Anda di halaman 1dari 23

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN

BANGSA INDONESIA

Nilai –nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses
sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada
abad ke-IV.

A. Zaman Kutai

Pada zaman ini masyarakat kutai yang membukai zaman sejarah Indonesia pertama
kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan.

B. Zaman Sriwijaya

Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah tercemin pada kerjaan
Sriwijaya yang berbunyi yaitu marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika {suatu cita-cita
negara yang adil & makmur}

C. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit

Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk raja Aiar Langgi sikap tolerensi dalam
beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang & kerjasama dengan Benggala, Chola, dan
Chompa) serta perhatian kerjahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan membangun tanggul
& waduk.

D. Zaman Kerajaan Majapahit

Sumpah Palapa / Gadjahmada berisi cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara.

E. Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh maka berkambanglah agama Islam dengan pesatnya di
Indonesia. Bersama dengan itu maka berkambang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan
Demak. Selain itu, berdatangan juga bangsa-bangsa Eropa di Nusantara.

Bangsa asing yang masuk ke Indonesia pada awalnya berdangan, namun kemudian
berubah menjadi praktek penjajahan. Adanya penjajahan membuat perlawanan dari rakyat
Indonesia di berbagai wilayah Nusantara, namun karena tidak adanya kesatuan& persatuan di
antara mereka maka perlawanan tersebut senantiasa sia-sia.

G. Kebangkitan Nasional

Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa
yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri.

H. Zaman Penjajahan Jepang

Jepang menjanjikan kemardekaan tanpa syarat kapada bangsa Indonesia. Bahkan untuk
mendapatkan simpati & dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut
maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia
{BPUPKI}.

Kesimpulan

Nilai-nilai Pancasila diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara,
dijadikan sebagai dasar negara RI. Proses cara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang
BPUPKI pertama, bidang panitia 9, sidang BPUPKI kadua, serta akhirnya di sah kan secara
yuridis sebagai dasar negara RI.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta
keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimilik bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP PANCASILA

Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Menghadapi Globalisasi


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini
haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai
tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan
pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa
Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia.

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian
bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi
dunia.Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan
jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian
bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan tersebut akan membuat
rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya
sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar
setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.
Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta
masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.pengalaman pahit berupa
kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada
zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik,
tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik,
tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti

penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.


Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar
bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan,
negara sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak bisa bertahan dan
terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan
rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern,
bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan
bangsa lain.

Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar
hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap.
Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti
ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-
nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan
sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri
bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga
budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-
nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang
telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi
yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal,
negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB—
menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta
musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh
berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan
rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat
Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik
nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan
kelompoknya semata.

Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan
dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap
bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa
mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi
dari persoalan tersebut .

Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-
citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang
diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk
mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa
menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.
DEMOKRASI DI INDONESIA

Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai macam latar belakang agama, suku, dan juga
budaya tepat memang jika demokrasi digunakan sebagai sistem politik di Indonesia. Di setiap
periode pemerintahan bangsa ini, dari semenjak pra kemerdekaan sampai reformasi sekarang ini,
demokrasi tidak pernah absen untuk disandangkan sebagai mekanisme berjalannya roda
pemerintahan. Dalam pembahasan sebelumnya telah direkam kontribusi pemikiran politik
Tjokroaminoto sebagai pelopor demokratisasi di Hindia Belanda yang kini kita sebut Indonesia.

Volksraad tak bisa disangkal sebagai monumen awal demokrasi di Indonesia. Walaupun
pada pelaksanaannya, lembaga perwakilan rakyat ini perannya begitu kecil, namun dalam
konteks kolonial itu sudah merupakan kemajuan yang luar biasa. Dari 39 orang anggotanya, 19
orang dipilih oleh dewan lokal yang terdiri dari 10 orang merupakan pribumi dan 9 orang dari
Eropa dan Timur jauh. Selain itu ada 19 orang yang diangkat, 5 orang merupakan kaum bumi
putra dan 14 orang merupakan orang Eropa dan Timur Jauh. Sehingga secara total jumlah
pribumi yang masuk dalam Volskraad hanya berjumlah 15 orang. Lima orang bumiputra yang
mendapat hak istimewa diangkat dalam Volksraads selain Tjokroamnioto adalah: Prangwedono,
Tengku Tjik Mohamad Thajeb, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Dwidjosewojo.

Dalam rentang berikutnya, demokrasi baik secara konsep maupun praksis semakin akrab
dalam pemikiran aktivis kemerdekaan Indonesia. Hal ini terlihat dalam rapat BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas untuk merumuskan dasar negara kelak. Pada rapat
pertamanya tanggal 29 Mei-1 Juni 1945, ketiga orang yang dimintai pendapatnya mengenai
dasar negara, yaitu; Moh. Yamin, Dr. Soepomo, dan Soekarno, secara ekplisit maupun implisit
dalam pidatonya menghendaki demokrasi, minimal mereka berpendapat mengenai diperlukannya
parlemen sebagai lembaga perwakilan.
Pun pada masa pasca kemerdekaan, orde lama, dan orde baru walaupun jauh dari nilai-
nilai demokrasi namun pada periodesasi pemerintahan itu berkuasa, mereka mengklaim
menerapkan demokrasi. Sehingga sejak merdeka, bangsa ini selalu akrab dengan demokrasi.
Usaha-usaha itu dibuktikan dengan pencarian yang tak henti-hentinya untuk mendapatkan bentuk
terbaik yaitu; cocok dengan kondisi sosial-budaya Indonesia. Tercatat Indonesia pernah menjajal
demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin di era orde lama, dan demokrasi Pancasila di era
orde baru, pun sekarang pasca reformasi kita mempraktekan demokrasi liberal.

Kini bangsa ini mengami tantangan baru, pendulum demokrasi terlalu kencang bergerak
ke ‘kanan’. Berakhirnya rezim Soeharto yang hanya menerapkan demokrasi pada tataran
permukaan, dimana pada waktu itu, fenomena yang terjadi ruang kebebasan berpendapat
dikanalisasi, direspon oleh para politisi untuk membuka ‘keran’ kebebasan seluas-luasnya atas
nama demokrasi. Dampaknya, kini lewat amandemen UUD 1945 rakyat memegang kuasa penuh
untuk memilih pemimpinnya secara langsung baik pada tingkat nasional ataupun daerah.
Fenomena inilah yang mengundang banyak lembaga internasional untuk memberikan
penghargaan dengan memberi lebel Indonesia sebagai salah satu negara terbesar yang
demokratis.

Namun, dalam prakteknya demokrasi yang berjalan malah mengarah kepada ‘politik
dagang sapi’. Uang memainkan peran utama dalam setiap perhelatan pesta demokrasi. Sehingga
wajar masalah-masalah pelik muncul sebagai akibat praktek-praktek ini. Salah satunya adalah
para pemimpin dan atau wakil rakyat yang dipilih ternyata hanya memanfaatkan posisinya untuk
memperkaya diri dan golonganya. Alhasil, korupsi yang menjadi musuh utama di era orde baru
ternyata malah makin kronis, karena kini para pejabat publik di setiap tingkatan semuanya
melakukan korupsi. Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Gidden, ia berpendapat walaupun
optimisme terhadap demokrasi tetap tinggi, namun telah terjadi penurunan kepercayaan yang
signifikan terhadap politisi.

Selain itu, dengan adanya pemilihan langsung untuk memilih pemimpin daerah ternyata
malah menyulut konflik horizontal di masyarakat. Ketidakdewasaan dalam berpolitik terwujud
dengan sikap yang tidak siap kalah, karena para calon pimpinan yang gagal meraih kemenangan
lebih sering mengorganisir warga untuk melakukan protes terbuka terhadap otoritas
penyelenggara Pemilu dengan berbagai alasan khususnya; manipulasi data, tak jarang perilaku
ini berakhir dengan tindakan anarkis. Parahnya, para calon pimpinan khususnya di daerah,
menjadikan basis pendukungnnya berdasarkan kaitan kesukuan dan etnisitas, serta agama.
Sehingga pesta demokrasi sangat memungkinkan berakhir dengan konflik sosial yang bernuansa
SARA.

Tentunya kondisi yang demikian ini tidaklah dalam posisi ideal. Karena sejatinya
demokrasi memberikan landasan nilai tentang kesamaan derajat manusia yang tentunya secara
praksis terwujud dalam kondisi tanpa adanya penindasan antar manusia. Dari penjabaran
mengenai perkembangan praktek demokrasi di Indonesia belakangan ini tentunya dapat
disimpulkan telah terjadi dominasi kaum kaya yang bermodal terhadap kaum miskin yang tidak
memiliki sumber daya. Walaupun dalam rentang waktu yang berbeda, sesungguhnya
Tjokroaminoto telah melawan kondisi ini yang dilukiskannya sebagai berikut:

“Akan tetapi pada zaman modern sekarang, cara-cara memproduksi hasil-hasil keperluan
dan kebutuhan hidup manusia ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan dan paham
kapitalisme (kapitalistische productie wijze), yang semakin lama semakin mendekati puncak
ketinggiannya, sedangkan dalam aspek yang lain pertentangan antara keperluan kaum modal
(kapitalist) dengan kaum miskin dan melarat (terutama kaum buruh rendahan) semakin
bertambah tajam. Karena itu terjadilah krisis berulang-ulang terutama krisis yang menyangkut
kepentingan hidup orang banyak dan produksI.

Ada pun sebabnya kerusakan dunia sedimikian parahtidak lain hanyalah karena manusia
mempunyai kesukaan dan kegemaran menurutkan hukum-hukum dan aturan-aturan buatan atau
ciptaan manusia sendiri melebihi kesukaan dan kegemaran mereka menurut hukum dan aturan
yang diturunkan oleh Allah dan utusan-Nya, sedangkan kita tahu tiada hukum hasil buatan
manusia yang terbebas dari hawa nafsu manusia yang merusak. Dengan perubahan zaman,
peredaran masa dan beralihnya pikiran-pikiran manusia, bergantilah pula hukum-hukum yang
telah dibuatnya, sehingga hukum yang demikian itu senantiasa berubah-ubah, tidak memiliki
ketetapan yang pasti.”
Dengan jelas, Tjokroaminoto menganalisis bahwa kapitalisme adalah sumber dari
permasalahan yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, ia berpendapat agar hukum atau aturan
yang berlaku di suatu negara jangan hanya berorientasi kepada kepentingan pribadi atau
golongan. Dalam konsep pemerintahan demokrasi, tentunya para anggota parlemenlah yang
memiliki wewenang untuk membuat aturan-aturan dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian tentunya para anggota parlemen harus memiliki nilai moral dan
religiusitas yang sangat tinggi, dalam upaya menciptakan kondisi berbangsa yang penuh rasa
keadilan.

Tjokroaminoto sadar bahwa pilar demokrasi adalah parlemen, sehingga diperlukan suatu
usaha agar parlemen tetap berada dalam peran dan fungsinya yang benar. Untuk itu ia
berpendapat mengenai pentingnya penerapan syarat-syarat bagi pemilih maupun yang dipilih
(kies stelsel), dalam hal ini ia merujuk pada Al Ahkam-us Sulthaniah atau hukum negara dan
pemerintahan.Tjokroaminoto tidaklah menjelaskan secara rinci mengenai hal ini, namun regulasi
ini tentulah tidak akan keluar dari prinsip egaliter demokrasi yang memberikan hak yang sama
bagi seluruh elemen bangsa. Pun dalam konteks kekinian, tentunya pemilih dan yang akan
dipilih dalam pemilihan umum juga harus memenuhi beberapa persyaratan terutama berkaitan
dengan usia; pemilih dan dipilih haruslah orang dewasa.

Parlemen atau yang kini kita kenal dalam wujud Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
banyak sekali menuai kritik berkaitan dengan kinerja dan juga sikap korupnya. Namun
bagaimanapun juga mereka adalah representasi dari kemauan rakyat yang diakomodir melalui
mekanisme pemilihan umum. Oleh karenanya kecerdasan dan kepekaan rakyat dalam memilih
calon wakilnya pun harus ditingkatnya. Sehingga pendidikan politik sangat mutlak dilakukan
oleh negara dalam rangka meningkatkan kecerdasan dan kepekaan rakyat. Berhubung begitu
pentingnya masalah-masalah pemerintahan, rasanya perlu untuk menetapkan salah satu syarat
rakyat dalam menggunakan hak pilihnya adalah telah mengikuti pendidikan politik singkat atau
sejenisnya ataupun dengan cara memasukanya dalam kurikulum sekolah tingkat atas.

Tjokroaminoto pada masanya pun telah melakukan pendidikan politik. Menurut


Tjokroaminoto memilih perwakilan/delegasi untuk hadir di kongres PSII adalah salah satu media
pendidikan demokrasi bagi anggota-anggota PSII yang mekanismenya telah diatur dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Selain itu Tjokroaminoto juga mengajarkan
secara informal yang terbuka bagi para kader PSII untuk mendapatkan pengetahuan umum,
pengetahuan agama, dan juga pendidikan politik secara sekaligus dan terintegrasi.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah persyaratan bagi yang dipilih. Dalam sisi ini
Tjokroaminoto berpendapat mengenai tanggungjawab bagi anggota parlemen adalah:

“Maka prinsip-prinsip pokok yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadist dapat
dipergunakan sebagai dasar atau pedoman segala wet (hukum) yang kita perlukan, sehingga
kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat kita pimpin menuju maksud untuk memberikan
kebahagian yang seluas-luasnya kepada tiap-tiap manusia baik untuk dirinya sendiri mupun
untuk masyarakat umum demi pergaulan hidup bersama dan demi peri kemanusiaan seluruhnya,
yaitu dengan cara mencerdaskan kepandaian jasmaniah dan melatih ketahanan jiwa demi
kebajikan rohani.”

Dari penjelasan Tjokroaminoto di atas, perlu digarisbawahi mengenai pentingnya para


anggota parlemen mengusung nilai moral-religius yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis,
khususnya bagi mereka yang beragama Islam. Sehingga secara praksis, partai politik sebagai
media kaderisasi calon anggota parelemen haruslah membenahi sistem perekrutan dan juga
proses kaderisasinya terutama berkaitan dengan penanaman nilai moral-religius yang kini
seakan-akan hilang dari sikap para anggota DPR. Dalam hal ini partai politik memiliki tugas
berat untuk keluar dari pragmatisme akut politik uang. Sehingga partai politik harus kembali
sebagi pengusung ide untuk menciptakan keadilan dan juga kesejahteraan bangsa. Dengan
demikian tentunya perubahan yang dilakukan oleh partai politik akan berbanding lurus dengan
peningkatan kualitas regulasi-regulasi yang dibuat oleh parlemen.
HAM DALAM PANCASILA

Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan
terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan
fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa
Indonesia, terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan
ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia.
Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai berikut :

1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama
untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.

3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana hendaknya
sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat
yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang
dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak
partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada
masyarakat.

Penegakan HAM di Indonesia Mengalami Reduksi Makna

Penegakan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia telah direduksi maknanya menjadi
hukum yang penegakannya dibatasi. Pembatasan dilakukan atas bagaimana menginterprestasi
pasal-pasal dalam kitab perundang-undangan. Instrumen hukum HAM memang telah banyak
mengadili pelaku-pelaku HAM di Indonesia dan memberikan setitik keadilan bagi korban.
Namun, justifikasi atas pelanggaran HAM hanya dibaca dari ketersediaan aturan-aturan yang
ada. Akibatnya, proses ini gagal dalam menginterpretasikan kandungan nilai-nilai HAM yang
lebih luas dari sekadar pasal-pasal tertulis. Hal inilah yang menjadi penyebab kejumbuhan antara
hukum biasa dengan hukum HAM. Terus berlangsungnya pemahaman dan praktik seperti ini
menyebabkan berjaraknya atau tertinggalnya nilai-nilai universal kemanusiaan yang membentuk
konsep HAM dari praktik penegakannya.

Di sisi lain, penegakan HAM di Indonesia sering direcoki oleh kepentingan-kepentingan


ekonomi-politik jangka pendek. Upaya penegakan HAM melalui pembuatan instrumen-
instrumen hukum yang gencar dilakukan selepas rezim Orde Baru dalam implementasinya
terombang-ambing oleh kepentingan para aktor politik yang bernaung dalam lembaga-lembaga
politik. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di Indonesia, seperti di daerah-daerah
konflik, kerusuhan Mei 1998, hingga pembunuhan Munir, merupakan sederet kasus yang tidak
terselesaikan karena kentalnya intervensi politik terhadap penegakan HAM.

Dari kasus-kasus tersebut, setidaknya ada dua persoalan mendasar yang patut untuk dicari
jalan keluarnya. Pertama, lemahnya perlindungan HAM bagi warga negara Indonesia. Kedua,
adanya perbedaan dalam menginterprestasikan penegakan HAM dari perspektif hukum dan
politik.
LINGKUNGAN HIDUP

PENGERTIAN LINGKUNGAN

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita
makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah,
lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua
orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-
hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis,
gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan
sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang.

LINGKUNGAN HIDUP

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi.

Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:


1. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah,
maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka
lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

2. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.
Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang
diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

3. Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar
peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi
jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka
bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan
tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-
lain.

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi


2 jenis, yaitu:

1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang
memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang
meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap
mampu merubah bentuk muka bumi.

Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan
kuat keluar melalui puncak gunung berapi.

Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara

lain berupa:

1. Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.

2. Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.

b. Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di
antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena
gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun
manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.

Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan
dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

1. Berbagai bangunan roboh.

2. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.

3. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang


pasang).
c. Angin topan

Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke
kawasan bertekanan rendah.Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara
yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan
Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas,
sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana
musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala
pemanasan global.

Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan
atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan
angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:

1) Merobohkan bangunan.

2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.

3) Membahayakan penerbangan.

4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.

b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak
pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).

b. Perburuan liar.

c. Merusak hutan bakau.

d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.

e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.

f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa
harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program
pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia


secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2
gagasan penting, yaitu:

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang


hidup.

b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk


memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Menjamin pemerataan dan keadilan.

b. Menghargai keanekaragaman hayati.

c. Menggunakan pendekatan integratif.

d. Menggunakan pandangan jangka panjang.

Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi
berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:


a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan, dan pengawasan.

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki


tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian
lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata
Guna Tanah.

b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL


(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,


dengan tujuan pokoknya:

1. Menanggulangi kasus pencemaran.

2. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah


Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-
masing.Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup antara lain:

a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan
dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah
dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan
tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus
berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya
pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau
penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan
atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan,
sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas
memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah
satunya oksigen.

Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar
oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap
organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar
tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih
dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita.Tanaman dapat
menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen
melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga
produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap
air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran
hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap
merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu
upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri
yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.

c. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa
diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan
liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan.
Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya
menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan
lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3. Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

4. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.

d. Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut
dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut,
pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian
laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya
hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:

1. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal


sekitar pantai.

2. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar
laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.

3. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.

4. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

e. Pelestarian flora dan fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan
alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan
gangguan dalam kehidupan.

Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi
kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan
fauna di antaranya adalah:

1. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.

2. Melarang kegiatan perburuan liar.

3. Menggalakkan kegiatan penghijauan.

Anda mungkin juga menyukai