Buku Peraboi PDF
Buku Peraboi PDF
PERABOI
2003
1
PROTOKOL
PENATALAKSANAAN KASUS
BEDAH ONKOLOGI
2003
2
PROTOKOL
PENATALAKSANAAN KASUS
BEDAH ONKOLOGI
2003
2
Pengantar
Diterbitkan oleh :
PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
ISBN :
ISSN :
3
KONSEP SAMBUTAN KETUA PP PERABOI 2000-2003
Sambutan
Assalamu alaikum Wr. Wb.
4
DAFTAR ISI
• Kata Pengantar
• Sambutan
• Sambutan
• Daftar Isi
5
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
PAYUDARA
6
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
PAYUDARA
I. PENDAHULUAN
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2
di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun
insidens ini meningkat; seperti halnya diluar negeri (Negara
Ketua : Dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk Barat). Angka kejadian Kanker Payudara di AS misalnya 92/100.000
wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000
Anggota : Dr. Azamris, SpB(K)Onk atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia
Dr. Burmansyah, SpB(K)Onk berdasarkan “Pathological Based Registration“ Kanker Payudara
Dr. Djoko Dlidir, SpB(K)Onk mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
Dr. Djoko Handojo, SpB(K)Onk mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun; dengan
Dr. Dradjat R. Suardi, SpB(K)Onlk kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam
Dr. Eddy H, Tanggo, SpB(K)Onk stadium lanjut.
Dr. I.B. Tjakra W. Manuaba, SpB(K)Onk
Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk Disisi lain kemajuan “Iptekdok“ serta ilmu dasar biomolekuler,
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk sangat berkembang dan tentunya mempengaruhi tata cara
Dr. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk penanganan kanker payudara itu sendiri mulai dari deteksi dini,
diagnostik dan terapi serta rehabilitasi dan follow up.
7
II. KLASIFIKASI HISTOLOGIK WHO / JAPANESE BREAST Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.
CANCER SOCIETY : T0 : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologik berdasarkan : Tis(DCIS) : Ductal carcinoma in situ.
• WHO Histological classification of breast tumors Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ.
• Japanese Breast Cancer Society (1984) Histological Tis (Paget's) : Penyakit Paget pada puting tanpa
classification of breast tumors adanya tumor.
8
terdapat metastasis kgb aksila maka dikelompokkan
sebagai N3. Stadium klinik (cTNM) harus dicantumkan pada setiap diagnosa
6. Metastasis pada kgb supraklavikula dikelompokkan sebagai KPD atau suspect KPD. pTNM harus dicantumkan pada setiap
N3. hasil pemeiksaan KPD yang disertai dengan cTNM
Tipe Histopatologi
In situ carcinoma
NOS ( no otherwise specified ) IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Intraductal
Paget’s disease and intraductal A. Pemeriksaan Klinis
direkomendasikan adalah menurut “The Nottingham combined ∗ Sakit kepala hebat, dll
11
keteraturan siklus menstruasi - pemeriksaan pada daerah yang dicurigai
menopause pada usia berapa metastasis :
∗ Riwayat pemakaian obat hormonal ∗ Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)
∗ Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker
payudara atau kanker lain. B. Pemeriksaan Radiodiagnostik / Imaging :
∗ Riwayat pernah operasi tumor payudara atau
tumor ginekologik 1. Diharuskan (recommended)
∗ Riwayat radiasi dinding dada ∗ USG payudara dan Mamografi untuk tumor ≤ 3 cm
∗ Foto Thorax
∗ USG Abdomen
2. Pemeriksaan fisik
2. Optional (atas indikasi)
a. Status generalis, cantumkan performance ∗ Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi
status + atau klinis sangat mencurigai pada lesi > 5 cm)
b. Status lokalis : ∗ CT scan
- Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
- Masa tumor : C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy - sitologi
∗ lokasi
∗ ukuran Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas
∗ konsistensi Note : belum merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan
∗ permukaan untuk diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC
∗ bentuk dan batas tumor
∗ jumlah tumor D. Pemeriksaan Histopatologik (Gold Standard Diagnostic).
∗ terfixasi atau tidak ke jaringan mama
sekitar, kulit, m.pectoralis dan dinding Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
dada paraffin.
- perubahan kulit : Bahan pemeriksaan Histopatologi diambil melalui :
∗ kemerahan, dimpling, edema, nodul
• Core Biopsy
satelit • Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
∗ peau d’orange, ulserasi • Biopsi Insisional untuk tumor
- nipple : o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
∗ tertarik
o inoperable
∗ erosi
• Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan
∗ krusta
KGB
∗ discharge Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu),
- status kelenjar getah bening cathepsin-D, p53. (situasional)
∗ KGB axila : Jumlah,
ukuran, konsistensi, terfixir satu sama
lain atau jaringan sekitar
E. Laboratorium :
∗ KGB infra clavicula : idem
∗ KGB supra clavicula : idem
12
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah ∗ adjuvan
sesuai dengan perkiraan metastasis ∗ paliatif
V. SCREENING Kemoterapi :
∗ Harus kombinasi
Metoda : ∗ Kombinasi yang dipakai
• SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) CMF
• Pemeriksaan Fisik CAF,CEF
• Mamografi Taxane + Doxorubicin
Capecetabin
* SADARI :
- Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 Hormonal :
minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir ∗ Ablative : bilateral Ovorektomi
* Pemeriksaan Fisik : Oleh dokter secara lige artis. ∗ Additive : Tamoxifen
* Mamografi : ∗ Optional :
- Pada wanita diatas 35 tahun – 50tahun : setiap 2 tahun Aromatase inhibitor
- Pada wanita diatas 50 tahun : setiap 1 tahun. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) , dsb
Catatan: B.Terapi
Pada daerah yang tidak ada mamografi USG, untuk deteksi dini
dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja. Ad . 1 K a nk e r p a y u d a r a st a d i u m 0
Dilakukan : - BCS
VI. PROSEDUR TERAPI - Mastektomi simple
Terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok
A. Modalitas terapi parafin, lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan imejing.
13
o Mamografi tidak memperlihatkan
mikrokalsifikasi/tanda keganasan lain yang difus Adjuvant therapi pada NODE POSITIVE (KGB histopatologi
(luas) positive)
o Tumor tidak multipel
o Belum pernah terapi radiasi didada Menopausal Status Hormonal Receptor High Risk
o Tidak menderita penyakit LE atau penyakit Premenopausal ER (+) / PR (+) Kh + Tam / Ov
kolagen ER (-) and PR (-) Kh
o Terdapat sarana radioterapi yang memadai. Post menopausal ER (+) / PR (+) KH + Tam
ER (-) and/ PR (-) Kh
Ad . 2 K a n k er p a y u d a r a st a d i u m d i n i / o p e r a b e l : Old Age ER (+) / PR (+) Tam + Khemo
ER (-) and PR (-) Kh
Dilakukan :
- BCS High risk group :
- Mastektomi radikal • Age < 40 tahun
- Modified mastektomi radikal
• High grade
BCS (harus mempunyai syarat-syarat tertentu seperti
• ER/PR negatif
diatas)
• Tumor progressive (Vasc,Lymph invasion)
Terapi adjuvant : • High thymidin index
o Dibedakan pada keadaan : Node (-) atau Node (+)
o Pemberiannya tergantung dari :
- Node (+)/(-) Terapi adjuvant :
- ER/PR
- Usia pre menopause atau ∗ Radiasi
post menopause Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb :
o Dapat berupa : Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
- radiasi Tepi sayatan dekat ( T > = 2) / tidak bebas tumor
- kemoterapi Tumor sentral/medial
- hormonal terapi KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi sbb :
Adjuvant therapi pada NODE NEGATIVE (KGB Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara
histopatologi negative) dan aksila beserta supraklavikula,kecuali :
- Pada keadaan T < = T2 bila cN = 0 dan pN
Menopausal Status Hormonal Receptor High Risk ,maka tidak dilakukan radiasi pada KGB aksila
supraklavikula.
- Pada keadaan tumor dimedia/sentral diberikan
Premenopause ER (+) / PR (+) Kh + Tam / Ov
tambahan radiasi pada mamaria interna.
ER (-) / PR (-) Kh
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy,booster
Post menopause ER (+) / PR (+) Tam + Khemo
dilakukan sbb :
ER (-) / PR (-) Kh
- Pada potensial terjadi residif ditambahkan
Old Age ER (+) / PR (+) Tam + Khemo 10Gy (misalnya tepi
ER (-) / PR (-) Kh sayatan dekat tumor atau post BCS)
14
VII. REHABILITASI DAN FOLLOW UP : Bone scaning : tiap 2 tahun atau ada
indikasi
Rehabilitasi :
Follow up :
16
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
KANKER TIROID
17
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Tumor / Kanker Tiroid
KANKER TIROID
Ketua : Prof. Dr. Pisi Lukitto, SpB(K)Onk,KBD I. PENDAHULUAN
Anggota : Prof. Dr. Adrie Manoppo, SpB(K)Onk Tumor/kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang
Dr. Azamris, SpB(K)Onk terbanyak dijumpai. Berdasarkan dari “Pathologycal Based
Dr. Med. Didid Tjindarbumi, SpB(K)Onk Registration” di Indonesia kanker tiroid merupakan kanker dengan
Dr. Djoko Dlidir, SpB(K)Onk insidensi tertinggi urutan ke sembilan.
Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk
Prof. Dr. John Pieter, SPB(K)Onk Penanganan pertama untuk suatu kanker adalah kesempatan
Dr. Kunta Setiadji, SpB(K)Onk terbaik untuk pasien mencapai tingkat “kesembuhan” optimal.
Dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk Demikian pula halnya untuk kanker tiroid.
Dr. Subianto, SpB(K)Onk
Dr. Sunarto Reksoprawiro, spB(K)Onk Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam penatalaksanaan
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk tumor/kanker tiroid sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
Dr. H. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk dan teknologi kedokteran, perlu merevisi protokol yang telah ada
sehingga dapat menjadi panduan bersama dan dapat :
• Menyamakan persepsi dalam penatalaksanaan tumor/kanker
tiroid.
• Bertukar informasi dalam bahasa dan istilah yang sama.
• Menjadi tolok ukur mutu pelayanan
• Menunjang pendidikan bedah umum dan pendidikan bedah
onkologi
• Bermanfaat untuk penelitian bersama
18
- Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid
3. Karsinoma Folikulare Bagan I
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
Nodul Tiroid
4. Karsinoma Medulare
Dilakukan tindakan tiroidektomi total Klinis
5. Karsinoma Anaplastik
Suspek Maligna Suspek Benigna
- Bila memungkinkan dilakukan tindakan
tiroidektomi total.
- Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan Inoperabel Operabel
FNAB
tindakan debulking dilanjutkan dengan
radiasi eksterna atau khemoradioterapi. Biopsi Insisi Isthmolobektomi
22
Bagan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Alternatif Nodul Tiroid Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metastasis
Bagan II Regional.
Nodul Tiroid
Dipastikan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi operabel
atau inoperabel . Bila inoperabel tindakan
t indakan yang dipilih adalah
Klinis dengan radioterapi eksterna atau dengan khemoradioterapi
dengan memakai Adriamicin. Dosis 50-60mg/m2 luas permukaan
tubuh ( LPT )
Suspek Maligna Suspek Benigna
Bila kasus tersebut operabel
operabel dilakukan penilaian infiltrasi kelenjar
getah bening terhadap jaringan sekitar.
Inoperabel Operabel Bila tidak ada infiltrasi dilakukan tiroidektomi
tiroidektomi total( TT) dan “
Observasi
Functional RND”
Biopsi Insisi Lobektomi Bila ada infiltrasi pada n.Ascesorius dilakukan TT + RND standar.
Isthmolobektomi -Gejala penekanan Bila ada infiltrasi pada vena Jugularis interna tanpa infiltrasi pada
-Terapi konservatif n. Ascesorius dilakukan TT + RND modifikasi 1.
Blok paraffin suprsi TSH gagal
Bila ada infiltrasi hanya pada m. Sterno cleidomastoidius dilakukan
-Kosmetik
Lesi jinak Ganas TT + RND modifikasi 2.
Inoperabel Operabel
Risiko Risiko
Rendah Tinggi Infiltrasi ke
23
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metasasis Jauh
V. FOLLOW UP
Dibedakan terlebih dahulu
dahulu apakah kasus
kasus yang dihadapi
berdiferensiasi baik atau buruk. a. Karsinoma Tiroid berdiferensiasi baik
Bila berdiferensiasi buruk dilakukan khemoterapi dengan Empat minggu setelah tindakan TT dilakukan pemeriksaan sidik
adriamicin. seluruh tubuh.
Bila berdiferensiasi baik dilakukan TT + radiasi interna dengan I 131 • Bila masih ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan
kemudian dinilai dengan sidik seluruh tubuh, bila respon (+) ablasio dengan I131 kemudian dilanjutkan dengan terapi
dilanjutkan dengan terapi subpresi/subtitusi. substitusi /supresi dengan Thyrax sampai kadar TSHs ≤
Syarat untuk melakukan
melakukan radiasi interna
interna adalah : tidak boleh ada 0,1
jaringan tiroid normal yang akan bersaing dalam afinitas terhadap • Bila tidak ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan terapi
jaringan radioaktif. Ablatio jaringan tiroid itu bisa dilakukan substitusi/supresi.
dengan pembedahan atau radio ablatio dengan jaringan radioaktif
. Setelah 6 bulan terapi substitusi / supresi dilakukan
Bila respon (-) diberikan khemoterapi adriamicin. pemeriksaan sidik seluruh tubuh
tubuh dengan terlebih dahulu
dahulu
Pada lesi metastasisnya, bila operabel dilakukan eksisi luas. menghentikan terapi substitusi selama 4 minggu sebelum
pemeriksaan.
• Bila terdapat metastasis jauh, dilakukan radiasi interna
Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis I131 dilanjutkan terapi substitusi/supresi.
Jauh • Bila tidak ada metastasis terapi substistusi /supresi
Bagan IV dilanjutkan dan pemeriksaan sidik seluruh tubuh diulang
setiap tahun selama 2 -3 tahun dan bila 2 tahun
tahun berturut
KT + Metastasis Jauh –turut hasilnya tetap negatif
negati f maka evaluasi cukup
dilakukan 3-5 tahun sekali.
Terapi supresi
& substitusi
24
Bagan Follow Up Kanker Tiroid Berdiferensiasi baik Bagan VI
Bagan V
Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total
3 bulan pasca operasi periksa
4 minggu - Kalsitonin
Sidik tiroid
Kadar Kalsitonin Rendah / 0 Kadar Kalsitonin ≥ 10 ng/ml
25
and Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, 12. Whine RM Jr, : Thyroid in Myers EM; Head and Neck
1977, 619-644 Oncology Diagnosis, Treatment and Rehabilitation, S ed,
Little, Brown and Company Boston/Toronto/Canada, 1991,
5. Fraker D.L, Skarulis M., Livolsi V, Thyroid Tumors in De pp 299-310
vita Jr. V.T., Hellen S. Rosenberg SA; Cancer Principles
Practise of Oncology, 6 th ed, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, 2001, pp 1940-1760.
9. Sadler G. P et al, Thyroid and Parathyroid in Schwartz S.I 2. Karsinoma tiroid berdiferensiasi baik adalah KT papilare dan
et al :Principles of Surgery 7th ed, The Mc Graw Hill, St. folikulare
Louis, 1999, pp.1681-1694. Dibedakan atas kelompok risiko tinggi dan risiko rendah
berdasarkan klasifikasi AMES (age, metastatic disease,
10. Strong E.W; Evaluation and Surgical Treatment of Papillary extrathyroidal extension, size)
and Follicular Carcinoma in Falk S.A. Thyroid Disease Risiko r endah :
Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and a. - Laki-laki umur < 41 th, wanita < 51 th
Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, - Tidak ada metastasis jauh
1997, pp 565 – 586. b. - Laki-laki umur > 41 th, wanita > 51 th
- Tidak ada metastasis jauh
11. St. Lous J.D et al, Follicular Neoplasm: Dec Role for -Tumor primer masih terbatas didalam tiroid untuk
Observation, Fine Needle Aspiration Biopsy, Thyroid karsinoma papilare atau invasi kapsul yang
Susppressions and Surgery, Seminars in Surgical Oncology minimal untuk karsinoma folikulare
1999, 16:5-11. - Ukuran tumor primer < 5 cm
Risiko t inggi :
a. Semua pasien dengan metastasis jauh
26
b. Laki-laki umur < 41th, wanita < 51 th dengan m.omohyodius dan kelenjar ludah submandibularis dan “tail
invasi kapsul yang luas pada karsinoma folikulare parotis”
c. Laki-laki umur > 41 th, wanita >51 th dengan
karsinoma papilare invasi ekstra tiroid atau 9. RND modifikasi 1 : RND dengan mempertahankan
karsinoma folikulare dengan invasi kaspul yang n.ascessorius
luas dan ukuran tumor primer ≥ 5 cm.
10. RND modifikasi 2 : RND dengan mempertahankan
3. Tiroidektomi totalis artinya semua kel. tiroid diangkat. n.ascessorius dan v. jugularis interna
4. Near total thyroidectomy artinya isthmolobektomi dekstra dan 11. RND functional : RND dengan mempertahankan
lobektomi subtotal sinistra dan sebaliknya, sisa jaringan tiroid n.ascessorius ,v. jugularis interna dan m.
masing-masing 1 – 2 gram sternocleidomastoideus
27
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Tumor / Kanker
KANKER KELENJAR LIUR Kelenjar Liur
28
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
A. Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC
KANKER KELENJAR LIUR
Tumor jinak
plemorphic adenoma ( mixed benign tumor)
I. PENDAHULUAN monomorphic adenoma
papillary cystadenoma lymphomatosum
A. Batasan (Sesuai ICD X) (Warthin’s tumor)
Neoplasma kelenjar liur ialah neoplasma jinak atau ganas yang Tumor ganas
berasal dari sel epitel kelenjar liur mucoepidermoid carcinoma
kelenjar liur major : - glandula parotis acinic cell carcinoma
-glandula submandibula adenoid cystic carcinoma
-glandula sublingual adenocarcinoma
kelenjar liur minor : kelenjar liur yang tersebar dimukosa epidermoid carcinoma
traktus aerodigestivus atas (rongga mulut, rongga small cell carcinoma
hidung, faring,laring) dan sinus paranasalis lymphoma
Malignant mixed tumor
B. Epidemiologi Carcinoma ex pleomorphic adenoma
(carcinosarcoma)
Resiko terjadinya neoplasma parotis berhubungan dengan ekspos
radiasi sebelumnya. Akan tetapi ada faktor faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya karsinoma kelenjar liur seperti B. Klasifikasi menurut grade (WHO/ AJCC?)
pekerjaan, nutrisi, dan genetik. Kemungkinan terkena pada laki-
laki sama dengan pada perempuan Low grade malignancies
acinic cell tumor
Kelenjar liur major yang paling sering terkena ialah glandula mucoepidermoid carcinoma (grade I atau II)
parotis yaitu 70-80%, sedangkan kelenjar liur minor yang paling
sering terkena terletak pada palatum. Kurang lebih 20-25% dari High grade malignancies
tumor parotis, 35-40% dari tumor submandibula, 50% pari tumor mucoepidermoid carcinoma (grade III)
palatum, dan 95-100% dari tumor glandula sublingual adalah adenocarcinoma;porly differentiated carcinoma;
ganas. Insiden tumor kelenjar liur meningkat sesuai dengan umur, anaplastic carcinoma
kurang dari 2% mengenai penderita usia < 16 tahun squamous cell carcinoma
malignant mixed tumor
Pleomorphic adenoma lebih sering diderita pasien usia rata rata 40 adenoid cystic carcinoma
tahun, perempuan lebih banak daripada laki-laki.
Warthin tumor lebih sering diderita oleh laki-laki, 10% terjadi tumor ganas yang tersering ialah mucoepidermoid dan
bilateral, sering pada kutub bawah parotis. adenocarcinoma, disusul dengan adenoid cystic carcinoma
29
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari Tiap Tiap M1
spesimen operasi meliputi : T N
• tipe histologis tumor Tiap
• derajat diferensiasi (grade) T
• pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium patologis Nx Metastase k.g.b tak dapat
(pTNM) ditentukan
N0 Tidak ada metastase k.g.b
T = Tumor primer N1 Metastase k.g.b tunggal <3cm,
ukuran tumor ipsilateral
adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe
radikalitas operasi N2 Metastase k.g.b tunggal/multipel
>3cm-6cm,
N = Nodus regional ipsilateral/bilateral/kontralateral
ukuran k.g.b N2a Metastase k.g.b tunggal >3cm-
jumlah k.g.b yang ditemukan 6cm, ipsilateral
level k.g.b yang positip N2b Metastase k.g.b multipel > 6cm,
jumlah k.g.b yang positip ipsilateral
invasi tumor keluar kapsul k.g.b N2c Metastase k.g.b > 6cm,
adanya metastase ekstranodal bilateral/kontralateral
N3 Metastase k.g.b >6cm
M = Metastase jauh
Mx Metastse jauh tak dapat
ditentukan
M0 Tidak ada metastase jauh
III. KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
M1 Metastase jauh
Penentuan stadium menurut AJCC tahun 2002, berdasarkan
klasifikasi TNM
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
TNM Keterangan ST T N M
Tx Tumor primer tak dapat I T1 N0 M0 1. PEMERIKSAAN KLINIS
ditentukan T2 N0 M0
T0 Tidak ada tumor primer a. Anamnesa
T1 Tumor < 2cm, tidak ada ekstensi II T3 N0 M0 Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita
ekstraparenkim atau keluarganya tentang :
T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada III T1 N1 M0 1. Keluhan
ekstensi ektraparenkim T2 N1 M0 a. Pada umumnya hanya berupa benjolan
T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada IV T4 N0 M0 soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro
ekstensi ekstraprenkim tanpa T3 N1 M0 aurikula (tumor parotis), atau di
terlibat n.VII T4 N1 M0 submandibula (tumor sumandibula), atau
T4 Tumor >6cm, atau ada invasi ke Tiap N2 M0 intraoral (tumor kelenjar liur minor)
n.VII/dasar tengkorak T N3 M0
30
b. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah
keganasan parotis atau submandibula) bening leher ipsilateral dan kontralaeral. Bila ada
c. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya,
parotis) ukuran terbesar, dan mobilitasnya.
d. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan
pendengaran (lobus profundus parotis
terlibat) 2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS (ATAS INDIKASI)
e. Paralisis n.glosofaringeus, vagus,
asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus 1. X foto polos
(pada karsinoma parotis lanjut) X foto madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor
f. Pembesaran kelenjar getah bening leher melekat tulang
(metastase) Sialografi, dibuat bila ada diagnose banding kista
2. Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit) parotis/submandibula
3. Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala X foto toraks , untuk mencari metastase jauh
leher, ekspos radiasi)
4. Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana 2. Imaging
hasil pengobatannya CT scan/ MRI, pada tumor yang mobilitas terbatas,
5. Berapa lama kelambatan untuk mengetahui luas ekstensi tumor
lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor
b. Pemeriksaan fisik parotis lobus profundus untuk mengetahui
1. Status general perluasan ke orofaring
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas untuk
tentukan : deteksi metastase jauh.
a. penampilan (Karnofski / WHO)
b. keadaan umum 3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
adakah anemia, ikterus,
periksa T,N,R,t, kepala, Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine,
toraks, abdomen, SGOT/SPT, alkali fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin,
ekstremitas,vertebra, pelvis serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan umum
c. apakah ada tanda dan gejala ke arah dan persiapan operasi
metastase jauh (paru, tulang tengkorak,
dll) 4. PEMERIKSAAN PATOLOGI
2. Satus lokal
a. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah a. FNA
pedesakan tonsil/uvula) Belum merupakan pemeriksaan baku.
b. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk Pemeriksaan ini harus ditunjang oleh ahli
menilai konsistensi, permukaan, mobilitas sitopatologi handal yang khusus menekuni
terhadap jaringan sekitar) pemeriksaan kelenjar liur.
c. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII
b. Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
3. Status regional
31
c. Biopsi eksisional
1. pada tumor parotis yang operabel dilakukan (1) Tumor parotis
parotidektomi superfisial
2. pada tumor submandibula yang operabel a. parotidektomi superfisial, dilakukan pada:
dilakukan eksisi submandibula tumor jinak parotis lobus superfisialis
3. pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang b. parotidektomi total, dilakukan pada:
operabel dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari i. tumor ganas parotis yang belum ada
batas tumor) ekstensi ekstraparenkim dan n.VII
ii. tumor jinak parotis yang mengenai lobus
d. Pemeriksaan potong beku profundus
Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi c. parotidektomi total diperluas, dilakukan pada:
eksisional (ad.3) tumor ganas parotis yang sudah ada
ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
e. Pemeriksaan spesimen operasi d. deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada:
Yang harus diperiksa lihat tentang Laporan ada metastase k.g.b.leher yang masih
Patologi Standard operabel
(C). MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN (diajukan ke rapat (2) Tumor glandula submandibula
PLENO)
eksisi glandula submandibula --- periksa potong beku
1. Diagnosis utama - bila hasil potong beku jinak---- operasi selesai
a. Diagnosis klinis dari kelainan kelenjar liur - bila hasil potong beku ganas -- deseksi submandibula
b. Untuk keganasan, sebutkan stadiumnya -- periksa potong beku
2. Diagnosis komplikasi o bila metastase k.g.b (-) --- operasi selesai
3. Diagnosis sekunder (co-morbiditas) o bila metastase k.g.b (+)--- RND
32
3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, A. Operabel : deseksi leher radikal (RND)
n.lingualis, n.hipoglosus, n. asesorius ) B. Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi
4. setiap T3,T4 preoperatif, kemudian
5. karsinoma residif dievaluasi
6. karsinoma parotis lobus profundus -menjadi operabel RND
-tetap inoperabel radioterapi
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah dilanjutkan sampai 70Gy
pembedahan untuk memberikan penyembuhan luka
operasi yang adekwat, terutama bila telah dikerjakan alih 2. Terapi tambahan
tandur syaraf. Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy
- radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi
meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada C. METASTASE JAUH (M)
T3,T4, atau high grade malignancy
Terapi paliatif : kemoterapi
2) Tumor inoperabel
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic
1. Terapi utama carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed tumor,
acinic cell carcinoma )
Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu -adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pda hari 1
2. Terapi tambahan diulang tiap 3 minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
Kemoterapi :
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic b. Untuk jenis karsinoma sel skwamous (squamous cell
carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed tumor, carcinoma, mucoepidermoid carcinoma)
acinic cell carcinoma ) -methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1
-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pda hari 1 -sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
diulang tiap 3minggu minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
1. Terapi utama
33
Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N)
Secara Klinis Negatif
Bagan Penanganan Tumor Submandibula Operabel
Dengan (N) Secara Klinis Negatif
Tumor parotis (N negatif)
Tumor submandibula (N negatif)
Parotidektomi superfisial
Eksisi gld.submandibula
Potong beku
Potong beku
Jinak Ganas
Jinak Ganas
Potong beku
7
Meta k.g.b (-) Meta k.g.b (+)
Stop RND
34
(N) POSITIP
Bagan Penanganan Tumor Sublingualis / Kelenjar Liur
Minor
Tumor sublingual/ kel.liur minor (N negatif) operabel inoperabel
Potong beku
Deseksi leher radikal radioterapi operabel inoperabel
(RND) lokoregional
Jinak Ganas dengan/tanpa
radioterapi lokoregional *)
T dioperasi T diradioterapi
Stop Radikalitas
radioterapi
sisa (+) sisa (-) lokoregional
Radikal Tidak radikal +
diseksi leher (sitostatika)
radikal (RND)
Stop Re-eksisi T (-) T (+) +
radioterapi
lokoregional
sitostatika
+
paliatif (bila perlu):
operasi (trakeotomi,gastrostomi)
radioterapi
medikamentosa
35
Prognostic factors and optimum treatment. Am J Clin
Oncol 1986; 9: 510-6
37
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
RONGGA MULUT
38
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
RONGGA MULUT
A. Batasan
Ketua : Dr. Sunarto Reksoprawiro, SpB(K)Onk
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik
Anggota : Dr. Burmansyah S, SpB(K)Onk berasal dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut
Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk dan organ dalam mulut.
Dr. Drajat R. Suardi, SpB(K)Onk
Dr. Eddy H. Tanggo, SpB(K)Onk Batas-batas rongga mulut ialah :
Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk • Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah
Dr. I.N.W. Steven Christian, SpB(K)Onk • Atas : palatum durum dan molle
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk • Lateral : bukal kanan dan kiri
Dr. Subianto, SpB(K)Onk • Bawah : dasar mulut dan lidah
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk • Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri dan uvula,
Dr. H. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk arkus glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal
lidah, papilla sirkumvalata lidah.
39
T = Tumor primer III T3 N0 M0
- Ukuran tumor T1 N1 M0 N0 Tidak terdapat metastase
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe regional
- Radikalitas operasi T2 N1 M0 N1 KGB Ipsilateral singel,
≤ 3 cm
N = Nodus regional T3 N1 M0 N2a KGB Ipsilateral singel, >3 -
- Ukuran KGB 6 cm
- Jumlah KGB yang ditemukan N2b KGB Ipsilateral multipel,
- Level KGB yang positif < 6 cm
- Jumlah KGB yang positif
IVA T4 N0,N1 M0 N2c KGB Bilateral /kontralateral,
- Invasi tumor keluar kapsel KGB
Tiap N2 M0 < 6 cm
- Adanya metastase ekstra nodal
T
N3 KGB > 6 cm
M = Metastase jauh
IVB Tiap N3 M0
III. KLASIFIKASI STADIUM KLINIS T
IVC Tiap Tiap M1 M0 Tidak ditemukan metastase
Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai T N jauh
sistem TNM dari UICC, 2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung
dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk melukiskan beratnya M1 Metastase jauh
penyakit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi penyakit.
Luas ekstensi kanker:
Stadium karsinoma rongga mulut :
NO LUAS EKSTENSI
ST T N M TNM KETERANGAN 1 Kanker In Situ
0 TIS N0 M0 T0 Tidak ditemukan tumor 2 Kanker lokal
TIS Tumor in situ 3 Ekstensi lokal
I T1 N0 M0 T1 ≤ 2 cm 4 Metastase jauh
T2 >2 cm - 4 cm 5 Ekstensi lokal disertai meta jauh
II T2 N0 M0 T3 > 4 cm
T4a Bibir :infiltrasi tulang,
n.alveolaris inferior, dasar
mulut, kulit
Rongga mulut : infiltrasi tulang, IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
otot lidah
T4b (ekstrinsik /deep), sinus 1. PEMERIKSAAN KLINIS
maksilaris, kulit
a. Anamnesa
Infiltrasi masticator space, Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau
pterygoid plates, keluarganya.
dasar tengkorak, a.karotis
interna 1. Keluhan
41
V = Vincristin : 1,5 mg/m2 hl (5) Terapi sekunder
) Bila ada penyakit sekunder, terapinya sesuai dengan penyakit
B = Bleomycin : 12 mg/m2 hl + 12 jam yang bersangkutan.
) ⇒ diulang tiap
M = Methotrexate : 20 mg/m2 h3, 8
) 2-3 minggu Leukoplakia/Eritroplakia
2) Adeno karsinoma :
Obat-obat yang dapat dipakai antara lain:
Hilangkan faktor penyebab
Flourouracil, Mithomycin-C, Sitologi eksfoliatif (Papanicoleau)
Ciplatin, Adyamycin, dengan angka remisi 20-
30%.
Misalnya: a) Obat tunggal : Klas I Klas II Klas III Klas IV Klas V
Flourouracil:
Dosis permulaan : 500 3 bl
mg/m2
Dosis pemeliharaan : 20 Ulangan sitologi
mg/m2 tiap 1-2 minggu Bila 2x ulangan sitologi Biopsi
hasilnya tetap Klas I-III
b) Obat kombinasi:
F = Flourouracil: 500 mg/m 2,
hl,8,14,28 )
A = Adryamycin: 50 mg/m 2,
hl,21 ) ⇒ diulang tiap
M = Mithomycin-C: 10 mg/m 2,
h1 ) 6 minggu
47
M POSITIP
reseksi segmental
enblok
reseksi marginal
enblok
TUMOR RESIDIF
REKONSTRUKSI
operabel inoperabel operabel inoperabel
49
LAMPIRAN
50
Brachytherapy pada karsinoma rongga mulut memberikan Thawley, S.E., Parje, W.R. (eds), Philadelphia, W.B.
efektivitas yang lebih tinggi daripada external beam Saunders Co., 1987,pp.460-606
radiotherapy. Untuk lesi yang besar, brachytherapy
dikombinasi dengan external beam radiotherapy. 9. Schantz SP, Harrison LB, Forastiere AA. Tumors of the
Nasal Cavity and paranasal sinuses, Nasopharynx, Oral
Cavity, and Oropharynx, in Cancer- Principles & Practice
KEPUSTAKAAN of Oncology, 6th ed., DeVita,Jr.VT, Hellman S, Rosenberg
SA (eds.),Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia,
1. J, Carew JF, Shah JP. Cancer of the Head and Neck, 2001; pp. 832-842
in Surgical Oncology- Contemporary Principles &
Practice, Blaad KI, Daly JM, Karakousis CP (eds.), 10. Rubin P, McDonald S. and Oazi R.: Clinical Oncology. A
Mc.Graw-Hill Co.,New York, 2001, pp.519-525 multidisciplinary Approach for Physicians and Students.
7th. ed., WB.Saunders Co. Philadelphia, 1993, pp.332-
2. Greene FL,Balch CM, Fleming ID, Fritz ADG, Haller DG, 336
Morrow M, Page DL. AJCC Cancer Staging Handbook- TNM
Classification of Malignant Tumors, Springer-Verlag 11. Ship JA, Chavez EM, Gould KL, Henson BS, Sarmadi M.
Heidelberg, Heidelberg, 2002. Evaluation and Management of Oral Cancer. Home Health
Care Consultant 1999;6: 2-12
3. Kazi RA. Current Concepts In the Management of Oral
Cancer. http://www.indiandoctors.com/papers.htm 12. WHO : ICD-10 International Classification of Disease and
Related Health Problems, WHO, Geneve, 1992.
4. Mashberg, A.: Tolonium chloride (Toluidine) rinse. A
screening method for recognation of squamous carcinoma. 13. WHO : ICD-0. International Classification of Disease for
Continuing study of oral cancer. IV. JAMA, 245: 2408- Oncology. 2nd ed. WHO, Geneve,1990.
2410,1981.
52
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
KULIT
53
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Kulit
KULIT
Ketua : Dr. Djoko Handojo, SpB(K)Onk
Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok
Anggota : Dr. Azamris, SpB(K)Onk Non Melanoma. Kelompok Non Melanoma dibedakan atas
Dr. Heru Purwanto, SpB(K)Onk Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa dan karsinoma
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk adneksa kulit.
Dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk Dalam penatalaksanaan kanker kulit harus pula diketahui lesi
Dr. Sjafwan Adenan, SpB(K)Onk pra-kanker antara lain : Actinic Keratosis, Kerato Acantoma,
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk Bowen’s Disease, Erythroplasia of Queyrat, Xeroderma
Dr. Wayan Sudarsa, SpB(K)Onk Pigmentosum
Dr. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk
I. PENDAHULUAN
54
ADENOKARSINOMA
KANKER MERKEL
DERMATOFIBROSARKOMA PROTUBERANS
61
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak
PROTOKOL PENATALAKSANAAN SARKOMA
JARINGAN LUNAK ( SJL ) Ketua : Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk
( SOFT TISSUE SARCOMA ) Anggota : Dr. Azamris, SpB(K)Onk
Dr. Med. Didid Tjindarbumi, SpB(K)Onk
Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk
Dr. Eddy H. Tanggo, SpB(K)Onk
Dr. Hariadi, SpPA
Dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk
Dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk
Dr. Subianto, SpB(K)Onk
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk
62
Lemak Liposarcoma
Syaraf Neurofibrosarcoma
Endothel Angiosarcoma
Fibrous Malignant Fibrous Histocytoma;
Fibrosarcoma
63
kelainan sarkoma, maka untuk penentuan stadium
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK klinik dan strategi operasi dapat dipertimbangkan
untuk melakukan pemeriksaan: MRI ; bone scan dan
A. Anamnesis : angiografi
Terdapat benjolan / masa tumor
• kapan terjadinya
• sifat pertumbuhannya (cepat / lambat) V. TERAPI
• keluhan penekanan pada jaringan sekitarnya
(p. darah, syaraf, gangguan gerakan sendi / a. Assessment :
otot) • Konfirmasi Dx/ histopatologik
• Tentukan stadium klinik dan resektabilitas / kurabilitas
B. Pemeriksaan fisik : • Modalitas pengobatan : tunggal atau kombinasi
• lokasi tumor • Kombinasi kemoterapi dan radiasi jelaskan tujuannya :
• diskripsi tumor : Adjuvant ; neo-adjuvant ; paliatif
batas tegas / tidak • Tindakan rehabilitasi akibat operasi : op. rekonstruksi
ukuran • Informasi yang jelas untuk persetujuan pasien
permukaan
konsistensi b. Modalitas :
mobilitas
nyeri tekan / tidak 1. :
Bedah dengan prinsip “ radical wide excision “
• KGB regional : teraba / tidak dan Evaluasi : - Intra lesion
“ transits metastasis “ - Eksisi marginal
• Tanda-tanda penekanan tumor dan metastasis - Eksisi luas
Fungsi motorik / sensorik - Eksisi kuratif
Tanda-tanda bendungan (NB : masuk dalam penilaian patologi)
pembuluh darah Standar operasi : sesuai protokol dari grup Jepang
# Tanda-tanda kelainan pada (The Surgical Society for Musculo-skeletal sarcoma )
paru, tulang dan hati 2. Radiasi
3 . K h em o t e r a p i
C. Pemeriksaan penunjang :
• Photo toraks • Lesi tumor resektabel
• CT scan ( daerah tumor )
Stad. Hist Ukur. Le Grad Modal. Mar Adj Jen
D. Biopsi : o. tumo tak 1/2/ gin u. is
a. Core biopsi / tru cut biopsi r SF/D 3 il/ Y/ R/
b. Biopsi terbuka ( pembedahan ): m/ T Kh
b.1 : Insisi - tumor > 3 cm k
b.2 : Eksisi - tumor < 3 cm I Bedah
Catatan : Lokasi insisi dipertimbangkan untuk II Bedah
pembedahan definitif III Bedah
64
IVa Bedah+ a. Kekambuhan dengan tumor resektabel :
Disek - Diperlakukan sama dengan kasus primer
- Ditambah terapi adjuvant + ( modalitas non
bedah )
Stad. Neo-A Resp. Modal. Margin Resp. Modal. 2 Kekambuhan berupa metastasis jauh
Khemo il/m/k Rad/Kh. - Modalitas khemo dan radiasi
II 3X + Bedah - ?
VI. PROGNOSIS
III 3X + Bedah - ?
IVa 3X + Bedah - ?
Angka kekambuhan lokal (disease free interval) cukup tinggi dan
berhubungan dengan beberapa faktor yaitu :
Pembedahan debulking = intra lesion
Syarat : eksisi tumor > 50 % dan sensitif terhadap modalitas
- Ukuran tumor > 5 cm
radiasi dan khemoterapi
- Grading histologi tinggi
- Lokasi tumor yang dalam ( deep ) dan
proksimal
• Lesi metastasis jauh ( Stadium IVb )
• Pada kasus yang pernah kambuh lokal, mempunyai resiko
besar terjadinya metastasis jauh.
Tu. prim. Gejala Meta. Modalitas
Catatan :
tumbuh subyektif Prog./Lambat
• Pemeriksaan immunohistokimia saat ini masih dalam
Progres /
penelitian sebagai faktor prognostik antara lain :
Lambat
Ki67, p53, mdm2, p21, p16, p27 dan apoptosis
+ + Khemo + Radiasi
Best supp. care
+/L - + /L /resektabel Bedah tu. prim + VII. FOLLOW UP
meta
Best supp. care
- - +/L/resektabel Bedah tu. A. Waktu B. Pemeriksaan
sekunder/meta
Best supp. care
bulan ke 3 Pem. fisik
bulan ke 6 Pem. fisik, Ro. toraks dan CT-scan
• Sarkoma dengan kekambuhan / rekuren bulan ke 12 Pem. fisik, Ro. toraks, Darah
rutin, CT-Scan, USG hati
1. Kekambuhan lokal
65
Stad. IV
VIII. FORMULIR REGISTRASI N1 # Eksisi luas radikal +
limphadenektomi
Dalam upaya melakukan registrasi kanker perlu dipersiapkan (jika n + ) + dengan / tanpa
perumusan data yang perlu dicatat pada formulir khusus radiasi
penderita SJL. # Bedah + Radiasi (pre atau
Data tersebut meliputi : M1 pasca bedah)
• Identifikasi penderita # Dipertimbangan
• Data klinik khemoterapi
• Dx/
• Data modalitas terapi (pra bedah dan pasca bedah) # Eksisi luas radikal + radiasi
• Data prosedur pembedahan beserta jarak batas Reseksi lesi metastasis
sayatan dengan referensi dari “ The Surgical dapat dilakukan
Society for Musculoskeletal Sarcoma “, Jepang. dengan kriteria tertentu.
• Data kekambuhan lokal dan metastasis jauh. - reseksi dengan batas
• Komplikasi sayatan (-)
- lesi resektabel dengan
batas sayatan
tidak adekewat : radiasi
Alternatif pengobatan / terapi - lesi tidak resektabel :
th/ kombinasi
Stad. IA, IB, # Bedah : eksisi luas radikal Potensi kambuh radiasi dan khemoterapi
IIA # Eksisi luas + pre / post lokal kecil - lesi retropert./ badan
Low grade (1 bedah radiasi Khemotherapi dan H&L :
dan 2) # Tu. tidak resektabel : tidak diberikan bedah + khemoterapi +
radiasi pra bedah Wide margin radiasi
+ pembedahan + radiasi sulit # Untuk tujuan paliatif
pasca bedah -
diberikan terapi
# Tu. retroperitoneum / trunk kombinasi khemoterapi:
dan L&K : - CYVADIC
Eksisi luas + radiasi - Ifos + Doxo + Mesna
Radiasi pra bedah + eksisi
luas
Stad IIB, IIC, III # Bedah : eksisi luas radikal Potensi kambuh Rancangan
High grade # Tumor > 5 cm : kombinasi besar Protokol Sarkoma Jaringan Lunak ( SJL )
radiasi Th/ kombinasi ( Soft Tissue Sarcoma )
# Tu. tidak resektabel : dengan radiasi
radiasi pra bedah dan kemoterapi Koordinator : Dr. Idral Darwis SpB- K (Onk)
+ pembedahan
# Keadaan tertentu : radiasi + Mencegah
khemoterapi amputasi
pra bedah + bedah + radiasi
66
5 Skeletal muscle Rhabdomyosarcoma
6 Blood vessel Angiosarcoma
7 Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8 Perivascular Malignant hemangio pericytoma
9 Synovial Synovial sarcoma
10 Paraganglionic Malignant paraganglioma
11 Mesothelial Malignant schwannoma
12 Extra skeletal cartilaginous and Extraskeletal chondrosarcoma
osseous Extraskeletal osteosarcoma
13 Pluripotential mesenchymal Malignant mesenchymoma
14 Neural - Neuroblastoma
- Extraskeletal Ewing’s sarcoma
15 Miscellaneous - Alveolar soft part sarcoma
- Epithelioid sarcoma
- Malignant extra renal rhabdoid
tumor
- Desmoplastic small cell tumor
Konsep Revisi Gradasi Histopatologi
PENATALAKSANAAN SARKOMA JARINGAN Termasuk dalam penilaian gradasi adalah :
- Tingkat selularitas
LUNAK - Diferensiasi
- Pleomorfi
- Nekrosis
I. PENDAHULUAN - Jumlah mitosis
Sarkoma jaringan lunak (SJL) tergolong keganasan yang American Joint Commission on Cancer (AJCC) dan Memorial
relatif jarang ditemukan. Di Amerika angka kejadian 7800 kasus Sloan-Kettering Cancer Center (MSKCC) membedakan atas gradasi
baru per tahun dan hampir 50% meninggal akibat penyakitnya. Di rendah dan tinggi.
Indonesia belum ada data tentang SJL, baik yang berbasis Rumah Disamping gradasi, diperlukan pula informasi pemeriksaan
Sakit maupun yang berbasis populasi. histopatologi berupa :
Sampai saat ini penyebab pasti SJL belum diketahui pasti - Ukuran tumor
tetapi diperkirakan terdapat peran faktor radiasi, bahan kimia, - Tipe dan sub-tipe
riwayat trauma dan mutasi genetik pada “ stem cell - Batas sayatan (margin)
mesenchymal”. - Invasi
Hampir 50% kasus terjadi di ekstremitas terutama
ekstremitas bawah dan 30% kasus terjadi di visceral dan III. STADIUM KLINIK
retroperitoneal. Kelakuan klinis tipe-tipe SJL hampir sama dan Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
dibedakan dari letak anatomis, ukuran, gambaran spesifik T – Primary tumor
histopatologi dan gradasi histopatologi. T0 No evidence of primary tumor
T1 Tumor <5 cm in greatest dimension
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI SJL T1a Superficial tumor
No Jaringan Asal Bentuk Maligna
1 Fibrous Fibrosarcoma
T1b Deep tumor
2 Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma T2 Tumor >5 cm in greatest dimension
3 Lipomatous Liposarcoma T2a Superficial tumor
4 Smooth muscle Leiomyosarcoma T2b Deep tumor
67
o Eksisi “intralesional margin” yaitu memotong parenchim
tumor atau de bulking, dengan syarat harus membuang
massa tumor > 50% dan tumornya harus berespon terhadap
radioterapi atau khemoterapi. 3. SJL Pada Ekstremitas Yang Residif
Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap Bila masih resektabel dilakukan eksisi luas dilanjutkan
radioterapi atau khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan terapi ajuvan radioterapi / khemoterapi. Bila sebelumnya pernah
amputasi. mendapat terapi ajuvan, perlu dipertimbangkan kembali apakah
masih mungkin untuk khemoterapi ajuvan dengan regimen yang
berbeda atau radiasi dengan modalitas yang lain.
Untuk kasus residif yang tidak resektabel dilakukan
amputasi, bila pasien menolak dapat dipertimbangkan pengelolaan
seperti kasus primer yang tidak resektabel.
70