Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

STUDI NASKAH BAHASA ARAB

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Naskah Bahasa Arab

Dosen Pengampu:
Dr. Saiful Bahri, M.A

Disusun Oleh :

Ahmad Nurjihansyah
2018920046

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020

1
STUDI NASKAH BAHASA ARAB

Judul Buku : Muaddib al-Athfal

Penulis : Ra’fat Farid Suailim

Penerbit : Daaru al-Bayan, Cetakan Pertama; Tahun 1431 H/2010 M

Tema : Thalabu al ‘ilmi yafdhulu al ‘ibadah

Halaman :18 - 19

2
3
4
5
6
7
Terjemahan Teks

MENUNTUT ILMU LEBIH UTAMA DARIPADA IBADAH

Orang yang giat dalam menuntut ilmu lebih besar manfaat bagi manusia dari pada orang
yang beribadah.

Imam Ahmad Ibn Hanbal sangat menghormati Imam Al-Syafi'i dan banyak menyebut-
nyebutnya dan memujinya karena pengetahuan dan kebajikannya, dan ia (Ahmad bin
Hambal) memiliki seorang putri yang shalehah, kalau malam beribadah, siang berpuasa dan
menyukai kisah orang-orang yang shaleh dan pilihan, dan ia ingin melihat Imam Al-Syafi’i
secara langsung sebab sang ayah sangat menghormatinya. Ketika Imam Syafi’i berkunjung
kerumah mereka, sang putri merasa sangat senang dan berharap bisa melihat apa saja yang
dikerjakan Imam Syafi’i serta mendengar ucapan-ucapannya. Ketika malam tiba, Imam
Ahmad melakukan sholat dan zikirnya, dan Imam Al-Syafi'i dalam posisi berbaring
telentang, sedangkan sang putri selalu mengawasi Imam Syafi’i sampai fajar.

(Di pagi hari) Sang putri berkata kepada ayahnya: “aku melihat engkau sangat
menghormati Imam Syafi’i, tapi apa yang aku lihat tadi malam dia tidak shalat, tidak
zikir tidak pula wirid.

Imam Ahmad: “Bagaimana hal ini?” (Imam Ahmad bertanya kepada Imam Syafi’i)

Imam Syafi’i menjawab: “Sesungguhnya saya telah menyusun seratus masalah pada
malam ini dan saya berbaring telentang, semuanya untuk kemaslahatan kaum muslimin”.
Kemudian Imam syafi’i berpamitan dan pulang.

Imam Ahmad Ibnu Hambal berkata pada putrinya : yang dikerjakan oleh Imam
Syafi’i semalam dalam keadaan tidur terlentang, lebih utama dari pada apa yang aku
kerjakan sambil shalat malam”.

Ahmad Ibn Hanbal berkata : “Aku tidak sholat selama empat puluh tahun kecuali
didalamnya aku selalu mendoakan Imam Syafi'i. Dan anaknya berkata kepadanya:
“Wahai ayah, orang seperti apakah imam Syafi’i itu sampai engkau selalu mendoakan
seperi itu?”

Imam Ahmad berkata kepada anaknaya: “Wahai anakku Imam al-Syafi’i itu seperti
matahari bagi dunia, dan menjadi obat bagi orang-orang, jadi lihatlah Nak, apakah ada
yang mampu menggantikan beliau”.

8
ANALISIS TEKS

Pada zaman sekarang, banyak orang yang merasa nikmat dengan menghadiri majelis zikir
daripada majelis ilmu. Inilah yang menyebabkan orang Islam ketinggalan dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dari bangsa-bangsa lain. Syekh Syaqib Arsalan menulis
dalam bukunya, Limadza Ta’akara Al-Muslimun wa Taqoddana Ghairuhum? (Mengapa
Umat Islam Terbelakang sedangkan Umat Non-Muslim Maju?). Salah satu jawabannya ialah
karena pernah, dalam sejarah perkembangan umat Islam, kita lebih mengutamakan majelis
zikir daripada majelis ilmu.

Sekarang tampaknya kita harus menggeser lagi perhatian seperti itu supaya kita
memperhatikan majelis ilmu, untuk menutupi kekurangan ibadah, bukan mengganti ibadah.
Untuk menutupi kekurangan itulah, kita menghadirkan majelis-majelis ilmu, membaca buku,
mempelajari pengetahuan, bukan buku agama saja, tetapi juga berbagai buku ilmu
pengetahuan.

Dalam buku Muaddib al-Athfal yang ditulis oleh Ra’fat Farid Suailim menulis juga tema
tentang menuntut ilmu lebih utama daripada ibadah. Tema tersebut penulis sajikan dengan
menggunakan metode kisah dalam hal ini, kisah Imam Syafi’I ketika bertamu kerumah Imam
Hambal. Menurut analisis kami, penulis menyajikan tema ini dalam bentuk cerita karena
komsumsi dari pembaca buku ini adalah anak-anak tentunya, metode cetrita akan lebih
megena dan membekas pada diri anak atau pembaca.

Cerita/kisah pada umumnya lebih berkesan daripada nasihat murni orangtua. Cerita
terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita yang didengar di masa kecil, masih
bisa diingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun kemudian.

Efek dari cerita dapat dimanfaatkan orangtua sebagai metode mendidik karakter anak.
Pada sebuah cerita terdapat amanat yang sangat penting bagi perkembangan pola pikir anak-
anak. Begitu pula tokoh dalam cerita dapat menjadi teladan bagi anak-anak.

melalui cerita yang didengar atau dibaca, anak telah menyerap beberapa sifat positif yang
kemudian ingin ditiru anak. Seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, saling mencintai

9
sesama manusia, menyayangi binatang, mandiri, serta anak belajar untuk membedakan hal-
hal yang baik dan buruk.

Pola asuh anak melalui metode bercerita juga dapat mendekatkan anak dalam
mengapresiasi budaya literasi sejak dini. Karena anak secara tidak langsung memiliki
perilaku menyimak dengan baik. Juga, anak dapat menirukan orang tuanya dengan banyak
membaca buku-buku bacaan.

Adapun kegiatan bercerita atau dongeng merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk
memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang
disampaikan lebih baik. Melalui cerita anak dapat menyerap pesan-pesan yang dituturkan
melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati
anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.1

Dalam mengaplikasikan metode ini pada proses belajar mengajar (PBM), metode kisah
merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu
menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam. Kemashuran dan kebaikan
metode ini dapat dilihat dari perkembangan penggunaannya oleh para pujangga India, Persia,
dan Yunani sejak zaman dulu.2

Kita kembali ke analisis teks diatas. dalam teks yang kita analisis kali ini penulis
menyajikan pentingnya menuntut ilmu dari pada ibadah (an-nawafillah) dengan
mengungkapkan kisah ketika Imam Syafi’i bertamu kerumah Imam Ahmad Ibn Hambal.
Dalam kisah tersebut dijelaskan bagaimana Imam Syafi’i semalam suntuk sibuk
memecahkan berbagai persoalan ilmu sambil telentang sampai terbit fajar. Beliau tidak
melakukan solat sunnah ataupun ibadah yang lain. Dalam kisah ini kita bisa pahami
bagaimana Imam Syafi’I lebih mementingkan meyelesaikan persoalan ilmu dari pada
melaksanakan ibadah sunnah. Hal ini diperkuat juga dengan perkataan Imam Ahmad Ibn
Hambal kepada putrinya: “lihatlah apa yang beliau lakukan saat berbaring ditempat tidur pun
lebih mulia dari apa yang aku lakukan dalam keadaan terjaga (sholat dan zikir sepanjang
malam)”.

1
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 170.
2
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 160-161.

10
Orang berilmu dan dengan ikhlas menyebarkan ilmunya dapat dianalogikan dengan orang
yang memiliki banyak lampu di kegelapan malam. Walaupun gelap, ia mampu berjalan
menuju ke tempat tujuan tanpa mengalami kesulitan. Dengan lampu yang dimiliki, ia pun
bisa menerangi orang lain yang tersesat karena gelapnya malam. Karena itu, wajar bila
semua makhluk di langit dan di bumi memintakan ampunan baginya.

Imam Ahmad berkata kepada anaknya: “Wahai anakku Imam al-Syafi’i itu seperti
matahari bagi dunia, dan menjadi obat bagi orang-orang, jadi lihatlah Nak, apakah ada
yang mampu menggantikan beliau”.

Bisa disimpulkan dari kisah ini bahwa menuntut ilmu itu lebih utama daripada ibadah,
dan para mujtahid ketika menghasilkan sebuah ilmu (hukum) itu lebih bermanfaat bagi
manusia dibandingkan dengan orang ahli ibadah. Sesungguhnya Imam Syafi’i beliau adalah
orang-orang yang mampu dalam menghasilkan sebuah hukum itulah sebabnya imam Ahmad
Ibn Hambal berkata mengenai Imam Syafi’i, faidah ilmu beliau itu ibarat matahari bagi dunia
dan penyembuh (obat) bagi manusia.

Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ menjelaskan juga tentang keutamaan menuntut


ilmu. Beliau membuat bab khusus tentang keutamaan menuntut ilmu dari ibadah sunnah,
seperti shalat dan puasa, dan ibadah individu lainnya. Ia membuat bab dengan judul3:

‫فصل في ترجيع االشتغال بالعلم على الصالة والصيام وغيرهمامن العبادات القاصرة على فاعلها‬

Artinya, “Sebuah bab tentang keutamaan menuntut ilmu dari shalat dan puasa, serta
ibadah qashirah (individu) lainnya.”

Dalam bagian ini, Imam An-Nawawi menukil lebih banyak dari Khatib Al-Baghdadi
terkait keutamaan menuntut ilmu dibandingkan ibadah sunnah, khusus ibadah yang hanya
bermanfaat bagi orang yang mengerjakannya saja. Di antara hadits yang menunjukkan
keutamaan orang berilmu menentang ahli ibadah adalah:

ِ ‫ان ِمنْ أَ ْل‬


‫ف عَابِ ٍد‬ ِ َ‫ش ْيط‬ َ َ‫فَقِيهٌ َوا ِح ٌد أ‬
َّ ‫ش ُّد َعلَى ال‬

Artinya, "Satu orang faqih lebih ditakuti setan daripada seribu ahli ibadah," (HR
IbnuMajah).
3
https://islam.nu.or.id/post/read/94003/lebih-baik-belajar-atau-ibadah-sunnah

11
Selain itu, ada banyak juga yang menunjukkan keutamaan orang berilmu. Misalnya,
Rasul pernah mengatakan, “Majelis fikih lebih baik dari pada ibadah enam puluh tahun”,
“Orang berilmu lebih besar pahalanya dari orang puasa dan berperang di jalan Allah”, dan
masih banyak yang lainnya yang ditemukan. Riwayat seperti ini banyak dikutip Khatib Al-
Baghdadi dalam karyanya Al-Faqih wal Mutafaqqih .

Berdasarkan beberapa publikasi itu, Imam An-Nawawi menyimpulkan:

‫انهم متفقون على ان االشتغال بالعلم أفضل من االشتغال بنوافل الصوم والصالة والتسبيح ونحو‬
‫ والنوافل‬,‫ ومن دالئله سوى ما سبق أن نفع العلم يعم صاحبه والمسلمين‬,‫ذلك من نوافل عبادات البدن‬
‫المذكورة مختصة به‬

Sesungguhnya para ulama salaf sepakat bahwa menyibukkan diri dengan ilmu adalah
lebih utama dari pada ibadah sunnah, seperti puasa, shalat, tasbih, dan ibadah sunnah lainnya.
Di antara dalilnya adalah, selain yang dijelaskan di atas, sesungguhnya ilmu itu bermanfaat
bagi banyak orang, baik pemiliknya maupun orang lain, sementara ibadah sunnah yang
diperoleh (Manfaatnya) khusus untuk orang yang mengerjakan saja.”

Beberapa hadist yang menjelaskan tentang keutaman ilmu sebagai berikut4:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صاحب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر‬

“Segala sesuatu memintakan ampun bagi ahlul ilmi, sampai-sampai ikan di lautan.” (HR.
Abu Ya’la. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-
Shaghir no. 7201)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ َ‫ض ُل ا ْل ِع ْل ِم أَ َح ُّب إِلَ َّي ِمنْ ف‬


ُ ‫ َو َخ ْي ُر ِدينِ ِك ُم ا ْل َو َر‬، ‫ض ِل ا ْل ِعبَا َد ِة‬
‫ع‬ ْ َ‫ف‬

4
https://muslim.or.id/51513-keutamaan-belajar-ilmu-agama-bag-1.html
https://muslim.or.id/51544-keutamaan-belajar-ilmu-agama-bag-2.html

12
“Keutamaan ilmu itu lebih aku cintai daripada keutamaan ibadah. Dan sebaik-baik
agamamu adalah wara’ (bersikap hati-hati, pent.).” (HR. Al-Bazzaar. Dinilai shahih oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir no. 7663)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫فضل العلم أحب إلي من فضل العبادة‬

Artinya: “Keutamaan ilmu (syar’i) lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah.” (HR. Al-
Hakim, Al-Bazzar, At-Thoyalisi, dari jalan Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu ‘anhu. Dan
dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani dalam Shohih Al-Jami’, no.4214).

» Di dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َ ‫ض ِل ا ْلقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ا ْلبَ ْد ِر على‬


ِ ‫سائِ ِر ا ْل َك َوا ِك‬
‫ب‬ ْ َ‫َوإِنَّ ف‬
ْ َ‫ض َل ا ْل َعالِ ِم على ا ْل َعابِ ِد َكف‬

Artinya: “Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti
keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud
no.3641, Ibnu Majah no.223, dari hadits Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫س ا ْل َخ ْي َر‬ َ ُ‫ َو َحتَّى ا ْل ُحوتَ فِي ا ْلبَ ْح ِر لَي‬،‫إِنَّ هَّللا َ َو َمالئِ َكتَهُ َحتَّى النَّ ْملَةَ فِي ُج ْح ِرهَا‬
ِ ‫صلُّونَ َعلَى ُم َعلِّ ِم النَّا‬

“Sesungguhnya Allah, malaikat-malaikatNya, sampai semut di sarangnya, dan ikan di


lautan bershalawat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR.
Thabrani. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir
no. 2719)

13
DAFTAR PUSTAKA

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004).
Suailim Ra’fat Farid, Muaddib al-athfal, (DaarulAl-Bayan,2010 M)
https://islam.nu.or.id/post/read/94003/lebih-baik-belajar-atau-ibadah-sunnah
https://muslim.or.id/51513-keutamaan-belajar-ilmu-agama-bag-1.html
https://muslim.or.id/51544-keutamaan-belajar-ilmu-agama-bag-2.html

14

Anda mungkin juga menyukai