Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi dibidang hukum saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, semua

bidang kehidupan masyarakat sehari-hari apapun itu membutuhkan sumbangsi ilmu

hukum, dalam interaksi kehidupannya masyarakat tentunya tidak lepas dari

permasalahan, oleh karena itu ilmu hukum dapat dijadikan sebagai alat untuk

membantu proses kehidupan kita apabila terjadi suatu benturan atau permasalahan.

Tentunya sebagai calon sarjana hukum kita dituntut untuk dapat terjun kedalam

masyarakat nantinya dimana akan menghadapi berbagai macam persoalan di bidang

hukum, menghadapi segala urusan yang berhubungan dengan profesi kita sebagai

praktisi hukum.

Untuk mewujudkan salah satu harapan menjadi seorang sarjana Hukum yang

mampu mengatasi berbagai persoalan, berlatih untuk terjun didunia kerja dengan

mempelajari hal-hal yang bersifat praktik merupakan salah satu hal yang diwajibkan

maka di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya mahasiswa diwajibkan untuk

mengikuti mata kuliah yang berbobot 4 SKS yaitu Kuliah Kerja Lapangan. Dalam

hal ini penulis memilih Kantor Notaris untuk menjadi wadah pembelajaran dunia

kerja dan praktik tentang hukum keperdataan karena memang berhubungan dengan

cita-cita penulis.

1
Kantor Notaris yang penulis pilih adalah Kantor Notaris/PPAT Diana Sari

Anggriani S.H., M.Kn diresmikan berdasarkan SK. Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-0038.AH.02.02 Tahun 2014, dan SK.

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 156/KEP-

17.3/VII/2014 Tahun 2014. Kantor ini beralamat di Jalan Palembang – Tanjung Api-

api, Nomor. 39 A (simpang Talang Keramat) Kelurahan Kenten, Kec. Talang Kelapa

Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Basuki Rahmat No A-1 Palembang 30128

Sumatera Selatan, dikantor ini terdapat 14 (empatbelas) orang karyawan yang

bertugas dilapangan dan dibagian administrasi kantor.

Jika ditinjau dari Pasal 1 angka 1 UU No 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan

Notaris “ Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta

autentik dan memiliki kewenangan lainnya”. Walaupun definisi tersebut menegaskan

bahwa Notaris adalah Pejabat Umum, Notaris bukan pegawai menurut Undang-

Undang dan Peraturan Kepegawaian Negeri. Notaris tidak menerima gaji tetapi

menerima honorarium sebagai penghargaan atas jasa yang telah diberikan kepada

masyarakat.1 . Kewenangan lain yang dimiliki oleh notaris yakni2 :

1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah

tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

2. Membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus;

1
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga, 1999, hlm.41.
2
Ibid hlm. 43
2
3. Membuat copy dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang

bersangkutan;

4. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

5. Memberikan penyuluhan hukum dalam pembuatan akta;

6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, dan

7. Membuat akta risalah lelang.

Notaris semakin dikenal oleh lingkup masyarakat dan dibutuhkan dalam

membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat otentik dari suatu perbuatan hukum

yang dilakukan oleh masyarakat. Kebutuhan akan lembaga notaris dalam praktek

hukum sehari-hari tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya tingkat perekonomian dan

kesadaran hukum masyarakat. Kekuatan akta otentik yang dibuat oleh notaris

memiliki kekuatan hukum yang sangat kuat mengingat akta otentik merupakan alat

bukti yang sempurna.

Bila dikaitkan dengan Pasal 1 Nomor 3 Tentang Peraturan Jabatan Notaris “

Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu

peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dihendaki untuk dinyatakan dalam

suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya, dan

memberikan grosse salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu

oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat

atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Akta yang dibuat oleh Notaris

3
sangat banyak macamnya seperti akta perjanjian sewa menyewa, akta perjanjian jual

belum akta perjanjian kredit, akta pengakuan utang dll. Salah satu akta wajib yang

dibuat dengan Akta Notaris adalah Akta Jaminan Fidusia.

Akta Jaminan Fidusia sebagai akta notaris harus memenuhi unsur-unsur yang

sudah ditentukan oleh Undang-Undang didalam proses pembuatannya sehingga

memenuhi kriteria untuk disebut sebagai Akta Otentik, diantaranya adanya unsur

pembacaan akta, penandatanganan akta pada saat itu dan hal tersebut dinyatakan

secara tegas dalam akta tersebut.3

Perjanjian Jaminan Fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada

debitur yang melibatkan penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam

penguasaan pemilik jaminan. Praktek fidusia telah lama dikenal sebagai salah satu

instrument jaminan kebendaan bergerak yang bersifat non-possessory. Berbeda

dengan jaminan kebendaan bergerak yang bersifat possessory seperti gadai, jaminan

fidusia memungkinkan debitur sebagai pemberi jaminan untuk tetap menguasai dan

mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut.4

Perjanjian Fidusia merupakan perjanjian pengalihan hak penguasaan suatu

benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang yang dijaminkan tetap dalam

pengelolaan si pemilik (debitur), akan tetapi hak kepemilikannya diberikan kepada

kreditur5. Jaminan Fidusia bersifat accesoir dimana bahwasannya Jaminan Fidusia ini

sendiri merupakan Perjanjian ikutan dari perjanjian Pokok. Hal ini tercantum dalam
3
Hikmah D. Hayatdian, Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar
Pembebanan Akta Jaminan Fidusia, Jurnal Repertorium Universitas Sam ratulangi, Vol.1.1 Nomor 1
Apil-Juni 2013 hlm.1.
4
Gladys Octavinandya Melati, Pertanggungjawaban Notaris dalam Pendaftaran Fidusia Online
terhadap Penerima Fidusia, Surakarta: Pascasarjana Prodi, Magister Kenotariatan, Jurnal Repertorium 3
Januari-Juni 2015, hlm. 63.
5
Supianto, Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana, 2015. Hlm.35.
4
Pasal 4 UU No, 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia untuk menjaga kepastian

hukumnya jaminan fidusia dituangkan dalam sebuah akta otentik, tanpa dibuat oleh

notarus maka perjanjian fidusia tidak memiliki kepastian hukum karena akta yang

dibuat tidak otentik.

1.2 Kasus Posisi

Pembebanan kebendaan dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan Akta Notaris

dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta Jaminan Fidusia. Pengaturan mengenai

pembebanan jaminan Fidusia yang dituangkan dalam akta otentik tersebut diatur

dalam Pasal 5 ayat (1) UU No 42 Tahun 1999 yaitu “ Pembebanan benda dengan

jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan

akta Jaminan Fidusia.” Selain mencantumkan hari dan tanggal, dalam akta Jaminan

Fidusia juga dicantumkan mengenai waktu pembuatan akta tersebut.

Pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris harus sesuai dengan aturan

Perundang-Undangan yang ada. Kode etik profesi notaris menjelaskan bahwa Notaris

diwajibkan bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga

kepentingan para pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Disamping itu notaris

sebagai pejabat umum harus peka, tanggap, mempunyai ketajaman berfikir dan

mampu memberikan analisis yang tepat terhadap setiap fenomena hukum dan

fenomena social yang muncul sehingga dengan begitu akan menumbuhkan sikap

keberanian dalam mengambil tindakan yang tepat. Apabila terjadi kesalahan salah

satunya kesalahan fatal seperti tidak didaftarkannya Jaminan Fidusia pada kantor

5
pendaftaran Fidusia yang dapat merugikan salah satu pihak maka bisa menjadi hal

yang berakibat fatal bagi berbagai pihak tidak terkecuali notaris.

Berdasarkan kasus posisi ini maka penulis tertarik meneliti lebih lanjut terkait

“Prosedur pembuatan Akta Jaminan Fidusia di Kantor Notaris Diana Sari

Anggraini S,H.M.Kn”

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Notaris Diana Sari Anggriani dalam pembuatan akta Jaminan

Fidusia?

2. Apa akibat hukum yang timbul apabila Notaris tidak melakukan kewajiban

Hukum terhadap pembuatan akta otentik pada pembuatan Akta Jaminan Fidusia?

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Notaris dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

Jaminan Fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun tidak berwujud sehubungan dengan hutang-piutang antara

debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur

untuk menjamin pelunasan hutangnya. Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-

undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia

memberikan kedudukan yang diutamakan privilege kepada penerima fidusia

terhadap kreditor lainnya. Jadi, Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan

dalam bentuk fidusia.

Jaminan Fidusia merupakan hubungan hukum antara debitur (pemberi

fidusia) dan kreditur (penerima fidusia) yang berdasarkan kepercayaan. Dimana

pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan hak milik

barang yang telah diserahkan, setelah lunas hutangnya. Sebaliknya juga penerima

fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang

jaminan yang berada dalam kekuasaannya6.

Jaminan fidusia bersifat accessoir artinya jaminan fidusia tidak berdiri

sendiri tetapi keberadaannya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya.

Maksud dari perjanjian pokok itu adalah dimana perjanjian tersebut

6
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001, hlm. 5.

7
menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.

Perjanjian jaminan fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan Fidusia dilaksanakan melalui dua tahapan proses, yaitu tahap

pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia.

a. Pembebanan dan Biaya Pembebanan Jaminan Fidusia

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUF dinyatakan: Pembebanan benda dengan

jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan

merupakan akta jaminan fidusia. Akta Notaris merupakan salah satu wujud akta

otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata bahwa suatu

akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh

Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang

berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.

Proses dan tahapan pembebanan fidusia dilakukan melalui beberapa hal

sebagai berikut:

1) Proses pertama, yaitu dengan membuat beberapa perjanjian pokok

berupa perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris;

2) Proses kedua, yaitu pembebanan benda dengan jaminan fidusia yang

ditandai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia (AJF), yang

didalamnya memuat hari, tanggal, waktu pembuatan, identitas para

pihak, data perjanjian pokok fidusia, uraian objek fidusia, nilai

penjaminan serta nilai objek jaminan fidusia;

8
3) Proses ketiga, yaitu pendaftaran Akta Jaminan Fidusia (AJF) di kantor

pendaftaran fidusia, yang kemudian akan diterbitkan Sertifikat Jaminan

Fidusia kepada kreditur sebagai penerima fidusia;

Setelah pembebanan jaminan fidusia sudah diselesaikan notaris dalam

bentuk akta jaminan fidusia, akta jaminan fidusia tersebut dibawa oleh

penerima fidusia (kuasa atau wakilnya) ke Kantor Pendafatran Fidusia di

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk

dimohonkan pendaftaran dengan melampirkan semua ketentuan-ketentuan

tentang bagaimana tata cara pendaftaran fidusia. Namun sekarang

pendaftaran untuk jaminan fidusia sudah dilakukan secara online untuk

meningkatkan PNBP dan penghematan pengeluaran anggaran biaya negara

dan juga mempermudah pelaku bisnis yang membutuhkan keamanan dalam

menjalankan usahanya.

b. Pendaftaran Jaminan Fidusia

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara

Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

mengatur bahwa untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran jaminan fidusia

dengan mudah, cepat, dan biaya rendah, perlu dilakukan pelayanan pendaftaran

jaminan fidusia secara elektronik. Diberlakukannya pendaftaran fidusia secara

elektronik yaitu agar terciptanya pelayanan one day service dan meminimalisir

lonjakan pendaftaran yang melampaui batas setiap harinya.7

7
http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun2015-tentang-cara-pendaftaran-
jaminan--fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/
9
Pendaftaran jaminan fidusia harus dibuat akta notariil, jika pendaftaran

jaminan fidusia tidak dibuat dengan akta notariil maka jaminan fidusia tersebut

tidak dapat didaftarkan. Fungsi dari suatu akta adalah untuk mendapatkan

pembuktian sempurna di mata hukum. Karena jika sebuah akta dibuat melalui

akta bawah tangan maka akta tersebut tidak mempunyai kekuatan pembuktian

yang kuat, karna tanda tangan pada akta dibawah tangan masih bisa untuk

dihindari. Pendaftaran jaminan fidusia dapat dilakukan setelah akta jaminan

fidusia telah ditandatangani oleh para pihak pada Kantor Pendaftaran Fidusia di

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM ditempat kedudukan pemberi

fidusia.8

Setelah akta pembebanan jaminan fidusia sudah ditandatangani oleh para

pihak yang berkepentingan, setelah itu barulah dilakukan pendaftaran akta

pembebanan jaminan fidusia pada kantor Pendaftaran fidusia. Hal ini sesuai

dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia yang mengatur

bahwa; benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib untuk didaftarkan.

Maksud pendaftaran jaminan fidusia, yaitu dengan memperhitungkan asas

publisitas yang biasanya dianut dalam pelaksanaan pendaftaran, adalah agar

pihak ketiga mempunyai kesempatan untuk tahu mengenai pendaftaran benda,

ciri benda yang didaftar dan benda-benda tententu terikat sebagai jaminan

untuk keuntungan kreditor tertentu, untuk suatu jumlah tertentu, dengan janji-

janji9.

8
Hasil Wawancara dengan Ibu Diana Sari Anggriani Selaku Notaris Banyuasin, Hari Rabu, 2
November 2018.
9
Supianti, Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawancana, 2015, hlm: 21.
10
Peran notaris dalam pembuatan akta jaminan kebendaaan (fidusia) dalam

wewenangnya pada Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No.2 Tahun 2014 tentang

jabatan notaris yaitu membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,

dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang

dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,

menjamin kepastian pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan

dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan

atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-

undang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

outentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagai mana yang dimaksud dalam

undang-undang atau berdasarkan undang-undang lainnya. Adapun peran notaris

dalam pembuatan akta jaminan kebendaan (fidusia) menurut kewenangannya pada

pasal 15 ayat (1) nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan otaris yang mengkhusus pada:

a) Menjamin kepastian tanggal pembuatan

Menjamin kepastian tanggal pembuatan pada akta jaminan kebendaan (fidusia)

dalam hal ini sudah sesuai dengan tanggal realisasi finance dan finance yang

membawa berkas-berkas kekantor notaris untuk dibuatkan akta jaminan

kebendaan (fidusia). Tanggal pembuatan akta fidusia sesuai dengan tanggal

penandatangan finance. Waktu yang digunakan dalam pembuatan akta jaminan

kebendaan (fidusia) yaitu tergantung dari banyaknya akta yang dibuat, apabila

dalam satu hari ada 100 akta yang akan dibuat maka waktu yang dibutuhkan dua

sampai tiga hari. Sedangkan masa berlakunya akta jaminan fidusia itu berlaku

sampai cicilan barang tersebut lunas. Misalnya debitur mencicil motor atau mobil
11
kepada kreditor selama tiga tahun maka akta tersebut berlaku juga sampai tiga

tahun.

b) Cara menyimpan akta

Cara menyimpan akta yang sudah dibuat oleh notaris yaitu di Kantor Notaris

Diana Sari Anggriani,S.H.,M.Kn sudah ada tempat terkhusus untuk

menyimpan akta yang sudah dibuat dan tembat tersebut namanya lemati akta

semua akta yang telah dibuat disimpan ditempat tersebut dan hanya bisa

dikeluarkan apabila ada masalah denga klien. Hal-hal yang perlu dipersiapkan

oleh klien dalam pembuatan akta jaminan kebendaan (fidusia) yaitu KTP (suami

istri), surat kuasa, dan surat fidusia. Surat fidusia itu yang sangat penting karena

dasar hukum surat kuasa ada pada surat tersebut dan notaris bisa membuat akta

jaminan kebendaan (fidusia) berdasarkan surat kuasa tersebut.

c) Prosedur pemberian grosse

Prosedur pemberian grosse pada akta jaminan kebendaan (fidusia) yaitu

notaris mengeluarkan grosse akta membuat cacatan pada minuta akta mengenai

penerima grosse dan pada bagian akhir dan penutup akta kemudian diberikan

sebagai grosse pertama dengan menyebutkan nama orang yang memintanyadan

untuk siapa grosse dikeluarkan serta tanggal pengeluarannya akta dan akta

tersebut setiap bulannya ada nomor akta dan setiap bulan nomor akta tersebut

diganti dengan memulai kembali pada nomor akta satu dan seterusnya sampai

tutup bulan dan notaris memiliki buku khusus agar nomor akta tersebut teratur.

Hambatan– hambatan dalam pembuatan akta jaminan kebendaan fidusia) yang

dirasakan oleh notaris yaitu tidak ada hambatan karena data-data dan prosedur

12
yang diminta oleh notaris sudah disiapkan secara lengkap oleh financetersebut.

Hal ini mebuat notaris tidak memiliki hambatan dalam pembuatan akta fidusia.

d) Cara pemberian salinan dan kutipan akta

Prosedur pemberian salinan dan kutipan akta pada kline yaitu apabila semua

berkas-berkas sudah dilengkapi sesuai dengan apa yang diminta oleh notaris dan

semua para pihak yang bersangkutan sudah melakukan tanda tangan diakta maka

salinan dan kutipan akta diberikan kepada klien karena sudah sesuai dengan

prosedur dan apabila tidak memenuhi prosedur maka notaris tidak berani

memberikan salinan dan kutipan akta tersebut kepada klien. Oleh karena itu yang

mendukung pembuatan akta jaminan kebendaan (fidusia) yaitu berkasnya

lengkap, karena apabila berkasnya tiddak lengkap maka notaris tidak bisa proses

atau membuat akta fidusia tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dikantor Notaris Diana Sari Anggraini S.H.,M.Kn bahwa peran

notaris yaitu dimana notaris itu membuat akta, surat-surat, sertifikat dan lain

lainya, dimana yang dibuat oleh notaris memiliki kepastian hukum dikarenakan

sudah terdaftar di Kementrian Hukum dan Ham jadi ketika klien/seseorang

mendaftarkan fidusia dia merasa aman karena sudah dilindungi oleh hukum.

Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti bahwa apa yang dilakukan oleh

ibu Diana Sari Anggriani sudah sesuai dengan undang-undang nomor 2 Tahun

2014 Tentang Jabatan notaris dimana peneliti meneliti peran notaris dalam

wewenangnya berdasarkan pasal 15 ayat (1) tentang jabatan notaris yang

mengkhusus pada menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,

memberi grosse, memberi salinan dan kutipan akta

13
2.2 Akibat Hukum Yang Timbul Apabila Notaris Tidak Melakukan Kewajiban

Hukum Terhadap Pembuatan Akta Otentik Pada Pembuatan Akta Jaminan

Fidusia

Pelanggaran terkait dengan kode etik Notaris dalah perbuatan atau tindakan

yang dilakukan oleh anggota perkumpulan organisasi Ikatan Notaris Indonesia

maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris yang

melanggar ketentuan kode etik dan/atau disiplin organisasi. Terkait dengan

sanksi sebagai bentuk upaya penegakan kode etik Notaris atas pelanggaran kode

etik didefinisikan sebagai suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana,

upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin Notaris.10

Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal

84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris. Kode etik Notaris yang diatur oleh

organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) merupakan salah satu

organisasi profesi jabatan Notaris yang sudah diakui dan telah mempunyai

cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur

dalam Pasal1 angka (9) bahwa : Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan

yang dilakukan oleh Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan

menjalankan jabatan notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau

disiplin organisasi.

Menurut Meinazir Zein, penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas

terhadap anggota yang melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas

pelanggaran yang dilakukan oleh anggota. Yang dimaksud sebagai sanksi adalah

10
https://media.neliti.com/media/publications/242466-sanksi-hukum-terhadap-notaris -yang-
melan-a6f743e3. Diakses pada tanggal 4 November 2018, pukul 19.23
14
suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa

ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku

dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin

organisasi. Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran

terhadap kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan

alat perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas

pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada

pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing

Dari penjabaran di atas akibat hukum jika notaris tidak melaksanakan

kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia

maka akan diberlakukan sanksi tegas yang akan diberlakukan terhadap notaris

dengan apa yang telah diperbuatnya yang menimbulkan kerugian bagi orang lain

sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku tentang Jabatan Notaris

maupun kode etik profesi.

Berdasarkan pemaparan uraian tersebut notaris adalah pejabat yang

berwenang dalam membuat akta otentik sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2014. Jika Notaris dalam membuat akta jaminan fidusia tidak

mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku maka perlu diberlakukannya

sanksi yang tegas sesuai dengan apa kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam

membuat akta jaminan fidusia, baik berupa sanksi perdata, sanksi administratif

maupun sanksi kode etik. terkadang beberapa notaris dianggap lalai dalam

menjalankan tugasnya seperti membuat akta jaminan fidusia diluar wilayahnya,

membuat akta jaminan fidusia melebihi yang diwajibkan setiap bulannya, akta

15
yang dibuat termasuk akta jaminan fidusa yang tidak di tandatangani dihadapan

notaris, akta yang tidak dibacakan dan hal-hal lain yang dapat menurukan kinerja

notaris. perlu diperhatikannya kinerja notaris oleh aparat penegak hukum maupun

pihak-pihak yang menaungi notaris seperti Ikatan Notaris Indonesia atau INI agar

tercapainya tanggung jawab notaris terhadap tugas yang sudah diberikan kepada

notaris agar kesalahan yang dibuat oleh notaris dalam membuat akta otentik pada

pembuatan akta jaminan fidusia tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Mekanisme pembuatan akta jaminan fidusia dilakukan melalui dua tahapan

sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia

yaitu melalui tahapan pembebanan dan pendaftaran. Pembebanan dengan

jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris, notaris diwajibkan untuk membuat

akta jaminan fidusia dengan memperhatikan tata cara pembebanan, biaya

pembebanan dan jangka waktu pembebanan. Setelah akta pembebanan jaminan

fidusia sudah ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan, setalah itu

barulah dilakukan pendaftaran akta pembebanan jaminan fidusia pada kantor

Pendaftaran fidusia. Peran Notaris Diana Sari Anggriani dalam pembuatan akta

jaminan kebendaan (fidusia) sudah sesuai dengan peranannya sebagai notaris

sesuai dengan undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan notaris pasal

15 ayat (1) tentang jabatan notaris yang mengkhusus dalam menjamin kepastian

tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberi grosse, memberi salinan dan

kutipan.

2. Dalam menjalankan jabatan notaris ada beberapa larangan yang tidak boleh

dilanggar oleh seorang Notaris, sebagaimana telah ditetapkan dengan tegas

dalam peraturan perundang-undangan, sebagaimana terdapat dalam Pasal 17

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,Larangan itu

bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat yang

17
membutuhkan jasa Notaris, serta mencegah terjadinya persaingan yang tidak

sehat antara sesama Notaris dalam menjalankan jabatannya. Tanggung jawab

notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan yang

diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut secara sah dan terikat

mulai berlaku sejak notaris mengucapkan sumpah jabatannya sebagai notaris.

Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang seharusnya mengontrol segala

tindakan notaris dalam menjalankan jabatannya. Akibat hukum yang akan

diterima apabila notaris dalam melaksanakan tugasnya menimbulkan kelalaian

bagi kliennya maka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan kelalaian apa yang

dilakukan oleh notaris baik itu lalai tanggung jawab secara perdata, administrasi

maupun kode etik yang berlaku.

18
3.2 Saran

1. Dalam praktiknya semua prosedur yang dilakukan sudah tepat dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada, namun dalam proses dilapangan harus

membutuhkan ketelitian yang detail agar proses pembuatan akta maupun produk

Notaris dan PPAT lainnya dapat terlaksana dengan baik. Sehingga dalam hal ini

perlu pembelajaran yang lebih bagi Notaris, Staff administrasi maupun

Mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan agar dapat menguasai

prosedur pembuatan berbagai Akta Otentik. Pembelajaran tersebut dapat

dilakukan dengan pemahaman terlebih dahulu, kemudian diamati apa saja yang

harus dimuat didalam akta baru bisa membuatnya dengan mengikuti format yang

ada.

2. Sebagai seorang pejabat Negara yang bertugas untuk mengurus keperluan

masyarakat dalam Akta Otentik, Notaris harus mengikuti dan tidak melanggar

peraturan yang ada. Notaris dituntut untuk cermat, teliti dan menguasai apa saja

permasalahan yang ada didalam masyarakat. Sehingga dalam hal ini untuk

menjadi seorang notaris diperlukan skill yang benar-benar teliti sebagai praktisi

hukum apabila perilaku atau perbuatannya tidak mematuhi peraturan yang ada

maka akan disebut dengan Pelanggaran Kode Etik Notaris.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, J akarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2001.

G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga,1991.

Supianto, Hukum Jaminan Fidusia, Jember: Garudhawacana, 2015.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Undang-Undang Nomor

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran

Jaminan Fidusia

C. Jurnal

Hikmah D. Hayatdian, Kajian Hukum Surat Kuasa Dibawah Tangan Sebagai Dasar

Pembebanan Akta Jaminan Fidusia, Jurnal Repertorium Universitas Sam

ratulangi, Vol.1.1 Nomor 1 Apil-Juni 2013

Gladys Octavinandya Melati, Pertanggungjawaban Notaris dalam Pendaftaran

Fidusia Online terhadap Penerima Fidusia, Surakarta: Pascasarjana Prodi,

Magister Kenotariatan, Jurnal Repertorium 3 Januari-Juni 2015

20
D. Internet

http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun2015-tentang-cara-

pendaftaran-jaminan--fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/ Diakses

Pada 4 November 2018 Pukul 17.03

https://media.neliti.com/media/publications/242466-sanksi-hukum-terhadap-notaris

-yang-melan-a6f743e3. Diakses pada tanggal 4 November 2018, pukul 19.23

21

Anda mungkin juga menyukai