Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengertian
Menurut AmericanPublic Health Association Public Health
Nursing(2013) keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktik
khusus dalam keperawatan dan kesehatan masyarakat.Klinik ini
berfokus pada peningkatan kesehatan populasi dengan menekankan
pencegahan, dan menghadiri beberapa faktor penentu
kesehatan.Sering digunakan secara bergantian dengan keperawatan
kesehatan masyarakat, praktik pengasuhan ini mencakup advokasi,
pengembangan kebijakan, dan perencanaan, yang membahas masalah
keadilan sosial. Dengan pandangan tingkat kesehatan yang beragam,
tindakan keperawatan kesehatan masyarakat terjadi melalui penerapan
teori, bukti, dan komitmen masyarakat terhadap keadilan dalam
kesehatan.
Menurut The Definition and Practice of Public Health Nursing
(2017) Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik
mempromosikan dan melindungi kesehatan populasi menggunakan
pengetahuan dari ilmu keperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat.
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan
komunitas dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif
(Kemenkes RI, 2016)
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai ( valuase), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga, misalnya didalam

6
7

kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,


kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam
suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya, (Alimul,
2009).
2. Perbedaan keperawatan Komunitas Dari Disiplin Keperawatan
Lain
Pada awalnya Keperawatan kesehatan komunitas bekerja di sektor
pemerintahan seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dan
puskesmas tetapi dalam perkembangannya perawat komunitas juga
bekerja di setting lainnya misal pusat layanan kesehatan mandiri,
organisasi home care maupun organisasi kemasyarakatan lainnya.
Menurut Institute of Medicine (IOM) tahun 2003 mendefinisikan
Keperawatan Kesehatan Komunitas sebagai layanan keperawatan
profesional yang diberikan oleh perawat yang telah memeperoleh
pendidikan keperawatan komunitas atau disiplin lain yang berkaitan
dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan yang berfokus pada
masyarakat
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis
keperawatan lainnya berdasarkan delapan prinsip di bawah ini
menurut Harnilawati (2013) :
a. Klien atau unit keperawatan adalah populasi. Walaupun perawat
komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga dan
kelompok tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi
keseluruhan
b. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau
populasi keseluruhan. Perawat kesehatan komunitas
mengidentifikasi kemungkinan menemukan individu yang
kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang
menguntungkan bagi populasi keseluruhan
8

c. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja


dengan klien sebagai mitra yang sejajar Tindakan perawat
kesehatan komunitas harus menggambarkan kesadaran dari
kebutuhan yang komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan
dengan komunitas dan populasi meliputi perspektif, prioritas dan
nilai dari populasii dalam menginterpretasikan data, kebijakan
dan memutuskan program serta memilih strategi yang sesuai
untuk dilakukan.
d. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang
sesuai Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan
dan proteksi kesehatan
e. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi
sosial dan ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan
fokus utama. Intervensi keperawatan kesehatan komunitas
meliputi pendidikan, pengembangan masyarakat, perencanaan
sosial, kebijakan pengembangan serta enforcement. Dan
intervensi tersebut akan berkembang ketika kita bekerja dengan
komunitas dan berakibat pada hukum, peraturan, kebijakan dan
prioritas dana. Advokasi pada komunitas untuk menciptakan
kondisi sehat merupakan bagian penting dari praktik keperawatan
kesehatan komunitas.
f. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang
memerlukan intervensi spesifik atau pelayanan Beberapa faktor
resiko tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik
kemungkinan lebih dapat dipantau perkembangan penyakitnya
atau kecacatannya atau kemungkinan sulit untuk mengakses atau
menggunakan pelayanan, oleh sebab itu memerlukan jangkauan
yang khusus. Keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada
keseluruhan populasi dan tidak hanya pada mereka yang datang
ke pelayanan.
9

g. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk


mendapatkan perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan
kunci pokok dari kegiatan praktik. Perawat kesehatan komunitas
harus terlibat dalam koordinasi dan organisasi tindakan dalam
merespon isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan. Perawat
komunitas menggunakan dan memberikan informasi pada
pembuat kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan
dengan outcome aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti
keuntungan biaya atau efektifitas biaya dari strategi yang
potensial. pada pembuat kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang
berhubungan dengan outcome aksi spesifik, program atau
kebijakan, seperti keuntungan biaya atau efektifitas biaya dari
strategi yang potensial. Perawat kesehatan komunitas harus selalu
berkembang untuk mencari bukti ilmiah ketika diperlukan.
h. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan
perkumpulan merupakan cara paling efektif untuk
mempromosikan dan melindungi kesehatan orang-orang
Menciptakan kondisi dimana komunitas selalu sehat
kemungkinan sangat kompleks, proses sumber daya yang intensif.
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan disiplin ilmu
lain dari berbagai bidang dan profesi dalam upaya meningkatkan
kesehatan populasi. Hal inimeliputi identifikasi perawat kesehatan
komunitas akan pentingnya tindakan legislatif dan keterlibatan
kebijakan sosial dan kesehatan di semua tingkat. Kolaborasi ini
kemungkinan terjadi dalam sistem pelayanan ksehatan dan
pemerintah mengadopsi program promotif dan kebijakan yang
perlu direvisi.
3. Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas
Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan
utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan
untuk semua orang melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa
10

menjadi sehat.Meskipun praktik yang dilakukan berada pada berbagai


jenis organisasi dan masyarakat, semua perawat kesehatan komunitas
berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan pada mereka
yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga,
komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik atau ras
khusus yang mengalami beban berlebihan dari outcome kesehatan
yang rendah. Populasi juga dapat berpartisipasi dalam progra khusus
seperti perawatan maternitas untuk remaja yang hamil, atau mereka
yang terkena penyakit-penyakit khusus seperti HIV/AIDS atau
tuberkulosis; atau faktor resiko seperti hipertensi, kurangnya akses
terhadap erawatan.Meskipun perawat kesehatan komunitas melayani
indvidu dan keluarga, fokus utama adalah populasi. Perawat kesehatan
komunitas bisa bekerja sama dengan komunitas dan populasi untuk
mengurangi resiko kesehatan dan meningkatkan, mempertahankan
serta memperbaiki kembali kesehatan. Perawat kesehatan komunitas
melakukan advokasi pada tingkat sistem untuk merubah
kesehatan.Perawat kesehatan komunitas harus memahami dan
menerapkan konsep dari berbagai area.Perawat komunitas juga harus
mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan
komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan dan ilmu kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan
komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
menurut Mubarak, Iqbal Wahit (2009)meliputi :
a. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti
epidemiologis, pekerja sosial, nutrisionis dan pendidik
kesehatan
b. Organisasi kesehatan pemerintah
c. Penyedia layanan kesehatan
d. Organisasi dan koalisi masyarakat
e. Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan
hukum dan unit gawat darurat
11

f. Industri dan bisnis


g. Institusi penelitian dan pendidikan
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi
inti dari pengkajian, jaminan dan kebijakan pengembangan. Fungsi
inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses
pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan
populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh
melalui regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan
profesional lain untuk memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki
populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau ketentuan langsung
pelayanan. Srategi asuransi meliputi ketersediaan, bisa diterima, dapat
diakses dan kualitas layanan.Kebijakan ditetapkan berdasarkan hasil
pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan dengan
pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar,
seperti bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi.Perawat
kesehatan komunitas proaktif dengan menghormati
kecenderunganpelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian,
dan aktivitas legislatif serta kebijakan.Fungsinya sebagai advokat pada
populasi yang mereka layani.Seperti advokasi untuk kesehatan
masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan, menciptakan kondisi
yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan populasi dan
merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas. Perawat
kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan
praktik perawat kesehatan komunitas dan strategi serta intervensi
khusus. Perawat harus memiliki tanggung jawab secara aktif dalam
meningkatkan ilmu berbasis bukti yang profesional.Dokumentasi yang
baik dan jelas merupakan bukti praktik perawat kesehatan komunitas
yang efisien, efektif dan strategi biaya yang menguntungkan dalam
promotif kesehatan masyarakat.Ketika perawat kesehatan komunitas
bermitra dengan individu, fokusnya menjadi meningkatkan
12

pengetahuan, sikap dan praktik yang mendukung serta meningkatkan


kesehatan dengan tujuan utama memperbaiki keseluruhan kesehatan
dari populasi.Sama juga tindakan dengan keluarga dan komunitas yang
meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat keseluruhan.
Aktivitas dengan populasi berhubungan dengan organisasi, kebijakan,
hukum dan termasuk stake holder kunci yang mempengaruhi
lingkungan dimana orang-orang tinggal dan menciptakan kondisi yang
meningkatkan kesehatan untuk semua (Sumijatun 2010).
Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan
pelayanan kesehatan , yaitu
a. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
b. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara
langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut
maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko
tinggi masalah kesehatan.
c. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat
(day care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA,
dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah
melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan
d. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan
perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di
tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan
pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja,
nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan
perokok serta pengawasan makanan. 5. Di barak-barak
penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan langsung
13

terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda,


dan mental.
e. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok
masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan
yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan
kasus penyakit.
f. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,
panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)
atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).
g. Pelayanan pada kelompok kelompokresiko tinggi a. Pelayanan
perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan
kesehatan jiwa c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan
penyalahgunaan obat d. Pelayanan keperawatan ditempat
penampungan kelompok lansia, gelandangan pemulung/pengemis,
kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan
WTS Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan
dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya
4. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan, menurut Efendi
Ferry dan Makhfudli (2009)terdiri dari :
a. individu
14

individu adalah angota keluarga yang uni sebagau kesatuan utuh


dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual
b. keluarga
keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama, didalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan
Sasaran keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group),
dengan prioritas :
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum
mempunyai kartu sehat
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan uang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan
termasuk diantaranya adalah :
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti ibu hami, bayi baru
lahir, balita, anak usia sekolah, usia lanjut, kelompok dengan usia
khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta
asuhan keperawatan diantaranya adalah :
15

1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,


penyakit kelamin lainnya.
2) Penderita dengan oenyakit tak menular, seperti : penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacar fisisk, gangguan
mental dan lain sebagainya.
d. Sasaran asyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai :
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan
daerah lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah
lain
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria,
diare, demam berdarah, dll)
3) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara
lain daerah terpencil, daerah perbatasan
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi
sulit seperti daerah transmigrasi.

B. PUSKESMAS
1. Pengertian
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu
sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
16

kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan


pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes, 2011).
Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional
yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada
suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu
(AzrulAzwar, 1996).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Depkes, 2009).

2. Visi dan Misi Puskesmas


Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia.
Indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat.
b. Perilaku sehat.
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.
d. Derajat kesehatan penduduk kecematan.
Misi puskesmas yaitu:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya.
17

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan


keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

3. Kegiatan Pokok Puskesmas


Kegiatan pokok puskesmas menurut Efendi & makhfudli
(2009), adalah sebagai berikut:
1) Upaya kesehatan Ibu dan Anak
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui
serta bayi danak balita dan anak prasekolah.
b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi
buruk.
c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan acara
stimulasinya.
d. Imunisasi tetanus toksoid dua kali pada ibu hamil dan BCG,
DPT 3 kali, polio kali dan campak 1 kali pada bayi.
e. Penyuluhan kesehatan dalam mencapai program KIA.
f. Pelayanan keluarga berencana.
g. Pengobatan bagi ibu, bayi, balita dan anak prasekolah untuk
macam-macam penyakit ringan.
h. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang
memerlukan pemeliharaan, memberikan penerangan dan
pendidikan tentang kesehatan.
i. Pengawas dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para
dukun bayi.
2) Upaya Keluarga Berencana
a. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi KIA
18

b. Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang


kemudian akan bekerja sebagai penggerak calon peserta
keluarga berencana
c. Mengadakan pembicaraan-pembicaraan kapan saja ada
kesempatan
d. Memasang IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom, dan cara
lain dengan memberi sarananya.
e. Melanjutkan mengamati mereka yang menggunakan sarana
pencegahan kehamilan.
3) Upaya Peningkatan Gizi
a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati
mereka
b. Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan
program perbaikan gizi
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat terutama
dalam rangka program KIA
d. Melaksanakan program-program:
a) Progtam perbaikan gizi keluarga melalui posyandu
b) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein
dan kalori kepada balita dan ibu menyusui
c) Memberikan vitamin A kepada balota umur dibawah 5 tahun.
4) Upaya Kesehatan Lingkungan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang
dilakukan staf puskesmas adalah:
a. Penyehatan air bersih
b. Penyehatan pembuangan kotoran
c. Penyehatan lingkungan perumahan
d. Penyehatan limbah
e. Pengawasan sanitasi tempat umum
f. Penyehatan makanan dan minuman
g. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan
19

5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


a. Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit
b. Melaporkan kasus penyakit menular
c. Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya
laporan yang masuk, untuk menemukan kasus-kasus baru dan
untuk mengetahui sumber penularannya.
d. Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit
e. Menyembuhkan penderita, hingga ia tidak lagi menjadi sumber
infeksi
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian vektor
h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
6) Upaya pengobatan
a. Melaksanakan diagnose sedini mungkin
b. Melaksanakan tindakan pengobatan
c. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan
tersebut dapat berupa: rujukan diagnostik, tujukan
pengobatan/rehabilitasi, rujukan lain.
7) Upaya penyuluhan
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan
penyuluhan kesehatan dilakukan pada jadwal pelaksanaan
program dan setiap kesempatan oleh petugas, apakah diklinik,
rumah dan keompok-kelompok masyarakat.
b. Di tingkat puskesmas tidak ada penyuluhan tersendiri, tetapi
ditingkat kabupatenn diadakan tenaga-tenaga koordinator
penyuluhan kesehatan. Koordinator membantu para petugas
puskesmas dalam mengembangkan teknik dan materi
penyuluhan di puskesmas
20

8) Upaya Kesehatan Sekolah


a. Membina sarana keteladanan disekolah, berupa sarana
keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan
kebersihan lingkungan
b. Membina kebersihan perseorangan peserta didik
c. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan
secara aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan
dokter kecil
d. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I
e. Pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun untuk kelas II
sampai kelas IV dan guru berupa pemeriksaan kesehatan
sederhana
f. Imunisasi peserta didik kelas I sampai kelas VI
g. Pengawasan terhadap keadaan air
h. Pengobatan ringan pertolongan pertama
i. Rujukan medik
j. Penanganan kasus anemia gizi
k. Pembinaan teknis dan pengawasan di sekolah
l. Pencatatan dan pelaporan
9) Upaya Kesehatan Olahraga
a. Pemeriksaan kesehatan berkala
b. Penentuan takaran latihan
c. Pengobatan dengan teknik latihan dan rehabilitasi
d. Pengobatan akibat cidera latihan
e. Pengawasan selama pemusatan latihan
10) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
a. Asuhan perawatan kepada individu di puskesmas maupun
dirumah dengan berbagai tingkat umur, kondisi kesehatan,
tumbuh kembang dan jenis kelamin
b. Asuhan perawatan yang diarahkan kepada keluarga sebagai
unit terkecil daro masyarakat (keluarga binaan)
21

c. Pelayanan perawatan kepada kelompok khusus diantaranya:


ibu hail, anak balita, usia lanjut dan sebagainya
d. Pelayanan keperawatan pada tingkat masyarakat
11) Upaya Peningkatan Kesehatan kerja
a. Identifikasi masalah, meliputi: Pemeriksaan kesehatan dari
awal dan berkala untuk para pekerja, pemeriksaan kasus
terhadap pekerja yang datang berobat ke puskesmas,
peninjauan tempat kerja untuk menentukan bahaya akibat kerja.
b. Kegiatan peningkatan kesehatan tenaga kerja melalui
peningkatan gizi pekerja, lingkungan kerja dan kegiatan
peningkatan kesejahteraan.
c. Kegiatan pencegahan kecelakaan akibat kerja, meliputi:
penyuluhan kesehatan, kegiatan ergonomic (yaitu kegiatan
untuk mencapai kesesuaian antara alat kerja agar tidak terjadi
stres fisik terhadap pekerja), kegiatan monitoring bahaya akibat
kerja, pemakaian alat pelindung diri.
d. Kegiatan pengobatan kasus penyakit akibat kerja.
e. Kegiatan pemulihan kesehatan bagi pekerja yang sakit
f. Kegiatan rujukan medis dan kesehatan terhadap pekerja yang
sakit
12) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pembinaan pengembangan kemampuan peran serta masyarakat
dalam upaya pemeliharaan diri dalam wadah program UKGM.
b. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan, meliputi: anak
sekolah, kelompok ibu hamil, menyusui dan anak pra sekolah.
c. Pelayanan medik dokter gigi dasar, meliputi: pengobatan gigi
pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk, merujuk
kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi kesasaran yang
lebih mampu, memberikan penyuluhan secara individu atau
kelompok, memelihara kebersihan (hygine klinik), memelihara
atau merawat peralatan atau obat-obatan.
22

d. Pencatatan dan pelaporan.


13) Upaya Kesehatan Jiwa
a. Kegiatan kesehatan jiwa yang terpadu dengan kegiatan pokok
puskesmas.
b. Penanganan pasien dengan gangguan jiwa.
c. Kegiatan dalam bentuk penyuluhan serta pembinaan peran
serta masyarakat.
d. Pengembangan upaya kesehatan jiwa di puskesmas melalui
pengembangan peran masyarakat dan pelayanan melalui
kesehatan masyarakat.
e. Pencatatan dan pelaporan.
14) Upaya Kesehatan Mata
a. Upaya kesehatan mata, pencegahan kesehatan dasar yang
terpadu dengan kegiatan pokok lainnya.
b. Upaya kesehatan mata.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bentuk penyuluhan
kesehatan serta menciptakan kemandirian masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan mata mereka.
d. Pengembangan kesehatan mata masyarakat.
e. Pencatatan dan pelaporan.
15) Laboratorium Kesehatan
a. Di ruangan laboratorium: menangani penerimaan pasien,
pengambilan specimen, penganan specimen, pelaksanaan
specimen, pengcekan hasil pemeriksaan, penyampaian hasil
pemeriksaan.
b. Terhadap specimen yang akan dirujuk: pengambilan specimen,
penanganan specimen, pengemasan specimen, pengiriman
specimen, pengambilan hasil pemeriksaan, pencatatan hasil
pemeriksaan, penyampaian hasil pemeriksaan.
23

c. Di ruang klinik dilakukan oleh perawat atau bidan, meliputi:


persiapan pasien, pengambilan spcimen, menyerahkan
specimen untuk diperiksa.
d. Di luar gedung, meliputi: melakukan tes skriningHb,
pengambilan specimen untuk kemudian di kirim ke
laboratorium puskesmas, memberikan penyuluhan, pencatatan
dan pelaporan.
16) Upaya Pencatatan dan Pelaporan
a. Dilakukan oleh semua puskesmas (pembina, pembantu dan
keliling).
b. Pencatatan dan pelaporan mencakup: data umum dan
demografi wilayah keja puskesmas, data ketenagaan di
puskesmas, data kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan
baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas.
c. Laporan dilakukan secara periodik (bulan, triwulan enam bulan
dan tahunan).
17) Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Upaya pembinaan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui:
a. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pimpinan
wilayah, lintas sektoral dan berbagai organisasi kesehatan yang
dilakukan melalui dialog, seminar dan lokakarya dalam rangka
kominikasi, informasi dan motivasi dengan memanfaatkan
media masa dan system informasi kesehatan.
b. Persiapan petugas penyelenggaraan melalui latihan, orientasi
dan sarasehan kepemimpinan dibidang kesehatan.
c. Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan dengan mengenali dan
menggerakkan sumber daya yang dimilikinya melalui
rangkaian kegiatan: pendekatak kepada tokoh masyarakat,
survey mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah
24

kesehatannya, musyawarah masyarakat desa untuk penentuan


bersama rencana pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
d. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat
melalui kader yang terlatih.
e. Pengembangan dan pelestarian kegiatan oleh masyarakat.
18) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
a. Melestarikan bahan-bahan tanaman uang dapat digunakan
untuk pengobatan tradisional.
b. Pengembangan dan pelestarian terhadap cara-cara pengobatan
tradisional.
19) Upaya Kesehatan Remaja
20) Dana Sehat
4. Program Puskesmas
Program wajib yang telah sesuai standar menurut Depkes RI (2007)
antara lain:
a. Promosi Kesehatan (Promkes) seperti: penyuluhan kesehatan
masyarakat, sosialisasi program kesehatan, perawatan kesehatan
masyarakat (perkesmas).
b. Pencegahan Penyakit Menular (P2M), sperti:
surveilensepidemiolohi, pelacakan kasus (TBC, Kusta, DBD,
malaria, flu burung, ISPA, diare, IMS, atau Infeksi Menular
Seksual dan rabies).
c. Program Pengobatan, seperti: rawat jalan poli umum, rawat jalan
poli gigi, unit rawat inap (keperawatan, kebidanan), unit gawat
darurat (UGD), Puskesmas Keliling (Puskel).
d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diantaranya adalah NC (Antenatal
Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
persalinan, Rujukan BumilResti, Kemitraan Dukun.
e. Upaya Peningkatan Gizi: penimbangan, pelacakan gizi buruk,
penyuluhan gizi.
25

f. Kesehatan Lingkungan, meliputi: pengawasan SPAL (saluran


pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban
keluarga), TTU (tempat-tempat umum), institusi pemerintah,
survey jentik nyamuk.
g. Pencatatan dan pelaporan: sistem pencatan dan pelaporan terpadu
puskesmas (SP2TP).
C. OTITIS MEDIA AKUT

1. Definisi
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradanganakut sebagian atau
seluruh telinga tengah, tuba eustachii, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid. Biasanya terjadi karena peradangan saluran napas atas dan
sering mengenai bayi dan anak-anak. Telinga tengah adalah organ
yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Bila
terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah
terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga
tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh
tuba eustachii. OMA terjadi akibat tidak berfungsinya system
pelindung tadi. Sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii
merupakan factor utama terjadinya otitis media (Husni T.R, 2011).
2. Patofisiologi
Otitis media akut (OMA) terjadi akibat adanya gangguan pada
factor pertahanan tubuh. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan
factor utama penyebab terjadinya OMA. Dengan adanya sumbatan
yang merusak factor pertahanan tubuh sebagai pencegah invasi kuman
kedalam tuba Eustachius maka terjadi peradangan pada mukosa. Hal
ini menyebabkan fungsi tuba Eustachius terganggu sehingga
menyebabkan terjadinya tekanan negatif di dalam telingatengah. Pada
umumnya pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran napas atas
(ISPA), semakin sering terkena ISPA maka kemungkinan terjadinya
OMA semakin besar (Novertha, 2013).
26

3. Klasifikasi
Otitis Media Supuratif
Akut/Otitis Media
Akut
Otitis Media Supuratif

Otitis Media Supuratif


Kronik

Otitis Media Adhesiva

Otitis Media
Otitis Media Spesifik
Otitis Media Serosa
Akut

Otitis Media Serosa


(Non Supuratif)
Otitis Media Serosa
Kronik

a. Berdasarkan Gejala
1) Otitis Media Supuratif :
a) Otitis Media Supuratif Akut/Otitis Media Akut
Proses peradangan pada telinga tengah yang terjadi
secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3
minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan
sistemik.(Munilson, Jacky. Et al.)
b) Otitis Media SupuratifKronik
Infeksi kronik telinga tengah disertai perforasi membran
timpani dan keluarnya sekret yang apabila tidak
ditangani dengan tepat akan membuat progresivitas
penyakit semakin bertambah.
2) Otitis Media Adhesiva: Keadaan terjadinya jaringan fibrosis di
telinga tengah sebagai akibat proses peradangan yang
berlangsung lama
3) Otitis Media Non Supuratif / Serosa
a) Otitis Media Serosa Akut
Keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
27

b) Otitis Media Serosa Kronik


Pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala – gejala pada telinga
yang berlangsung lama. Terjad sebagai gejala sisa dari
otitis media akut yang tidak sembuh sempurna.
2) Berdasarkan Perubahan Mukosa
1) Stadium Oklusi
Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran
timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran
timpani kadang tampak normal atau berwarna suram.
2) Stadium Hiperemis
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang meleba
disebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani
tampak hiperemis disertai edem.

3) Stadium Supurasi
Ditandai dengan edem yang hebat telinga tengah disertai
hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat
purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

4) Stadium Perforasi
Terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari
telinga tengah ke liang telinga.
28

5) Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal, perforasi membran
timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. (Djaafar ZA,
Helmi, Restuti RD. 2007).
4. Penatalaksanaan
1. Berdasarkan stadium
a) Stadium Oklusi.
Bertujuan untuk membuka tuba eustachius. Diberikan obat
tetes hidung.
a. HCl Efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak
<12 tahun
b. HCl Efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak
>12 tahun atau dewasa.
c. Sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan
antibiotik.
b) Stadium Presupurasi.
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgetik.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila membran
timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Untuk terapi awal, diberikan penisilin IM agar
konsentrasinya adekuat dalam darah.
a. Ampisilin 4 x 50-100 mg/KgBB
b. Amoksisilin 4 x 40 mg/KgBB/hari
c. Eritromisin 4 x 40 mg/KgBB/hari
29

c) Stadium Supurasi.
Pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga
diperlukan agar nyeri dapat berkurang.
d) Stadium Perforasi.
Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
e) Stadium Resolusi.
Biasanya akan tampak sekret keluar. Pada keadaan ini dapat
dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih
keluar sekret diduga telah terjadi mastoiditis. Pada stadium ini,
harus di follow up selama 1 sampai 3 bulan untuk memastikan
tidak terjadi otitis media serosa.
5. Manifestasi klinis
Secara umum, manifestasi klinis yang biasa ditemukan pada pasien
dengan Otitis Media Akut adalah:
a) Othalgia (Nyeri telinga)
b) Demam, batuk, pilek
c) Membran timpani abnormal (sesuai stadium)
d) Gangguan pendengaran
e) Keluarnya secret di dari telinga berupa nanah
f) Anak rewel, menangis, gelisah
g) Kehilangan nafsu makan, dan lain-lain
30

Anda mungkin juga menyukai