Anda di halaman 1dari 16

MUHAMMAD ABDUH

(Pemikiran dan Pengaruhnya Terhadap Kemajuan Islam)

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur UAS Mata Kuliah Filsafat Islam Kontemporer
Jurusan Perbandingan Agama Semester VII

Disusun oleh:

Siti Maftuhah

1210102019

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Teriring salam dan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kami kesehatan sehingga masih bisa menikmati segarnya udara sampai saat ini.
Begitupun pada kekasihNya yang senantiasa membagikan ilmunya pada kami semua
sampai kita bisa sampai pada abad peradaban ini, Muhamad SAW.

Kepada kedua orang tua kami juga yang senantiasa memberkati kami dengan doa-
doa ijabahnya, sehingga kami masih bisa menjadi salah satu generasi penerus
kesuksesan.Dan kepada bapak dosen mata kuliah yang senantiasa memberikan
ilmunya untuk menambah khazanah keilmuan kami.Dan tidak lupa untuk semua
sahabat – sahabat yang selalu medukung kami dan senantiasa berbagi ilmu bersama
untuk menjadi insan cendikia yang bijaksana.Terimakasih.

Tak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini.Karena itulah pasti masih banyak
kekhilafan yang kami lakukan dalam penulisan makalah ini.Kritik dan saran selalu
kami nantikan agar menjadi pembaikan bagi kami dalam setiap pembelajaran hidup
yang kami jalani.

Alhamdulillah.

Bandung, 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5
2.1 Biografi ..................................................................................................................... 5
2.2 Pemikiran Muhammad Abduh .................................................................................. 7
2.2.1 Kedudukan Akal ............................................................................................... 7
2.2.2 Fungsi Wahyu ................................................................................................... 9
2.2.3 Kebebasan Manusia dan Fatalisme ................................................................. 10
2.3 Pengaruh Pemikiran Muhammad Abduh ................................................................ 11
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................... 13
3.1 Analisis ................................................................................................................... 13
3.2 Kesimpulan ............................................................................................................. 13
DAFTAR SUMBER ............................................................................................................... 15

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembaharuan pemikiran merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan.
Berfikir dan mengadakan pembaharuan merupakan salah satu kristalisasi dari
eksistensi kehidupan. Melalui hasil pemikirannya, manusia senantiasa beroientasi
pada kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam konteks Islam,
pembaharuan Islam atau pemikiran Islam modern muncul sebagai akibat dari
perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia, seiring dengan
kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tidak heran,
kalau kemudian muncul masalah-masalah serius dalam bidang keagamaan, dan
bagaimana merelevansikannya dengan kondisi ke-kini-an (modern).

Salah satu sebabnya adalah, karena dalam agama terdapat ajaran yang mutlak
(obsolut, qath’i). Aspek ajaran ini diyakini sebagai dogma yang harus dianut.
Sikap dogmatis ini mendorong orang menjadi tertutup, eksklusif, dan tidak
menerima pendapat dan pemikiran baru yang –dianggap - bertentangan dengan
dogma tersebut. Sikap dogmatis juga, membuat orang berpegang teguh pada pendapat
dan pemikiran lama dan tidak bisa menerima perubahan. Dogmatisme membuat
orang bersikap tradisional, statis, dan tidak rasional.

Hal inilah yang tidak dikehendaki oleh para tokoh pembaharuan pemikiran
Islam. Ummat Islam harus rasional, modern dan menerima perubahan dan
pembaharuan. Hal ini karena Islam merupakan system ajaran universal yang
“mashalih likulli zaman wa almakan” (relevan dengan setiap zaman dan tempat
(keadaan)”. Menurut mereka, pintu ijtihad belum tertutup. Pintu ijtihad masih –dan
terus – terbuka. Masih banyak hal yang perlu di-ijtihad-kan. Masih banyak aspek
ajaran Islam yang bersifat relatif (nisbi, dzanni).

Dan ini harus difikirkan serta dicarikan penafsiran dan pemahaman baru sesuai
dengan tuntutan zaman. Islam menghendaki rekonstruksi sosio-moral dan sosio-etnik

3
masyarakat muslim, atau sesuai –atau paling tidak mendekati- dengan tatanan
kehidupan Islam ideal.1 Dalam pada itu, Muhammad Abduh dikenal sebagai tokoh
pemikir yang independen dan bersikap liberal, karena banyak bersentuhan dengan
peradaban barat. Karena itulah, penting untuk mengetahui bagaimana corak
pemikiran salah satu tokoh pemikir Islam yang membawa perubahan yang besar bagi
dunia Islam, khususnya Mesir.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang penulis angkat
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Muhammad Abduh?


2. Bagaimana corak pemikiran Muhammad Abduh?
3. Bagaiaman pengaruh pemikiran Muhammad Abduh terhadap perkembangan
dunia Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang kehidupan Muhammad Abduh.


2. Untuk mengetahui bagaimana corak pemikiran Muhammad Abduh.
3. Untuk mengetahui bagaiamana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh
terhadap perkembangan dunia Islam.

1
Hamdani Hamid. Pemikiran Modern dalam Islam. (Kemenag, 2012). Hlm: 75.

4
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Abdul Hasan Khairullah 2. Ia lahir di
suatu desa di Mesir Hilir, Mahallah Nasr, pada tahun 18493, namun tidak diketahui
secara pasti daerahnya. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari
Turki, sedangkan ibunya kurang diketahui identitasnya, selain disebutkan dalam
riwayat bahwa ia termasuk dari keturunan bangsa Arab, Umar Ibn Khatab. Masa kecil
Abduh tumbuh di sebuah desa yang tidak terlalu mementingkan pendidikan formal,
namun tidak mengabaikan pendidikan agama. Kedua orang tua Abduh selalu
mendorong dirinya untuk belajar membaca dan menghafal Al Qur’an. Sampai
kemudian, di tahun 1862 Abduh dikirim ke Tanta untuk belajar Islam lebih dalam dan
memahami ilmu Nahw, Fiqh, Sharf, bahasa Arab, dan lain sebagainya. Namun masa
dua tahun di Tanta itu dilaluinya dengan sia-sia karena ia tidak mampu untuk
menyerapa apa yang dipelajarinya.

Karena sistem pembelajaran yang tidak diminatinya, saat itu di Tanta


pembelajarannya memakai sistem menghafal, akhirnya Abduh pergi dan bersembunyi
di rumah pamannya, Syekh Darwisy Khadr4. Di rumah pamannya inilah, kebiasaan
buruknya yang tidak mau berteman dengan buku ditentang oleh pamannya. Ia dipaksa
untuk membaca buku, walaupun sebaris. Dan akhirnya, dengan terpaksa Abduh
membaca buku-buku yang diberikan pamannya, dan pamannya yang telah belajar
Islam lebih dalam, dan telah merantau ke luar Mesir, memberikan penjelasan yang
panjang lebar terhadap bacaannya. Dari sinilah Abduh mengerti akan apa yang
dibacanya itu, dan sadar akan pentingnya ilmu yang telah disia-siakannya itu.
Selanjutnya ia kembali ke Tanta untuk meneruskan pengajarannya tentang Islam.

2
Ibid.
3
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan). (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992). Hlm: 58.
4
Ibid. Hlm: 56.

5
Setelah merampungkan studinya di Tanta, kemudian ia melanjutkan belajar di Al
Azhar pada tahun 1886. Saat ia di Al Azhar, Jamaluddin Al Afghani datang ke Mesir
dalam perjalanannya ke Istambul. Ini menjadi pertemuan pertama Abduh dengan
tokoh Islam yang sangat berpengaruh pada saat itu. Kemudian pada tahun 1871, ia
menjadi murid Jamaluddin Al Afghani yang paling setia dan mulai belajar filsafat di
bawah bimbingannya.5

Serampungnya dari Al Azhar, pada tahun 1877, ia mengabdi di Al Azhar dan


kemudian mendirikan kegiatan belajar di rumahnya sendiri di Dar Al ‘Ulum. Sampai
pada tahun 1879, saat gurunya, Jamaluddin Al Afghani ditangkap karena dituduh
mengadakan gerakan gerakan yang menentang Khedewi Taufiq, Abduh juga
dianggap terlibat dan turut ditangkap. Namun pada tahun 1880 ia dibebaskan kembali
dan diangkat menjadi tim redaktur sebuah surat kabar resmi Mesir, Al Waqi’ al
Mashriyah. Dibawah bimbingannya inilah, gerakan nasionalisme Mesir ini mulai
muncul dalam diri pemuda dan masyarakat Mesir untuk melawan tentara Inggris,
bergabung dengan perwira Urabi Pasya.6

Beberapa karya yang dihasilkan oleh Muhammad abduh, antara lain:

- Karangan-karangannya di harian Al Ahram


- Majalah Al Urwah al Wusqa’, bersama dengan Jamaluddin Al Afghani.
- Al Islam Din Al Ilimwa Al Madaniyah
- Risalah Al tauhid, berbicara tentang perbuatan manusia
- Dan lain-lain

5
Ibid. Hlm: 60-61.
6
Ibid.

6
2.2 Pemikiran Muhammad Abduh

2.2.1 Kedudukan Akal


Dalam Al Islam Din Al Ilm wa Al Madaniyah, Abduh menyatakan bahwa
kebudayaan yang dibawa oleh orang-orang bukan Arab ke dalam dunia Islam dapat
menyebabkan kejumudan. Dengan masuknya mereka ke dalam dunia Islam, adat-
istiadat dan faham animism mereka turut mempengaruhi umat Islam, sehingga
menjadi jumud dan taklid, tidak memfungsikan akalnya secara maksimal. Umat Islam
hanya diajarkan untuk mengkonsumsi hasil pemikiran yang telah matang, tidak turut
mengolahnya menjadi sebuah pemikiran yang kreatif. Mereka membawa ajaran-
ajaran yang akan membuat rakyat berada dalam keadaan statis, seperti pujaan yang
terlalu membuta pada para wali, ulama, dan taklid kepada ulama-ulama terdahulu.
Karena hal seperti itu, maka akal dan pemikiran umat Islam menjadi beku dan
berhenti tidak meghasilkan sesuatu yang baru, yang sesuai dengan zaman.

Menurut Abduh, hal seperti ini adalah bid’ah dan harus dihilangkan dengan cara
membawa kembali umat Islam ke dalam ajaran-ajaran Islam yang semula, yang ada
pada zaman sahabat dan ulama salaf. Namun, tidak cukup jika hanya kembali pada
ajaran Islam yang semula itu. Seperti yang dianjurkan oleh Muhammad Abd Al
Wahab, karena zaman dan suasana umat Islam sekarang telah jauh berubah, maka
ajaran-ajaran Islam pun harus disesuaikan dengan keadaan modern zaman sekarang.
Muhammad Abduh menyatakan bahwa ajaran-ajaran Islam terbagi menjadi dua
kategori, yakni Ibadat dan mu’amalat.7 Untuk kategori ibadat, banyak sekali sumber
yang disajikan dalam Al Quran dan Hadis. Sedangkan untuk muamalat sendiri,
sebagai sebuah ilmu tentang hidup bermasyarakat, maka itu hanya sebagian kecil
yang tercantum dalam Al Quran dan hadis, sehingga untuk pengajarannya bisa
disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Untuk menyesuaikan dasar-dasar pengajaran itu dengan dunia modern, maka


perlu diadakan interpretasi baru, karena itulah perlu untuk dibuka pintu ijtihad demi

7
Pemabaharuan Dalam Islam. Ibid. Hlm: 62-63.

7
terbukanya alam pikiran baru dalam dunia umat Islam. Namun, hanya orang-orang
tertentu yang memenuhi syarat yang boleh dan berhak untuk melakukan ijtihad itu.
Untuk orang-orang awam cukup mengikuti hasil ijtihad dari madzhab yang
diikutinya. Ijtihad ini dijalankan langsung pada Al Quran dan Hadis sebagai sumber
utama pengajaran umat Islam di seluruh dunia. Bentuk pengajaran muamalat ini yang
lebih penting untuk di-ijtihadi, sehingga sesuai dengan kemajuan zaman yang
semakin modern. Sedangkan untuk ibadat, karena merupakan sebuah bentuk
kemonikasi antara manusia dan Tuhan, maka tidak harus mengikuti perubahan
zaman, cukup dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Al Quran dan
Hadis. Itu bukan merupakan lapangan ijtihad.

Islam memandang akal memiliki kedudukan yang tinggi. Allah menunjukan


perintah-perintah dan larangannya kepada akal. Karena itulah, menurut Abduh Islam
adalah agama yang rasional. Mempergunakan akal adalah salah satu dari dasar-dasar
Islam. Iman seseorang tidak akan sempurna jika tidak didasarkan pada akal. Dalam
pandangan Islamiah, ikatan tali persaudaraan pertama kali didasarkan pada akal. Bagi
Abduh akal ini memiliki kedudukan yang amat tinggi. Menurutnya pula bahwa
wahyu tidak dapat membawa segala hal yang bertentangan dengan akal. Jika tidak
sesuai, maka harus dicari interpretasi yang memuat ayat, sehingga sesuai dengan
pendapat akal.8

Kepercayaan kepada akal adalah dasar peradaban suatu bangsa. Akal yang
terlepas dari ikatan tradisi akan dapat memikirkan dan memperoleh jalan-jalan
menuju sebuah kemajuan. Pemikiran akallah yang memunculkan sebuah ilmu
pengetahuan.9 Ilmu pengetahuan adalah salah satu dari penyebab kemajuan umat
Islam di masa lampau, dan juga salah satu kemajuan barat di masa sekarang. Karena
itulah untuk mencapai sebuah kesuksesan dan kecermelangan yang sempat hilang,

8
Ibid. Hlm: 65.
9
Ibid.

8
umat Islam harus segera kembali mempelajari dan mementingkan ilmu
pengetahuan.10

2.2.2 Fungsi Wahyu


Kenabian dan wahyu Allah ini adalah berdasarkan sifat Maha Pengasih Allah
dan ketidakdewasaan manusia dalam persepsi dan motivasi ethisnya. Para Nabi
adalah manusia-manusia luar biasa yang karena kepekaan dan ketabahan mereka.
Karena wahyu Allah yang mereka terima hingga kemudian disampaikan kepada umat
dengan ulet dan simpatik, maka itu akan mengalihkan hati nurani manusia dari
ketenangan tradisional dan tensi hipomoral ke dalam sebuah kesadara untuk
mengenal Tuhan dengan benar dan sesuai. Al Quran memandang kenabian sebagai
sebuah fenomena yang bersifat universal. Ajaran atau wahyu yang mereka bawa pun
bersifat dan harus diyakini dan diikuti oleh semua manusia.11

Beberapa modernis muslim sangat yakin bahwa dengan melalui Islam beserta
kitabnya, umat manusia telah mencapai kedewasaan rasional dan tidak memerlukan
wahyu Tuhan lagi untuk menjalankan kehidupannya di dunia. Namun karena umat
manusia masih mengalami kebingungan moral, mereka seringkali tidak dapat
mengimbangi derap kemajuan ilmu pengetahuan, maka perjuangannya moralnya
harus tetap bergantung dan berpegang teguh pada kitab-kitab Allah untuk
mendapatkan petunjuk, agar menjadi konsisten dan berarti. Pemahaman mengenai
petunjuk Allah ini tidak lagi tergantung pada pribadi “pilihan” namun telah memiliki
sebuah fungsi yang kolektif.12

Muhammad Abduh percaya kepada kemampuan akal manusia. Agama


hampir saja menjadi pelengkap atau pembantu akal. Akal menempati posisi yang
sangat menentukan. Di atas segala-galanya, Islam adalah agama akal dan seluruh
doktrin-doktrinnya dapat dibuktikan secara logis dan rasional.13 Dalam pemikiran

10
Ibid. Hlm: 66.
11
Fazlur Rahman. Tema Pokok Al Quran. (Bandung: PUSTAKA, 1983). Hlm: 117.
12
Ibid. Hlm: 119.
13
Pemikiran Modern Dalam Islam. Loc. Cit. Hlm: 87.

9
Abduh, bahwa Al Quran berbicara bukan semata kepada hati manusia, namun kepada
akalnya.14 Karena itulah Islam memandang akal dengan kedudukan yang sangat
tinggi. Hubungannya dengan wahyu bahwasannya ilmu-ilmu pengetahuan modern
yang banyak didasarkan pada hukum alam (sunatullah) tidak bertentangan dengan
Islam. Hukum alam itu adalah ciptaan Tuhan, sebagaimana wahyu juga adalah
berasal dari Tuhan. karena keduanya berasal dari Tuhan, maka ilmu pengetahuan
modern yang berasal dari hukum alam tidak bertentangan dengan Islam yang
sebenarnya berasal dari wahyu yang dibawa Nabi Muhammad. Ilmu pengetahuan
modern seharusnya harus sesuai dan berdasar pada hukum Islam yang sebenarnya.15

2.2.3 Kebebasan Manusia dan Fatalisme

Kepercayaan pada kekuatan akal itu selanjutnya membawa Muhammad Abduh


kepada faham bahwa manusia manusia memiliki kebebasan dan kemauan dalam
perbuatan (free will and free act). Pemikirannya mengenai hal ini tercantum dalam
karyanya Risalah Al Tauhid yang menyebutkan bahwa manusia mewujudkan
perbuatannya atas kemauan dan usahanya sendiri, dengan tidak melupakan bahwa di
atasnya masih ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi, Allah. Dalam keyakinan hidup
yang seperti itu, menurutnya bersama dengan Jamaluddin Al Afghani, sikap memilih
itu memiliki sisi dinamis kehidupan manusia16. Bahwa manusia tidak hanya tunduk
patuh pada hal-hal yang belum diketahui dan dipahaminya, namun mencoba untuk
mencari tahu bagaimana dan apa yang diyakininya itu, sehingga dalam melaksanakan
segala hal, akan dilakukan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.

Dengan cara di atas, mengerti dan memahami segala sesuatu secara mendalam, ini
akan menghilangkan faham jumud dalam kehidupan umat Islam, dan digantin dengan
faham dinamika. Karena itulah umat Islam akan senantiasa berubah untuk merubah
nasibnya dengan usaha sendiri agar bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.
Dalam hal ini, jelas sekali bahwa Abduh sangat mendukung faham Qadariyah yang

14
Pembaharuan Dalam Islam. Loc.Cit. Hlm: 65.
15
Ibid.
16
Ibid. Hlm:66.

10
lebih mengedepankan usaha mandiri daripada tunduk pasrah terhadap keadaan yang
membelenggu.

2.3 Pengaruh Pemikiran Muhammad Abduh


Melalui pemikiran Muhammad Abduh yang juga didorong oleh Jamaluddin al-
Afghani, maka modernisasi Islam menemukan momentumnya dan mampu
menstimulasi para intelektual Muslim untuk mengemukakan gagasan
modernistik mereka. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh tidak diragukan lagi,
telah memberikan pengaruh yang luas tidak hanya di Mesir, tetapi juga bagi negara-
negara Muslim di dunia, termasuk di Indonesia.17

Khususnya di dunia Arab, melalui karangan-karangan Muhammad Abduh sendiri


dan juga melalui tulisan para muridnya, seperti Rasyid Ridha dengan majalah Al
Manar dan tafsir Al Manarnya, Kasim Amin dengan bukunya Tahrim Al Mar’ah,
Farid Wajdi dengan Dairah Al Ma’arif, dan juga karangan-karangan lain Syekh
Tantawi Al Jauhari dengan Al Taju Al Marshih bijawahir Al Quran wa Al Ulum,18
dan sebagainya. Kesemuanya itu memberi dampak yang besar bagi kemajuan umat
Islam di masa selanjutnya.

Sepeninggal Muhammad Abduh, interpretasi modernistik terhadap ajaran Islam


berlanjut terus-menerus sseuai dengan tuntutan zaman. Di Mesir, para pengikut
Muhammad Abduh melanjutkan pemikirannya di berbagai bidang. Pengaruh
pemikiran dan perjuangan mereka terlihat begitu jelas tidak hanya dalam
interpretasi modernistik terhadap ajaran Islam, tetapi juga menjadikan Islam sebagai
ilham dan pendorong mereka dalam kemerdekaan, kemajuan,dan memenangkan
pertarungan dengan Barat. Hingga pertengahan abad ke duapuluh, hampir

17
Pemikiran Modern Dalam Islam. Loc. Cit. Hlm: 90.
18
Pembaharuan dalam Islam. Loc. Cit. Hlm: 68.

11
seluruh negeri Muslim telah memperoleh kemerdekaan. Yang tersisa adalah
berusaha mengejar ketertingggalan mereka dari Barat dalam berbagai bidang.19

Di Indonesia, banyak para ulama tanah air yang bersentuhan secaralangsung


dengan tulisan Muhammad Abduh, seperti H Abdulhalim, Syaikh Thahir
Jalaludin,dan bahkan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) juga disebut-
sebut sebagai tokoh yang pemikirannya dipengaruhi oleh ide pembaharuan yang
dikemukakan oleh Muhammad Abduh. Pemikiran pembaharuan Muhammad
Abduh memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan pemikiran
dunia Islam, hingga menembus batas geografis, kultus, sosial, dan peradaban
umat manusia yang pada gilirannya dapat menginspirasi para pemikir, cendekiawan,
ulama, dan kaum intelektual lainnya untuk menghidupkan semangat perubahan dan
kemajuan bagi ummat Islam.20

19
Pemikiran Modern dalam Islam. Ibid.
20
Ibid. Hlm: 90-91.

12
BAB 3 PENUTUP

3.1 Analisis
Dari beberapa uraian yang dijelaskan dalam tema pembahasan pada bab
sebelumnya, bahwa pemikiran Muhammad Abduh ini memiliki dampak yang sangat
besar sekali terhadap perkembangan dunia Islam pada masa selanjutnya. Banyak dari
beberapa tokoh pemikir Islam modern yang terinspirasi dari hasil pemikirannya dan
mencoba untuk melanjutkan perjuangan Abduh dalam mengembalikan masa
keemasan Islam dengan majunya ilmu pengetahuan.

Rasyid Ridha adalah salah satu muridnya yang sangat menjunjung tinggi hasil
pemikiran Muhammad Abduh, walaupun pada kenyataanya hasil pemikiran Ridha
tidak sepenuhnya persis dengan pemikiran Abduh, namun Ridha tetap menjunjung
tinggi dan melanjutkan perjuangan Abduh dalam mengembalikan kemajuan Islam.

Abduh sangat menjunjung tinggi kedudukan akal dalam kehidupan manusia.


Dengan akal manusia akan mampu mengubah dunia ini sesuai dengan apa yang
diinginkannya. Dengan akal pula manusia mampu untuk mengubah dunia semaunya,
sesuai dengan kebutuhannya. Karena itulah, akal sangat penting dalam perkembangan
kehidupan manusia untuk meraih kesuksesan hidup, dan kemajuan peradaban
manusia. Namun daripada itu, akal juga terbatas karena merupakan sebuah mahluk
yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga akal dalam menciptakan ilmu
baru harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak melewati batas-batas hukum
ilahi. Manusia bebas memilih dan menentukan jalan hidupnya, namun keputusan
terkahir tetap berada di bawah kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa.

3.2 Kesimpulan
Abduh dalam perjuangannya untuk mengembalikan kemajuan umat Islam,
memberikan penyadaran kepada umat Islam untuk lepas dari tradisi jumud dan taklid
yang hanya tunduk patuh pada dogma ulama salaf yang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Akal sebagai salah satu karunia terbesar yang Tuhan

13
anugerahkan bagi manusia harus senantiasa dimanfaatkan dengan cara berfikir
dinamis demi kemajuan bersama.

Namun daripada itu, ajaran-ajaran yang diturunkan Tuhan melalui Nabinya yang
berupa wahyu juga tidak boleh untuk dikesampingkan. Akal dalam melaksanakan
ijtihadnya harus berrdasarkan pada ajaran wahyu sebagai ciptaan Tuhan dan dasar
utama umat Islam, yakni Al Quran dan Hadis.

Manusia dalam menjalani kehidupannya berhak untuk memilih hal yang terbaik
dalam hidupnya, selagi tidak bertentangan dengan Hukum Tuhan. Dan semua yang
ditentukan oleh Tuhan, manusia diwenangkan untuk berikhtiar dalam memperoleh
kebaikan dalam hidupnya, sehingga bisa mencapai kebahagiaan. Namun segalanya
tetap ada dalam kekuasaan Tuhan yang memutuskan kahir dari segalanya. Selagi
manusia berbuat baik, maka Tuhan pun akan memberikan yang terbaik sesuai dengan
apa yang diusahakannya.

14
DAFTAR SUMBER
Abduh dan Ridha (Perbedaan antara Guru dan Murid), pdf.

Faza, Asrar Mabrur. Makalah: Perkembangan Islam di Mesir.

Hamdani, Hamid. 2012. Pemikiran Modern Dalam Islam. Jakarta: Direktorat Jendral
Kementrian Agama.

Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan


Gerakan). Jakarta: Bulan Bintang.

Rahman, Fazlur. 1983. Tema Pokok AlQuran. Bandung: PUSTAKA.

15

Anda mungkin juga menyukai