Anda di halaman 1dari 9

Topik : Kesehatan Reproduksi

Sub Topik : Personal Hygiene


Hari/Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019
Waktu : 09.00-9.40 WIB
Peserta : Remaja Putri
Karakteristik : Remaja Putri di SMPN 3 Jatinangor
Jumlah Peserta : 25 orang

I. Tujuan
Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai “Personal Hygiene,”
remaja diharapkan dapat mengetahui serta memahami mengenai personal
hygiene.
Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan atau sikap remaja mengenai personal hygiene.
2. Meningkatkan perilaku remaja dalam personal hygiene.
3. Meningkatkan status kesehatan remaja.
4. Mengetahui cara menjaga kesehatan organ reproduksi.

II. Metode
Ceramah Tanya Jawab

III. Alat Bantu atau Peraga


Leaflet dan Power Point

IV. Sumber

V. Kegiatan
Terlampir

VI. Evaluasi
Terlampir
VII. Materi
Terlampir

LAMPIRAN MATERI
A. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina
selain darah haid. Cairan yang keluar tersebut harus dibedakan
antara cairan/lendir normal dan cairan/lendir tidak normal
(Kasdu, 2005). Keadaan biasa, cairan tidak sampai keluar namun
belum tentu bersifat patologis (Mansjoer, 2000).
Indikasi adanya masalah kesehatan jika keputihan tersebut
mulai berubah warna, gatal dan mengeluarkan bau yang kurang
enak. Hampir semua perempuan mengalami keputihan minimal satu
atau dua kali seumur hidupnya (Boyke, 2007). Keputihan
merupakan manisfestasi klinis berbagai infeksi keganasan atau
tumor jinak reproduksi. Keluhan keputihan pada wanita harus
dianggap serius karena akibatnya sangat kompleks dan banyak
(Manuaba, 2008).

2. Penyebab Keputihan
Penyebab keputihan dibagi 2 macam yaitu:
a. Penyebab Non Patologis
1) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang.
Keadaan ini ditunjang oleh hormone esterogen.

b. Penyebab Patologis
Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada
vagina, kotoran dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian
tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua ini
potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:
1) Jamur Candida warnanya putih susu, kental, berbau agak
keras, disertai rasa gatal pada vagina. Akibatnya, mulut
vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya,
kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB,
dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang
baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida
karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan
ibunya yang menderita penyakit tersebut.
2) Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi,
atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental,
berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau
anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan
gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.
3) Kuman (Bakteri)
Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal
dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih,
dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak
spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina
berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang
akan diubah Menjadi senyawa amino bau amis, berwarna
keabu-abuan. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu
munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau lebih
dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah
putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman
ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen,
dan sinar matahari. Cara penularannya melalui hubungan
sex.
4) Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan
penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS.
Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat
banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula
menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes
ditularkan lewat hubungan sex. Bentuknya seperti luka
melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina.
5) Gatal (pruritis) dan cairan vagina. Karakter cairan
vagina seperti keju, lunak berwarna putih susu, mungkin
bergumpal dan berbau. Rasa nyeri pada vagina, sensasi
terbakar pada vulva, dispareuni dan disuria juga dapat
dikeluhkan. (Felix, 2007).

3. Tanda-Tanda Keputihan
Pemeriksaan kasus keputihan dilakukan sebagai konfirmasi
terhadap gejala yang disampaikan klien atau yang timbul
pada waktu anamnesa.
a) Genetalia Luar
Pemeriksaan untuk mengetahui:
- Tanda kemerahan
- Cairan yang keluar dari vagina
- Luka atau rasa nyeri kalau di sentuh
- Kelainan lain
b) Genetalia Dalam
- Tanda peradangan pada selaput lendir vagina atau
servik dan adanya nanah
- Cairan vagina (duh tubuh vagina) (Sofyan, 2006).

4. Cara Pencegahan
Pencegahan adalah mencegah terjadinya penyakit selama
hal ini mungkin dilakukan.
a) Kebersihan Daerah Kemaluan
Kebersihan daerah kemaluan perlu diperhatikan.
Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan setelah buang
air kecil atau buang air besar harus benar. Cara cebok
yang aman adalah mengalirkan air dari depan ke
belakang demikian pula saat mengeringkannya, bila
arah ini salah maka kuman dari daerah anus dapat
mencemari sekitar vagina yang lebih sensitif untuk
mengalami infeksi.
b) Dalam keadaan haid atau menggunakan pembalut,
gunakanlah pakaian dalam yang pas sehingga pembalut
tidak bergeser dari belakang ke depan
c) Hati-hati menggunakan kloset umum basah.
d) Jangan gunakan handuk bersama orang lain dan hindari
penggunaan pakaian renang basah bergantian.
e) Selain itu keputihan sering terjadi bersamaan dengan
reaksi alergi pada daerah kemaluan terhadap bahan
sintetis dari pakaian dalam atau pembalut perempuan,
sebaiknya gunakan pakain dalam dari katun.

B. Vulva Hygiene
1. Pengertian Vulva Hygiene
Vulva hygiene adalah tindakan menjaga kebersihan alat
kelamin luar perempuan (Hidayat, 2009) seperti membilas organ
genetalia eksternal dengan air matang dan sabun setelah buang
air kecil atau buang air besar dan perawatan sehari-hari dalam
memelihara organ genetalia. Menurut Ayu (2010) Vulva hygiene
merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ
genetalia eksternal yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi.
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-
organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha
menjaga kesehatan tubuh secara umum. Kebersihan di area vagina
sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut akan
lebih rentan terinfeksi virus berbahaya.

2. Manfaat Vulva Hygiene


Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang
sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan
perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara
kesehatan reproduksi. Manfaat perawatan vulva dan vagina,
antara lain (Siswono, 2001):
a. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga
kebersihan vulva
b. Untuk kebersihan perineum dan vulva
c. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman
d. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal
e. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3-4) .
f. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar
vulva di luar vagina.
g. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.
3. Cara Pelaksanaan Vulva
Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga
kebersihan, hal ini berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual,
termasuk vagina. Berikut adalah cara membersihkan vagina:
a. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.
b. Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian diantara
vulva (bibir vagina) secara hati–hati menggunakan air
bersih dan sabun yang lembut setiap buang air kecil, buang
air besar dan ketika mandi. Seandainya alergi dengan sabun
lembut sekalipun, anda bisa membasuhnya dengan air hangat,
yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri
yang ada disekitar vulva diluar vagina. Cara membasuh alat
kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke
belakang (anus), jangan terbalik karena bakteri yang ada
disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina, setelah
dibersihkan gunakan handuk bersih atau tisu kering untuk
mengeringkannya (Ika, 2011 dan Salika, 2010).
c. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan
menggunakan kloset duduk maka siramlah terlebih dahulu untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual.
Bakteri, kuman, dan jamur bisa menempel di kloset yang
sebelumnya digunakan oleh penderita penyakit menular
seksual. (Ika, 2011 dan Depkes, RI 2007).
d. Larangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena
dapat merusak kadar keasaman vagina yang berfungsi
menyebabkan bakteri atau kuman masuk. Tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri
sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan
keasamannya. Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru
akan mematikan bakteri baik dan memicu berkembangbiaknya
bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi (Salika, 2010
dan Depkes RI, 2010).
e. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan
pantyliner sesuai dengan kebutuhan artinya ketika mengalami
keputihan yang banyak sekali, dan gunakan pantyliner yang
tidak berparfum untuk mencegah iritasi, dan sering mengganti
pantyliner saat keputihan. (Ika, 2011 dan Salika, 2010).
f. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering
mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali di
saat mandi, apalagi pada wanita yang aktif dan mudah
berkeringat untuk menjaga vagina dari kelembaban yang
berlebihan. (Ika, 2011 dan Salika, 2010). Bahan celana dalam
yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari
memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi
susah bernafas dan akhirnya menyebakan daerah kewanitaan
menjadi lembab, berkeringat, dan mudah menjadi tempat
berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi.
Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak
bersih. Hindari juga menggunakan handuk atau washlap orang
lain untuk mengeringkan vagina kita (Ika, 2011).
g. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu
diperhatikan kebersihannya, jangan mencabut-cabut rambut
tersebut, lubang ini bisa menjadi jalan masuk bakteri, kuman
dan jamur, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan
penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup
dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun
yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna untuk
merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi
masuknya benda kecil ke dalam vagina (Salika, 2010).
h. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor.
waktu haid, sering ganti pembalut karena pembalut juga
menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti, bila dipermukaan
pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit,
sebaiknya segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid
yang ada di permukaan pembalut menjadi tempat sangat baik
untuk perkembangan bakteri dan jamur (Depkes RI, 2007), oleh
karena itu gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau
sekitar tiga jam sekali. Pembalut ini perlu diganti sekitar
4 sampai 5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan
bakteri yang berkembang biak pada pembalut tersebut kedalam
vagina (Baradero, 2007).

Anda mungkin juga menyukai