Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada semua

mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan yang

sesungguhnya (Emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori-

teori yang telah diperoleh dari kampus (Munthe,2009), dan juga isu-isu dan tren

terkait dengan pembelajaran ptraktik klinik yang juga bisa didapatkan dilapangan

maupun dengan memanfaatkan media sosial dan merujuk terhadap literatur-

literatur yang sudah diakui dalam dunia keperawatan. Praktik klinik juga harus

dimanfaatkan dengan baik sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk

berhubungan langsung ke dalam masalah nyata tersebut (Syahreni & waluyanti,

2007).

Lingkungan belajar klinik yang kondusif merupakan wadah atau tempat

yang dinamis tempat dengan sumber daya yang dinamis bagi para mahasiswa,

lingkungan klinik yang dipilih penting untuk mencapai objektif dan tujuan praktek

klinik dalam sebuah program pendidikan keperawatan(Emilia, 2008). Namun

dalam pelaksanaannya masih ada beberapa hal yang menghambat hasil maksimal

tercapainya tujuan praktek klinik pada program yang telah disusun pendidikan

seperti, waktu yang praktek yang singkat, meningkatnya jumlah mahasiswa pada

lingkungan praktek, maupun jumlah pasien yang tebatas, prasarana lahan praktek

yang terbatas, maupun klien atau pasien yang menolak inform consent. Sehingga

diperlukan komunikasi efektif sehingga tercapailah ide secara cermat yang sudah

1
2

disusun sedemikian rupa untuk menimbulkan tindakan yang menuju arah

tercapainya tujuan bersama secara efektif.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Isu-Isu Terkait Pembelajaran Praktik Klinik

2. Untuk mengetahui tentang Tantangan Dalam Pembelajaran Klinik

3. Untuk mengetahui tentang Komunikasi Dalam Bimbingan Klinik dan Prilaku

Asertif
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4. Isu-Isu Terkait Pembelajaran Praktik Klinik

a. Pengertian

Isu adalah suatu hal yang dibicarakan banyak orang yang belum jelas faktanya.

b. Isu-Isu Terkait Pembelajaran Praktik Klinik

1. Isu terkait riset keperawatan

Setelah dasawarsa yang lalu pertumbuhan minat dalam meneliti isu terkait

dengan riset kesehatan telah muncul dalam literatur. Hal ini dijadikan sebagai

proses pencarian kebenaran sehingga meningkatkan pemahaman terkait isu-isu

dunia keperawatan seperti, praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan

administrasi keperawatan.

2. Isu terkait etik

Dalam etika keperawatan ada 4 masalah dalam bidang kesehatan yang

berkaitan dengan aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke

waktu, sehingga dapat digolongkan ke dalam masalah klasik dalam bidang

kedokteran yaitu tentang euthanasia, abortus, transplantasi organ, supproting

devices. Sampai kini persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah ini tidak

dapat diatasi atau diselesaikan dengan baik, atau dicapainya kesepakatan yang

dapat diterima oleh semua pihak. pada beberapa kasus dan keadaan memang

diperlukan sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat diterima, bertentangan

dengan hukum, moral dan agama.

3
4

3. Isu terkait pengolahan managemen keperawatan

Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat

akan terus berubah sejalan dengan masyarakat yang terus berkembang dan

mengalami perubahan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain

keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada masyarakat, keperawatan

sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta keperawatan sebagai

kelompok masyarakat ilmuwan dan kelompok masyarakat profesional. Dengan

terjadinya perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang memengaruhi

keperawatan, akan berdampak pada perubahan dalam pelayanan/asuhan

keperawatan, perkembangan iptek keperawatan, maupun perubahan dalam

masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai

masyarakat profesional.

5. Tantangan Dalam Pembelajaran Klinik

Tantangan dari pengajaran klinik adalah sebagai berikut :

1. Waktu yang terbatas

2. Berorientasi pada tuntutan klinik (jumlah klien dan mahasiswa).

3. Meningkatnya jumlah mahasiswa.

4. Jumlah klien yang sedikit (hari rawat inap pendek, ada klien yang menolak

inform consent).

5. Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran (sarana dan

prasarana).
5

6. Komunikasi Dalam Bimbingan Klinik dan Prilaku Asertif

1. Komunikasi dalam bimbingan Klinik

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari suatu sumber

informasi ke suatu tujuan. ( Redfield, 1958 ). Proses yang mencakup pemindahan

ide-ide dan penyalinan ide secara cermat untuk menimbulkan tindakan yang

menuju arah tercapainya tujuan bersama secara efektif. ( Scott, 1962 ).

a. Unsur-unsur dalam berkomunikasi

1. Comunicator (pemberi berita)

2. Transmits(yang menyampaikan)

3. Messages (berita –berita)

4. A Comunicatee (penerima berita)

5. Response (reaksi)

b. Hambatan / kendala dalam komunikasi

1. Perbedaan pengalaman-pengalaman, kultur, sosial dan pendidikan

2. Kualitas hubungan ( percaya / tidak percaya )

3. Emosi-ketakutan / terancam

4. Perbedaan nilai/standart

5. Faktor situasi - ribut/berisik

6. Perbedaan status

7. Cacat fisik,dll

c. Jenis-jenis komunikasi

1. Komunikasi tehnilogi (komunikasi yang menggunakan sarana yang

dikembangkan oleh tehnologi)


6

2. Komunikasi Mass Media (Komunikasi yang sifatnya cenderung satu arah, tetap

memberikan pesan)

3. Komunikasi Verbal

4. Komunikasi Non verbal.

d. Prinsip-prinsip untuk meningkatkan akurasi dan kejelasan komunikasi

1. Prinsip Relevansi yaitu, pesan yang relevan dengan tujuan/keinginan

pendengar

2. Prinsip simplicity yaitu, menurunkan isea-idea secara sederhana

3. Prinsip Definition yaitu, di definisikan

4. Prinsip struktural yaitu, menyusun pesan teratur agar mudah dimengerti

5. Prinsip Repitition yaitu, pengulangan dalam pesan

6. Prinsip Comparison dan Contrast yaitu, menjalin hubungan baru, ide baru

yang dari tidak dikenal menjadi dikenal

7. Prinsip Emphasisi yaitu, memfokos pada hal-hal yang vital/esensial

e. Faktor-faktor efektivitas dalam berkomunikasi

Faktor efektifitas dalam berkomunikasi tergantung pada kualitas komunikator,

dilihat dari:

a) Kemampuan berfikir

1. Untuk menemukan data/bahan komunikasi

2. Menafsirkan dan memilih yang bermanfaat

3. Menyampaikan dengan tepat

b) Bermental baik

1. Mengindahkan peraturan dan ketentuan

2. Jujur
7

f. Komunikasi Efektif Dalam Bimbingan Klinik Keperawatan

Hubungan terapeutik perawat dengan klien dibagi dalam empat fase :

1. Fase Pra Interaksi

Fase ini dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat

mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan

kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan kliem dapat dipertanggung

jawabkan

2. Fase Perkenalan dan Orientasi

Fase ini dimulai dengan pertemuan pertama dengan klien, hal utama yang

perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempeng

aruhi terbinanya hubungan perawat dan klien

3. Fase Kerja

Perawat dan klien mengeksplorasi stresor yang tepat dan mendorong

perkembangan kesadran diri dengan menghubungkan presepsi, pikiran , perasaan

dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan ,

meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri; dan mengembangkan

mekanisme koping yang konstruktif ke arah prilaku yang adaptif.

4. Fase Terminasi

Fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya

dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina optimal, perawat harus

mengahiri tugas atau klien pulang, difase ini akanterjadi perasaan kehilangan.
8

2. Komunikasi Dalam Prilaku Asertif

a. Pengertian Perilaku asertif

Menurut Lloyd (dalam Novalia dan Dayakisni, 2013) perilaku asertif

adalah perilaku bersifat aktif, langsung, dan jujur. Perilaku ini mampu

mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan orang lain sehingga

dapat memandang keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan,

dan kebutuhan orang lain atau bisa diartikan juga sebagai gaya wajar yang tidak

lebih dari sikap langsung, jujur, dan penuh respek saat berinteraksi dengan orang

lain. Sedangkan menurut Corey (2009) menyebutkan bahwa sikap asertif adalah

ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan,

atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan.

b. Ciri-ciri Perilaku Asertif

Menurut Fensterheim & Baer (1980), orang yang berperilaku asertif memiliki 4

ciri yaitu:

1. Merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang dirasakan melalui kata dan

tindakan.

2. Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan orang yang tidak dikenal,

sahabat, dan keluarga. Dalam berkomunikasi relatif terbuka, jujur dan

sebagaimana mestinya.

3. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, karena orang asertif

cenderung mengejar apa yang diinginkan dan berusaha agar sesuatu itu terjadi

serta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat selalu menang, maka ia menerima

keterbatasannya, akan tetapi ia selalu berusaha untuk mencapai sesuatu dengan


9

usaha yang sebaik-baiknya dan sebaliknya orang yang tidak asertif selalu

menunggu terjadinya sesuatu.

4. Bertindak dengan cara yang dihormati sendiri. Maksudnya karena sadar bahwa

ia tidak dapat selalu menang, ia menerima keterbatasan namun ia berusaha

untuk menutupi dengan mencoba mengembangkan dan selalu belajar dari

lingkungan.

c. Aspek-Aspek Sikap Asertif

Asertif sendiri mempunyai aspek-aspek yang nantinya dapat menunjukan

bahwa seseorang tersebut sudah asertif. Fansterhaeim dan Baer (1980)

menyatakan bahwa sikap asertif meliputi empat aspek, yaitu :

1. Merasa bebas untuk menyatakan pendapat tentang apa yang dipikirkan dan apa

yang diinginkan dengan kata-kata dan tindakan. Individu mengeluarkan

pernyataan “inilah diriku, inilah yang aku rasakan, saya pikirkan, dan saya

inginkan”. Aspek ini menekankan pada kemampuan seseorang dalam

mengkomunikasikan tentang apa yang menjadi pikiran, perasaan dan

keinginannya. Dalam hal ini individu selain menyatakan melalui perkataan

disertai pula dengan tindakan nyata sehingga didapat kesonambungan antara

perkataan dan perbuatan.

2. Mampu berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang asertif akan mampu

berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah dikenal maupun belum dikenal

sebelumnya. Komunikasi ini selalu terbuka, langsung, jujur dan sebagaimana

mestinya. Aspek berkomunikasi dengan orang lain memberikan seseorang

kenyamanan bergaul dengan orang lain karena seseorang yang asertif mampu

mengkomunikasikan apa yang menjadi pikiran perasaan, dan harapannya


10

tentunya dengan menyampaikan dengan cara yang baik tanpa menyinggung

orang lain. Dalam aspek ini seseorang diarahkan mampu menerapkan asrtif

kepada semua orang baik orang lain yang dikenal maupun tidak di kenal.

3. Mempunyai pandangan aktif dalam hidupnya, dengan kata lain orang yang

asertif mempunyai usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sebaliknya, orang yang pasif yang hanya menunggu terjadinya sesuatu, orang

yang asertif justru berusaha agar sesuatu itu terjadi. Aspek yang ketiga ini

menekankan bahwa seseorang yang asertif mempunyai kemampuan dalam

memperjuangkan apa yang diinginkan. Dijelaskan bahwa seseorang yang

asertif mempunyai usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

4. Bertindak dengan cara yang dihormati, artinya menerima keterbatasannya

sehingga kegagalan tidak membuatnya kehilangan harga diri. Keterbatasan

yang dimiliki bukan menjadi alasan mereka untuk tidak melakukan sesuatu,

justru dalam keterbatasan seseorang yang asertif harus dapat menerimanya dan

mampu memaksimalkan keterbatasan yang mereka miliki. Dalam hal ini

keterbatasan bagi seseorang yang asertif bukan merupakan sesuatu hambatan

yang berarti, mereka tahu harus berusaha seperti apa sehingga orang tetap

dapat melihat mereka.

Sedangkan menurut Burley-Allen (dalam Arrozy, 2012) menyebutkan

bahwa sikap asertif terdiri dari empat komponen, yaitu:

1. Komponen Verbal

Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang menunjukan perasaan

individu yang sebenarnya tentang diri sendiri dan membuat orang lain nyaman.
11

Dalam hal ini komponen verbal menekankan tentang kata-kata yang nantinya

akan diungkapkan.

2. Komponen Non Verbal

Ini merupakan komponen yang penting, karena apa yang diungkapkan

akan diekspresikan secara non verbal. Komponen non verbal ini menekankan

pada ekspresi yang diungkapkan sebagai penguat komponen verbal. Dalam

komponen non verbal akan selalu digunakan ketika komponen verbal juga

digunakan.

3. Komponen Kognitif

Komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan erat dengan apa

yang dialami individu secara internal. Mencakup semua hal yang mengganggu

sikap individu untuk menunjuk pada sikap yang diinginkan atau diharapkan.

4. Komponen Emosional

Komponen emosional ini mencakup semua tingkat emosional yang

diekspresikan, hal ini juga termasuk suara dan intonasi. Komponen emosional ini

sangat mempengaruhi dalam segala aspek termasuk aspek verbal dan non verbal.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertif

Berkembangnya sikap asertif dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana

sikap asertif ini berkembang secara bertahap sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan sekitarnya. Menurut Marini dan Andriani (dalam Arrozy, 2012)

faktor yang mempengaruhi sikap asertif antara lain :

1. Lingkungan keluarga

Sikap sikap orang tua dan lingkungan keluarga merupakan faktor yang

mempengaruhi sikap asertif. Suasana lingkungan keluarga mempengaruhi


12

munculnya sikap asertif karena orang tua yang memberikan kebebasan pada

anaknya untuk mengekspresikan dirinya serta tidak banyak menuntut akan

membuat anak mampu menampilkan sikap asertif dalam menghadapi

lingkungannya.

2. Budaya

Budaya mempunyai peran yang besar dalam mendidik sikap asertif.

Biasanya ini berhubungan dengan norma-norma dan adat istiadat yang ada dalam

suatu daerah. Perbedaan adat istiadat mampu mempengaruhi kepekaan mereka

dalam menerapkan sikap asertif.

3. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang turut menentukan munculnya sikap

asertif. Pada anak kecil sikap asertif belum terbentuk, pada masa remaja dan

dewasa sikap asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas

perkembangannya atau penurunannya. Sehingga usia produktif dalam

mengembangkan sikap asertif adalah ketika usia remaja.

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap sikap asertif

seseorang. Umumnya kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita karena

tuntutan masyarakat. Santosa dan Rathus (dalam Arrozy, 2012) menyebutkan

beberapa faktor tertentu yang mempengaruhi terbentuknya sikap asertif pada

individu atau remaja, yaitu:

1. Pola Asuh

Dalam pola asuh, orang tua mempunya tiga pola yaitu otoriter, demokrasi,

dan permisif. Dalam pola asuh otoriter orang tua mempunya hak penuh dalam
13

mengendalikan anak. Anak tidak mempunyai hak dalam menyampaikan pendapat

maupun keinginan mereka karena semua keputusan ditangan orang tua. Pada pola

asuh demokrasi anak mempunyai hak bicara dan mengungkapkan pendapat,

sehingga keputusan dalam keluarga merupakan hasil diskusi dan mendengarkan

semua pendapat anggota keluarga. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang

memberikan kebebasan yang seluas-luasnya pada anggota keluarga, bahkan

terkesan dibiarkan tanpa aturan yang mengikat. Pola asuh ini membuat peran

orang tua dalam mengontrol anak menjadi tidak ada karena anak diberi kebebasan

yang sangat luas. Dari ketiga pola asuh diatas dapat dilihat bahwa pola asuh yang

mendukung sikap asertif adalah pola asuh demokratis, hal ini dikarenakan pada

pola demokrasi anak beri hak suara untuk menyampaikan pendapat serta

memperjuangkan hak mereka. Pada anak dengan pola asuh otoriter dan permisif

hak mereka dihilangkan, pada pola otoriter anak tidak mampu mengungkapkan

pendapatnya sehingga pendidikan untuk membuat mereka asertif tidak berjalan.

Mereka dipaksa untuk menuruti apa keinginan orang tua yang akhirnya membuat

mereka kehilangan hak mereka, sedangkan pola permisif anak diberi kebebasan

yang luas sehingga anak tidak terkendalikan.

2. Kebudayaan

Kebudayaan suatu daerah mempengaruhi sikap asertif seseorang. Mereka

yang dari daerah yang menjunjung tinggi sopan santun maka sikap asertif mereka

sedikit terbangun, beda dengan daerah yang memberikan kebebasan dalam

menyampaikan pendapat mereka. Kebudayaan suatu daerah yang nantinya sangat

berpengaruh karena suatu daerah yang menekankan kebebasan berpendapat dan

daerah yang menekankan basa-basi dalam pergaulannya.


14

3. Usia

Usia mempengaruhi sikap asertif karena dalam usia yang relatif muda

seseorang akan sulit menerapkan sikap yang asertif, beda dengan seseorang yang

mempunyai usia yang lebih matang yang tentunya dapat menerapkan sikap asertif

dengan lebih baik.

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang berbeda mempengaruhi seseorang dalam menerapkan

sikap asertif. Pada wanita dan laki-laki tentunya berbeda dalam menerapkan sikap

asertif. Laki-laki cenderung lebih asertif dari perempuan karena tuntutan

lingkungan maupun tuntutan keluarga.

5. Strategi Coping

Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan

unsurunsur kognisi dan afeksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang

datang pada dirinya. Strategi koping yang digunakan pada remaja juga

mempengaruhi tingkat keasertifan mereka.


15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Isu-Isu Terkait Pembelajaran Praktik Klinik

Adalah:

a. Isu terkait riset keperawatan

b. Isu terkait etik

c. Isu terkait pengolahan managemen keperawatan

2. Tantangan Dalam Pembelajaran Klinik

adalah sebagai berikut :

a. Waktu yang terbatas

b. Berorientasi pada tuntutan klinik (jumlah klien dan

mahasiswa).

c. Meningkatnya jumlah mahasiswa.

d. Jumlah klien yang sedikit (hari rawat inap pendek, ada klien

yang menolak inform consent).

e. Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi

pembelajaran (sarana dan prasarana).

3. Komunikasi Dalam Bimbingan Klinik dan Prilaku Asertif

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari suatu

sumber informasi ke suatu tujuan. ( Redfield, 1958 ). Proses yang

mencakup pemindahan ide-ide dan penyalinan ide secara cermat untuk

15
16

menimbulkan tindakan yang menuju arah tercapainya tujuan bersama

secara efektif. ( Scott, 1962 ).

4. Saran

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat menerapkan isu-isu

kesehatan dengan baik, melawan tantangan dalam maemberikan asuhan

dan melakukan komunikasi dengan baik dan asertif.


17

DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/trend-dan-issue-dalam keperawatan?next_slideshow=1

Maria A, dkk (1995), Dasar-Dasar Riset Keperawatan Edisi 2. Buku Kedokteran

EGC. Jakarta

Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third

Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and

practices. Philadelphia. Addison Wesley.

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga:

Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai