Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jumat: Mewaspadai Virus Takabur

ْ ‫ َوأ‬.‫ َو َخ َذ َل َم ْن َش اءَ ِم ْن َخ ْل ِق ِه مِب َ ِش ْيئَتِ ِه َو َع ْدلِ ِه‬،‫ضلِ ِه َو َكَر ِم ِه‬


‫َش َه ُد‬ ْ ‫اَحْلَ ْم ُد لِ ِله الَّ ِذ ْي َوفَّ َق َم ْن َشاءَ ِم ْن َخ ْل ِق ِه بَِف‬
ِ ِ َ ْ‫أَ ْن اَّل إِٰل هَ إِاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬
َ ‫ َواَل َح َّد َواَل ُجثَّةَ َواَل أ َْع‬،ُ‫ َواَل َش بِْيهَ َواَل مثْ َل َواَل ن َّد لَ ه‬،ُ‫ك لَ ه‬
.ُ‫ض اءَ لَ ه‬
ِ ‫ و‬،‫َن س يِّ َدنَا وحبِيبن ا وع ِظيمن ا وقَائِ َدنَا و ُق َّرةَ أَعينِن ا حُم َّم ًدا عب ُده ورس ولُه‬
َ ‫ اَللهم‬.ُ‫ص فيُّهُ َو َحبِْيبُه‬
‫ص ِّل‬ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َْ َ َ َ َّ ‫َش َه ُد أ‬ ْ ‫َوأ‬

‫ان إِىَل َي ْوِم‬


ٍ ‫ ومن تَبِعهم بِِإحس‬،‫ وعلَى آلِ ِه وص حبِ ِه ومن َّوااَل ه‬،‫اهلل‬
َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ
ِ ‫وس لِّم وب ا ِر ْك علَى س يِّ ِدنَا حُم َّم ِد ب ِن عب ِد‬
َْ ْ َ َ َ ََ ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ فَ إيِّن أ ُْوص ْي ُك ْم َو َن ْفس ْي بَت ْق َوى اهلل الْ َعل ِّي الْ َعظْي ِم الْ َقائ ِل يِف‬،‫ أ ََّما َب ْع ُد‬.‫ َواَل َح ْو َل َواَل ُق َّوةَ إاَّل باهلل‬،‫الْقيَ َام ة‬

َ ِ‫ص َر َوالْ ُف َؤ َاد ُك ُّل أُولَئ‬


‫ َواَل‬. ‫ك َك ا َن َعْن هُ َم ْس ئُواًل‬ َّ ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن‬
َ َ‫الس ْم َع َوالْب‬ َ َ‫س ل‬
َ ‫ف َما لَْي‬
ِ ِ
ُ ‫ َواَل َت ْق‬:‫حُمْ َك ِم كتَابِه‬
ِ
َ ِّ‫ك َك ا َن َس يِّئُهُ ِعْن َد َرب‬
‫ك‬ َ َ‫ض َولَ ْن َتْبلُ َغ اجْلِب‬
َ ‫ ُك ُّل َذل‬. ‫ال طُ واًل‬ َ ‫ض َمَر ًح ا إِن‬
َ ‫َّك لَ ْن خَت ْ ِر َق اأْل َْر‬ ِ ‫ش يِف اأْل َْر‬
ِ ْ‫مَت‬

.)٣٨-٣٦ :‫وها (سورة اإلسراء‬


ً ‫َمك ُْر‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pada ayat-ayat ini ditegaskan bahwa seseorang


akan dihisab atas pendengaran, penglihatan dan hatinya sebagaimana ia akan dihisab atas
seluruh anggota badannya. Karena hati adalah pemimpin anggota badan, maka
perbuatan-perbuatan anggota badan mencerminkan apa yang ada di hati. Jika hati baik
maka anggota badan menjadi baik dan jika hati rusak maka rusak pula anggota badan.
Hati tidak akan menjadi baik kecuali ketika bersih dari penyakit-penyakit dan
disembuhkan dari penyakit-penyakit tersebut. Di antara penyakit hati yang dilarang
dalam ayat-ayat tersebut adalah bersikap takabur terhadap para hamba Allah. Oleh
karenanya, jangan sampai kita berjalan dengan gaya jalan penuh dengan kesombongan,
karena kita tidak akan menembus bumi dengan injakan dan kuatnya pijakan kaki kita.
Kita juga tidak akan mencapai ketinggian gunung dengan kesombongan kita dan tidak
akan menyamai kekuatan dan kekokohan gunung tersebut.
Hadirin yang dirahmati Allah, Takabur adalah seperti ditegaskan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:

ِ ‫ط الن‬
)‫َّاس (رواه مسلم‬ ِ
ُ ‫الكْب ُر بَطَُر احْلَ ِّق َو َغ ْم‬

Maknanya: “Takabur adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain” (HR Muslim)
Berdasarkan hadits ini, orang yang takabur ada dua macam: Pertama, seseorang yang
menolak kebenaran yang disampaikan orang lain, padahal ia tahu bahwa kebenaran ada
pada orang tersebut. Ia menolaknya karena orang yang menyampaikan kebenaran itu
lebih muda darinya atau lebih rendah kedudukannya, sehingga ia merasa berat untuk
mengikuti kebenaran itu. Padahal, hadirin sekalian, Fir’aun tidaklah binasa kecuali karena
sifat takaburnya. Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa ‘alaihissalam,
namun ia tidak beriman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Bahkan Haman, perdana
menteri Fir’aun ketika itu berkata kepada Fir’aun: “Jika engkau beriman kepada Musa,
maka engkau akan kembali menjadi hamba yang menyembah, padahal selama ini engkau
sudah menjadi tuhan yang disembah.” Demikian pula Bani Isra’il yang diutus kepada
mereka Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah mereka melihat mu’jizat Nabi Isa ‘alaihissalam,
tidak ada yang membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabur mereka. Mereka
selalu mengatakan bahwa jika mereka beriman, maka akan lenyaplah kehormatan dan
kekuasaan mereka. Demikian pula Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir Quraisy. Setelah
mereka melihat mu’jizat Al-Qur’an dan mengakui bahwa Al-Qur’an tidak seperti puisi
dan prosa yang mereka kenal, tidak ada yang membinasakan mereka dan membuat
mereka tidak beriman kecuali sifat takabur mereka.

Sedangkan jenis kedua dari orang takabur adalah seseorang yang menganggap dirinya
memiliki keistimewaan yang melebihi orang lain. Ia melihat dirinya dengan pandangan
kesempurnaan dan penuh kebaikan. Ia lupa bahwa itu semua sejatinya adalah pemberian
Allah kepadanya. Dengan itu, ia lalu bersikap congkak kepada sesama hamba Allah dan
merendahkan mereka, karena –menurutnya- ia jauh lebih tinggi martabatnya, lebih
banyak hartanya atau lebih tampan daripada mereka. Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Merendahkan orang lain tidak hanya bisa dilakukan oleh orang kaya
dan penguasa saja. Sebaliknya bisa juga dilakukan oleh siapa pun. Seorang suami bisa saja
menganggap istrinya tidak memahami suatu persoalan, sehingga dia merendahkan
istrinya dalam hatinya dan berperilaku sombong kepadanya tanpa ia sadari. Seorang ayah
bisa saja menganggap anaknya lebih rendah darinya dalam pengetahuan dan
pengalaman, sehingga ia merendahkan anaknya dalam hatinya tanpa ia sadari. Seorang
guru bisa saja menganggap murid-muridnya berada di bawahnya dalam hal ilmu dan
pemahaman, sehingga ia merendahkan mereka dalam hatinya tanpa ia sadari. Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah, Allah telah melarang sifat takabur terhadap sesama hamba.
Saat mengisahkan nasihat Lukman kepada anaknya, Allâh ta’ala berfirman:

ُّ ِ‫ض َمَر ًحا إِ َّن اللَّهَ اَل حُي‬


)١٨ :‫ب ُك َّل خُمْتَ ٍال فَ ُخو ٍر (سورة لقمان‬ ِ ‫ش يِف اأْل َْر‬ ِ ‫َّك لِلن‬
ِ ْ‫َّاس َواَل مَت‬ َ ‫ص ِّع ْر َخد‬
َ ُ‫َواَل ت‬
Makna ayat ini, janganlah engkau berpaling dari mereka dengan bersikap sombong,
menghadaplah kepada mereka dengan mukamu, jangan engkau hadapkan kepada
mereka separuh bagian mukamu dan pipimu seperti yang dilakukan oleh orang-orang
yang bersikap congkak dan sombong. Jangan engkau berjalan dengan gaya jalan yang
penuh kesombongan, kecongkakan dan rasa bangga diri. Hadirin yang dirahmati Allah,
Virus takabur ini jangan sampai menyerang hati kita. Virus takabur ini jangan sampai
merusak hati kita. Marilah kita berintrospeksi, kita teliti hati kita masing-masing. Jika
telah muncul sedikit saja virus menyombongkan harta pada hati kita, hendaklah kita
mengingat Qarun. Qarun yang kunci gudang-gudang tempat penyimpanan hartanya,
baru bisa diangkat oleh sejumlah orang yang berbadan kuat, bukankah ia dan seluruh
hartanya dibenamkan ke dalam bumi?. Kesombongannya tidak dapat
menyelamatkannya. Jika dalam hati kita telah muncul sedikit saja virus membanggakan
kekuasaan dan jabatan yang kita miliki, hendaklah kita renungkan kisah Fir’aun. Fir’aun
pada akhir hayatnya tenggelam dan binasa di dalam air dan tidak bermanfaat baginya
kerajaan dan pasukan-pasukannya. Apakah pantas kita membanggakan kekuatan?. Tidak.
Karena sakit gigi saja akan membuat kita terbaring tidak berdaya di tempat tidur. Apakah
pantas kita membanggakan ilmu yang kita kuasai?. Tidak. Sungguh ilmu yang kita miliki
bukanlah berasal dari diri kita pribadi, melainkan hasil jerih payah para ulama sebelum
kita. Hadirin, kita sama sekali tidak pantas menyombongkan dan membanggakan diri
kita, karena pada hakikatnya permulaan diri kita adalah air mani yang menjijikkan dan
akhir diri kita adalah seonggok bangkai. Sekuat apa pun, sehebat apa pun, sekaya apa
pun, sekuasa apa pun, setinggi apa pun jabatan seseorang, suatu saat nanti pasti ia akan
dikalahkan oleh kematian. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Seseorang yang selalu
memantau dan mengawasi hatinya serta terus menerus berusaha untuk
menghindarkannya dari virus takabur, maka ia akan meyakini bahwa kecerdasan, ilmu,
harta dan jabatannya, sejatinya bukanlah berasal dari dirinya. Tapi itu semua adalah
karunia yang Allah anugerahkan kepada dirinya. Oleh karenanya, hendaklah ia
bersyukur kepada Tuhan-nya, mengasihi orang yang di bawahnya dan hendaknya
bersikap tawadhu’ (rendah hati), karena tawadhu’ termasuk di antara jenis ibadah yang
paling utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
ِ ِ
(‫ابن حج ٍر يف األمايل‬
ُ ‫ظ‬ َ ْ‫إِنَّ ُك ْم لََت ْغ ُفلُ ْو َن َع ْن أَف‬
ُ ‫ض ِل الْعبَ َادة الت ََّو‬
ُ ‫اضع (رواه احلاف‬
Maknanya: “Sungguh kalian telah melalaikan salah satu bentuk ibadah yang paling utama, yaitu
tawadhu’ (bersikap rendah hati)” (HR al Hafizh Ibnu Hajar dalam al-Amali). Nabi mengatakan
demikian, tidak lain karena banyaknya orang yang terserang virus takabur. Seandainya
semua orang bersikap rendah hati (tawadhu’), niscaya akan sirna dari tengah-tengah
mereka sekian banyak kebencian dan permusuhan, akan hilang rasa iri dan dengki.
Mereka akan terhindar dari lelahnya persaingan, upaya bermegah-megahan dan saling
membanggakan diri, dan mereka akan menikmati apa yang telah Allah karuniakan untuk
mereka.

َّ ‫ إِنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر‬،ُ‫اسَت ْغ ِف ُر ْوه‬


.‫الر ِحْي ُم‬ ِ ‫أَُقو ُل َقويِل ٰه َذا وأ‬
ْ َ‫ ف‬،‫َسَت ْغف ُر اهللَ يِل ْ َولَ ُك ْم‬
ْ َ ْ ْ ْ

Khutbah II
‫ات أ َْع َمالِنَ ا‪َ ،‬م ْن َي ْه ِد‬
‫اهلل ِمن ُش رو ِر أَْن ُف ِس نَا و ِمن س يِّئ ِ‬
‫َ ْ ََ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫إِ َّن احْلَ ْم َد لله حَنْ َم ُدهُ َونَ ْس تَعينُهُ َونَ ْس َت ْغف ُرهُ‪َ ، ،‬و َنعُ ْوذُ ب ْ ُ ْ‬
‫ِ‬ ‫ض َّل لَه ومن ي ْ ِ‬
‫اهلل فَاَل م ِ‬
‫َش َه ُد أ َّ‬
‫َن َس يِّ َدنَا‬ ‫ي لَهُ‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَ ْن اَّل إِٰلهَ إِاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ‬
‫ك لَهُ‪َ ،‬وأ ْ‬ ‫ضل ْل فَاَل َهاد َ‬ ‫ُ ََ ْ ُ‬ ‫ُ ُ‬
‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫حُم َّم ًدا عب ُده ورس ولُه‪ ،‬اَللهم ص ِّل وس لِّم ع ٰلى س يِّ ِدنَا حُم َّم ِد ِن َّ ِ ِ‬
‫الص ادق الْ َو ْع د اأْل َمنْي ِ ‪َ ،‬و َع ٰلى إِ ْخ َوان ه النَّبِِّينْي َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ ْ َ َ‬ ‫َ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ‬

‫اه ِريْ َن‪َ ،‬و َع ِن اخْلُلَ َف ِاء َّ‬


‫الر ِاش ِديْ َن‪ ،‬أَيِب ْ بَ ْك ٍر‬ ‫ت الطَّ ِ‬ ‫والْمرس لِ ‪ ،‬وارض اللهم عن أ َُّمه ِ‬
‫ات الْم ْؤ ِمنِ ‪ ،‬و ِآل الْبي ِ‬
‫ُ نْي َ َ َ ْ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ ُ ْ َ نْي َ َ ْ َ‬
‫الش افِعِ ِّي َوأَمْح َ َد َو َع ِن اأْل َْولِيَ ِاء‬ ‫وعُم ر وعُثْم ا َن و َعلِ ٍّي‪ ،‬و َع ِن اأْل َئِ َّم ِة الْمهتَ ِدين‪ ،‬أَيِب حنِي َف ةَ ومالِ ٍ‬
‫ك َو َّ‬ ‫ُْ َْ ْ َ ْ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ََ َ َ‬
‫اهلل الْ َعلِ ِّي الْ َع ِظْي ِم فَ َّات ُق ْوهُ‪َ ،‬و ْاعلَ ُم ْوا أ َّ‬
‫َن‬ ‫الصاحِلِ ‪ .‬أ ََّما بع ُد‪َ ،‬في ا أَيُّه ا الْمس لِمو َن‪ ،‬أُو ِص ي ُكم ونَ ْف ِس ي بَِت ْق وى ِ‬
‫َْ َ َ ُ ْ ُْ ْ ْ ْ َ ْ َ‬ ‫َو َّ نْي َ‬
‫ِ‬
‫ال‪ :‬إِ َّن اهللَ َو َماَل ئ َكتَ هُ يُ َ‬
‫ص لُّو َن َعلَى‬ ‫الص اَل ِة َو َّ‬
‫الس اَل ِم َع ٰلى نَبِيِّ ِه الْ َك ِرمْيِ َف َق َ‬ ‫اهللَ أ ََم َر ُك ْم بِ أ َْم ٍر َع ِظْي ٍم‪ ،‬أ ََم َر ُك ْم بِ َّ‬

‫ص ِّل َع ٰلى َس يِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َو َع ٰلى ِآل َس يِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد‬ ‫ٰ‬
‫يما ‪ ،‬اَللّ ُه َّم َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلُّوا َعلَْيه َو َسلِّ ُموا تَ ْس ل ً‬
‫َّ ِ‬
‫النَّيِب ِّ‪ ،‬يَا أَيُّ َها الذ َ‬
‫ين َآمنُوا َ‬
‫ت َع ٰلى َس يِّ ِدنَا إِ ْب َر ِاهْي َم َو َع ٰلى ِآل َس يِّ ِدنَا إِ ْب َر ِاهْي َم َوبَا ِر ْك َع ٰلى َس يِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َو َع ٰلى ِآل َس يِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد‬
‫ص لَّْي َ‬
‫َك َم ا َ‬
‫َّك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‪ .‬اَل ٰلّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت َع ٰلى َس يِّدنَا إِ ْب َراهْي َم َو َع ٰلى ِآل َس يِّدنَا إِ ْب َراهْي َم‪ ،‬يِف ْ الْ َع الَ ِمنْي َ إِن َ‬
‫َك َم ا بَ َار ْك َ‬
‫اج َع ْلنَ ا ُه َدا ًة ُم ْهتَ ِديْ َن َغْي َر‬ ‫ِ ٰ‬ ‫ات اأْل ِ ِ‬ ‫لِْلمس لِ ِم والْمس لِم ِ‬
‫ات والْم ْؤ ِمنِ والْم ْؤ ِمنَ ِ‬
‫َحيَ اء مْن ُه ْم َواأْل َْم َوات‪ ،‬اَللّ ُه َّم ْ‬
‫ْ‬ ‫ُ نْي َ َ ُ‬ ‫ُ ْ نْي َ َ ُ ْ َ‬
‫ف‪َ ،‬ربَّنَ ا آتِنَ ا يِف‬ ‫وآم ْن َّر ْو َعاتِنَ ا َوا ْك ِفنَ ا َم ا أَمَهَّنَ ا َوقِنَ ا َش َّر ما َنتَ َّ‬
‫خو ُ‬ ‫ض لِّ ‪ ،‬اَل ٰلّه َّم اس ُتر عوراتِنَ ا ِ‬
‫ِ‬
‫ٰض الِّنْي َ َوالَ ُم نْي َ ُ ْ ْ َ ْ َ‬
‫ان َوإِ ْيتَ ِاء ِذي‬
‫إن اهلل ي أْمر بِالْع ْد ِل واإْل حس ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ال ُّد ْنيَا َح َس نَةً َويِف اآْل خ َر ِة َح َس نَةً َوقنَ ا َع َذ َ‬
‫اب النَّار‪ .‬عبَ َاد اهلل‪َ ْ َ َ ُ ُ َ َ َّ ،‬‬
‫الب ْغ ِي‪ ،‬يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‪ .‬فَ اذ ُك ُروا اهللَ الْ َع ِظْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم‬ ‫ِ‬
‫ويْن ٰهى َع ِن ال َف ْح ٰش اء َوالْ ُمْن َك ِر َو َ‬
‫الْ ُق ْرىٰب َ‬
‫ض لِ ِه يع ِط ُكم و َّات ُق وه جَي ع ل لَ ُكم ِمن أَم ِر ُكم خَمْرج ا‪ ،‬ولَ ِذ ْكر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫اهلل‬ ‫اس أَلُْوهُ م ْن فَ ْ ُ ْ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ ْ ْ ْ َ ً َ ُ‬ ‫اش ُك ُر ْوهُ َع ٰلى ن َعم ه يَ ِز ْد ُك ْم َو ْ‬
‫َو ْ‬

‫أَ ْكَب ُر‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai