaksanaan discharge planning II-IV S.Kep.
optimal, diantaranya: planning sesuai discharge planning. sesuai dengan standar
dengan standar. 2. Membuat brosur/ leaflet 2. Pasien dan keluarga
pemberian pendidikan
2. Kemampuan tentang pengertian mengerti dan
kesehatan hanya
perawat penyakit, pencegahan, memahami penjelasan
dilakukan secara lisan
meningkat dalam perawatan dirumah, tentang penyakitnya
kepada pasien/keluarga, memberikan nutrisi, aktivitas dan 3. Adanya brosur/ leaflet
tidak terdapat media pendidikan istirahat sesuai dengan tentang penyakit yang
yang disediakan untuk kesehatan kepada kebutuhan pasien. Dan paling banyak ada
pasien. pasien. membuat leaflet dengan diRuang Adenium
tindakan perawatan dan RSUD Dr. Soetomo
kasus terbanyak Surabaya
diruangan. 4. Adanya dokumentasi
31

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
dari discharge
planning yang telah
dilakukan pada status
pasien.
5. Adanya kartu
discharge planning
yang dibawa pulang
pasien
H. Pendokumentasian
1) Pengisian format Mampu menerapkan 1) Mendiskusikan a) Mahasisw Minggu UlyaUnzila
dokumentasi pendokumentasian format pengkajian dan a mampu II-IV Dina, S.Kep.
keperawatan belum keperawatan secara pendokumentasian menerapkan
ringkas,baik dan asuhan keperawatan pendokumentasian
lengkap..
benar. sesuai dengan kasus di secara ringkas, baik
Pandan I . dan benar.
2) Merevisi format b) Pendoku
pengkajian, diagnosis mentasian dilakukan
keperawatan, segera setelah
perencanaan, melakukan tindakan
pelaksanaan dan keperawatan.
evaluasi asuhan c) Dokumen
keperawatan. tasi asuhan
3) Membuat format keperawatan pada
pendokumentasian status pasien lengkap
asuhan keperawatan dan benar.
PIE.
32

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
4) Membuat petunjuk
teknis
pendokumentasian
asuhan keperawatan
dengan menggunakan
model PIE.
5) Melaksanakan
pendokumentasian
asuhan keperawatan
bersama dengan
perawat ruangan.
6) Mengevaluasi
pelaksanaan sistem
dokumentasi asuhan
keperawatan yang telah
dilakukan.
IV M4 – Money
- Mengoptimalkan Memberikan pelayanan Pasien tidak mengeluhkan Minggu Ismi Kamelia
sistem keuangan yang berkualitas pada perawatan dirinya II-IV , S.Kep.
yang telah ada pasien
V M5 – Mutu
1) Kurang optimalnya fungsi Mengembangkan 1. Memberikan 1. 80 % Pasien dan Minggu Decky
tim PKRS atau mutu pelayanan penyuluhan tentang keluarga dapat 3-4 Wiratama
penyuluhan di ruangan keperawatan dalam pentingnya cuci tangan melakukan cuci Putra, S.Kep
dengan baik dan terjadwal. hal patient safety. untuk mengendalikan tangan
33

Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
infeksi pada keluarga 2. Dokumentasi
pasien penilaian nyeri pada
2. Mengajak pasien dan rekam medis pasien
keluarga untuk terisi setiap harinya
melakukan cuci tangan 3. Dokumentasi
bersama setelah validasi penilaian resiko jatuh
pasien setiap hari pada rekam medis
3. Bekerjasama dengan pasien terisi setiap
perawat ruangan untuk hari
mengkaji penilaian
nyeri pasien setiap hari
dan
mendokumentasikannya
4. Bekerjasama dengan
perawat ruangan untuk
mengkaji penilaian
resiko jatuh pada pasien
setiap hari dan
mendokumentasikannya

Anda mungkin juga menyukai