Anda di halaman 1dari 8

Abdussalam

04011281823109
Alpha 2018
Learning Issue

Pemeriksaan Cito

Normal Kasus Interpretasi


Nadi 60-100 140 Tinggi
Suhu 36-38 C 36,4 Normal
Laju Napas 12-20/menit 48/menit Tinggi
Tekanan Darah 100/60-130/90 90/60 hipotensi
BMI 26 kg 19 kg Tidak normal
CRT 0,5-4,5 detik <3 detik normal

Pada pemeriksaan cito di IRD: kadar gula darah acak 550 mm%, urin menunjukan produksi
+4 dan keton urine +3. Darah rutin Hb 14,9 mg%, leucocyt 19,300, Trombocyt 230.000, HbA1C
12%. Hasil analisa gas darah: FiO2 100 pH 6,961 pCO 22,1 pO2 56,7 SO2 70,1 HCO3 5,0 mmol/L,
Beb-25,2 PO2/FIO2 56,7.

HbA1c merupakan salah satu komponen hemoglobin di dalam tubuh manusia yang
berikatan dengan glukosa secara enzimatik dan menggambarkan kondisi glukosa darah selama 2-
3 bulan yang lampau, sehingga hal ini dapat memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa
pada waktu 3 bulan yang lalu. Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan United
Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) mengungkapkan bahwa penurunan HbA1c akan
banyak sekali memberikan manfaat. Setiap penurunan HbA1c sebesar 1% akan mengurangi risiko
kematian akibat diabetes sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi mikrovaskular 37% dan
penyakit vaskuler perifer 43%.
HbA1c : Tinggi, Diabetes

Leukosit : Tinggi (normal: 3200-10000)

Trombosit : Normal (normal: 170.000-380.000)

Hb : Normal (normal: 12-16 mg/dL)

Gula darah acak: Tinggi (normal: 70-200 mg/dL)

Hasil Analisa gas darah:

pH : Rendah (Normal: 7,34-7,45)

FiO2 : Normal (Normal: 95-99%)

SO2 : Rendah (Nomal: 95-99%)

pCO2 : Rendah (Normal: 75-100)

pO2 : Rendah (Normal: 35-35)

PO2/FiO2:

HCO3 :
Tingkatan status pubertas
Status pubertas: P1M2 (tidak terdapat rambut pubis dan telah terjadi breast budding)
a. Kadar gula darah acak 590mg%
Nilai normal: <200 mg/dL
Interpretasi: Tinggi
Gula darah sewaktu tinggi karena adanya destruksi sel beta pancreas yang menyebabkan
defisiensi insulin sehingga glukosa tidak bisa masuk ke jaringan tubuh dan sel otot yang
membuat glukosa menumpuk di sirkulasi (hiperglikemia)
b. Urin menunjukkan reduksi +4
Nilai normal: - ( tidak ada reduksi)
Interpretasi: Abnormal (glucosuria), Merah bata/keruh (>3,5% glukosa dalam urin)
Gula dalam darah tinggi (hiperglikemia) sehingga memaksa fungsi ginjal untuk terus
menerus berusaha untuk membuang kadar gula yang berlebih sehingga ginjal bekerja terus
menerus, glukosa tidak semua dapat di serap karena kadarnya dalam serum tinggi
sehinggga akhirnya menyebabkan glukosa harus di keluarkan melalui urin, hal ini yang
menyebabkan menunjukkan nilai positif pada pengecekan reduksi urin
c. Keton urin +3
Nilai normal: - (negative)
Interpretasi: Abnormal (ketonuria)
Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga tubuh tidak dapat bermetabolisme,
sehingga tubuh mendapatkan energi dengan cara gluconeogenesis (lemak dan protein) hal
ini menyebabkan adanya pembentukan benda keton (B-hidroksibutirat, asam asetoasetat
dan aseton). Kurangnya insulin dan tingginya kadar hormone penghambat glucagon,
epinefrin, dan ortisol bergabung untuk meningkatkan aktivitas lipase sensitive hormone,
meningkatkan pelepasan asam lemak bebas yang memacu pembentukan benda keton
(ketogenesis)
d. Kadar Hb 14,9%
Nilai normal: 12-14 mg%
Interpretasi: Normal
e. Leukocyte 19.300/mm3
Nilai normal: 5.000-10.000/mm3
Interpretasi: Leukositosis
Hipersensitivitas autoimun karena tidak pernah terpapar dengan bakteri/virusnya. Virus
dan bakteri melekat pada reseptor beta pancreas, sehingga reseptor berikatan dengan
bakteri tersebut sehingga menyebabkan auto antigen autoimunnya. Kurangnya paparan
dengan prevalensi patogen, dapat menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu
kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh leukosit
f. Trombosit 230.000/mm3
Nilai normal: 150.000-400.000/mm3
Interpretasi: Normal
g. HbA1c 12%
Nilai normal: 4,5-6,3%
Interpretasi: Tinggi
Semakin tinggi kadar glukosa dalam darah, semakin tinggi pula kadar HbA1c

Hasil Analisa Gas Darah

a. FiO2 100
b. pH 6,961
Nilai normal: 7,35-7,45
Interpretasi: Asidosis
Terjadi karena defisiensi insulin yang menyebabkan glukosa tidak dapat di uptake ke
dalam sel, sehingga sell apar karean kekurangan glukosa yang menyebabkan
gluconeogenesis berupa lipolysis dan terjadi penumpukan bend aketon. Asidosis pada
KAD disebabkan oleh produksi asam beta-hidroksibutirat dan asam asetoasetat
berlebihan ion hydrogen akan diikat oleh bikarbonat, sehingga menyababkan
penurunan kadar bikarbonat serum. Badan-badan keton beredar dalam bentuk anion
yang menyebabkan terjadinya asidosis gap anion sebagai karakteristik KAD
c. pCO2 22,1 mmol/L
Nilai normal: 38-42 mmHg
Interpretasi: Rendah
d. SO2 70,1%
Nilai normal: 95-100%
Interpretasi: Rendah
e. HCO3 5,0 mmol/L
Nilai normal: 22-26 mmol/L
Interpretasi: Rendah
Terjadi karena defisiensi insulin yang menyebabkan glukosa tidak dapat di uptake ke
dalam sel, sehingga sell apar karean kekurangan glukosa yang menyebabkan
gluconeogenesis berupa lipolysis dan terjadi penumpukan bend aketon. Asidosis pada
KAD disebabkan oleh produksi asam beta-hidroksibutirat dan asam asetoasetat
berlebihan ion hydrogen akan diikat oleh bikarbonat, sehingga menyababkan
penurunan kadar bikarbonat serum. Badan-badan keton beredar dalam bentuk anion
yang menyebabkan terjadinya asidosis gap anion sebagai karakteristik KAD
f. Beb -25,2
g. PO2/FiO2 56,7 mmHg
Nilai normal: 75-100 mmHg.
Interpretasi: Rendah
Daftar Pustaka

Abdurrachim, R., Hariyawati, I., & Suryani, N. (2017). Hubungan asupan natrium,
frekuensi dan durasi aktivitas fisik terhadap tekanan darah lansia di panti sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Gizi
Indonesia, 39(1), 37-48.
Kerr, E., Coleman, S., McGinnity, M., & Shepherd, A. (2018). Measurement of Capillary
Refill Time (CRT) in Healthy Subjects Using a Robotic Hand. In Proceedings of the IEEE
Conference on Computer Vision and Pattern Recognition Workshops (pp. 1291-1298).
Herawati, Fauna & Umar, Fatimah & Pahlemy, Helsy & Andrajati, Retnosari & Rianti,
Alfina & Lestari, Sri & Martiniani, Endang & Rusiani, Dwi & Budiarti, L.Endang & Trisna,
Yulia & Hartini, Sri. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik.
Putri, N. A., & Handayani, R. S. (2018). Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan
Nilai Anklebrachial Index pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik, 13(1), 90-93.
Ratnasari, A. D., Indranila, I., & Retnoningrum, D. (2017). HUBUNGAN ANTARA
HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II (Doctoral
dissertation, Faculty of Medicine).
Saputro, M. A., Widasari, E. R., & Fitriyah, H. (2017). Implementasi sistem monitoring
detak jantung dan suhu tubuh manusia secara wireless. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN, 2548, 964X.

1. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?


2. Bagaimana staging pada pubertas seorang wanita?

Anda mungkin juga menyukai