Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

I. Pendekatan Pembelajaran Aktif


a) Pengertian pembelajaran aktif
Dalam buku “Strategi Pembelajaran Aktif” (Zaini dkk, 2004 : xvi), pembelajaran aktif adalah
suatu pembelaj ran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan
aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan
persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari kedalam satu persoalan yang
ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini
biasanya siswa akan merasakan suasana yan lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.
b) Melakukan (Doing)
Kegiatan ini menunjukkan pada proses pembelajaran dimana siswa benar-benar melakukan
sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik), mendesain atau
melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah
lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan
sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan melakukan dapat
dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung.
c) Mengamati (Observing)
Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain
“melakukan sesuatu (doing something)”, terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya.
Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Guru olahraga yang sedang
memperagakan cara menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan
cara-cara browsing di internet, dan sebagainya.
d) Dialog dengan Diri Sendiri (Dialogue with Self)
Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berpikir reflektif
mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang dan harus dipikirkan,
apa yang mereka rasakan dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang
pemikirannya sendiri, (thinking about my own thinking)” dalam cakupan pertanyaan yang lebih
luas, dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.
e) Dialog dengan Orang Lain (Dialogue with Others)
Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan ceramah,
pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan mendengarkan dari orang lain (guru, penulis
buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran
pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue”.
Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa kedalam kelompok-
kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik
pelajaran secara intensif. Lebih dari itu, untuk melibatkan siswa kedalam situasi dialog tertentu,
guru dapat mengembangkan bermacam-macam cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk
berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya, baik yang berlangsung didalam kelas maupun
diluar kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis.

Suatu kegiatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat KBM berarti harus
memperhatikan potensi siswa (seperti tingkat perkembangna fisik, psykhis, tingkat
perkembangan belajar, pengalaman belajar, latar belakang social budaya, bakat dan minat), dan
juga memperhatikan kebutuhan siswa dalam merancang strategi pembelajaran.
Sedangkan makna demokratisasi dalam KBM berarti siswa itu diperlakukan secara manusiawi,
sewajarnya dan siswa dipahami sebagai subyek dalam pembelajaran yang berarti memiliki
kebutuhan, keinginan dan tujuan hidup, dan sekaligus sebagai obyek pembelajaran juga berarti
siswa itu memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dituntut kearah yang tepat dengan
penerapan prinsip Tut Wuri Handayani.

Selama ini proses pembelajaran lebih sering diartikan sebagai pengajar menjelaskan materi
pelajaran dan siswa mendengarkan secara pasif. Namun telah banyak ditemukan bahwa kualitas
pembelajaran akan meningkat jika para siswa peserta proses pembelajaran memperoleh
kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan
baru yang diperoleh. Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung
untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.
Banyak cara, metode atau teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Kelompok
pembelajaran aktif cenderung membuat siswa mengingat (retention rate of knowledge) materi
pelajaran. Selain itu juga konsep yang diinformasikan melalui lambang verbal mempunyai daya
serap paling rendah dibandingkan apabila disampaikan dengan lambang visual, film dan
sebagainya. Media yang terletak pada alas kerucut menunjukkan tingkat keefektifan tertinggi.
Makin menuju kepuncak makin kerucut makin berkurang keefektifannya.
Pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respon siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi
pembelajaran aktif pada siswa dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka
dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

II. Karakteristik Pembelajaran Aktif


Dalam Saptono dkk (2010 : 141) dibahas karakteristik pembelajaran aktif didalam ruang
kelas yang meliputi :
1) Child Centered Activities (CCA)
Fokus pendidikan seharusnya pada minat anak, apa yang anak ketahui, apa yang anakinginkan
untuk menemukan dan mempelajari, dan bagaimana anak didorong untuk mendapatkan jawaban.
Dinyatakan CCA ketika : (1) Anak adalah fokus aktivitas pembelajaran. (2) Anak-anak secara
aktif dilibatkan didalam pembelajaran mereka. (3) Anak-anak dan bukan guru yang sedang
banyak melakukan pembicaraan di dalam ruang kelas.
2) Language Development Though Activities
Ketika anak-anak mengambil bagian di dalam aktivitas-aktivitas yang menarik, sosial,
mempunyai makna, mempunyai suatu tujuan, yang membangkitkan gairah mereka dan mereka
dapat menikmatinya. Disini guru-guru butuh menolong anak-anak bertambah di ih sulit, dan
mendapatkan lebih banyak bagaimana mendapatkan lebih banyak bagaimana menggunakan
bahasa. Siswa-siswa akan belajar bahasa dari berpikir, berbicara, mendengar, membaca dan
menulis. Setiap aktivitas dan pengalaman adalah kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan bahasa dan berpikir, ketika mempelajari suatu pengetahuan baru.

3) Encouragement
Dorongan menolong siswa-siswa untuk keyakinan dan memiliki perasaan yang baik akan diri
mereka sendiri. Ini juga akan menolong murid untuk mencoba suatu aktivitas baru. Anak-anak
perlu untuk tahu bahwa mereka diterima dan dikasihi oleh guru-guru mereka. Guru-guru perlu
mendorong siswa-siswa untuk belajar dari kesalahan.

4) Children have opportunities to work in groups


Ketika siswa-siswa bekerja di dalam pasangan dan kelompok kecil mereka terlibat di dalam
mengkomunikasikan ide-ide / gagasan-gagasan, di dalam kerjasama untuk mencapai tujuan.
Siswa-siswa dapat dikelompokkan dalam suatu jumlah dengan cara yang berbeda, dan yang juga
penting adalah adanya fleksibelilitas di dalam ukuran kelompok, anggota dan peranannya. ptk
pkn smk pdf Struktur kelompok ini tentu saja penting untuk mengatur garis pedoman bagi
komunikasi dan kerjasama. Garis pedoman ini juga menjamin bahwa setiap orang memiliki
pergantian di dalam berbicara, dan mendapatkan cara untuk menganalisa pekerjaan orang lain.

5) Demonstrations
Pengajaran langsung adalah praktek yang terkenal, yang mana guru-guru dapat memusatkan
kelas atau kelompok melalui ceramah, membaca, dan memimpin daripada mendemostrasikan
suatu keterampilan atau tekhnik¬tekhnik baru. Guru dapat menuntun pikiran siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan contoh-contoh. Di dalam suatu pembacaan kelas,
sebagai contoh, guru dapat membacakan suatu teks baru, kemudian memulai diskusi dengan
petanyaan-pertanyaan terbuka yang mendorong siswa-siswa untuk berpikir tentang tesk tersebut.
6) Independent Learning
Siswa- siswa lebih dapat mengerjakan dan belajar dengan tidak bergantung kepada guru. Ini
berarti bahwa mereka dimotivasi untuk belajar, dapat focus kepada tugas-tugas yang spesifik,
dan memiliki keterampilan. Ini dapat berarti siswa-siswa dapat memecahkan persoalan
matematika atau konsentrasi pada contoh-contoh soal matematika. Dapat juga berarti siswa-
siswa melakukan penelitian atau eksperimen atau menulis suatu laporan mengatasi suatu topik
pengetahuan. Semua dari cirri-ciri ini pada akhirnya menuju pada satu cirri utama yaitu : Most
Children Learn Best When They Learn Through Action.
Di samping karakteristik dia atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan
diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan
menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya
dapat diperoleh secara bersama¬sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap
individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan
penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses
pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang
tinggi sehingga akan memupuk social skills.

III. Metode Ceramah


1) Pengertian Metode Ceramah
Menurut Djamarah dkk (2006 : 97) metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode
tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Meski metode ini lebih banyak menuntut
keaktifan guru
daripada siswa, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan
pembelajaran. Pada dasarnya ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu arah.
Apabila guru menyampaikan informasi kepada siswa maka, guru berfungsi sebagai transmitter
dan siswa sebagai receiver. Bahasa, baik verbal dan nonverbal merupakan satu-satunya media
komunikasi. Bahan yang disampaikan dengan bahasa sebagai alatnya disebut message (pesan).
Komunikasi dikatakan baik jika pesan diterima 100% oleh receiver. Sebaliknya, komunikasi
dikatakan jelek jika pesan yang ada pada transmitter tidak diterima sesuai dengan aslinya oleh
receiver. Hal itu bisa dikatakan terjadi communication gap (kesenjangan komunikasi) jika pesan
itu tidak diterima sama sekali oleh receiver, dan miscommunication (kesalahan komunikasi) jika
pesan itu diterima tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh transmitter.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara


secara langsung terhadap siswa. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut :
1) Hemat dalam penggunaan waktu dan alat.
Melalui ceramah, bahan yang banyak dapat disampaikan dalam waktu sigkat. Alat (termasuk
media) yang digunakan juga cukup sederhana. Pengorganisasian kelas sangat sederhana. Waktu
yang diperlukan untuk menyampaikan informasi kepada satu atau dua orang siswa sama dengan
yang diperukan untuk seratus orang.
2) Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa.
Kontak yang terjadi antara antara guru dan siswa tidak hanya sekadar kontak bicara, tetapi
merupakan kontak pribadi dimana pribadi guru bertemu dengan pribadi siswa. ptk pkn smk pdf
Pribadi ini dapat diartikan sebagai keseluruhan aspek rohani (seperti kecerdasan, kemauan,
kejujuran, kedisiplinan, kepercayaan pada diri sendiri) dan jasmani (sosok fisik)yang menyatu
dalam eksistensi seseorang.
3) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarkannya.
Mendengar itu sendiri dapat tejadi dalam tiga bentuk yaitu pertama mendengar secara marginal
yaitu mendengar sambil memperhatikan hal-hal lain, kedua mendengar evaluative yaitu
mendengar sambil menilai informasi yang didengar dari yang bersangkutan menurut sudut
pandang pendengar, ketiga mendengar proyektif yaitu mendengar dengan menenmpatkan diri
pada jalan pikiran si pembicara sehingga informasi yang didengar, diterima, dan dipahami dari
sudur si pembicara.

4) Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.


Hal ini tergantung pada kemampuan si penceramah untuk menimbulkan keingintahuan si
pendengar melalui ceramahnya. Kalau isi ceramah dianggap penting dan menarik, maka siswa
akan menindak lanjuti dengan mengembangkan pemahamannya tentang itu melalui berbagai
sumber yang dicarinya diperpustakaan dan lain-lain.
5) Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh siswa.
Kemampuan ini menjadi optimal jika dikembangkan pola interaksi timbale balik antara guru dan
siswa.

2.2.2. Metode Ceramah Bervariasi


Metode ceramah pada dirinya belum termasuk kedalam pembelajaran aktif. Karena metode
ceramah cenderung lebih bannyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, sehingga siswa
menjadi pasif. Upaya untuk mengaktifkan siswa dengan metode ceramah, selain memenfaatkan
kelebihan dari metode ceramah itu juga diupayakan mengatasi kelemahan-kelemahannya.
Strategi ini disebut ceramah bervariasi (W. Gulo, 2004 : 142). Selain itu Djamarah dkk (2006 :
98) menyebutkan bahwa metode ceramah termasuk dalam pembelajaran aktif apabila
divariasikan dengan metode-metode pembelajaran yang lain sehingga disebut metode ceramah
bervariasi.

Menurut W. Gulo (2004 : 142) menyebutkan bahwa disebut ceramah bervariasi karena dalam
strategi ini terdapat beberapa komponen atau unsur yang masing-masing bervariasi. Komponen-
komponen tersebut adalah :
1) Variasi Metode
Ceramah murni hanya efektif untuk sekitar 15 menit yang pertama. Menit¬menit berikutnya,
daya serap siswa terhadap ceramah mulai menurun. Oleh karena itu, supaya keefektifan belajar
tetap tinggi, ceramah sebagai metode pengajaran yang pokok hanya dapat digunakan pada sekitar
15 menit yang pertama. Sesudah itu metode ceramah harus diganti dengan metode lain. Dengan
demikian, interaksi pembelajaran menjadi variasi.
2) Variasi Media
Alat indera siswa dilibatkan sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran. Untuk maksud
tersebut media pembelajaran divariasikan, sehingga fungsi melihat (visual), fugsi mendengar
(audio), dan fungsi meraba atau mencium diaktifkan pada hal-hal tertentu misalnya media audio
divariasikan dengan media visual.

3) Variasi Penampilan
Dalam variasi penampilan dibagi ke dalam beberapa variasi yaitu :
a) Variasi gerak
b) Variasi isyarat/mimik
c) Variasi suara
d) Selingan diam
e) Kontak pandang
f) Pemusatan perhatian
4) Variasi Bahan Sajian
Dalam menyampaikan materi atau bahan sajian seorang guru, tidak monoton materi saja. Mereka
harus menyajikan contoh-contoh yang kongret dan relevan misalnya dengan disertai gambar-
gambar yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan


dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga.
Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan
demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang
dilakukan siswa.
2) Ceramah, Demontrasi, dan Eksperimen
Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apapun yang
didemonstrasikan, baik oleh guru maaupun oleh siswa, tanpa diikuti dengan eksperimen tidak
akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksanakan demonstrasi, seorang demonstrator
menjelaskan apa yang akan
didomonstrasikannya, sehinggga semua siswa dapat mengikuti jalannya demontrasi tersebut
dengan baik.

Metode eksperimen adalah metode yang siswanya mencoba mempraktikkan suatu proses
tersebut, setelah melihat atau mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh seorang
demonstrator. Eksperimen juga dapat dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu,
misalnya menguji sebuah hipotesis. Dalam pelaksanaannya, metode demontrasi dan eksperimen
dapat digabungkan, artinya setelah dilakukan demonstrasi kemudian diikuti oleh eksperimen
dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah).

4) Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan


Metode latihan umumnya dilakukan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari
bahan yang dipelajarinya. Karena itu metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah
latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai
bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya.
Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu
kesimpulan yang akan dipelajari siswa. Misalnya belajar tari jaipong. Siswa sebelum berlatih tari
jaipong siswa diberikan penjelasan dulu seluruh gerakan tangan, gerakan badan, dan sebagainya
melalui ceramah. Lalu guru mendemostrasikan tari jaipong dan siswa memperhatikan
demonstrasi tersebut. Setelah itu baru siswa mulai latihan tari jaipong seperti yang dilakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam prakteknya atau kenyataannya, metode mengajar tidak
digunakan sendiri sendiri, melainkan merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Hal
itu dilakukan agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti proses belajar.

2.3. Media Pembelajaran


Dalam pembelajaran, guru selain menggunakan metode pembelajaran juga dituntut untuk
menggunakan media pembelajaran agar siswa merasa senang dan tertarik terhadap mata
pelajaran yang sedang diajarkan. Selain itu juga agar materi-materi yang dirasa sulit dipahami
oleh siswa, dengan bantuan media pembelajaran tersebut dapat membantu mengkonkretkan hal-
hal yang dirasa sulit oleh siswa, jadi lebih mudah untuk dipahami.
2.3.1. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam Sadiman dkk (2008 : 6) kata media berasal dari bahasa Latin media yang merupakan
bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan
demikian, media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Dalam dunia pendidikan biasanya disebut media pendidikan atau media pengajaran.

Dalam konteks pembelajaran, media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk merangsang perhatian, minat, pikiran dan kemajuan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Y. Miarso dalam Hujair, 2009 : 24). Maka
secara umum media adalah alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan
yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk merangsang perhatian,
minat, dan pikiran siswa sehingga dapat mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup
penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada
anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, siswa lebih mudah mencerna bahan
daripada tanpa bantuan media.
2.3.2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sadiman dkk (2008 : 17) media mempunyai beberapa fungsi dalam proses
pembelajaran yaitu sebagai berikut :
Jika obyek terlalu besar maka bias digantikan dengan gambar, film bingkai, film atau model
yang lebih kecil.
Jika obyek kecil, maka dapat diperbesar dengan bantuan proyektor, film bingkai atau gambar.
Gerak yang terlalu lambat dapat dipercepat dengan dengan teknik timelapse, sedang gerak yang
terlalu cepat dapat diperlambat dengan teknik highspeed photography untuk kemudian diputar
secara lambat (slow metion).
Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,
video, film bingkai, foto, atau diceritakan secara verbal.
Obyek yang terlalu komplek dapat disajikan dengan model, diagram, dll. Konsep yang terlalu
luas dapat divisualkan dalam bentuk dalam bentuk film, film bingkai, gambar dll.

b) Mengatasi Sikap Pasif dari Pebelajar


Dengan menggunakan media yang tepat dan bervariasai maka sikap pasif pebelajar dapat diatasi.
Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar bermanfaat untuk :
Menimbulkan kegairahan belajar.
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara pebelajar dengan lingkungan.
Memungkinkan pebelajar untuk belajar mandiri menurut kemampuan dan minatnya.
c) Memudahkan Belajar Siswa Sesuai dengan Tipe Belajarnya
Ada tiga tipe bagaimana seseorang itu belajar yaitu :
Pendengar (auditive learners)
Tipe ini biasanya tampak seolah tidak mempedulikan apa yang dilakukan oleh guru dan tidak
membuat catatan dikelas, ia lebih mengandalkan kemampuannya untuk mendengar dan
mengingat.
Pemirsa (Visual Learners)
Tipe ini biasanya sangat mencermati penyajian informasi, mereka lebih suka mencatat apa yang
dikemukakan oleh gurunya.
Pekerja (Kinestetik)

2.3.3. Klasifikasi Media Pembelajaran


Dalam Djamarah (2006 : 124) media pembelajaran dapat diklasifikasikan tiga yaitu dilihat dari
jenisnya, dilihat dari daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
a) Dilihat dari Jenisnya, Media dapat Dibagai ke Dalam:
Media Auditif
Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, kaset recorder, dll.
Media Visual
Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, seperti slides, gambar,film, dll.
Media Audiovisual
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Contoh ptk pkn sma
doc Media ini dibagi lagi ke dalam :
-Audiovisual Diam media yang menampilkan suara dan gambar
diam seperti film bingkai suara (sound slides).

-Audiovisual Gerak media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara, video.
Pembagian lain dari media ini adalah :
-Audiovisual Murni baik unsur suara maupun unsure gambar berasal dari satu sumber film
Video cassette.
- Audiovisual tidak Murni yang unsure suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang
berbeda.
Misalnya : Film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur
suaranya bersumber dari tape recorder.
b) Dilihat dari Daya Liputnya , Media dapat Dibagai ke Dalam:
Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak
didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh : Radio dan Televisi
Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Waktu
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus.
Contoh : Film, Sound Slide.
Media Untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk media
ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

c) Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media dapat Dibagai ke Dalam:


Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah,
dan penggunaannya tidak sulit.
Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya,
sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan ketrampilan yang memadai.
2) Media objek media yang mengandung informasi
Media objek adalah benda tiga dimensi yang mengandung informasi, tidak dalam bentuk
penyajian tetapi melalui cirri fisiknya seperti ukurannya, beratnya, bentuknya, susunannya,
warnanya, fungsinya, dan sebagainnya.
3) Media interaktif media yang memungkinkan untuk berinteraksi
Karakteristik terpenting kelompok ini adalah bahwa siswa tidak hanya memerhatikan penyajian
atau objek, tetapi dipaksa untuk berinteraksi selama mengikuti pelajaran. Dalam hal ini siswa
harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi karena tidak ada batasan yang kaku tentang
jawaban yang benar. Permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasi pada masalah
memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat dan realistis,
dan oleh karena itu para pendidik perlu menganggapnya sebagai sumber terbaik untuk belajar.

Media pembelajaran sangat banyak macam dan jenisnya. Maka, untuk menggunakan media
secara baik, efektif, dan efisien dalam proses pembelajaran diperlukan kemampuan, pengetahuan
dalam memilih, menggunakan dan kemampuan untuk mendesain serta membuat suatu media
pembelajaran tersebut.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan media dengan tujuan pembelajaran, metode,
materi pembelajaran, dan kondisi siswa. Selain itu pengembangan dan penggunaan media
pembelajaran, sangat tergantung pada kreasi dan inisiatif guru itu sendiri. Sebab kemampuan,
kreasi dan inisiatif guru dalam mendesain, membuat, dan mengembangkan media pembelajaran
merupakan hal yang mutlak dan tidak boleh diabaikan.
2.3.4. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaaan Media
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, disamping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan,
juga terdapat beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan yaitu :
1) Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Memilih Media Pengajaran
(Djamarah, 2006 : 128) yaitu :
a) Objektivitas
b) Program Pengajaran
c) Sasaran Program
d) Situasi dan Kondisi
e) Kualitas Teknik
f) Keefektifan dan Kefisiensi Penggunaan
2) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana dan Ahmat Rivai dalam Djamarah (2006 : 132), dalam memilih media
untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran
b) Dukungan terhadap isi bahan pengajaran
c) Kemudahan memperoleh media.
d) Ketrampilan guru dalam menggunakannya.
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya.
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Dengan kreteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana
yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar.
Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga dapat mempersulit guru,
tapi sebaliknya, yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.
2.3.5. Media Audiovisual
Menurut Hujair (2009 : 105), media audiovisual adalah seperangkat alat yang memproyeksikan
gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama
dengan obyek aslinya.
Sedangkan menurut Djamarah (2006 : 124), mengartikan media audiovisual adalah media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Contoh judul ptk pkn sma
Media ini dibagi lagi ke dalam :
- Audiovisual Diam media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara
(sound slides).
- Audiovisual Gerak media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara, video.
Pembagian lain dari media ini adalah :
- Audiovisual Murni baik unsur suara maupun unsure gambar berasal dari satu sumber film
Video cassette.
- Audiovisual tidak Murni yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang
berbeda.
2.3.6. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta didik agar dapat menjadi warganegara yang baik, yaitu warga negara yang
memahami, menyadari dan mampu menggunakan hak serta menjalankan kewajiban
kenegaraannya secara bertanggungjawab. Untuk maksud tersebut pendidikan kewarganegaraan
minimal harus mencakup :
1) Penanaman ide-ide dan prinsip-prinsip etik dan moral, yang memberi arah, makna, dan tujuan
bagi seluruh bangsa.
2) Penanaman dan pengembangan pengetahuan yang diperlukan untuk berpikir
dan bertindak cerdas dalam menghadapi isu-isu kenegaraan mutakhir.
3) Pengembangan keterampilan, dan teknik-teknik yang diperlukan warganegara
dalam menunaikan tanggungjawab kenegaraannya.
Dalam Negara demokrasi pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dan generasi muda agar mereka mampu dan
bersemangat untuk menjalankan, meningkatkan, dan memperluas kehidupan demokratis. Mereka
harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang demokrasi, keyakinan-keyakinan, dan
kesetiaan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi, keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, serta kemampuan untuk menerapkan teknik-teknik yang
diperlukan dalam mewujudkan partisipasi dalam kehidupan demokratis secara cerdas, efektif,
dan menyenangkan.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dalam sistem pendidikan di Indonesia, merupakan


mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut
:
a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan krakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik agar dapat menjadi
warganegara yang baik, yaitu warga negara yang memahami, menyadari dan mampu
menggunakan hak serta menjalankan kewajiban kenegaraannya secara bertanggungjawab,
dimana materi-materinya lebih pada pendidikan budi pekerti, pengamalan nilai-nilai dan moral.
Maka disinilah yang menjadi fungsi dari media audiovisual, karena di sini media audiovisual
dapat mengkonkretkan pemahaman para peserta didik terhadap materi- materi yang sulit untuk
dimengerti seperti pada materi Pendidikan Kewarganegaraan.

2.4. Hasil Belajar


2.4.1. Pengertian Hasil Belajar
Istilah hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Menurut pengertian secara
psikologi dalam Bayu .D (2010 : 14) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahana tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek kehidupan.
Menurut Skinner dalam Angkowo dan Kosasih (2007 : 47) mengartikan belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Bell Gredler
mendifinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan, keterampilan, dan
sikap. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Menurut Slameto dalam Bayu D. (2010 : 16), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi
prestasi hasil belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu aantara lain :
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Siswa
yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang
kondisi kesehatannya kurang baik, sehingga belajarnya juga akan lebih baik.
2) Kecerdasan / Intelegensia
Kecerdasan / intelegensia adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
intelegensi. Intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebayanya. Download ptk pkn sma pdf Adakalanya perkembangan ini ditandai
oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainya, sehingga
seorang anak pada usia tertentu sudah mamiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kawan sebayanya.
Kecerdasan / intelegensia juga berpengaruh besar dalam menentukan seorang siswa dalam
mencapai keberhasilan. Siswa yang memiliki intelegensi sangat tinggi, prestasi belajarnya juga
akan tinggi, sementara siswa yang memiliki intelegensi rendah maka prestasi yang diperoleh
akan rendah.
3) Cara Belajar
Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan
teknik dan factor fisiologis, psiologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan.

4) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan dating. Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil
dibandingkan dengan orang yang belajar diluar bakatnya.
5) Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang/ hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Serang siswa yang belajar dengan
minat yang tinggi maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
kurang berminat dalam belajar.
6) Motivasi
Motivasi sebagai factor intern berfungsi menimbulkan, mandasari, mengarahkan perbuatan
belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula
sebaliknya.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk elakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaiman cara mengatur agar motivasi dapt ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan
belajar mengajar seorang anak didika akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari
luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan
sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan pada individu. Faktor-faktor ekstern itu antara lain :
1) Latar belakang pendidikan orang tua
Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi belajar. Semakin tinggi
pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam
pengembangan prestasi belajar anak.
2) Status ekonomi sosial orang tua
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar
harus terpenihi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibatnya, belajar anak juga
tergangu.
3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan di sekolah
Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai tempat yang
strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai
ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepala sekolah. Sedangkan di
rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar anak dapat berkreasi sesuai apa yang
diinginkan. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
4) Media yang dipakai guru
Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung
dari baik tidaknya media yang digunakan dalam pendidikan yang digunakan dalam pendidikan
yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia media yang baik dalam pendidikan yang
berlainan untuk tiap sekolah.
5) Kompetensi guru
Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukannya
terhadap siswa dengan metode atau program tertentu. Metode atau program
disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan
di sekolah tergantung dari baik tidaknya program yang dirancang.
Dari uraian yang telah dijabarkan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari dua hal yaitu faktor yangberasal dari dalam
diri siswa (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar siswa (faktor ekstern).

2.4.3. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar


Dalam proses pembelajarn, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting untuk
diketahui oleh guru, agar guru pada tahap selanjutnya dapat mendesain pembelajaran secara tepat
dan penuh makna. Setiap proses pembelajaran hendaknya tingkat keberhasilannya dapat diukur,
disamping dapat diukur dari segi prose snya. Contoh ptk pkn sma doc Tipe hasil belajar yang
dimaksud perlu nampak dalam prumusan tujuan pembelajaran (instruksional), sebab tujuan
itulah yang akan dicapai oleh proses pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang dapat dipakai
untuk melihat peristiwa atau proses belajar. Dari berbagai pendapat-pendapat itu Angkowo dan
Kosasih (2007 : 52) mengklasifikasikan menjadi tiga sudut pandang, yaitu :
1) Memandang belajar sebagai proses.
2) Memandang belajar sebagai hasil.
3) Memandang belajar sebagai fungsi.
Ketiga cara pandang ini nampak perlu dipahami oleh guru sebab guru adalah pembina,
pembimbing dan pengarah kegiatan belajar siswa. Dalam uraian berikut ini akan dipandang dari
segi hasil.
Dengan melihat daya yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan
persentase keberhasilan siswa dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang
dilakukan guru dan siswa.

2.5. Kerangka Berfikir


Berdasarkan pemaknaan-pemaknaan tentang Penerapan Metode Ceramah Bervariasi dan
Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajarn Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
Upaya dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA, maka disini akan
mencoba membangun kerangka berpikir teoritis sebagai berikut :
Gambar Kerangka Berfikir

Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang menumbuhkembangkan aspek pengetahuan, sikap


dan keterampilan agar dapat menjadi warga negara yang baik yaitu warga negara yang
memahami, menyadari dan mampu menggunakan hak serta menjalankan kewajibannya secara
bertanggung jawab, dimana materi¬materinya lebih pada pendidikan budi pekerti, pengamalan
nilai-nilai dan moral.
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam mengajar seharusnya tidaklah bertumpu pada
aspek pengetahuan saja, akan tetapi harus dapat merangkai ketiga aspek tersebut yaitu aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu juga harus memperhatikan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran. Metode yang tepat agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses
pembelajaran adalah salah satunya dengan metode ceramah bervariasi, dan karena dalam
pembelajaran PKn itu materi-materinya lebih pada pendidikan budi pekerti, pengamalan nilai-
nilai dan moral, maka guru dalam mengajar perlu adanya media yang tepat untuk menjelaskan
materi tersebut yaitu melalui media audiovisual. ptk pkn sma pdf Karena dengan media
audiovisual tersebut dapat mengkonkretkan pemahaman para peserta didik terhadap materi-
materi yang sulit dimengerti seperti materi Pendidikan Kewarganegaraan.

2.6. Hipotesis
Penggunaan metode ceramah bervariasi dan media audiovisual, dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa kelas X IPA MA MASMUR PEKANBARU... Kota ... pada semester I
tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Sudikin dalam Susiloningsih (2010) tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah
memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas dari Kemmis
dan Taggart dengan menggunakan system spiral, yang setiap sklusnya terdiri dari empat langkah
yaitu planning (perencanaan), action (tindakan perbaikan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi).
3.2. Setting dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA MASMUR PEKANBARU... Kota ... . Kegiatan ini
dilaksanakan dalam 2 siklus yang dilaksanakan pada awal Semester I tahun ajaran 2019/2020.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA MA MASMUR PEKANBARU... Kota ... pada
Semester I tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 orang , terdiri dari 24 siswa perempuan
dan 12 siswa laki-laki.
3.3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran berlangsung. Menggunakan Observasi terfokus dimana sasaran atau maksud dari
observasi tersebut telah ditentukan sebelumnya oleh observer. ptk pkn sma doc
2) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa yang merupakan
pencerminan pencapaian tujuan pembelajaran melalui tes.
3) Angket
Angket digunakan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan dari siswa terhadap penggunaan
metode dan media tersebut.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengukur peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui
penerapan metode ceramah bervariasi dan penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
Instrumen 1 (lembar observasi pada siklus I dan siklus II)
Instrumen 2 ( berupa butiran soal tes)
Instrumen 3 ( pedoman angket)

3.4. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan menarik kesimpulan
dari semua data yang terkumpul dalam penelitian ini. Setelah data diperoleh selanjutnya
menganalisis data tersebut. Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif . Data kuantitatif berupa hasil tes tertulis yang dilakukan sebanyak tiga kali yaitu tes
awal pada pra siklus, pada akhir siklus I, dan pada akhir siklus II. Presentase rata rata
kemampuan / hasil tes siswa dapat ditentukan dengan rumus sebagi berikut :
Rumus Presentase Nilai

Keterangan :
N : jumlah nilai satu kelas
S : banyaknya siswa satu kelas
Hasil perhitungan persentase kemampuan siswa dari ketiga tes tersebut (pra sisklus, siklus I, dan
siklus II) kemudian dibandingkan.
Sedangkan data yang diperoleh melalui non tes yaitu observasi siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, dan hasil dari pengisian angket dari siswa tentang tanggapan
penggunaan metode ceramah bervariasi dan media audiovisual dalam pembelajaran dianalisis
secara deskriptif kualittif. Dari pengambilan data non tes diperoleh gambaran tentang situasi dan
kondisi siswa, keantusiasan, aktivitas, dan kegembiraan selama mengikuti kegiatan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, juga hambatan-hambatan yang dihadapi saat mengikuti
pembelajaran tersebut.
3.5. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini, diharapkan pada akhir siklus 2 terjadi
peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menerapkan penggunaan metode ceramah bervariasi
dan media audiovisual dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk hasil belajar
diberikan patokan 80 % dari jumlah keseluruhan siswa yang mendapat nilah lebih tinggi atau
sama dengan nilai yang telah distandarkan oleh sekolah yaitu 7,00.
Selain itu juga terjadi peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan, untuk keaktifan siswa diberikan patokan 80 % atau sekitar minimal 24-25
siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3.6. Prosedur Pelaksanaan PTK


Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas dari Kemmis
dan Taggart dengan menggunakan system spiral, yang setiap sklusnya terdiri dari empat langkah
yaitu planning (perencanaan), action (tindakan perbaikan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi).
Adapun tahapan-tahapan siklus yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Peneliti berdiskusi dengan guru pengampu lain mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran
MA MASMUR PEKANBARU... Kota ... untuk menentukan materi yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yang merupakan materi kelanjutan dari pra siklus. Setelah berdiskusi maka
ditemukan materi yang tepat dengan judul penelitian ini yaitu “Hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah” , dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya adalah sebagai
berikut :
Standar Kompetensi : Memahami hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan
daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kompetensi Dasar : Menyaji hasil telaah hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat
dan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b) Peneliti berdiskusi dengan guru pengampu mata pelajaran PKn untuk merencanakan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Contoh ptk pkn sma doc Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) tersebut didalamnya berisi mengenai metode dan media apa yang akan dipakai atau
digunakan dalam penelitian ini. Rencana metode pembelajaran yang akan dipergunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode ceramah bervariasi, artinya dalam pengunaan metode
ceramah akan dipadukan dengan metode pembelajaran yang lain yaitu metode tanya jawab dan
metode pemberian tugas. Sedangkan media yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pemaparan materi dengan menggunakan media audiovisual (LCD), disini materi akan disajikan
dalam bentuk power point yang didalamnya ada tayangan gambar dan suaranya.
c) Peneliti mempersiapkan materi yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu materi
tentang “Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah”.
d) Peneliti mempersiapkan lembar observasi. (terlampir)

2) Pelaksanaan dan Observasi


Guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X IPA mengajar sesuai
dengan rancangan pembelajaran yang telah dipersiapkan, dan kemudian peneliti melakukan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa tersebut.
3) Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan evaluasi, kemudian peneliti bersama guru
pengajar mata pelajaran PKn Kelas X IPA melakukan refleksi terhadap proses kegiatan
pembelajaran tadi. Refleksi dilakukan atas dasar hasil pengamatan dikelas dan hasil evaluasi atau
tes.
Setelah tahap refleksi pada siklus I selesai, maka akan diperoleh hasil penelitian yang
diharapkan. Apabila teryata hasil penelitian itu belum mencapai target aktivitas belajar siswa dan
ketuntasan hasil belajar yang diharapkan maka akan dilanjutkan dengan siklus II.

b. Siklus II
Untuk tahap-tahapan yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan tahap¬tahapan yang
dilakukan pada siklus I dengan berpedoman pada hasil refleksi pada siklus I.
Secara singkat prosedur pelaksanaan dari penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut :
Berikut kisi-kisi observasi yang akan digunakan :
Tabel Siklus II

Prosentase aktivitas belajar yang dilakukan siswa tersebut memiliki beberapa kategori
kualifikasi, yaitu:
4 = Baik, apabila prosentasenya 78,6% - 100% dengan interval 22 - 28 siswa;
3 = Cukup, apabila prosentasenya 53,6% - 75% dengan interval 15 - 21 siswa;
2 = Kurang, apabila prosentasenya 28,6% - 50% dengan interval 8 - 14 siswa;
1 = Sangat Kurang, apabila prosentasenya 0% - 25% dengan interval 1 - 7 siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Angkowo , R. Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran


Mempengaruhi Motivasi, Hasil Belajar Dan Kepribadian. Jakarta : Grasindo.
Baharudin ,A . Wahyuni, N. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta : Ar Ruzz Media.
Dimyati. Mudjiono . 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan . Surabaya : Usana
Offset Printing.
Furchan, A. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gula, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grasindo.
Hujair , A. H. 2009. Media Pembelajaran. Jogyakarta : Safiria Insania Press.
Kasbolah, K. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Universitas Negeri Malang.
Kusnandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta : Bumi Aksara.
Kusumadewi, LF. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Seni Tari dengan Media AudioVisual dan
Melalui Metode Ceramah Bervariasi. Semarang : UNS.
Miarso, Y. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Mulyanto, B. 2010. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS dengan Menggunakan Media Peta
Pada Siswa Kelas V di SDN Bonomerto 2 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II
Tahun 2009/2010. Salatiga : UKSW.
Mulyasa .2009. Praktik Penelitian Tinadakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah ( Classroom Action Research). Jakarta : Bumi
Aksara.
Nana, S. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rasdakarya.
Pramuduaningrum, V. I. 2007. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Materi Norma –
Norma dalam Masyarakat Melalui Teknik Pembuatan dan Permaianan Kartu Norma pada Siswa
Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga Tahun Pembelajaran 2007 – 2008. Salatiga : SMP Stella
Matutina.
Sadiman, dkk . 2008. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Saptono, dkk. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Adaptif, Kooperatif, Aktif, dan
Reflektif (Model Pakar). Salatiga : UKSW.
Silberman, M. 2010. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta :
Yappendis.
Slameto, dkk. 2011. Scholaria Jurnal Ilmiah Pendidikan Ke- SD- an. Salatiga : Widya Sari Press.
Susiloningsih, H. 2010. Penggunaan Media Peta dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPS pada
Siswa Kelas V SD Kutowinangun 09 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2009-2010. Salatiga :
UKSW.
Warningsih , S. dkk. 2011. Inovasi pendidikan denagan pemanfaatan media audiovisual dalam
pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD Negeri 02 Tuntang
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Salatiga : UKSW.
Yuswanti, L. 2007. Media Audiovisual Meningkatkan Minat Belajar IPA Kelas VI SD Pewyatan
Daha Kediri, PTK. Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Zaini, dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD.

Anda mungkin juga menyukai