PEMBAHASAN
2010).
yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara
obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional, maka seseorang akan
lebih mudah menerima hal - hal baru yang dianggap menguntungkan bagi
78
79
diketahui jika petugas kesehatan bekerja sama dengan tokoh agama dan tokoh
responden.
pada keluarga bisa lebih baik. Hal ini dikarenakan pendidikan seseorang yang
Hal ini sejalan dengan teori tentang pendidikan oleh Notoatmodjo, dimana
yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara
menerima suatu syarat yang cukup kuat untuk memotivasi mereka untuk tidak
informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar.
pihak desa dan juga keaktifan para masyarakat untuk mengikuti kegiatan
TB paru baru di wilayah kerja Puskesmas Buduran masih sangat rendah. Hal
ini sesuai dengan teori pengetahuan kesehatan dari Hasanah (2015), yang
menerima suatu syarat yang cukup kuat untuk memotivasi mereka untuk tidak
bertindak, dalam hal ini mencari pengobatan jika dirinya merasa terancam
82
yang terkait dengan kesehatan, sehat dan sakit dan faktor yang terkait dengan
masyarakat untuk memberi respon, dapat berupa sikap positif atau negatif,
akhirnya akan diwujudkan dalam perilaku atau tidak. Berkowitz (1972) dalam
atau mempunyai sikap favorable terhadap objek itu, sedangkan individu yang
serta orang lain yang dianggap memiliki peran penting, media massa, institusi
pendidikan dan agama di lingkungan setempat serta faktor emosi dalam diri.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiyati (2013) dimana pada
Seharusnya dengan hasil pada tabel V.4 yang menunjukkan sikap masyarakat
keluarga.
seseorang untuk berperilaku yang positif, sehingga jika terdapat salah satu
anggota keluarga yang sakit, maka anggota keluarga lainnya akan mendukung
2010).
86
Pada penelitian yang di teliti oleh (Haniek Try Umayana dan Widya
tidak adanya peran tokoh masyarakat sebanyak (53,3%). Hasil yang ada
tersebut kurang baik, karena peran tokoh masyarakat sangat penting untuk
masyarakat. Hal ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan oleh Endang
respon positif dari ibu-ibu yang memiliki balita, sehingga terkesan ramah dan
tidak adanya peran kader sebanyak (51,1%). Hasil yang ada tersebut kurang
baik, karena peran kader adalah sebagai penggerak atau promotor kesehatan
tujuan meningkatkan peran kader yang sudah ada baik di dalam maupun
dukungan yang besar, komitmen yang kuat dan memberikan solusi yang
awal dan akan tuntas dalam pengobatannya, hal ini juga dapat menurunkan
hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Pada kemauan
Masyarakat baru memeriksakan diri dan mencari pengobatan jika gejala yang
Puskesmas Buduran.
2010).
yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara
obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional, maka seseorang akan
lebih mudah menerima hal - hal baru yang dianggap menguntungkan bagi
pemahaman tentang TB Paru, cara pengobatan dan cara penularannya. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erni (2009) yang menunjukkan
salah satu variabel yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan. Maka dari itu
karena dengan pendidikan yang tinggi meraka lebih mudah menerima hal-hal
(P) = 0,329 (P>0,05) sehingga H0 diterima artinya tidak ada hubungan antara
yang baik akan tetapi orang tersebut merasa tidak akan mudah terular TB
tidak selalu memimpin perilaku yang benar. Syarat pertama seseorang untuk
hasil OR = 3,600 dan nilai OR berada pada rentang nilai lower dan upper,
dahak dengan memiliki peluang 3,600 kali lebih besar pada pasien dengan
sebesar 71,43%. Dari hasil yang diperoleh sama dengan teori yang
Berdasarkan hasil dari analisis yang peneliti telah lakukan, tidak ada
kali untuk tidak melakukan pemeriksaan sputum BTA dari pada orang yang
penelitian yang dilakukan oleh Puteri Febriana Arivany (2017) dan Ferly
kali lebih besar pada pasien dengan pengetahuan baik dibandingkan dengan
tinggi tentang TB paru tidak diikuti dengan pemahaman yang tinggi pula
dalam bahaya TB paru bagi kesehatan. Oleh karena itu, masyarakat merasa
akan mau memeriksakan diri ketika mereka merasa terancam. Hal ini sejalan
Sputum BTA
masyarakat yang mempunyai sikap yang kurang baik akan mempunyai resiko
23,833 kali untuk tidak melakukan pemeriksaan sputum BTA daripada orang
95
yang mempunyai sikap baik. Sedangkan hasil uji chi-square didapatkan nilai
perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap
(Notoatmodjo, 2005).
dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan,
biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya
bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi
(Suparyanto, 2010)
sputum BTA. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan bahwa sikap
96
yang diperlihatkan.
pemeriksaan sputum BTA karena dengan cara tersebut dia akan mendapat
Paru. Sehingga angka cakupan penemuan penderita TB Paru akan lebih tinggi.
masyarakat yang tidak ada dukungan keluarga beresiko tidak mau melakukan
yang ada dukungan keluarga. Sedangkan hasil uji chi-square didapatkan nilai
lain adalah kurangnya dukungan dan kepedulian dari anggota keluarga dan
Hal ini sesuai dengan teori bahwa individu membutuhkan dukungan sosial
yang salah satunya berasal dari keluarga. Dukungan keluarga yang rendah
BTA perlu adanya dukungan keluarga karena menurut teori Green (2015)
oleh orang lain. Hal ini dapat mendorong masyarakat yang beresiko tertular
pemeriksaan sputum BTA lebih besar pada masyarakat yang tidak ada
masyarakat yang tidak ada dukungan tokoh masyarakat beresiko tidak mau
masyarakat yang ada dukungan tokoh masyarakat. Sedangkan hasil uji chi-
Puskesmas Buduran.
2010).
gejala yang terjadi apabila ada masyarakat yang mengalami sakit. Untuk lebih
dan komplikasi apa yang mungkin terjadi baik kepada dirinya dan
BTA
pemeriksaan sputum BTA lebih besar pada masyarakat yang tidak memiliki
peran kader (78,3%) daripada masyarakat yang memiliki peran kader (63,6%).
Didapatkan nilai OR = 0,486 yang berarti tidak ada peran kader masyarakat
kali dibandingkan masyarakat yang ada peran kader. Sedangkan hasil uji chi-
diterima artinya tidak ada hubungan antara peran kader dengan kemauan
respon positif dari ibu-ibu yang memiliki balita, sehingga terkesan ramah dan
menurut teori Green (2005), faktor penguat untuk seseorang beperilaku sehat
dan kader kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengoptimalisasi fungsi
terjadi apabila ada masyarakat yang mengalami sakit. Hal ini diharapkan