Anda di halaman 1dari 7

PERANG ACEH

Peran :
1. Narator = Rahmatul Fitriah
2. Inggris = Ilyatul Qudsiyah
3. Belanda = Kesya Sakyla
4. Kohler = Nararya Pratama W
5. Prajurit = Hadrian Gerald Pratama
6. Polim = Hadrian Gerald Pratama
7. Mahmud Syah = Irfan Artiyadi
8. Daud Syah = Irfan Artiyadi
9. Teuku Umar = Tegar Prayoga
10. Cut Nyak Dien = Delia Ayunisa
11. Jendral Van Swieten = Nararya Pratama W
12. Pang Laot = Ilyatul Qudsiyah
13. Cut Meutia = Nur Shakila

Kelas = XI IPS 2

Dalam upaya Belanda mewujudkan Politik Pax Neerlandica yaitu motto Belanda
yang ingin menguasai seluruh Hindia Belanda dan menjadikan hindia belanda
sebagai satu kesatuan dengan negeri Induk Kerajaan Hindia Belanda, Belanda pun
berambisi untuk menguasai wilayah Aceh, setelah mendengar perairan Aceh sangat
penting bagi lalu lintas perdagangan. Belanda akhirnya mengirimkan surat kepada
Kesultanan Aceh.

Pada saat itu wilayah kekuasaan aceh berada di bawah kekuasaan Inggris, akhirnya
membuat Belanda memilih menandatangani sebuah perjanjian yang bernama
Traktat Sumatra yang berisi bahwa belanda memperoleh kebebasan untuk
menguasai aceh sementara inggris bebas berdagang di siak

Inggris : “Saya pikir Anda (Belanda) harus menandatangani perjanjian ini. Anda bisa
melihat bahwa isi perjanjian ini dapat menguntungkan kita berdua. Tidak kah Anda
setuju dengan isinya? Anda bisa menguasai Aceh dengan leluasa dan saya dapat
berdagang dengan bebas.”

Belanda : “(Tertawa) Anda benar juga. Saya tentu akan menandatangani perjanjian ini,
melihatdengan adanya keuntungan yang sangat besar untuk pihak kami”

Dengan ditandatanganinya Traktat Sumatra Aceh berusaha mempertahankan


wilayah nya dengan meminta bantuan kepada Turki,Italia, dan Amerika Serikat,
tetapi hal tersebut diketahui oleh Belanda dan menyebabkan Belanda memutuskan
untuk menyerang Kesultanan Aceh pada 14 April 1873 dengan dipimpin oleh Mayor
Jendral Kohler bersama pasukannya.

Kohler : “Prajurit ! Serang daratan Aceh sekarang ! Ambil kembali apa yang sudah kita
miliki ! Serang Aceh dan ambil Masjid Baiturrahman !”

Prajurit : “ Siap, laksanakan Jendral !”

*suara tembakan meriam terdengar*

Saat itu pun, Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah yang mendengar hal tersebut
langsung menyusun strategi agar Belanda tidak bisa menyerang habis Kesultanan
Aceh.

Polim: “Sultan! Kita harus melindungi Masjid Baiturrahman ! Belanda sudah


menyerang daerah kita!”

Sultan Mahmud : “Kau benar, Polim ! Lumpuhkan serangan orang-orang Belanda itu!”

Rakyat Aceh berhasil melumpuhkan Belanda dengan terbunuhnya Kohler pada


perang tersebut dan digantikan oleh Jendral van Swieten yang berhasil menduduki
wilayah Kesultanan Aceh pada 26 Januari 1874. Dengan kekalahan kesultanan Aceh,
Belanda mengira mereka telah menguasai wilayah Kesultanan Aceh, tetapi
kesenangan itu hanya sementara. Saat itu juga, Sultan Mahmud Syah wafat dan
dinobatkan Muhammad Daud Syah dengan gelar ‘sultan’ pada tahun 1884.

Daud Syah : “Wahai seluruh rakyatku ! Aku perintahkan kalian untuk tetap berada di
jalan Allah SWTuntuk mempertahankan Tanah Air dan membela agama dengan
semangat yang membara dan terus berharap ridho Allah bersama kita semua”

Polim : “Saudara-saudaraku sekalian ! Kami mengikrarkan perang Sabil bersamaan


dengan penobatan Sultan Muhammad Daud Syah. Sekarang kita harus menyerang
Belanda ! TAKBIR ! ALLAHUAKBAR!!”

Rakyat-rakyat Aceh : “ ALLAHUAKBAR!!!!!!!”

Daud Syah : “Seluruh rakyat dan saudaraku sekalian ! Aku, Sultan Muhammad Daud
Syah akan mengadakan gerakan amal untuk membiayai perang melawan pasukan
Belanda dan membuat mereka pergi dari wilayah Kesultanan Aceh”
Sementara di Aceh sebelah barat terdapat pejuang yang dipimpin oleh Teuku Umar
dan istrinya yang bernama Cut Nyak Dien yang tidak patah semangat untuk
memukul mundur Belanda dari wilayah Aceh.

Teuku Umar : “Istriku, aku telah mendengar bahwa perang Sabil telah diserukan atas
perintah Sultan Daud Syah. Aku merasa hal tersebut belum cukup mengusir Belanda
dari tanah Aceh.”

Cut Nyak Dien : “Aku juga merasakan begitu, suamiku.“

Teuku Umar : ”Sepertinya aku akan menyerahkan diriku pada Belanda.”

Cut Nyak Dien : “Maksudmu apa? Kau akan dianggap sebagai pengkhianat.”

Teuku Umar :”Aku sudah merencanakan semua ini, dan aku melakukan ini untuk
Aceh.”

Cut Nyak Dien : “Jika memang begitu, lakukanlah yang terbaik.”

- Keesokan Harinya

Teuku Umar pergi menghadap Jendral Van Swieten untuk menyerahkan dirinya dan
pasukannya pada Belanda

Jendral Van Swieten : “Suatu kehormatan bagiku kau datang kesini, Teuku Umar. Apa
ada yang perlu dibicarakan?”

Teuku Umar : “Tentu saja, aku disini ingin menyerahkan diriku dan pasukanku.”

Jendral Van Swieten : “Wah, berani sekali kau menyerahkan diri. Apakah kau yakin
dengan keputusanmu?”

Teuku Umar : “Tentu saja. Aku yakin”

Jendral Van Swieten : “Baiklah kalau begitu, saya akan menerima kau beserta
pasukanmu dengan senang hati dan kau akan saya beri gelar ‘Teuku Umar Johan
Pahlawan’. Saya memberikan kepercayaan untuk kau memimpin pasukan unit
Belanda dalam peperangan melawan Aceh”

Teuku Umar : “Terimakasih telah memberikan gelar untuk ku. Dengan hormat aku
akan menerimanya”
Jendral Van Swieten : “(Tertawa) Tunggu apalagi? Susunlah strategi untuk merebut
kembali kekuasaan Belanda yang telah dirampas Aceh”

Melihat respon Belanda yang positif, Teuku umar pun senang. Setelah ia
mendapatkan senjata dan uang sebagai bekal perang, Teuku Umar kembali ke
rumahnya dan menceritakan kejadian tersebut ke Cut Nyak Dien.

Cut Nyak Dien : “Bagaimana suamiku? Apakah kau berhasil?”

Teuku Umar : “(Tersenyum) Tentu saja aku berhasil. Mereka dengan mudah percaya
dengan kata-kataku”

Cut Nyak Dien : “(Bernapas lega) Ah, aku lega karena kau berhasil. Lanjutkan lah
perjuangan mu melawan Belanda kejam itu”

Teuku Umar bergegas kembali ke markas Belanda dengan pasukannya yang siap
untuk berperang. Peristiwa ini disebut dengan Het Verrad van Teukoe Oemar
(Pengkhianatan Teuku Umar).

Teuku Umar : “SELURUH PRAJURITKU ! KU PERINTAHKAN KALIAN UNTUK BERSIAP


MENYERANG MARKAS BELANDA ! Siapkan persenjataan kalian untuk menghancurkan
benteng-benteng dan markas Belanda ! Ingatlah Allah SWT bersama kita,
ALLAHUAKBAR !

Prajurit : “ALLAHUAKBAR !”

Melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh Teuku Umar dan pasukannya, Jendral
Van Swieten pun murka

Jendral Van Swieten : “KURANG AJAR SI UMAR ! DIA SUDAH MEMBOHONGI KU !


PRAJURIT ! Cepat siapkan seluruh persenjataan ! Kita akan menghabisi si Umar dan
pasukannya itu !”

Prajurit : “SIAP JENDRAL !”

Jendral Van Swieten : “ Kita harus menyiapkan pasukan untuk melakukan Konsentrasi
Stelsel di kota untuk mencegah si Umar dan pasukannya menghancurkan markas dan
benteng-benteng kita ! LAKUKAN SEKARANG !”

Belanda kalah, karena kegigihan pasukan Aceh yang tak terkalahkan. Belanda pun
akhirnya melarikan diri ke Batavia. Jendral van Swieten semakin marah dan tidak
ingin tinggal diam untuk merebut kembali kekuasaannya di Aceh.
Jendral van Swieten pun menyuruh prajuritnya untuk memanggil Dr. Snouck Hourgje

Jendral van Swieten : “Apakah kau bersedia melaksanakan tugasmu, Dr.Snouck?”

Dr.Snouck : “Saya akan selalu bersedia.”

Jendral van Swieten : “Bagus. Selidiki lah bagaimana rakyat Aceh bisa mempunyai
semangat yang tinggi dan membara serta tak mudah untuk dikalahkan.”

Dr.Snouck : “Baik, Jendral. Saya akan selidiki kehidupan rakyat Aceh sesuai
perintahmu.”

Jendral van Swieten : “Laksanakanlah sekarang !”

(Dr.Snouck mengangguk dan mulai memasuki lingkungan rakyat Aceh)

Dr.Snouck mengganti namanya menjadi Syekh Abdoel Gafar dan berpura-pura sebagai
agamawan yang ahli tentang Islam dalam perspektif Islam dan akademik, serta
sejarawan di Aceh.

Setelah beberapa lama, Dr.Snouck dapat berbaur dengan rakyat Aceh dan mendapat
semua informasi tentang kehidupan rakyat Aceh. Dr.Snouck pun akhirnya melapor
ke Jendral van Swieten.

Jendral van Swieten : “Apa yang kau dapatkan disana? Katakan padaku cepat !”

Dr.Snouck : “Informasi yang saya dapatkan tertuang dalam buku saya De Acehers.
Rakyat Aceh tidak dapat dikalahkan karena adanya semangat berjihad.”

Jendral van Swieten : “Lalu, menurutmu apa langkah selanjutnya yang harus kita
ambil?”

Dr.Snouck : “Saya rasa, kita harus mengadakan perang tanpa akhir dan jangan beri
ampun pada rakyat Aceh, berilah kaum ulama gaji yang sangat besar dan singkirkanlah
mereka,serta hal yang paling penting adalah kita harus menarik simpati rakyat Aceh,
terutama para bangsawan.”

Jendral van Swieten : “Briljant ! Taktikmu untuk mengalahkan rakyat Aceh sangat luar
biasa ! Aku yakin kali ini pasti kita akan menang melawan Aceh dan mendapatkan
kembali kekuasaan kita (tertawa)”

Dr.Snouck : “Dan jangan lupa, Jendral. Lawan mereka dengan kejam. Hancurkan
pertahanan mereka.”
Pada saat yang sama Teuku Umar sedang menyiapkan pasukannya dan alat-alat
persenjataan untuk melawan Belanda. Tetapi, rencana Teuku Umar untuk
menyerang Belanda pun gagal karena Belanda mengetahui rencana Teuku Umar.
Belanda akhirnya menyerang pasukan Aceh terlebih dahulu pada tahun 1899.

Teuku Umar dan pasukannya kewalahan dengan serangan Belanda. Peperangan pun
terjadi. Belanda berhasil melumpuhkan Teuku Umar dan pasukannya. Dalam medan
perang, Teuku Umar pun tewas dan diberi gelar Pahlawan Bangsa dan Syuhada.

Setelah aceh berhasil direbut oleh Belanda, Cut Nyak Dien menggantikan suaminya
yang telah gugur memperjuangkan kebebasan rakyat Aceh dari Belanda. Cut Nyak
Dien menyusun strategi dan berperang di dalam hutan bersama pasukannya dalam
keadaan buta.

Cut Nyak Dien : “SELURUH PASUKAN KU ! YAKINILAH DIRI KALIAN AKAN BERJIHAD DI
JALAN ALLAH SWT DAN YAKINILAH BAHWA ALLAH SWT SELALU BERSAMA KITA !
Jangan takut dengan Belanda itu ! Habiskan dan hancurkan mereka seperti mereka
menghancurkan saudara-saudara kita ! ALLAHUAKBAR !”

Perlawanan rakyat Aceh tetap berlanjut. Tetapi pada tahun 1904, karena adanya
ancaman dan tekanan terus-menerus dari pihak Belanda, serta menculik anggota-
anggota kerajaan, Sultan Daud Syah dan Panglima Polim pun terpaksa menyerahkan
diri pada Belanda.

Belanda : “Akhirnya saya bisa menaklukan Kesultanan Aceh ini ! (Tertawa) Kenapa
tidak dari dulu saja kalian memberikan kami untuk menguasai Aceh? Kenapa harus ada
pertempuran bila pada akhirnya kalian akan tunduk pada kami. (Tertawa)”

Belanda : “Prajurit ! Bawa mereka ! Jangan biarkan mereka hidup dengan bebas !”

Karena keadaan nya yang terus menurus menurun, Pang alot yang menjadi orang
kepercayaan Cut Nyak Dien memberitahukan keberadaan Cut Nyak Dien kepada
pihak Belanda. Cut Nyak Dien pun akhirnya berhasil ditangkap demi kebaikan nya.
Dan Cut Nyak Dien wafat di Sumedang tahun 1908.

Setelah Cut Nyak Dien wafat, Cut Meutia terus mengobarkan semangatnya untuk
melawan Belanda. Belanda pun mendatangi kediaman Cut Meutia di Paya Cicem.
Belanda dengan kejam menyerang Cut Metia bersama pasukannya yang terdiri dari
rakyat wanita.
Cut Meutia : “JANGAN TAKUT SAUDARAKU SEKALIAN ! KITA HARUS TETAP MELAWAN
BELANDA KAPHE INI ! JANGAN PERNAH TUNDUK KEPADA KAPHE INI ! ALLAHUAKBAR
!”

Walaupun Cut Meutia dan pasukan wanitanya dapat membuat Belanda kewalahan
dengan merebut pos-pos Belanda tetapi pada akhirnya pasukan Cut Meutia dapat
dikelung oleh polisi-polisi Belanda. Cut Meutia terus berusaha untuk melawan
Belanda sampai titik darah penghabisan.

Pada tahun 1910, Cut Meutia dan pasukannya pun kalah dalam peperangan. Perang
Aceh melawan Belanda berakhir dan menyebabkan banyak pertumpahan darah dari
pejuang-pejuang Indonesia yang pada saat itu tidak takut mati dalam
mempertahankan tanah air.
—SELESAI—

Anda mungkin juga menyukai