MAKALAH Rini
MAKALAH Rini
Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang Telah dilimpahkan-Nya kepada kita,sehingga makalah ini dapat
saya selesaikan dengan baik yang membahas tentang KESEHATAN &
KESELAMATAN KERJA”.
Selanjutnya,salawat dan salam saya sanjungkan kepada Rasulullah SAW dan
para sahabat beliau yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam penuh ilmu pengetahuan. Kami berterima kasih kepada dosen pembimbing
Ns.Ramaita,S.Kep,M.Kep. Selaku dosen mata kuliah Keselamatan Pasien &
keselamatan Kerja yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Keselamatan pasien & keselamatan kerja. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
PENULIS
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….3
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….5
2.1 K3 Dalam Keperawatan : Pentingnya, Tujuan, Manfaat, & Etika………....5
2.2 Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan………………………………….14
2.3 Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dengan Keperawatan Di Indonesia……...17
2.4 Konsep Dasar K3 Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko & Hazard Dalam
PemberianAsuhanKeperawatan(Somatik,Perilaku,Lingkungan,Ergonomik,P
engorganisasian Pekerjaan, BudayaKerja)...................................................24
2.5 Risiko & Hazard Dalam Pengkajian Asuhan Keperawatan……………...25
2.6 Risiko & Hazard Dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan………….....26
2.7 Risiko & Hazard Dalam Implementasi Asuhan Keperawatan……………27
2.8 Risiko & Hazard Dalam Evaluasi Asuhan Keperawatan…………………28
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..32
3.1 Kesimpulan…………………………………………………...…………..32
3.2 Saran……………………………………………………………..........…..33
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...34
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
K3 Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja
kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga
hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi
perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan
berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu,
namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami
korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui
aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3 adalah
sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang
pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang
telah ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap
faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan
hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak
dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas
(K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki
3
ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai
pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani
maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin,
pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga
terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 K3 Dalam Keperawatan : Pentingnya, Tujuan, Manfaat, & Etika
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi
dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut.
f) Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan.
6
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan
landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut
memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana
K3 harus diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
7
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
8
a) Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan kepada karyawannya Tujuan hyperkes dapat dirinci
sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
b) Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat
1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3) Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
4) Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
5) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
6) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
9
b) Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir,
desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
c) Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para
pekerja di lingkungan kerja.
d) Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
e) Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode,
prosedur dan program.
f) Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya
g) Manfaat bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan
2) Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
3) Meningkatkan citra Rumah Sakit
10
sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja,
hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan
(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang
terlibat.Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang
dinamakan Kode Etik Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya,
kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan dalam
menerapkan, mengaplikasikan,menghayati, memahami, kode etik profesinya.
Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan bersifat moral dan
yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja), sehingga untuk
menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar tidak
terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik
Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.
11
a) Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa
menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu contoh yang
tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan
b) Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan
keperawatan. Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung
tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung. Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence.
Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan,
namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas kebaikan yang
haruslah dilakukan.
c) Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika
itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan
bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
d) Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien
12
yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus menginstrusikan
pemberian transfusi darah. Akhirnya transfusi darah ridak diberikan
karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsip non-maleficence.
e) Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki
otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin
tahu. Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur
karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut
dan meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
f) Fidelity (Menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang
lain.
g) Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas
13
permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.
h) Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien,
sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat
yang menuntut kemampuan professional. Nah itulah ke 8 Prinsip dalam
Etika Keperawatan yang harus diketahui, difahami dan diterapkan oleh
seorang perawat dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat.
Tentunya, akan banyak halangan dan rintangan yang akan dihadapi dalam
menerapkan 8 prinsip etika tersebut.
2.2 Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan
Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan, kapanpun dan di
manapun. Tindakan keselamata kerja dilakukan di tempat kerja, di lingkungan
keluarga /rumah tangga, lingkungan masyarakat. Adapun syarat-syarat
pelaksanaan K3 diperuntukan untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit),
3. Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK),
4. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja,
5. mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja,
6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis
7. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja,
8. Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas, lingkungan dan proses
kerja Adapun aspek keselamatan kerja jika dilakukan di bengkel perlu ada
tanggung jawab moral dan komitmen, adanya kemampuan sumber daya
manusia, dan tindakan pencegahan.
14
Tujuan utama kesehatan kerja antara lain meliputi : Pencegahan dan
pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja; Pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja; Perawatan, efisiensi dan
produktifitas tenaga kerja; Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan
meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja; Perlindungan masyarakat luas
dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan.
Ada dua hal dalam penanganan resiko keselamatan kerja, yaitu resiko fisik tempat
kerja, dan resiko kesehatan kerja. Resiko keselamatan kerja meliputi aspek-aspek
dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja, alat
dan manusia. Resiko kesehatan kerja meliputi aspek-aspek lingkungan kerja yang
dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam jangka waktu tertentu. Di
samping itu, tujuan Keselamatan Kerja meliputi :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan;
2. untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas
nasional
3. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja;
4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien;
5. Sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja.
15
Pengaruh yang akan muncul di antaranya bahwa lingkungan kerja menjadi
lebih aman, pekerja termotivasi untuk bekerja secara lebih baik, dan termotivasi.
Proses pegiatan menjadi lebih produktif, nyaman, dan kegairaahan dalam
melakukan pekerjaan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat diminimalkan,
ergonomy, dan tingkat kesehatan membaik. Peralatan/alat relatif terpelihara, juga
jauh dari kemungkinan terjadinya kebakaran.
Untuk itu, perlu dilakukan tindakan preventif, dengan cara setiap pekerjaan
harus dilakukan secara benar sesuai dengan SOP, ada alur kerja yang jelas;
menyiapkan dokter kesehatan; dilakukaknya pelatihan PPPK bagi semua SDM
yang terlibat dalam pekerjaan, pembentukan seksi dan pasukan khusus,
perencanaan gedung, ruang, bengkel tempat kerja sesuai standar, pemahaman
terhadap UU K3; kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan; kontrol, evaluasi dan
pengembangan preplacement; pemeriksaan priodic;
perencanan jangka pendek dan panjang; pendidikan dan pelatihan tentang
potensi dan bahaya akibat kerja; melakukan studi banding; mendatangkan ahl;
epidemiology study; ergonomy; pencatatan dan pelaporan; dan dilakukan
immunisasi. Namun demikian, walaupun masalah K3 telah dirancang dan
disiapkan dengan sebaik-baiknya, tetap saja ada kesalahan yang mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Pribadi yang tidak siap bekerja;
2. Suasana tidak kondusif dan nyaman;
3. Pekerja yang tidak kompeten;
4. Alat/peralatan yang tidak sesuai peruntukannya;
5. Kondisi alat/peralatan yang tidak aman;
6. Lingkungan kerja tidak siap / berbahaya;
7. Penerangan tidak cukup / berlebihan Kotor dan tidak teratur;
8. Perlengkapan keselamatan kerja yang kuran;
9. Bekerja tidak sesuai SOP
10. Tak ada rambu-rambu / Tanda-tanda
11. Tak ada aturan; Tak ada alat keselamatan kerja
16
Untuk itu maka perlu memperhatikan beberapa hal yang bisa dilakukan, agar
kesalahan atau kecelakaan dapat seminimal mungkin. Hal lain yang harus menjadi
perhatian tentang pakaian, rambut, dan kuku; Patuhi aturan perletakan alat kerja;
Pembuangan bahan bekas, pakaian kerja; Membuat laporan kejadian;
Melaksanakan dengan tertib aturan, peraturan, tata tertib, Undang-undang tentang
K3; Jangan gunakan peralatan rusak; Bersihkan mesin sesudah dipakai; Pastikan
tak ada peralatan tertinggal; Listrik mati/off sebelum ditinggal; Semua peralatan
telah dikembalikan ketempat semula, Jangan gunakan peralatan tanpa hak; Saat
akan menjalankan mesin pastikan semua kencang, terikat, tak ada perlengkapan
mengganggu; Lantai bersih; Membuat laporan akhir; Mengisi log book pemakaian
alat / mesin; Pekerja paham K3; Dapat menggunakan perlengkapan K3;
Menggunakan pakain kerja standard; dan Memahami sistem Evakuasi Oleh
karena itu perlu disiapkan dan dipastikan bahwa semua peralatan harus layak
pakai.
Tak ada hal yang mencurigakan menjadi penyebab keadaan membuat tidak
sehat dan berbahaya. Sistem alarm bekerja dan sistem keselamatan kerja bekerja
dengan baik. Perlu latihan/simulasi penanggulangan bahaya dan evakuasi.
Inspeksi dan tindakan M & R secara periodik terhadap semua hal yang berpotensi
menjadi penyebab sakit/kecelakaan. Tak boleh menjalankan/menggunakan
alat/mesin tanpa memiliki kompetensi APD yang lain yang masih layak pakai.
17
2. Peran perawat dalam melaksanakan K3RS ( kesehatan dan keselamatan kerja )
American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan
perawat hiperkes sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis kepada
tenaga kerja”. Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan
sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum
kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain
yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja.
Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan
memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani
kesehatan tenaga kerja di perusahaan.
Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-
satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes
diperusahaan.
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasikesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang
telahdisetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor
pekerjaandan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
18
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumahsebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka
pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.
19
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis
perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan
data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan.
Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai
hasil yang positif.
8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional
maupun personal.
9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan
obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and
Restoration.
11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja
dan pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan
pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan
dan aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi
kebutuhan serta efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedic hiperkes, dan sebagainya.Merupakan tanggung jawab pribadi
yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah mengikuti kemajuan
dan perkembangan professional (continues education).
20
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
d. Pemeriksaan kesehatan:
1) Ketrampilan PPPK
21
2) Pola hidup sehat.
3) Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang
kurang baik
e. Counseling
22
f. Management and Administration
g. Research
Fungsi :
Tugas :
23
2.4 Konsep Dasar K3 : Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko & Hazard Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan ( Somatik, Perilaku, Lingkungan,
Ergonomik, Pengorganisasian Pekerjaan, Budaya Kerja)
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/ WHO dalam kesehatan
kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi-12 tahun 1995.Kesehatan
kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.
2. Hazard
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya
hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998).
24
adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan lebih focus pada
keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area
tempat kerja.
25
pengoperasian dan aspek financial. Risiko ini pada umumnya menjadi
pertimbangan utama, khususnya bagi stakeholder seperti para pemilik
perusahaan/pemegang saham dalam setiap pengambilan keputusan dan
kebijakan organisasi, dimana setiap pertimbangan akan selalu berkaitan
dengan financial dan mengacu pada tingkat efektifitas dan efisiensi.
26
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada
saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang
tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan kekerasan fisik
terhadap perawatnya.
27
c. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak
tertutup APD
d. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
e. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
f. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
28
3. Pedoman implementasi asuhan keperawatan
a. Mempertahankan keamanan klien Tindakan yang membahayakan
tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran etika standar
keperawatan professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan
pelanggaran hukum yang dapat dituntut.
b. Memberikan asuhan yang efektif
c. Memeberikan asuhan yang efisien
29
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
I. Pengertian Evaluasi
Tahappenilaianatauevaluasiadalahperbandingan yang systematic dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perludilakukan evaluasi
keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
1. Evaluasiberjalan (sumatif)
Evaluasi ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
30
2. Evaluasiakhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat
data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
K3 Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja
kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga
hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi
perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan
berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu,
namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami
korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui
aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3 adalah
sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang
pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang
telah ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli
Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan
Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat
pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau
dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat
kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka
absensmenurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan
perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan
masyarakat luas.
32
3.2 Saran
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan
berkerja dengan memperhatikan fungsi dan perannya tersebut.
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit)
suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus
dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh
masyarakat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Abdul, et al. 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan
Tenaga Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, Pusdiknakes.
Currey, J., Considine, J., & Khaw, D. 2011. Clinical nurse research consultant: a
clinical and academic role to advance practice and the discipline of nursing.
Journal of advanced nursing, 67(10), 2275–83. doi:10.1111/j.1365-
2648.2011.05687.x
Dicenso, A., Cullum, N., & Ciliska, D. 1998. Implementing evidence-based nursing :
some misconceptions. Evidence-Based Nursing - Implementation Forum, 1(2),
38–41.
http://blog.ilmukeperawatan.com/peran-fungsi-perawat-dan-tugas perawat.html
http://sis-doank27.blogspot.com/2010/11/peran-dan-fungsi-perawat-komunitas.html
http://tiarasalsabilatoniputri.com/2012/03/30/peranan-perawat-hiperkes-di-
perusahaanindustri/
34