Anda di halaman 1dari 8

Tune-up merupakan servis yang paling sering dilakukan dibandingkan dengan jenis servis mobil

yang lain, seperti overhaul, spooring- balancing, dan kenteng magic (ketok magic). Tune-up
merupakan servis yang bertujuan untuk mengembalikan tenaga motor agar sesuai dengan
standarnya. Jadi, tune-up merupakan servis penting sebuah mobil sebelum servis lainnya.
Pekerjaan tune-up harus sesuai dengan prosedurnya. Tanpa mengikuti urutan yang benar, hasil
tune-up tidak akan sempurna dan akan banyak mengalami terjadinya pengulangan pekerjaan.
Ibarat orang membersihkan ruangan, langkah yang tepat adalah menyapu (membersihkan)
bagian atas (langit-langit), kemudian membersihkan lantainya. Jika menyapu lantai terlebih
dahulu, kemudian membersihkan langit-langit ruangan, lantainya harus disapu lagi. Ini jelas tidak
efisien, baik tenaga, waktu, maupun hasil pekerjaan. Dengan prosedur tune-up yang benar, akan
diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut.

 Waktu yang diperlukan lebih cepat.


 Tenaga yang dikeluarkan untuk menyervis lebih kecil.
 Peralatan lebih awet karena frekuensi pemakaian alat berkurang.
 Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya relatif lebih kecil.
 Peralatan yang Diperlukan
Dalam pengerjaan tune-up, sebaiknya sesedikit mungkin menggunakan alat. Persiapan alat
yang berlebihan macam dan jumlahnya, tetapi tidak digunakan, menandakan kurangnya
pemahaman terhadap mesin. Alat yang diperlukan dalam tune-up sebagai berikut.
 Kunci pas.
 Kunci ring.
 Obeng positif dan negatif.
 Feeler gauge (pengukur celah).
 Ampelas (ambril)
 Timing- light
 Engine analyzer atau Tes kompresi.
 Kain lap.
Namun, jika peralatan tersebut telah tersedia di dalam kotak peralatan (toolbox), tentu tidak ada
salahnya disiapkan satu kotak tersebut. Kotak alat sebaiknya ditaruh di atas meja atau kursi,
tidak ditaruh di lantai karena dalam pekerjaan tune-up lebih banyak dilakukan dengan berdiri dari
pada duduk atau berbaring. Meletakkan kotak alat di atas meja atau kursi akan memudahkan
dalam memilih dan mengambil alat yang akan digunakan. Karena tidak semua kunci diperlukan,
siapkan beberapa kunci dan taruh di luar kotak, tetapi di atas kursi atau meja tersebut. Hitunglah
jumlah kunci di dalam kotak untuk mencegah kemungkinan kunci tidak diketahui tertinggal di
dalam mesin atau dekat mesin. Peralatan yang kemungkinan besar bisa tertinggal di dalam atau
di dekat mesin adalah peralatan kecil, seperti feeler gauge, kunci pas, kunci ring, obeng,
ampelas, kain lap, dan kabel-kabel. Peralatan yang tertinggal di dalam atau di dekat mesin dapat
menimbulkan bahaya kebakaran dan kerusakan mesin, bahkan bisa membahayakan
keselamatan penumpang. Contoh kasus akibat tertinggalnya peralatan di dalam mesin atau di
dekat mesin mobil sebagai berikut.
 Kunci pas menghubungkan kutub positif dengan kutub negatif accu dapat menyebabkan
kebakaran.
 Kabel tersangkut di daun kipas radiator sehingga daun kipas patah.
Selain menghitung jumlah peralatan yang digunakan, perlu diperiksa juga kondisi setiap
peralatan secara teliti. Pastikan bahwa peralatan tersebut dalam keadaan baik. Kondisi alat yang
dapat menimbulkan kecelakaan sebagai berikut.
 Kunci yang retak.
 Kabel terkelupas.
 Obeng retak.
PENGERJAAN TUNE-UP
A. Memeriksa Air Radiator
Sebelum tune-up dimulai, terlebih dahulu air radiatornya kita periksa. Buka tutup radiator dengan
cara diputar, kemudian lihat air radiator dari lubang pengisian air. Jika jumlah air radiatornya
kurang, tambahkan secukupnya dengan air yang bersih.
Volume air di radiator dikatakan cukup jika ketinggiannya mencapai batas bawah leher tutup
radiator. Jangan menghidupkan mesin dalam keadaan air radiator kurang, karena, mesin akan
menjadi sangat panas.
Waktu memeriksa air radiator, periksa juga kualitas airnya. Jika airnya kotor, sebaiknya diganti
dengan yang baru. Jika airnya berminyak, berarti terjadi kebocoran oli yang menuju sistem
pendinginan air. Periksa juga kemungkinan terjadinya kebocoran air pendingin dengan melihat
ada tidaknya rembesan air di luar radiator.
B. Memeriksa Oli Mesin
Setelah memeriksa air radiator, tahap berikutnya adalah memeriksa oli mesin. Jika oli mesin
diperiksa setelah tune-up selesai, hasil tune-up tidak akan maksimal karena kondisi oli mesin
berpengaruh terhadap suhu kerja mesin. Selain itu, oli mesin juga berpengaruh terhadap bunyi
mesin. Jika oli mesin sangat kotor, encer, atau kurang, bunyi mesin akan menjadi kasar. Hal ini
akan berpengaruh terhadap putaran stasioner dan idel.
Pemeriksaan oli mesin meliputi volume oli dan kondisi oli. Volume oli harus memenuhi batas
minimal yang ditentukan, jika Oli kurang, tambahkan dengan oli yang kekentalanya sama.
Sebaiknya, oli yang ditambahkan tersebut mereknya sama, untuk menghindari reaksi kimia yang
dapat merugikan kondisi dan kerja mesin.
Dilihat dari bahan bakunnya, oli pelumas ada 2 macam, yaitu :
 Oli MineralOli mineral dibuat dari bahan crude oli yang mengandung bahan hidro karbon
dan parafin yang cukup tinggi.
 Oli Sintetis
Oli Sintetis merupakan hasil dari perpaduan beberapa senyawa kimia. Oli
sintetis lebih baik daripada oli mineral karena bisa tahan bekerja pada suhu
rendah dan suhu tinggi.
C. Kondisi Visual Mesin
Selesai memeriksa oli mesin, jangan langsung menghidupkan mesin. Amati dengan teliti kondisi
visual mesin. Pastikan bahwa mesin benar-benar aman untuk dihidupkan.
Memeriksa kondisi mesin secara visual termasuk tindakan pencegahan kecelakaan yang harus
dilakukan sebelum tune-up. Mesin dikatakan aman untuk dihidupkan jika pemeriksaan mesin
menunjukkan hasil sebagai berikut.
1. Tidak ada kabel yang tersangkut.
2. Tidak ada kabel busi yang tidak terpasang.
3. Pemasangan kabel-kabel busi sudah benar sesuai dengan urutan pengapiannya.
4. Tidak ada peralatan apa pun yang terletak di atas mesin.
5. Baut dan mur terpasang dengan baik.
6. Tidak terdapat kebocoran bensin pada mesin.
7. Tidak ada kabel yang mengalami hubungan singkat.
8. Oli mesin dan air radiator cukup.
D. Menghidupkan Mesin
Setelah mesin siap dihidupkan dan aman dari kemungkinan adanya bahaya, hidupkan mesin
pada putaran stasioner, beberapa menit kemudian tambahkan putarannya jika diperlukan.
Jangan menghidupkan mesin langsung pada putaran tinggi, karena pelumasan belum sampai ke
seluruh komponen mesin, untuk mencegah keausan pada komponen. Untuk keperluan
menganalisis kerusakan mesin, selama mesin hidup perhatikan tiga hal sebagai berikut.
a. Bunyi Mesin
Bunyi mesin yang bisa timbul saat menghidupkan mesin sebagai berikut.
 Ledakan akibat Pembakaran
Ledakan akibat pembakaran bahan bakar (bensin atau solar) menimbulkan
bunyi yang khas. Pada mesin yang pembakarannya normal, bunyi ledakannya
rata. Pada mesin yang pembakarannya tidak normal, bunyi ledakannya tidak
rata, terjadi entakan setiap beberapa detik. Jika bunyi tersebut tidak
disalurkan lewat knalpot, akan terdengar sangat keras dan memekakkan
telinga.
Bunyi mesin berbahan bakar bensin lebih halus dibandingkan dengan mesin
berbahan bakar solar atau diesel.
 Getaran Komponen
Mengetahui ciri-ciri bunyi berbagai mesin akan mempermudah dalam
menentukan kerusakannya. Bunyi yang ditimbulkan oleh getaran komponen
mesin merupakan bunyi yang tidak normal. Getaran tersebut bisa terjadi
karena baut atau mur yang longgar, komponen retak, atau patah. Bunyi-bunyi
akibat getaran mesin berbeda sekali dengan bunyi akibat pembakaran bahan
bakar.
 Gesekan
Gesekan komponen yang tidak dilumasi dengan oli, bisa menimbulkan bunyi
yang tidak nyaman. Bunyi akibat gesekan bisa timbul pada tuas sistem kawat
gas karburator yang tidak dilumasi dengan baik, gesekan piston dengan
dinding silinder, atau gesekan pada lakher.
 Aliran Gas
Aliran gas yang bocor bisa menimbulkan bunyi yang tidak normal, seperti
terjadinya kebocoran pada saluran gas masuk dalam silinder (intake
manifold). Bunyi tersebut berupa desis yang keras.
 Ketukan (knocking)
Bunyi yang diakibatkan oleh adanya ketukan dua komponen mesin yang cukup
keras, biasanya terjadi di daerah sebagai berikut.
1. Celah katup yang terlalu besar.
2. Bantalan poros engkol longgar.
3. Piston kocak.
4. Pen piston longgar.
5. Poros nok kocak.
 Loncatan Bunga Api
Loncatan listrik tegangan tinggi bisa menimbulkan bunyi khas. Bunyi tersebut
bisa mirip suara seekor cicak berdecak. Penyebab loncatan bunga api listrik
adalah kebocoran arus atau hubungan singkat.
 Tekanan Gas
Bunyi yang disebabkan oleh tekanan gas yang bocor hampir sama dengan
kebocoran aliran gas masuk. Kebocoran gas disebabkan oleh sekat yang
kurang rapat. Bunyi mesin harus didengarkan dengan saksama untuk mencari
penyebab kerusakan mesin. Karena itu, bandingkan bunyi mesin sebelum dan
setelah tune-up.
b. Getaran Mesin
Perhatikan getaran selama mesin hidup pada putaran stasioner. Mesin yang normal tidak
memiliki getaran yang kasar. Jika diamati, pada waktu mesin dinyalakan, bodi mesin tersebut
tidak bergetar kecuali kabel-kabel businya yang sedikit bergetar. Jika getaran mesin agak kasar,
berarti terdapat gangguan pada proses pembakaran atau komponen-komponennya. Getaran
yang kasar disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
 Tekanan kompresi tidak sama antara masing-masing silinder.
 Tekanan kompresi di atas standarnya.
 Pembakaran pada salah satu silinder tidak normal.
 Salah satu busi mati.
 Salah satu kabel busi lepas.
 Pemasangan kabel busi tidak sesuai urutan pengapiannya.
 Terdapat komponen-komponen yang kocak atau kendor baut-bautnya.
c. Asap Knalpot
Setelah bunyi mesin dan getarannya diamati, selanjutnya perhatikan dengan teliti bentuk dan
warna asap sisa pembakaran yang keluar dari knalpot. Asap yang keluar dari knalpot merupakan
petunjuk baik tidaknya proses pembakaran bahan bakar mesin tersebut.
Ada empat warna asap knalpot yang dapat dijadikan petunjuk baik tidaknya proses pembakaran
dalam mesin sebagai berikut.
 Warna Asap Hitam
Warna asap hitam pada mesin diesel merupakan sesuatu yang wajar. Namun,
warna asap hitam pada mesin bensin merupakan pertanda adanya
pembakaran yang tidak sempurna karena kelebihan bensin pada campuran
gas dan bensinnya. Ukuran standar yang digunakan sebagai pembanding
warna asap dikatakan hitam atau normal adalah asap mesin dalam kondisi
normal.
 Warna Asap Putih
Asap mesin 2 tak yang normal berwarna putih. Berbeda dengan mesin 4 tak,
jika asap mesin 4 tak berwarna putih berarti terdapat kerusakan atau
gangguan pada mesin tersebut. Warna putih disebabkan asap dari oli yang
terbakar. Pada mesin 2 tak, oli memang terbakar bersama bensin. Namun pada
mesin 4 tak, oli tidak terbakar, kecuali terdapat kebocoran oli dari karter ke
ruang bakar.
 Asap Tak Berwarna
Asap mesin 4 tak yang baik adalah yang tidak berwarna. Warna asap seperti
ini menandakan campuran gas normal, tidak kelebihan bensin, tidak
bercampur dengan oli, dan tidak kekurangan bensin.
 Asap Knalpot Berjelaga
Jelaga pada asap mesin, baik itu mesin 2 tak maupun 4 tak, disebabkan adanya
kandungan minyak tanah di dalam bensin. Jika asap yang dihasilkan
berjelaga, bunyi mesin pasti tidak normal (kasar) dan elektroda businya hitam.

Urutan Pengerjaan Tune-Up


Setelah mesin dianalisis kerusakannya, pekerjaan tune up bisa dimulai. Pengerjaan tune up
harus berurut. Tujuannya, agar tidak terjadi pengulangan pekerjaan karena servis komponen
tertentu berpengaruh terhadap komponen yang lain.
a. Saringan Udara (Air Filter)
Saringan udara terlebih dahulu harus diservis dibandingkan dengan komponen yang lain, karena
saringan udara merupakan komponen mesin yang paling dingin dibandingkan dengan komponen
yang lain setelah mesin dihidupkan. Selain itu saringan udara juga berpengaruh terhadap
komponen lain jika diservis belakangan, seperti terhadap pembentukan campuran udara dan
bensin di saluran pada intake manifold (saluran pemasukan gas).
Saringan udara atau lebih populer dengan sebutan filter terletak di dalam kotak berbentuk
lingkaran yang menyerupai piring. Kotak tersebut terbuat dari pelat besi biasa. Saat pengapian,
putaran stasioner sangat dipengaruhi oleh saringan udara. Penyetelan idel juga dipengaruhi oleh
saringan udara.
b. Platina
Setelah saringan udara dibersihkan atau diganti, komponen berikutnya yang harus diservis
adalah platina. Platina terletak di dalam distributor. Platina perlu diperiksa atau diservis terlebih
dahulu sebelum menyetel saat pengapian dan putaran stasioner. Jika platina disetel setelah
penyetelan saat pengapian dan putaran stasioner, akan terjadi pengulangan kerja. Setelah
platina dibersihkan dan dipasang, saat pengapian pasti berubah, karena saat pengapian
dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah platina lebih besar, saat pengapian akan maju sedikit.
Sebaliknya, jika celah platina lebih sempit, saat pengapian akan mundur.
Putaran stasioner juga dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah platina lebih besar, putaran
stasioner akan turun. Sebaliknya, jika celah platina semakin kecil, putaran stasioner akan naik
sedikit. Meskipun perubahan putaran stasioner tersebut tidak begitu besar, perlu diperhatikan
untuk ketelitian hasil servis. Kondisi permukaan kontak platina sangat berpengaruh terhadap
putaran stasioner dan bunyi mesin. Jika permukaan platina kotor, putaran stasioner akan turun.
Namun, jika permukaan platina dibersihkan, putaran stasioner akan naik. Karena itu, tidak tepat
jika platina diservis setelah penyetelan putaran stasioner dan campuran gas.
Setelah perbaikan platina selesai, pasanglah platina dengan benar. Perhatikan kabel yang bisa
menyebabkan hubungan singkat dengan bodi mesin. Hubungan singkat dengan bodi mesin
mengakibatkan tidak terjadinya loncatan bunga api pada busi. Apabila mobil sudah
menggunakan CDI maka tidak perlu melewati tahapan ini.
c. Kabel Busi
Setelah platina diservis, tutup distributor tidak perlu segera dipasang. Periksa kondisi tutup
distributor beserta kabel-kabelnya. Pemeriksaan tersebut dilakukan setelah menyervis platina
dengan tujuan untuk efisiensi kerja.
Kondisi mesin dipengaruhi oleh kualitas pengapiannya. Kualitas pengapian dipengaruhi oleh
nyala api busi dan kabel¬kabel businya. Namun, kabel busi harus diperiksa atau diservis terlebih
dahulu daripada businya, karena kabel busi merupakan pengantar untuk lewatnya arus tegangan
tinggi ke busi. Nyala api busi sangat dipengaruhi oleh kondisi kabel-kabel businya.
Kabel busi tidak boleh diganti dengan kabel yang sembarangan kualitasnya. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari hambatan yang besar pada busi. Isolasi kabel busi harus memenuhi syarat,
karena listrik yang dialirkan bertegangan tinggi (15.000-20.000 volt). Isolasi kabel busi yang
sudah usang harus diganti kabelnya. Penggantian kabel busi sebaiknya satu unit, dengan harga
yang bermacam¬macam. Umumnya, semakin mahal harganya, semakin baik kualitasnya.
Kabel busi yang retak isolatornya atau telah usang menyebabkan timbulnya crossfire, yakni
induksi pada kabel busi yang berdekatan, sehingga busi yang kabelnya terkena induksi
meloncatkan bunga api liar dan menyebabkan kerja mesin terganggu. Cross fire menyebabkan
bunyi mesin kasar dan tenaga mesin menjadi turun. Untuk mengecek kabel busi biasanya
besarnya tahanan diukur menggunakan Ohm meter, jika besarnya tahanan tidak sesuai dengan
standartnya maka kabel busi diganti dengan yang baik.
d. Tutup Distributor
Tutup distributor sebaiknya diperiksa kondisinya bersamaan dengan pemeriksaan kabel-kabel
busi dan servis platina. Hal ini dimaksudkan untuk meng¬hemat waktu kerja. Jika pemeriksa¬an
tutup ditributor dilakukan se¬telah mesin dihidupkan, akan mengulangi pekerjaan melepas dan
mencabut kabel busi dan tutup dis¬tributor.
Tutup distributor dinyatakan baik jika kondisinya sebagai berikut.
 Tidak retak.
 Arang pada tutup distributor yang berfungsi meng¬alirkan listrik tegangan tinggi tidak aus.
 Bisa menutup dengan rapat.
Ada model tutup distributor yang dilengkapi lubang ventilasi di bagian atas tutup tersebut. Fungsi
lubang ventilasi tersebut adalah untuk penguapan air yang terjebak di dalam tutup distributor.
Dengan adanya ventilasi tersebut, uap air bisa keluar sehingga distributor tetap kering.
e. Accu
Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan accu. Pemeriksaan accu meliputi sebagai berikut.
 Tinggi Air Accu
Air accu harus cukup, yakni ketinggiannya antara garis batas atas (upper
level) dan garis batas bawah (lower level). Jika air accu jumlahnya kurang,
tambahkan dengan accu zur secukupnya. Ketinggian air accu pada prinsipnya
adalah merendam seluruh sel-sel accu sekurang-kurangnya 1 cm di atas sel-sel
accu tersebut.
Jika mobil menggunakan accu kering, perawatannya menjadi lebih mudah
karena tidak memerlukan air accu yang bisa berkurang karena penguapan.
Kutub-kutub accu juga harus bersih, tidak kotor oleh jamur atau sejenisnya.
Namun, harga accu kering lebih mahal sehingga masih banyak mobil yang
menggunakan accu basah. Air accu yang kurang (di bawah standar) berakibat
reaksi pada accu tidak maksimal, sehingga arus yang dihasilkannya tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan listrik pada mobil.
 Bersihkan Kutub-kutub Accu dari Jamur dan Karat
Jamur pada kutub-kutub accu bisa dibersihkan dengan air hangat, sedangkan
karat yang mengotori kutub-kutub accu harus dibersihkan dengan ampelas.
Bagian yang nampaknya remeh, tetapi sangat penting, adalah klem atau
penjepit kabel accu dengan kutub- kutubnya. Klem tersebut mudah sekali
kendor. Jika klem kendor, mesin akan mati karena busi tidak melon¬catkan
bunga api. Untuk merawat klem agar tetap berfungsi dengan baik, ke¬raskan
baut pengikatnya dan gunakan klem yang berkualitas baik. Kutub-kutub accu
yang kotor atau berkarat menyebabkan tahanan sangat besar. Akibatnya, arus
yang mengalir menjadi berkurang (kecil) sehingga tenaga mesin menjadi
berkurang, bahkan mesin tak bisa dihidupkan.
Pada pemeriksaan pengapian, umumnya accu diperiksa paling akhir, itu pun
kalau bunga api yang keluar dari busi sangat kecil dan bagian pengapian
lainnya telah diservis.
f. Busi
Busi sebaiknya diperiksa setelah pengukuran tekanan kompresi atau sebelum penyetelan celah
katup. Alasannya, pada pengukuran tekanan kompresi maupun penyetelan celah katup busi
dalam keadaan tidak terpasang, bisa menghasilkan efisiensi kerja yang optimal. Saat
pengukuran kompresi, busi harus dilepaskan karena lubang busi digunakan untuk memasukkan
ujung alat pengukur tekanan kompresi. Pada penyetelan celah katup, busi sebaiknya dalam
keadaan tidak terpasang agar mesin ringan saat diputar.
Bagian busi yang perlu diperiksa adalah elektrodanya, yang meliputi kebersihan dan celah
elektrodanya. Elektroda yang kotor harus diampelas dengan ampelas besi dan elektroda positif
dan elektroda negatif tidak boleh berhubungan. Karena itu, harus disetel celahnya. Adanya
kotoran pada kedua elektroda busi bisa mengakibatkan terhalangnya jalan loncatan bunga api
listrik.
Setelah elektrodanya dibersihkan dengan ampelas, pada elektroda busi perhatikan hal-hal
sebagai berikut.
 Jika terdapat lingkaran berwarna agak biru antara elektroda tengah dengan insulatornya,
berarti tipe busi yang digunakan cocok.
 Jika insulatornya agak hitam dan elektrodanya berwarna biru, berarti tipe businya terlalu
dingin.
 Jika insulatornya berwarna putih dan terjadi erosi pada elektrodanya, berarti tipe businya
terlalu panas.
Ada tiga tipe busi, yaitu busi panas, sedang, dan dingin. Busi tipe panas kurang tahan terhadap
panas, tipe dingin tahan terhadap panas. Busi panas cocok untuk perjalanan jauh.
g. Menyetel Celah Katup
Langkah paling tepat begitu selesai menyervis busi adalah menyetel celah katup. Selama
penyetelan celah katup, busi tidak perlu dipasang di lubangnya. Biarkan mesin tanpa busi untuk
sementara, hingga penyetelan katup selesai.
Penyetelan celah katup dalam keadaan mesin tanpa busi akan memperoleh keuntungan sebagai
berikut.
 Mesin akan lebih ringan diputar saat mencari posisi top kompresi masing-masing silinder.
 Mempermudah dalam memeriksa posisi piston, yakni sudah mencapai titik puncaknya atau
belum.
 Lebih aman, karena mesin tidak mungkin berputar (hidup) tanpa busi.
1. Syarat Penyetelan Katup
Agar penyetelan katup berhasil dengan baik, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
 Penyetelan dilakukan ketika katup menutup rapat.
 Penyetelan dilakukan ketika celah katup paling besar.
 Penyetelan katup dapat berhasil dengan baik jika proses kerja mesin (gerak naik-turun
piston) sesuai dengan gerak katup-katupnya.
2. Cara Penyetelan
Ada dua cara penyetelan untuk memenuhi syarat-syarat agar penyetelan katup berhasil dengan
baik, yaitu sebagai berikut.
 Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat piston berada di posisi top kompresi
masing-masing silinder. Cara ini banyak membutuhkan tenaga dan waktu, karena harus
memutar pull sesuai dengan banyaknya silinder sampai mendapatkan posisi piston pada top
silinder 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Saat posisi top kompresi, kedua katup iNdan EX harus
dalam keadaan menutup rapat, sehingga bisa disetel celahnya.
 Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat piston pada posisi top kompresi
silinder 1 dan silinder lain yang diperlukan sesuai dengan proses kerja mesin. Cara ini lebih
cepat dan menghemat dengan tenaga, tetapi memerlukan pengetahuan teknik mobil yang
cukup, khususnya hubungan antara urutan pengapian (FO = firing order) dan penyetelan
katup.
h. Positive Crank Case Ventilation (PCV)
PCV adalah sistem ventilasi ruang engkol. Uap bensin yang bocor ke dalam ruang engkol
dialirkan kembali ke ruang bakar mesin melalui sebuah selang yang menghubungkan ruang
engkol ke intake manifold
Setelah penyetelan katup, sebaiknya PCV diservis terlebih dahulu sebelum .tes kompresi. PCV
sedikit berpengaruh terhadap tekanan kompresi dan putaran mesin. Tanpa PCV putaran mesin
lebih rendah dibandingkan dengan ketika PCVdiaktifl<an.
Dalam servis PCV, yang perlu diperiksa adalah kerja katup PCV dan kerapatan selang-
selangnya. Katup PCV yang telah rusak sebaiknya diganti dengan yang baru.
i. Saat Pengapian
Saat pengapian sebaiknya disetel setelah penyetelan putaran mesin. Alasannya, karena saat
pengapian yang tercantum dalam buku pedoman servis mobil adalah saat pengapian pada
putaran stasioner. Jika saat pengapiannya disetel pada putaran tidak stasioner, akan terjadi
pengulangan kerja. Hal ini sebenarnya bisa dihindari, karena begitu pu¬taran mesin disetel, saat
penga¬t,piannya pasti berubah.
Prinsip penyetelan saat pengapian adalah memutar dis¬tributor dalam keadaan mesin hidup
sampai memperoleh bunyi mesin yang paling halus dengan tenaga yang paling besar. Prinsip
penyetelan ini bisa dijadikan pedoman, jika penyetelan saat pengapian dilakukan tanpa
menggunakan timing- light (penyetelan perigapian) atau alat bantu lainnya.
Distributor dapat diputar ke kiri atau ke kanan setelah baut pengikatnya dikendorkan. Jika
distributor diputar berlawanan arah dengan putaran rotor, berarti saat pengapiannya dimajukan.
Sebaliknya, jika distributor diputar searah dengan putaran rotor, berarti saat pengapian
dimundurkan.
j. Idel
Penyetelan idel merupakan penyetelan yang paling akhir dalam tune-up mesin mobil. Hasil
penyetelan idel tidak berpengaruh terhadap saat pengapian, celah katup, kompresi, dan
pendinginan. Sebaliknya, idel sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen mesin.
Menyetel idel pada prinsipnya adalah menyetel campuran antara udara dengan bensin pada
putaran idling. Jadi sebelum menyetel campuran idel, putaran mesinnya harus stasioner terlebih
dahulu. Jika setelah penyetelan idel, kemudian putaran stasionernya berubah, putaran
stasionernya harus disetel ulang.
k. Tali Kipas
Dalam tune up, tali kipas juga harus disetel. Kekencangan tali kipas berpengaruh terhadap
pendinginan dan putar¬an alternator. Jika tali kipas kendor, putaran mesin tidak bisa memu-tar
kipas pendingin de¬ngan baik karena selip.
Akibatnya, pendinginan oleh kipas tidak sesuai dengan putaran mesin sehingga mesin menjadi
panas. Selain itu, putaran alternator juga tidak bisa maksimum sehingga pengisian ke baterai
kurang baik.

Setelah tune-up selesai dan mesin akan dihidupkan, perhatikan seluruh komponen mesin sudah
terpasang di tempatnya dengan benar atau belum. Jika semua komponen telah terpasang
dengan benar, hidupkan mesin pada ifputaran stasioner beberapa menit. Selama mesin berputar
stasioner, dengarkan bunyi normal, naikkan putaran mesin perlahan-lahan sambil perhatikan
bunyi mesin, getaran, dan asap knalpotnya. Jika sudah yakin tidak terdapat gangguan atau
ketidaknormalan pada mesin, berarti tune-up telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai