Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN AUDIT

DAN PROSEDUR ANALITIS

Mata Kuliah :

Pemeriksaan Akuntansi I

Disusun oleh :

Anggi Oktaviani Tobidin ( 1721020 )

Shelvi Susanti ( 1721066 )

SA 401

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

PALEMBANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat diberikan nafas kehidupan dan akal yang sehat sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah tentang Perencanaan Audit dan Prosedur Analistis ini.
Kami juga berterima kasih kepada dosen kami, Bu Delfi Panjaitan, S.E., M.Si., Ak., BKP.,
CA.karena telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi I yang membahas tentang bagaimana perencanaan audit seorang
auditor dan apa saja prosedur analistis yang dilakukan.

Akhirnya, tidak ada manusia yang tak luput dari kesalahan. Kami menyadari bahwa
dalam makalah ini memiliki banyak kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar ke dapat
meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-makalah tugas lain ke depannya.

Palembang, 03 April 2019

Penyusun
PERENCANAAN
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan
tepat, yaitu :

1. Memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi


pada situasi yang dihadapi untuk membantu menjaga biaya audit tetap
wajar.
2. Membantu menjaga biaya audit tetap wajar.
3. Menghindarkan kesalahpahaman dengan klien.

Jika kantor akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan


mempertahankan reputasi yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat
yang mencukupi harus diperoleh. Agar tetap kompetitif, kantor akuntan publik
harus menjaga kewajaran biayanya. Menghindari kesalahpahaman dengan klien
sangat diperlukan untuk membina hubungan baik dengan klien dan memfasilitasi
pekerjaan berkualitas tinggi dengan biaya yang wajar.

Perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit

Menerima klien dan melakukan perecanaan audit awal

Memahami bisnis dan industri klien

Menilai resiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

Menetapkan materialitas dan menilai resiko audit yang


dapat diterima serta risiko inheren

Memahami pengendalian internal dan menilai risiko


pengendalian

Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko


kecurangan

Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko


kecurangan
Diagram di atas menyajikan delapan bagian utama dari perencanaan
audit.Masing-masing dari tujuh bagian pertama ditujukan untuk membantu
auditor mengembangkan bagian terakhir, yaitu perencanaan audit dan program
audit yang efektif serta efisien secara keseluruhan.

Ada dua jenis istilah resiko yang sangat mempengaruhi pelaksanaan dan biaya
audit.Kebanyakan perencanaan awal audit berkaitan dengan perolehan informasi
untuk membantu auditor menilai risiko tersebut. Resikonya adalah :

1. Risiko audit yang dapat diterima : ukuran seberapa besar auditor


bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah saji secara
material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian
telah dikeluarkan.
2. Risiko inheren : ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah
saji yang material dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan
keefektifan pengendalian internal.

MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AUDIT


AWAL

Perencanaan audit awal melibatkan empat hal yang semuanya arus dilakukan
lebih dulu dalam audit, yaitu :

1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus


melayani klien yang ada sekarang. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh
auditor yang berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan
penting. Auditor ingin membuat keputusan ini lebih awal, sebelum
mengeluarkan biaya yang cukup besar yang tidak bisa ditutup kembali.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan
audit. Informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan
selanjutnya.
3. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat-
syarat penugasan yang ditetapkan klien.
4. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf
penugasan dan setiap spesialis audit yang diperlukan.

Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukan hal yang mudah


dalam profesi yang kompetitif seperti akuntan publik, kantor akuntan publik
(KAP) harus berhati-hati dalam memutuskan klien mana yang dapat diterima.
Untuk menerima seorang klien, auditor harus :

1. Investigasi Klien Baru


Sebelum menerima klien baru, kbeanyakan KAP akan menyelidiki
perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya. Kantor itu
melakukannya dengan memeriksa, sejauh memungkinkan, prospektif klien
ini dalam komunitas bisnis, stabilitas keuagnannya dan hubungannya
dengan kantor akuntan public sebelumnya.
Untuk calon klien yang sebelumnya telah diaudit oleh KAP lain,
auditor yang baru (auditor penerus) diharuskan oleh standar auditing untuk
berkomunikasi dengan auditor pendahulu. Tujuannya adalah untuk
membantu auditor penerus mengevaluasi apakah ia akan menerima
penugasan tersebut.
Persyaratan kerahasiaan dalam Kode Perilaku Profesional
mewajibkan bahwa auditor pendahulu harus memperoleh izin dari klien
sebelum komunikasi dapat dilaksanakan. Jika klien tidak mengizinkan
komunikasi atau auditor pendahulu tidak akan memberikan respons yang
kompetitif, auditor penerus dapat mempertimbangkan secara serius
keinginanya untuk menerima penguasan prospektif, tanpa
memperhitungkan investigasi lainnya.
Meskipun calon klien telah diaudit oleh KAP lain, auditor penerus
dapat melakukan investigasi lainnya dengan mengumpulkan informasi dari
pengacara local, KAP lain, bank, dan perusahaan lainnya.

2. Klien yang Berlanjut


Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-
klien yang ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk
menghentikan audit. Konflik yang terjadi sebelumnya dapat menyangkut
ruang lingkup audit yang tepat, jenis pendapat yang akan diberikan, fee
yang belum dibayar, atau hal-hal lain dapat menyebabkan auditor
menghentikan kerja samanya. Auditor juga dapat mengundurkan diri
setelah menentukan bahwa klien tidak mempunyai integritas.

3. Memilih staf untuk melakukan penugasan


Auditor harus menempatkan staf yang tepat pada penugasan untuk
memenuhi standar auditing yang berlaku umum untuk meningkatkan
efisiensi audit. Standar umum yang pertama yaitu :

“Audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan


pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor”.
Oleh karena itu, setiap staf yang ditugaskan harus mengingat
standar tersebut di samping harus mempunyai pengetahuan tentang
industri klien. Pertimbangan utama dalam penentuan staf adalah kebutuhan
akan kontinuitas dari tahun ke tahun. Kontuinitas tersebut dapat membantu
KAP mempertahankan pemahamannya atas persyaratan teknis serta
hubungan antar pribadi yang lebih dekat dengan personil klien.

4. Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar


Jika audit membutuhkan pengetahuan khusus, mungkin kantor
akuntan perlu berkonsultasi dengan spesialis. Standar auditing menetapkan
persyaratan untuk memilih spesialis dan mereview pekerjaannya.Auditor
harus memiliki pemahaman yang memadai atas bisnis klien untuk
mengetahui apakah spesialis memang diperlukan.Auditor perlu
mengevaluasi kualifikasi professional spesialis itu dan memahami tujuan
serta ruang lingkup pekerjaannya.Auditor juga harus mempertimbangkan
hubungan spesialis tersebut dengan klien, termasuk situasi yang mungkin
mengganggu objektivitasnya.

MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN

Ada tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien,
yaitu :
a. Memahami aturan-aturan akuntansi yang khas dari industri tersebut untuk
mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
b. Mengidentifikasi risiko dalam industri yang akan mempengaruhi risiko
audit yang dapat diterima.
c. Agar dapat mengidentifikasi risiko bawaan.

Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan


lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah
saji yang material pada laporan keuangan baik karna kekeliruan maupun
kecurangan, dan untuk merancang sifat, penetapan waktu, serta luas prosedur
audit selanjutnya.

Pemahaman sistem strategi atas bisnis dan industri klien dapat dilakukan
melalui:

 Industri dan lingkungan eksternal


 Operasi dan proses bisnis
 Manajemen dan tata kelola
 Tujuan dan strategi
 Pengukuran dan kinerja

MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN

Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman


strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai resiko bisnis klien, yaitu
risisko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien
dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya,
seperti teknolagi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien
gagal melaksanakan strateginya sebagai pesaing.

MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN

Prosedur analitis adalah evaluasi infromasi keuangan yang dilakukan


dengan memperlajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan
yang meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi dari
auditor.
Tujuan prosedur analisis dalam perencanaan audit adalah membantu perencanaan
sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti
tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu.

Tujuan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan:


1. Memahami bidang usaha klien
2. Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya
3. Indikasi adanya kemungkikan salah saji dalam laporan keuangan
4. Mengurangi pengujian audit yang terinci

Tahap-tahap dalam prosedur analisis:

 Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat


 Mengembangkan harapan
 Melaksanakan perhitungan/perbandingan
 Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
 Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi
perbedaan tersebut.
 Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.

PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis didefinisikan oleh SAS 56 (AU329) sebagai evaluasi atas
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk
akal antara data keuangan dan non keuangan … yang melibatkan perbandingan
jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh
auditor.Prosedur analitis ini menggunakan perbandingan dan hubungan untuk
menilai apakah saldo akun atau data lain terlibat wajar berkaitan dengan
ekspektasi auditor.Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga
waktu selama penugasan, yaitu :

1. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu


menentukan sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur audit.
2. Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tahap pengujian audit
sebagai pengujian substantive untuk mendukung saldo akun.
3. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit.

Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada


auditor yang mengembangkan ekspektasi tentang berapa saldo akun atau rasio
yang harus dicatat, tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan,
Dalam setiap kasus, auditor akan membandingkan data auditor dengan :

1. Data industri.
2. Data periode sebelumnya yang serupa.
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien.
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor.
5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data non keuangan.

PROSEDUR ANALISIS DENGAN BEBERAPA PENDEKATAN

A. Pendekatan Membandingkan data klien dan industri  Merupakan


salah satu pendekatan untuk mengatasi keterbatasan rata-rata industri,
dan membandingkan klien dengan satu atau lebih perusahaan yang
menjadi tolak ukur dalam industri.
B. Pendekatan membandingkan data klien dengan data periode
sebelumnya yang serupa  untuk menganalisis perencanaan audit
memerlukan penjelasan lebih lanjut dan bukti pendukung untuk
perubahan iklan , beban piutang taktertagih, serta perbaikan dan
pemeliharaan kantor.
C. Pendekatan membandingkan data klien dengan hasil yang diterapkan
yang ditentukan klien  kebanyakan perusahaan menyiapkan
anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil keuangannya. Auditor
harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antara hasil yang
dianggarkan dengan hasil aktual, karena area ini dapat mengandung
salah saji yang potensial.
D. Pendekatan membandingkan data klien dengan hasil yang diharapkan
yang ditentukan auditor  perbandingan umum lainnya antara data
klien dengan hasil yang diharapkan terjadi ketika auditor menghitung
saldo yang diharapkan untuk dibandingkan dengan saldo aktual.
E. Pendekatan membandingkan data klien dengan hasil yang diharapkan
dengan menggunakan data nonkeuangan  kepentingan utama dalam
menggunakan data nonkeuangan terletak pada keakuratan data.

Analisis Rasio
Pengertian analisis rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah
financial ratio ialah sebagai alat analisis untuk membandingkan angka-angka
yang terdapat pada laporan keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen perusahaan
tersebut dalam satu periode tertentu.

Tujuan Analisis Rasio

1. Mengetahui Kinerja Perusahaan

Menentukan rasio individu per-periode dan melacak perubahan dari waktu


ke waktu dilakukan untuk melihat tren yang mungkin berkembang di
perusahaan.Misalnya, rasio utang terhadap aset yang meningkat dapat
mengindikasikan bahwa perusahaan terlalu terbebani dengan utang dan mungkin
akhirnya menghadapi risiko default.

2. Membuat Penilaian Komparatif Tentang Kinerja Perusahaan


Membandingkan rasio keuangan dengan pesaing utama dilakukan untuk
mengidentifikasi apakah perusahaan memiliki kinerja lebih baik atau lebih buruk
daripada rata-rata industry serupa.Misalnya, membandingkan laba atas aset antar
perusahaan dapat membantu analis atau investor guna menentukan aset
perusahaan mana yang paling efisien digunakan.

Pengguna Rasio Keuangan


Pengguna data hasil analisa rasio keuangan adalah pihak eksternal dan internal
perusahaan

 Pengguna eksternal: Analis keuangan, investor ritel, kreditor, pesaing,


otoritas pajak, masyarakat dan negara, dan pengamat industri
 Pengguna internal: Tim manajemen, karyawan, dan pemilik

Pengelompokkan Rasio Keuangan

1. Kemampuan Membayar Utang Jangka Pendek

𝐤𝐚𝐬+𝐬𝐞𝐤𝐮𝐫𝐢𝐭𝐚𝐬
Rasio kas =
𝐤𝐞𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

𝐤𝐚𝐬+𝐬𝐞𝐤𝐮𝐫𝐢𝐭𝐚𝐬+𝐩𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡


Rasio cepat =
𝐤𝐞𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

𝐚𝐬𝐞𝐭 𝐥𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫
Rasio kas =
𝐤𝐞𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

Perusahaan membutuhkan tingkat likuiditas yang wajar untuk membayar


utangnya ketika jatuh tempo, dan ketiga rasio tersebut mengukur likuiditas. Jadi
dengan menelaah ketiga rasio itu akan terlihat bahwa rasio kas mungkin berguna
untuk mengevaluasi kemmapuan membayar utang dengan segera, sedangkan rasio
lancar memerlukan konversi aset seperti persedaan dan piutang usaha menjadi kas
sebelum utang dapat dibayar.

2. Rasio Aktivitas Likuiditas

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
Perputaran piutang usaha =
𝐏𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐭𝐨𝐫 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚

𝟑𝟔𝟓 𝐡𝐚𝐫𝐢
Jumlah hari penagihan utang =
𝐩𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐢𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧


Perputaran persediaan =
𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚
𝟑𝟔𝟓 𝐡𝐚𝐫𝐢
Jumlah hari penjualan persediaan =
𝐩𝐞𝐫𝐩𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧

Rasio aktivitas untuk piutang usaha dan persediaan terutama berguna bagi auditor,
yang sering kali menggubnakan tren dalam rasio perputaran piutang usaha untuk
menilai kelayakan penyisihan piutang tak tertagih. Auditor menggunakan tren
dalam rasio perputaran persediaan untuk mengidentifikasi keusangan persediaan
yang potensial.

3. Kemampuan untuk Memenuhi Kewajiban Utang Jangka Panjang

𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐚𝐧
Utamg terhadap ekuitas =
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬

𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐨𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢
Times interest earned =
𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚

Solvensi jangka panjang perusahaan bergantung pada keberhasilan operasi dan


kemampuannya untuk memperoleh modal guna perluasan, serta kemampuannya
untuk melakukan pembayaran pokok dan bunga. Kedua rasio ini merupakan
ukuran kunci yang digunakan oleh para kreditor dan investor untuk menilai
kemampuan perusahaan membayar utang-utangnya.

4. Rasio Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas demi membayar kewajiban


perluasan, dan dividen sangat bergantung pada profitabilitas. Rasio profitabilitas
yang paling umum digunakan adalah laba per saham. Auditor menghitung rasio
tambahan untuk memberikan pandangan lebih jauh tentang operasi perusahaan.

Persentase laba kotor memperlihatkan bagian penjualan yang tersedia untuk


menutupi semua beban dan laba setelah dikurangi biaya produk. Auditor
menyadari rasio ini terutama berguna untuk menilai salah saji penjualan, harga
pokok penjualan, piutang usaha, dan persediaan.

𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
Laba per saham =
𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

𝐩𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡−𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧


Persentase laba kotor =
𝐩𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐨𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢
Marjin laba =
𝐩𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤


Pengembalian atas aset =
𝐚𝐬𝐞𝐭 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚
Pengembalian atas ekuitas
𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤−𝐝𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐩𝐫𝐞𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧
saham biasa =
𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚

Pengembalian atas aset dan pengembalian atas ekuitas saham biasa adalah ukuran
profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Rasio-rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba rugi setiap dolar aset dan
ekuitas.

DAFTAR PUSTAKA

A.A., Arens, Elder, dan Beasley. 2015. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi Jilid I Edisi kelimabelas. Jakarta : Erlangga.

Nurmawati, Avrillia. BAB 8 Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis.


www.academia.edu/7662799/BAB_8_PERENCANAAN_AUDIT_DAN_PROSE
DUR_ANALITIS. Diunduh pada tanggal 03 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai