Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen : Basmalah Harun, S.Kep.,M.Kes

ASKEP CEMAS (ANSIETAS)

DISUSUN
OLEH
(KELOMPOK 1)
1. A. HASRIANI (17.032)
2. FATMAWATI POLILI (17.040)
3. NOVITA KASIM (17.048)
4. RESKY MARDANA (17.053)
5. SYAIDA ALVI KHAIRIYYA BIKI (17.060)

AKADEMIK KEPERAWATAN MAKASSAR


YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan
jiwal yang berjudul “ASKEP ANSIETAS” ini telah selesai tepat pada waktunya.
Guna untuk memenuhi nilai tugas Keperawtan Jiwa semester 4.
Terimaksih kami ucapkan kepada Ibu basmalah, yang mana telah membantu
kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini, dan juga pihak – pihak
lain yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme
keperawatan di Indonesia. Kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Makassar, 11 maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Gejala Umum Ansietas (Kecemasan)
C. Tingkatan Ansietas (Kecemasan)
D. Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hamper di seluruh negara dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah
kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan
menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan
jiwa seperti Scizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alcohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5%, dari total
penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tnagga
(SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11
kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditentukan 185
per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi
lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat menghawatirkan bagi
sebuah bangsa.
B. Tujuan
Tujuan disusunya makalah yaitu:
1. Membedakan anatara ansietas normal dengan ansietas yang dialami
pada gangguan ansietas
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan sters
3. Mengetahui tingkat ansietas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak


berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi
dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap
penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan
hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan
kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir


disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan
dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Sedangkan depresi merupakan satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :

a. Teori Psikoanalitik.

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian,
ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.

c. Teori Perilaku.

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu


kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan
dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas pada kehidupan selanjutnya.

d. Kajian Keluarga.

Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui


dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.

e. Kajian Biologis.

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.


Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.


Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,


harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

B. Gejala Umum Ansietas


1. Gejala psikologik:

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala fisik:

Seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot,
napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti
wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa
mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya.

Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta
menurunnya aktivitas.

Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi.


Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat
ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara
atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk
akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada
cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang
jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
C. Tingkat ansietas

1. Ansietas ringan.

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan


menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
a. Respon Fisiologis
- Nadi dan tekanan darah naik
- gejala ringan pada lambung
- muka berkerut dan bibir bergetar
- ketegangan otot ringan
- rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
- kosentrasi pada masalah
- menyelesaikan masalah secara efektif
- perasaan gagal sedikit
- waspada dan memperhatikan banyak hal
c. Respon Perilaku dan Emosi
- tidak dapat duduk tenang
- tremor halus pada tangan
- suara kadang-kadang meninggi
- sedikit tidak sabar

2. Ansietas sedang.

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang


penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan
hal lain.
a. Respon Fisiologis
- ketegangan otot sedang
- pupil dilatasi, mulai berkeringat
- sering mondar-mandir, memukulkan tangan
- kewaspadaan dan ketegangan meningkat
-sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon Kognitif
- lapang persepsi menurun
- rentang perhatian menurun
- penyelesaian masalah menurun
- pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon Perilaku dan Emosi
- tidak nyaman
- mudah tersinggung
- kepercayaan diri goyah
- tidak sadar
- gembir

3.Ansietas berat.

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk


memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada satu area lain.
a. Respon Fisiologis
- ketegangan otot meningkat
- hiperventilasi
- kontak mata buruk
- pengeluaran keringat meningkat
- bicara cepat, nada suara tinggi
- tindakan tanpa tujuan
- rahang menegang, menggetakkan gigi
- mondar-mandir, berteriak
- meremas tangan, gemetar
b. Respon Kognitif
- lapang persepsi terbatas
- proses berfikir terpecah-pecah
- sulit berfikir
- penyelesaian masalah buruk
- egosentris
- hanya memperhatikan ancaman
c. Respon Perliaku dan Emosi
- sangat cemas
- agitasi
- takut
- bingung
- merasa tidak adekuat
- menarik diri
- ingin bebas

3. Tingkat panik dari ansietas.


Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
D.Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN.
Pengkajian ditunjukkan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

a. Kaji Tingkat Predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


menyebabkan timbulnya kecemasan sepreti :

- Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan


krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan ataau situasional
- Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik.
- Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan
- Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego

b. Kaji Perilaku

Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis


dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme
koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.

- Respon fisiologis
Mengaktifkan sistem saraf otonomi
- Respon psikologis
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek entrapersonal maupun personal
- Respon kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses piker
maupun isis pikir, diantaranya adalah mampu memperhatikan, kosentrasi
menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi, bingung.
- Respon afektif
Klien akan mengekspresikkan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

c. kaji sumber mekanisme koping


d. rentang perhatian menurun
e. gelisah, iribialitas
f. control implus buruk
g. perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
h. deficit lapangan persepsi
i. penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

Perilaku.

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan


perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler • Palpitasi.

• Jantung berdebar.

• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi


menurun.

• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan • Napas epat.

• Pernapasan dangkal.

• Rasa tertekan pada dada.

• Pembengkakan pada tenggorokan.

• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.

Neuromuskular • Peningkatan reflek.

• Reaksi kejutan.

• Insomnia.

• Ketakutan.

• Gelisah.

• Wajah tegang.

• Kelemahan secara umum.

• Gerakan lambat.

• Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal• Kehilangan nafsu makan.

• Menolak makan.

• Perasaan dangkal.

• Rasa tidak nyaman pada abdominal.

• Rasa terbakar pada jantung.

• Nausea.

• Diare.

Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing.

• Sering kencing.

Kulit • Rasa terbakar pada mukosa.

• Berkeringat banyak pada telapak tangan.

• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.

• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons

Perilaku • Gelisah.

• Ketegangan fisik.

• Tremor.

• Gugup.

• Bicara cepat.

• Tidak ada koordinasi.

• Kecenderungan untuk celaka.

• Menarik diri.

• Menghindar.

• Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif • Gangguan perhatian.

• Konsentrasi hilang.

• Pelupa.

• Salah tafsir.

• Adanya bloking pada pikiran.

• Menurunnya lahan persepsi.

• Kreatif dan produktif menurun.


• Bingung.

• Khawatir yang berlebihan.

• Hilang menilai objektifitas.

• Takut akan kehilangan kendali.

• Takut yang berlebihan.

Afektif • Mudah terganggu.

• Tidak sabar.

• Gelisah.

• Tegang.

• Nerveus.

• Ketakutan.

• Alarm.

• Tremor.

• Gugup.

• Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.

4. Sumber Koping.

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan


sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.

Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme


koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme


koping:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.

b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan


dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakan respon maladaptif terhadap stress.

Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping


yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).

Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk


menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :

1) Perilaku menyerang (agresif).

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar


memenuhi kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri.

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara


fisik maupun secara psikologis.

3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan
atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.

b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).

Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan


maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan
secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.

Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :

1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya.

2) Penyangkalan (Denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari


realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif.

3) Pemindahan (Displacemen).

Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda


tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap
dirinya.

4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran
atau identitasnya.

5) Identifikasi (Identification).

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi


dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera
orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).

6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk


memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

7) Introjeksi (Intrijection).

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi


terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)

8) Fiksasi.

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu


(emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan
selanjutnya terhalang.

9) Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak
dapat ditoleransi.

10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.

11) Reaksi formasi.

Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan


dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.

12) Regressi.

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang


primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,
merusak, melempar barang, meraung, dsb.

13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego
yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang
lainnya.

14) Acting Out.

Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.

15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.

16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang
disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif
berikutnya.

17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian
dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan
mekanisme pertahanan primitif.

DIAGNOSA.

Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :

1. Penyelesaian kerusakan.

2. Kecemasan.

3. Pola napas tidak efektif.

4. Koping individu tidak efektif.

5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.

7. Ketakutan.

8. Inkontinensial.

9. Stres.

10. Cedera resiko terhadap......

11. Perubahan nutrisi.

12. Respon pasca trauma.

13. Ketidakberdayaan.

14. Gangguan harga diri.

15. Gangguan pola tidur.

16. Isolasi sosial.

17. Perubahan proses berfikir.

18. Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.

Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan


hingga panik.

Tujuan khusus :

Klien mampu untuk ;

• Membina hubungan saling percaya.

• Melakukan aktifitas sehari-hari.

• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang


kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

• Klien terlindung dari bahaya.

1. Ansietas Ringan.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas ringan a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak


adalah ansietas tenang.
b) Gelisah.
normal dimana
b) Perhatikan tanda
motivasi individu c) Insomnia ringan.
peningkatan
pada keseharian d) Perubahan nafsu
ansietas.
dalam batas makan ringan.
kemampuan untuk c) Bantu klien
e) Peka. menyalurkan energi
melakukan dan
memecahkan f) Pengulangan secara konstruktif.

masalah meningkat. pertanyaan. d) Gunakan obat bila

g) Perilaku mencari perlu.

perhatian. e) Dorong
h) Peningkatan pemecahan masalah.

kewaspadaan. f) Berikan informasi

i) Peningkatan akurat dan fuktual.


persepsi pemecahan g) Sadari
masalah. penggunaan

j) Mudah marah. mekanisme


pertahanan.

h) Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping
yang berhasil.

i) Pertahankan cara
yang tenang dan
tidak terburu.

j) Ajarkan latihan
dan tehnik relaksasi.

Ansietas Sedang.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas sedang a) Perkembangan dari a) Pertahankan


adalah cemas yang ansietas ringan. sikap tidak
mempengaruhi tergesa-gesa,
b) Perhatian terpilih
pengetahuan baru tenang bila
dari lingkungan.
dengan penyempitan berurusan dengan
lapangan persepsi c) Konsentrasi hanya pasien.
sehngga individu pada tugas-tugas
b) Bicara dengan
kehilangan pegangan individu.
sikap tenang, tegas
tetapi dapat d) Suara bergetar. meyakinkan.
mengikuti
e) Ketidaknyamanan c) Gunakan kalimat
pengarahan orang
jumlah waktu yang yang pendek dan
lain.
digunakan. sederhana.

f) Takipnea. d) Hindari menjadi

g) Takikardia. cemas, marah, dan


melawan.
h) Perubahan dalam
nada suara. e) Dengarkan
pasien.
i) Gemetaran.
f) Berikan kontak
j) Peningkatan
ketegangan otot. fisik dengan
menyentuh lengan
k) Menggigit kuku,
dan tangan pasien.
memukul-mukulkan
jari, menggoyangkan g) Anjurkan pasien
kaki dan menggunakan
mengetukkan jari tehnik relaksasi.
kaki.
h) Ajak pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.

i) Bantu pasien
mengenali dan
menamai
ansietasnya

Ansietas Berat.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Pada ansietas berat a) Perasaan terancam. a) Isolasi pasien


lapangan persepsi dalam lingkungan
b) Ketegangan otot
menjadi sangat yang aman dan
yang berlebihan.
menurun. Individu tenang.
cenderung c) Diaforesis.
b) Biarkan
memikirkan hal yang d) Perubahan
perawatan dan
sangat kecil saja dan pernapasan. kontak sering
mengabaikan hal
e) Napas panjang. sampai konstan.
yang lain. Individu
tidak mampu berfikir f) Hiperventilasi. c) Berikan obat-

realistis dan obatan pasien


g) Dispnea.
membutuhkan melakukan hal
banyak pengarahan, h) Pusing. untuk dirinya
untuk dapat sendiri.
i) Perubahan
memusatkan pada
gastrointestinalis. d) Observasi
daerah lain.
adanya tanda-
j) Mual muntah.
tanda peningkatan
k) Rasa terbakar pada agitasi.
ulu hati.
e) Jangan
l) Sendawa. mennyentuh

m) Anoreksia. pasien tanpa


permisi.
n) Diare atau
konstipasi. f) Yakinkan
pasien bahwa dia
o) Perubahan
aman.
kardivaskuler.
g) Kaji keamanan
p) Takikardia.
dalam lingkungan
q) Palpitasi. sekitarnya.

r) Rasa tidak nyaman


pada prekokardia.

s) Berkurangnya jarak
persepsi secara berat.

t) Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi.

u) Rasa terbakar.

v) Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan.

w) Aktivitas yang tidak


berguna.

x) Bermusuhan.

Panik.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Adalah tingkat a) Hiperaktif / a) Tetap bersama


dimana individu imobilitasi berat. pasien ; minta
berada pada bahaya bantuan.
b) Rasa terisolasi yang
terhadap diri sendiri
ekstrim. b) Jika mungkin
dan orang lain serta
hilangkan
dapat menjadi diam c) Kehilangan
beberapa stressor
atau menyerang desintegrasi
fisik dan
dengan cara kacau. kepribadian.
psikologisdari
d) Sangat goncang dan lingkungan.
otot-otot tegang.
c) Bicara dengan
e) Ketidakmampuan tenang, sikap
untuk berkomunikasi meyakinkan,
dengan kalimat yang menggunakan nada
lengkap. suara yang rendah.

f) Distori persepsi dan d) Katakan pada


penilaian yang tidak pasien bahwa anda
realistis terhadap (staf) tidak akan
lingkungan dan membahayakan
ancaman. dirinya sendiri atau

g) Perilaku kacau orang lain.

dalam usaha e) Isolasikan pasien


melarikan diri. pada daerah yang

h) Menyerang. aman dan nyaman.


f) Lanjut dengan
perawatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon
perilaku, emosional dan fisiologis.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat
mengetahui Mengenai bagaimana itu Ansietas serta dapat
menjauhi hal yang dapat menyebabkan hal tersebut dan dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan professional.
DAFTAR PUSTAKA

Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.
Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis
keperawatan.jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai