Makalah Post Ect
Makalah Post Ect
Disusun oleh :
Kelompok 4/3B
Anggota :
D3 KEPERAWATAN
Segala Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Post
Electroconvulsive Therapy (ECT) dan Diangnosa Keperawatan Serta
Intervensi
Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada junjungan kita
Nabiyullah Muhammad Saw. Yang telah membawa umatnya dari alam yang gelap
gulita menuju alam yang terang benderang.
4.Bu Ririn Nasriati S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta informasi bagi para
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan, kami yakin banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dari makalah ini.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka respons terhadap ECT adalah 80% atau lebih besar dari
respons terhadap pengobatan antidepresan. ECT dapat dilakukan untuk
semua orang dari sebagian besar golongan usia yang tidak ada toleransi atau
gagal berespons terhadap terapi pengobatan. Angka mortalitas dengan ECT
adalah kira-kira 0,002% per terapi dan 0,01% untuk masing-masing pasien.
Angka tersebut cukup baik dibandingkan dengan risiko yang disertai dengan
anestesia umum dan melahirkan anak. Kematian akibat ECT biasanya terjadi
dari komplikasi kardiovaskuler dan paling mungkin terjadi pada pasien yang
status jantungnya telah terganggu.
Perawat merupakan bagian dari tim interdisiplin yang tidak hanya
terlibat dalam pemberian terapi ECT, tetapi juga kolaborasi untuk
mengevalusi perubahan perilaku yang diharapkan dan merekomendasikan
perubahan terhadap rencana terapi klien. Dalam tim, perawat
mengidentifikasi pola perilaku klien dan mengevaluasi implikasi pola
tersebut berkaitan dengan terapi. Indikasi perilaku sebagai respons terapi
positif meliputi aspek perilaku dan sosialisasi, dengan perilaku
peningkatan dalam aktivitas hidup sehari-hari, perubahan adaptif dalam
interaksi sosial dengan orang lain. meningkatnya energi dan perubahan
positif lain yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor berkaitan dengan
gejala target antara lain perbaikan proses pikir dan perbaikan alam
perasaan. Perubahan perilaku ini dapat dicapai oleh klien dalam beberapa
rangkaian/seri terapi. Sekarang ini, diperkirakan 1 juta orang di seluruh
dunia mendapat pengobatan ECT.
B. Diagnosa Keperawatan
Risiko Jatuh berhubungan dengan Post ECT (Electroconvulsive Therapy)
C. Intervensi Keperawatan
a) Definisi : Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh
b) Faktor Resiko
1. Usia >65 tahun (pada dewasa) atau <2tahun (pada anak)
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak bawah prostersis (buatan)
4. Penggunaan alat bantu berjalan
5. Penurunan tingkat kesadaran
6. Perubahan fungsi kognitif
7. Lingkungan tidak aman (misal: licin, gelap, lingkugan, asing)
8. Kondisi pada operasi
9. Hipertensi ortostatik
10. Perubahan kadar glukosa darah
11. Anemia
12. Kekuatan otot menurun
13. Gangguan pendengaran
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan pengelihatan (misal: glaucoma, katarak, ablasio retina,
neuritis optikus)
16. Neuropati
17. Efek agen farmakologi (misal: sedasi, alcohol, anastesi umum)
c) Kondisi Terkait
1. Osteoporosis
2. Kejang
3. Penyakit sebrovaskuler
4. Katarak
5. Glaucoma
6. Demensia
7. Hipotensi
8. Ampulasi
9. Intokasisasi
10. Preeklamsi
d) NOC
Trauma Risk For
Injury Risk For
Kriteria Hasil:
1. Keseimbangan: kemampuan untuk mempertahankan ekuilibrium
2. Gerakan terkoordinasi kemampuan otot untuk bekerja sama secara
volunter untuk melakukan geraka yang bertujuan
3. Perilaku pencegahan jatuh: ttindakan individua tau pemberian
asuhan untuk meminimalkan faktor resiko yang dapat memicu jatuh
dilingkungan individu
4. Kejadian jatuh: tidak ada kejadian jatuh
5. Pengetahuan: pemahaman pencegahan jatuh mengetahui:
keselamatan anak fisik
6. Pengetahuan: keamanan pribadi
7. Pelanggaran perlindungan tingkat kebingungan akut
8. Komunitas pengendalian risiko kekerasan dan tingkat kekerasan
9. Perilaku keselamatan pribadi
10. Keparahan cedera fisik
e) NIC
Fail Prevention
1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko
jatuh
2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh (misalnya: lantai licin dan
tangga terbuka)
3. Ajarkan pasien bagimana jatuh untuk meminimalkan cidera.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi elektro konvulsif (Electroconvulsive Therapy atau ECT)
merupakan suatu jenis pengobatan somatik di mana arus listrik digunakan
pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut
cukup untuk menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek
terapeutik tercapai. ECT konvensional adalah perlakuan atau prosedur ECT
tanpa dilakukan anestesi, minimalisasi risiko dengan fiksasi stimulus
elektrik. Peran perawat dalam post ECT adalah damping klien dan berikan
ketenangan dan beri penjelasan bahwa kehilangan memori setelah ECT
hanya bersifat sementara, reorientasikan klien terhadap waktu dan tempat
dan biarkan klien menyampaikan kecemasan yang berhubungan dengan
pelaksanaan ECT tehadap dirinya.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
dan sasarannya. Untuk segala kekurangan penulis menerima kritik dan saran
demi perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami
kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Azizah Ummiyana. 2012. Peran Perawat Sebelum dan Sesudah ECT di Rumah
Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Fakultas Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara: Medan.