Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR KEHAMILAN


2.1.1 Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester ke
satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu ( minggu
ke-13 hingga ke-27 ), dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke-28
hingga ke-40 ) (Hanni, 2011).

2.1.2 Proses Terjadinya Kehamilan


Proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implementasi) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Manuaba, 2010 : 75). Dalam ovarium wanita terdapat kira-
kira 100,000 folikel primer. Pada setiap bulannya indung telur akan
melepaskan 1 atau 2 sel telur ( ovum ) yang kemudian di tangkap oleh
fimbria dan disalurkan ovum tersebut ke dalam tuba. Untuk setiap
kehamilan yang dibutuhkan adalah spermatozoa, ovum, pembuahan
ovum, dan nidasi hasil konsepsi.
Pada waktu koitus, jutaan spermatozoa pria dikeluarkan di forniks
vagina dan di sekitar portio wanita, hanya beberapa ratus ribu
spermatozoon saja yang dapat bertahan hingga kavum uteri dan tuba,
dan beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana
spermatozoon dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi.
Disekitar sel telur terdapat zona pellucida yang melindungi ovum, ratusan
spermatozoon tersebut berkumpul untuk mengeluarkan ferment (ragi)
agar dapat mengikis zona pellucida dan hanya satu spermatozoon yang
mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur, peristiwa ini disebut
pembuahan ( konsepsi ).
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, dimulailah
proses pembelahan zigot sambil bergerak menuju kavum uteri oleh arus
serta getaran sillia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Pada
umumnya jika hasil konsepsi telah sampai kavum uteri maka akan terjadi
perlekatan pada dinding depan atau belakang uterus dekat fundus uteri,
perlekatan itu disebut nidasi dan jika terjadi nidasi barulah dapat
dikatakan adanya kehamilan. Setelah adanya kehamilan dibutuhkan dan
sebagian kecil dari ibu (Niebyl, 2010).

2.1.3 Tanda Kehamilan


Tanda kehamilan menurut Manuaba (2010) dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan
1. Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid
terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran
tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagie:
HT – 3 (bulan + 7).
2. Mual dan muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning
sickness”.
3. Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4. Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5. Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
6. Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,
gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.
b. Tanda Kemungkinan Kehamilan
1) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan
mulai pembesaran perut.
2) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus
uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus
pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang
dan lebih lunak.
3) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,
vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh
pengaruh hormon estrogen.
6) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda
Braxton-Hicks tidak ditemukan.
7) Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah
tanda adanya janin di dalam uterus.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga
bagian- bagian janin.
2) Denyut jantung janin
a) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
b) Dicatat dan didengar dengan alat doppler
c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

2.1.4 Proses Adaptasi Fisiologis dan Psikologi Dalam Masa Kehamilan


Perubahan Fisiologis pada kehamilan trimester 1, 2 dan 3
1. Sistem reproduksi
Uterus merupakan organ berbentuk seperti buah alvokad atau
pir, tebal dan terletak di dalam pelvis antara rektum peningkatan
berat dari 30 gram sampai 1000 gram pada akhir kehamilan. Berikut
ini adalah perubahan uterus pada setiap trimester kehamilan yaitu,
sebagai berikut :
 Trimester 1
- Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama kehamilan
di bawah pengaruh estrogen dan progesterone.
- Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima
konsepsi sampai persalinan
- Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus berbentuk
seperti buah alvokad
- Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur
bebek
- Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa,
pada saat ini fundus uteri telah dapat diraba dari luar di atas
sympisis
- Terjadi perubahan pada isthmus uteri yang menyebabkan
isthemus uteri menjadi lebih lunak dan panjang.
 Trimester 2
- Pada trimester II ini uterus mulai memasuki rongga
peritoneum usus ke kedua sisi abdomen
- Uterus mengalami perkembangan desidua.
 Trimester 3
- Pada akhir kehamilan dinding uterus akan menipis dan lebih
lembut.
- Pada akhir kehamilan biasanya kontraksi sangat jarang dan
meningkat pada satu dan dua minggu sebelum persalinan.
- Pada trimester III isthmus lebih nyata menjadi bagian korpus
uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR).
- Setelah minggu ke-28 kontraksi brakton hicks semakin jelas.

2. Kenaikan berat badan


Berat badan sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 kg-16,5 kg.
Berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) berat badan ibu masih dalam
batas normal dengan kalkulasi sebagai berikut :
Tabel 2.2 Status Gizi
Nilai Status Gizi Kesimpulan
<17,0 Gizi kurang Sangat kurus
17,0-18,5 Kurang Kurus
18,5-25,0 Baik Normal
25,0-27,0 Lebih Gemuk
>27,0 Lebih Sangat gemuk
Sumber : Ai Yeyeh (2009 : 34)

b. Perubahan psikologis pada ibu hamil


1. Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian)
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci
dengan kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

c. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar


hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama.
e. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan
rahasia seseorang yang mungkin akan diberitahukannya
kepada orang lain atau bahkan merahasiakannya.
(Sulistyawati, 2009 : 76)
2. Perubahan psikologis pada trimester II
a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar
hormone yang tinggi.
b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
c. Merasakan gerakan anak.
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e. Libido meningkat.
f. Menuntut perhatian dan cinta.
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian
dari dirinya.
h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya
atau pada orang lain yang baru menjadi ibu.
i. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,
kelahiran, dan persiapan untuk peran baru.
(Sulistyawati, 2009)
3. Perubahan psikologis pada trimester III
a) Rasa tdak nyaman timbul kembali, merasa jelek, dan tidak
menarik.
b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya. (Sulistyawati,
2009)

2.2 Mual Muntah


2.2.1 Definisi Mual dan Muntah
Mual muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai
gangguan gastrointestinal, demikian juga dengan penyakit-penyakit lain.
Beberapa teori mengenai penyebab mual dan muntah telah berkembang
tetapi tidak ada kesepakatan mengenai penyebab atau terapi definitif. Mual
muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga
stadium, yaitu mual, retching (gerakan dan suara sebelum muntah), dan
muntah (Wilson, 2002).
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu
bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan peningkatan
aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia,
pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah didefinisikan sebagai ejeksi
atau pengeluaran isi lambung melalui mulut, seringkali membutuhkan
dorongan yang kuat.

2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi tetap tinggi dan
mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien di Italy, khususnya mual-muntah
pada fase lambat. Rhodes dan Mc. Daniel (2001), menyebutkan bahwa mual
dan muntah masih terus menjadi hal yang paling menimbulkan stress
diantara efek samping kemoterapi, meskipun perkembangan agen antiemetik
saat ini lebih efektif.
Selain adanya toleransi mual-muntah, waktu timbulnya atau pola mual-
muntah juga bervariasi. Waktu timbulnya mual-muntah dapat terjadi sebelum
kemoterapi (antisipator), saat kemoterapi (akut/24 jam pertama) dan setelah
kemoterapi (lambat/24-120 jam), serta ada pula mual-muntah berlanjut
(Garrett et al., 2003).

2.2.3 Faktor-Faktor Predisposisi


Mual dan muntah biasanya merupakan gejala yang bisa disebabkan
oleh banyak hal. Kondisi ini adalah cara tubuh untuk membuang materi yang
mungkin berbahaya dari dalam tubuh. Obat-obatan tertentu seperti
kemoterapi untuk kanker dan agen anestesi sering menyebabkan mual
muntah (Garrett et al, 2003).
Penyakit gastroenteritis adalah penyebab paling umum yang
mengakibatkan terjadinya mual dan muntah. Gastroenteritis adalah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau virus di perut. Selain menyebabkan mual
dan muntah, gastroenteritis biasanya juga menyebabkan diare.

2.2.4 Terapi Non Farmakologis


Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi efek samping
berupa mual muntah yaitu:
1. Makan dan minum sedikit tapi sering
2. Hindari makanan 1-2 jam sebelum dan sesudah kemoterapi
3. Hindari makanan yang berabu, berminyak dan berlemak, pedas terlalu
manis, panas
4. Sebaiknya makan makanan yang dingin dan tempatkan pasien pada
ruangan yang sejuk
5. Lakukan relaksasi dengan menonton televisi dan membaca
6. Tidur selama periode mual yang hebat dan menjaga kebersihan mulut serta
berolah raga (Wilson., 2014)

2.3 Vitamin B6
2.3.1 Definisi
Vitamin B6 atau pyridoxine adalah nutrisi yang sangat penting bagi
fungsi darah, kulit, dan sistem saraf pusat. Anda bisa memperoleh vitamin B6
melalui jenis-jenis makanan, seperti ubi jalar, ati ayam, daging ayam atau sapi,
telur, ikan salmon dan tuna, kacang-kacangan, alpukat, pisang, wortel, bayam,
susu, dan keju.
Suplemen vitamin B6 diberikan pada penderita kekurangan vitamin B6
(misalnya karena malnutrisi), morning sickness, mengatasi jenis anemia
tertentu (anemia sideroblastik), dan kejang terkait vitamin B6 (pyridoxine
dependent seizure). Selain itu, suplemen vitamin B6 juga sering diberikan
untuk serta mencegah efek samping obat tuberkulosis (isoniazid), namun
kondisi ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

2.3.2 Cara Kerja Vitamin B6


Vitamin B6 (piridoksin) termasuk golongan vitamin yang larut di dalam
air dan bekerja sebagai koenzim biologis yang terlibat dalam berbagai
reaksi kimia, seperti reaksi metabolisme asam amino dan glikogen, sintesis
asam nukleat, hemoglobin, membentuk neurotransmitter serotonin, dopamine,
norephineprin, dan gama amino butiric acid (GABA).
Vitamin B6 merupakan prekursor terhadap piridoksal yang berfungsi
dalam memetabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Piridoksial juga
berperan dalam pelepasan glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot, serta
berperan dalam sistesis GABA (dalam SSP).

2.3.3 Makanan yang Mengandung Vitamin B6


Seluruh vitamir B6 terdistribusi luas dalam bahan makanan sumber
nabati dan hewani. Piridoksin (PN) merupakan vitamin utama dalam bahan
makanan nabati, sedangkan PL dan PM terutama terdapat pada bahan
makanan hewani. Bahan makanan tinggi vitamin B6 antara lain daging, produk
whole-grain khususnya tepung, sayuran, kacang, dan sereal yang difortifikasi.
Pada beberapa tanaman, PN ditemukan dalam bentuk
konjugasi/glikosilat yaitu piridoksin glukosida (PNG); yang menurunkan
bioavailabilitas vitamin B6. PNG terdapat pada produk nabati dan tidak
ditemukan pada produk hewan, sehingga bioavaliabiltas vitamin B6 bahan
makanan sumber hewani lebih baik daripada nabati.

2.3.4 Pengaruh Vitamin B6 dalam Mengurangi Gejala Mual Muntah pada


Ibu Hamil
Dikutip dari American Pregnancy, vitain B6 sangat penting untuk fungsi
otak dan sistem saraf yang sehat dan karenanya memainkan peran penting
dalam perkembangan baui. Secara khusus, itu diperlukan untuk produksi
serotonin dan norepinefrin yang sehat, neurotransmitter utanma.
Secara khusus, vitamin B6 berfungsi selama kehamilan untuk :
a. Memaksimalkan perkembangan otak dan sistem saraf yang sehat
b. Vitamin B6 dapat mengatasi kondisi mual muntah terutama pada pagi hari
(morning sickness)
c. Membantu mencegah kadar gula darh yang sehat
d. Mencegah beberapa masalah pada bayi baru lahir, termasuk eksim dan
berat badan lahir rendah
Banyak ibu hamil yang pertama kali direkomendasikan suplemen
vitamin B6 di awal kehamilan, saat ibu mengalami mual muntah yang
mengganggu. Sebab vitamin B6 secara signifikan dapat mengatasi mual da
muntah.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil dengan mual muntah
biasanya berupa pendidikan kesehatan tentang nutrisi bagi ibu hamil dan terapi
farmakologis sesuai kewenangan bidan, yaitu dengan memberikan vitamin B6
(pyridoxine). Vitamin B6 berperan dalam metabolisme tubuh seperti fungsi
normal sistem saraf, regulasi hormon, memperbaiki jaringan, dan pembentukan
sel darah merah, asam amino, dan asam nukleat. Manfaat B6 sebagai koenzim
untuk reaksi dalam metabolisme, dalam sintes dan metabolisme protein,
khususnya serotonin. Peran akf Serotonin sebagai neurotransmit dalam
kelancaran fungsi otak dan mengendalikan kondisi emosional ibu hamil.
Kebanyakan pendapat peneli bahwa vitamin B6 bermanfaat mengurangi
mengatasi mual-muntah pada ibu hamil (Suririnah, 2010). Defisiensi vitamin B6
menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan
semakin sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual muntah. Instrumen yang
digunakan bidan untuk menilai mual muntah yaitu dengan Pregnancy Unique
Quantification Of Emesis/Nausea (PUQE).

2.4 Tanaman Jahe


2.4.1 Definisi
Jahe merupakan salah satu rempah-rempah yang telah dikenal luas
oleh masyarakat. Selain sebagai penghasil flavor dalam berbagai produk
pangan, jahe juga dikenal mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai
macam penyakit seperti masuk angin, batuk dan diare. Beberapa komponen
bioaktif dalam ekastrak jahe antara lain (6)-gingerol, (6)-shogaol,
diarilheptanoid dan curcumin mempunyai aktivitas antioksidan yang melebihi
tokoferol (Zakaria et al., 2000).
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang
semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili
dengan temu- temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu
hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur(Kaempferia
galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara
lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh
(Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai
(Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate). (Muhlisah F, 2005).

2.4.2 Klasifikasi / Varietas Jahe


Menurut Juartika (2019), jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan
ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 2 varietas jahe,
yaitu :
a. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung
dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
b. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih
besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau untuk
diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. Komposisi setiap komponen
berbeda-beda berdasarkan varietas, iklim, curah hujan dan topografi atau
kondisi lahan. Komposisi kimia jahe dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia jahe per 100 gram (edible portion).
Komponen Jumlah
Air (g) 9,4
Energi (Kcal) 347
Prorein (g) 9,1
Lemak (g) 6
Karbohidrat (g) 70,8
Serat Kasar (g) 5,9
Total Abu (g) 4,8
Kalsium (mg) 116
Besi (mg) 12
Magnesium (mg) 184
Phospor (mg) 148
Potasium (mg) 1342
Sodium (mg) 32
Seng (mg) 5
Niasin (mg) 5
Vitamin A (IU) 147
Sumber : Juartika, (2019)

Setiap jenis jahe memiliki perbedaan penggunaan yang disesuaikan dengan


karakteristik masing-masing varietas. Jahe besar lebih banyak digunakan
untuk masakan, minuman, permen dan asinan. Jahe kecil banyak digunakan
sebagai penyedap rasa pada makanan dan minuman. Jahe merah yang
mempunyai keunggulan dari segi kandungan senyawa kimia lebih banyak
digunakan sebagai bahan baku obat.

2.4.3 Komponen Jahe


Menurut Juartika (2019), Kandungan rimpang jahe terdiri dari dua
komponen yaitu :
1. Volatile oil (minyak menguap)
Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang
khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.
Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak
dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari
umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih
banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya.
Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada
umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur
tua, kandungannya pun makin menyusut walau baunya semakin menyengat.
2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap)
Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang
sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas
tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan
pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung
minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin
dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit,
mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa pedas kurang
karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan
serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau dengan mesin
mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang dihasilkan.
Selain dua komponen diatas, jahe juga mengandung antioksidan.
Senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam jahe adalah substansi
fenol. Senyawa fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yakni
yang berpengaruh pada sifat pedas jahe. 10 senyawa fenol yang memiliki sifat
antioksidan telah ditemukan dengan percobaan Thin Layer Chromatography
(TLC) dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Kedua
percobaan ini mampu mengidentifikasi dan mengetahui kuantitas dari setiap
senyawa fenol yang terkandung dalam suatu bahan alam. Negri (2005)
menyatakan bahwa komponen aktif hipoglisemik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan adalah terpenoid, alkaloid, cumarin, flavonoid, dan capsaicin.
Antioksidan yang berasal dari jahe adalah gingerol, shogaol, alanin, dan lain-
lain. Berdasarkan hal-hal tersebut maka diduga jahe yang mengandung
senyawa fenol yang mempunyai kemampuan mereduksi sehingga juga
mempunyai antioksidatif dan aktivitas hipoglisemik.

2.4.4 Pengaruh Jahe dalam Mengurangi Gejala Mual Muntah pada Ibu
Hamil
Secara garis besar penanganan mual dan muntah dalam kehamilan
dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan non-farmakologi. Beberapa
terapi non farmakologis di antaranya adalah mengubah pola diet, dukungan
emosional, akupresur dan pemberian jahe.
Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan untuk
meredakan gejala mual muntah dalam kehamilan. Bentuk sediaan dan kadar
yang digunakan bermacam-macam (penggunaan jahe sebagai terapi akan
dibahas lebih lanjut setelah berbagai penjelasan berbagai terapi yang
digunakan untuk mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan). Selain terapi
non-farmakologis, terapi farmakologis juga dapat dilakukan di antaranya
dengan memberikan piridoksin (vitamin B6) dan doxylamine, antiemetik,
antihistamin dan antikolinergik, obat motilitas dan kortikosteroid. Di samping
kegunaan jahe untuk mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan, manfaat
jahe secara luas antara lain dapat digunakan untuk mengatasi migren, motion
sickness, mual post-kemoterapi, mual dan muntah post-operasi, osteo arthritis,
rheumatoid arthritis, gangguan traktus urinarius post-stroke, menurunkan berat
badan, mempersingkat masa persalinan, dan sebagai anti pembekuan darah.
Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol,
zingerone, zingiberol dan paradol. Rasa pedas yang terkandung pada jahe
disebabkan oleh zat zingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada jahe
disebabkan oleh zat zingiberol. Dalam kaitannya sebagai anti lemak,
mekanisme kerja zat-zat tersebut pada dasarnya masih belum jelas. Dikatakan
jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek anti
emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada
percobaan binatang, gingerol meningkatkan transport gastrointestinal. Gingerol
dan komponen lainnya dari jahe diketahui mempunyai aktivitas sebagai anti-
hidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi. Galanolakton, merupakan
unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis kompetitif pada
ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik. Efek jahe pada
susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol,
terdapat pengurangan frekuensi muntah. Selain itu, studi lain menemukan
bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat.
Dalam kaitannya sebagai anti inflamasi, ekstrak jahe telah memperlihatkan
kemampuan untuk menghambat aktivasi TNF (tumour necrosing factor) dan
ekspresi siklo-oksigenase 2 selama in vitro dari sinoviosit manusia. Zat yang
menghambat siklo-oksigenase 2, yaitu gingerol, bekerja dengan cara
menghalangi aktivasi p38 MAP kinase dan NF-kB. Jahe juga mempunyai
kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe
dapat menghambat proses peradangan yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.
Oleh karena itu, frekuensi mual dan muntah yang disebabkan oleh infeksi
H.pylori dapat dikurangi.
Dosis rata-rata yang biasa digunakan berkisar antara 0,5-2 gram
berbentuk bubuk dan dimasukkan ke dalam kapsul. Bisa juga digunakan dalam
bentuk ekstrak kering atau jahe yang masih segar. Dari beberapa penelitian
didapatkan bahwa dosis yang memberikan efek untuk mengurangi mual dan
muntah pada kehamilan trimester pertama adalah sebanyak 250 mg jahe
diminum 4 kali sehari, dapat diminum dalam bentuk sirup maupun kapsul.
Banyak penelitian membuktikan bahwa bubuk jahe sebanyak 1 gram per hari
dapat menghilangkan mual yang disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi
tidak boleh melebihi 4 gram per hari. (Juartika, 2019)
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah iritasi atau tidak
enak di mulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual, terutama pada sediaan
jahe bubuk. Jahe segar yang tidak terkunyah dengan baik dapat juga membuat
obstruksi usus. Jahe harus digunakan dengan hati-hati pada orang yang
memiliki ulkus pada gaster, inflammatory bowel disease dan batu empedu.
Komponen-komponen tertentu dari jahe dapat menimbulkan efek pada sistem
kardiovaskuler yang bervariasi. Secara teoritis, jahe dapat mencegah
pembekuan darah dengan cara menghambat agregasi platelet, dan bisa
menimbulkan perdarahan berlebih. Penelitian terhadap manusia menunjukkan
bahwa jahe menghambat agregasi platelet yang dipengaruhi oleh adenosin
difosfat dan epinefrin. Pada percobaan binatang, jahe dapat menyebabkan
abortus, mutasi janin dan meningkatkan risiko perdarahan pada kehamilan dan
persalinan. Akan tetapi studi lain menemukan bahwa hal ini tidak terjadi secara
bermakna pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Ummi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba
Medika.
Manuaba , M. 2010. Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Yogyakarta : Karya Jurnalis
Tahunan.
Sulistyawati. 2009. Vitamin B6 untuk untuk Mengurangi Mual-muntah pada Ibu Hamil
Trimester I di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Semarang tahun 2015. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammdyah Surakarta : Surakarta
Niebyl, J.R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. The New England Journal of
Medicine. Vol. 363: p.1544-1550.
Suririnah. 2010. Strategi Mengatasi Mual Muntah. Bandung : Artikel Cendikia
Wilson, L. (2002) ‘Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit’, in Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Penyakit. Yogyakarta : Artikel Yogyakarta
Rhodes, V. A. and McDaniel, R. W. (2001) ‘Nausea, Vomiting, and Retching: Complex
Problems in Palliative Care’, CA: A Cancer Journal for Clinicians. doi:
10.3322/canjclin.51.4.232.
Garrett, K. et al. (2003) ‘Managing nausea and vomiting. Current strategies.’, Critical care
nurse. Jakarta : Salemba Akademia
Juartika, W. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Minum Air Jahe Terhadap Pengurangan Mual
Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di RSUP M. Djamil
Padang’, pp. 5–10. : Kalimantan : Jurnal Universitas Lambung Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai