Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang Telah dilimpahkan-Nya kepada kita,sehingga makalah ini dapat
saya selesaikan dengan baik yang membahas tentang KESEHATAN &
KESELAMATAN KERJA”.
Selanjutnya,salawat dan salam saya sanjungkan kepada Rasulullah SAW dan
para sahabat beliau yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam penuh ilmu pengetahuan. Kami berterima kasih kepada dosen pembimbing
Ns.Ramaita,S.Kep,M.Kep. Selaku dosen mata kuliah Keselamatan Pasien &
keselamatan Kerja yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Keselamatan pasien & keselamatan kerja. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

PARIAMAN,09 Oktober 2019

PENULIS

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….3
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….5
2.1 K3 Dalam Keperawatan : Pentingnya, Tujuan, Manfaat, & Etika………....5
2.2 Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan………………………………….14
2.3 Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dengan Keperawatan Di Indonesia……...17
2.4 Konsep Dasar K3 Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko & Hazard Dalam
PemberianAsuhanKeperawatan(Somatik,Perilaku,Lingkungan,Ergonomik,P
engorganisasian Pekerjaan, BudayaKerja)...................................................24
2.5 Risiko & Hazard Dalam Pengkajian Asuhan Keperawatan……………...25
2.6 Risiko & Hazard Dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan………….....26
2.7 Risiko & Hazard Dalam Implementasi Asuhan Keperawatan……………27
2.8 Risiko & Hazard Dalam Evaluasi Asuhan Keperawatan…………………28
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..32
3.1 Kesimpulan…………………………………………………...…………..32
3.2 Saran……………………………………………………………..........…..33
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...34

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
K3 Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja
kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga
hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi
perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan
berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu,
namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami
korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui
aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3 adalah
sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang
pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang
telah ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap
faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan
hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak
dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas
(K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki

3
ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai
pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani
maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin,
pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga
terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 K3 Dalam Keperawatan : Pentingnya, Tujuan, Manfaat, & Etika
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan


dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari
kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang
dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
antara lain:
a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja
adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan
adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang

5
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi
dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut.
f) Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena


kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja
secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih
nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara
lebih produktif
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan
berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan
Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947
(PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting
keselamatan kerja di dalam perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga
kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan
tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja
yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus
ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.

6
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan
landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut
memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana
K3 harus diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.

7
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/
buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja
b) Moral dan kesusilaan
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi
keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2),
“Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam
Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen.
2. Tujuan K3 dalam Keperawatan
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan
iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus
dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh
Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari
dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah:

8
a) Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan kepada karyawannya Tujuan hyperkes dapat dirinci
sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
b) Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat
1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3) Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
4) Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
5) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
6) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa


dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan
syarat-syarat keselamatan kerja sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja
tersebut dapat diminimalisir.
3. Manfaat K3 dalam Keperawatan
Pada pelaksanaannya K3 memiliki yang cukup banyak rmanfaat, baik bagi
perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah beberapa manfaat K3
secara umum:
a) Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan
adanya risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di lingkungan
kerja.

9
b) Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir,
desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
c) Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para
pekerja di lingkungan kerja.
d) Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
e) Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode,
prosedur dan program.
f) Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya
g) Manfaat bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan
2) Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit
3) Meningkatkan citra Rumah Sakit

h) Manfaat bagi Perawat RS


1) Melindungi Perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

i) Manfaat bagi Pasien dan Pengunjung


1) Mutu layanan yang baik
2) Kepuasan pasien dan pengunjung

4. Etika K3 dalam Keperawatan


Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli
Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli
Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan
masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan
kerja ditinjau dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan,
penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja,
banyaknya angka absensmenurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan

10
sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja,
hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan
(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang
terlibat.Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang
dinamakan Kode Etik Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya,
kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan dalam
menerapkan, mengaplikasikan,menghayati, memahami, kode etik profesinya.
Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan bersifat moral dan
yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja), sehingga untuk
menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar tidak
terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik
Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.

Fungsi Kode Etik Profesi K3

Etika tenaga kesehatan kerja yang di dalamnya diikuti adanya kesadaran


akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga kerja, dan dari masyarakat
sekitar perusahaan.
Peranan Ahli Kesehatan Kerja pada Etika Kesehatan dan Keselamatan
Kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional tenaga
kesehatan dalam K3 begitu luas.Bisa dikatakan bahwa fokus utama etika
profesi kesehatan kerja adalah semua tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan
kerja yang lebih mengutamakan pihak yang lebih menderita dalam hal ini
adalah (tenaga kerja) dengan penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit
dan cedera.

11
a) Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa
menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu contoh yang
tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan
b) Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan
keperawatan. Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung
tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung. Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence.
Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan,
namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas kebaikan yang
haruslah dilakukan.
c) Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika
itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan
bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
d) Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien

12
yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus menginstrusikan
pemberian transfusi darah. Akhirnya transfusi darah ridak diberikan
karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsip non-maleficence.
e) Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki
otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin
tahu. Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur
karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut
dan meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
f) Fidelity (Menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang
lain.
g) Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas

13
permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.
h) Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien,
sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat
yang menuntut kemampuan professional. Nah itulah ke 8 Prinsip dalam
Etika Keperawatan yang harus diketahui, difahami dan diterapkan oleh
seorang perawat dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat.
Tentunya, akan banyak halangan dan rintangan yang akan dihadapi dalam
menerapkan 8 prinsip etika tersebut.
2.2 Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan
Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan, kapanpun dan di
manapun. Tindakan keselamata kerja dilakukan di tempat kerja, di lingkungan
keluarga /rumah tangga, lingkungan masyarakat. Adapun syarat-syarat
pelaksanaan K3 diperuntukan untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit),
3. Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK),
4. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja,
5. mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja,
6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis
7. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja,
8. Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas, lingkungan dan proses
kerja Adapun aspek keselamatan kerja jika dilakukan di bengkel perlu ada
tanggung jawab moral dan komitmen, adanya kemampuan sumber daya
manusia, dan tindakan pencegahan.

14
Tujuan utama kesehatan kerja antara lain meliputi : Pencegahan dan
pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja; Pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja; Perawatan, efisiensi dan
produktifitas tenaga kerja; Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan
meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja; Perlindungan masyarakat luas
dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan.
Ada dua hal dalam penanganan resiko keselamatan kerja, yaitu resiko fisik tempat
kerja, dan resiko kesehatan kerja. Resiko keselamatan kerja meliputi aspek-aspek
dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja, alat
dan manusia. Resiko kesehatan kerja meliputi aspek-aspek lingkungan kerja yang
dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam jangka waktu tertentu. Di
samping itu, tujuan Keselamatan Kerja meliputi :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan;
2. untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas
nasional
3. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja;
4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien;
5. Sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja.

Syarat Keselamatan Kerja harus mengarah pada mencegah dan mengurangi


terjadinya kecelakaan; mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran; memberi pertolongan pada
kecelakaan; membeli alat-alat pelindung diri pada para pekerja. Dengan
terjaminnya tercapainya tujuan dan persyaratan keselamatan kerja akan
mempengaruhi pekerja atau siapa saja yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
Tidak hanya orang yang terkait di dalamnya, akan tetapi juga lingkungan dan
benda kerja yang diproses.

15
Pengaruh yang akan muncul di antaranya bahwa lingkungan kerja menjadi
lebih aman, pekerja termotivasi untuk bekerja secara lebih baik, dan termotivasi.
Proses pegiatan menjadi lebih produktif, nyaman, dan kegairaahan dalam
melakukan pekerjaan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat diminimalkan,
ergonomy, dan tingkat kesehatan membaik. Peralatan/alat relatif terpelihara, juga
jauh dari kemungkinan terjadinya kebakaran.
Untuk itu, perlu dilakukan tindakan preventif, dengan cara setiap pekerjaan
harus dilakukan secara benar sesuai dengan SOP, ada alur kerja yang jelas;
menyiapkan dokter kesehatan; dilakukaknya pelatihan PPPK bagi semua SDM
yang terlibat dalam pekerjaan, pembentukan seksi dan pasukan khusus,
perencanaan gedung, ruang, bengkel tempat kerja sesuai standar, pemahaman
terhadap UU K3; kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan; kontrol, evaluasi dan
pengembangan preplacement; pemeriksaan priodic;
perencanan jangka pendek dan panjang; pendidikan dan pelatihan tentang
potensi dan bahaya akibat kerja; melakukan studi banding; mendatangkan ahl;
epidemiology study; ergonomy; pencatatan dan pelaporan; dan dilakukan
immunisasi. Namun demikian, walaupun masalah K3 telah dirancang dan
disiapkan dengan sebaik-baiknya, tetap saja ada kesalahan yang mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Pribadi yang tidak siap bekerja;
2. Suasana tidak kondusif dan nyaman;
3. Pekerja yang tidak kompeten;
4. Alat/peralatan yang tidak sesuai peruntukannya;
5. Kondisi alat/peralatan yang tidak aman;
6. Lingkungan kerja tidak siap / berbahaya;
7. Penerangan tidak cukup / berlebihan Kotor dan tidak teratur;
8. Perlengkapan keselamatan kerja yang kuran;
9. Bekerja tidak sesuai SOP
10. Tak ada rambu-rambu / Tanda-tanda
11. Tak ada aturan; Tak ada alat keselamatan kerja

16
Untuk itu maka perlu memperhatikan beberapa hal yang bisa dilakukan, agar
kesalahan atau kecelakaan dapat seminimal mungkin. Hal lain yang harus menjadi
perhatian tentang pakaian, rambut, dan kuku; Patuhi aturan perletakan alat kerja;
Pembuangan bahan bekas, pakaian kerja; Membuat laporan kejadian;
Melaksanakan dengan tertib aturan, peraturan, tata tertib, Undang-undang tentang
K3; Jangan gunakan peralatan rusak; Bersihkan mesin sesudah dipakai; Pastikan
tak ada peralatan tertinggal; Listrik mati/off sebelum ditinggal; Semua peralatan
telah dikembalikan ketempat semula, Jangan gunakan peralatan tanpa hak; Saat
akan menjalankan mesin pastikan semua kencang, terikat, tak ada perlengkapan
mengganggu; Lantai bersih; Membuat laporan akhir; Mengisi log book pemakaian
alat / mesin; Pekerja paham K3; Dapat menggunakan perlengkapan K3;
Menggunakan pakain kerja standard; dan Memahami sistem Evakuasi Oleh
karena itu perlu disiapkan dan dipastikan bahwa semua peralatan harus layak
pakai.
Tak ada hal yang mencurigakan menjadi penyebab keadaan membuat tidak
sehat dan berbahaya. Sistem alarm bekerja dan sistem keselamatan kerja bekerja
dengan baik. Perlu latihan/simulasi penanggulangan bahaya dan evakuasi.
Inspeksi dan tindakan M & R secara periodik terhadap semua hal yang berpotensi
menjadi penyebab sakit/kecelakaan. Tak boleh menjalankan/menggunakan
alat/mesin tanpa memiliki kompetensi APD yang lain yang masih layak pakai.

2.3 Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dengan Keperawatan Di Indonesia


1. Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan tugas perawat :
a. Pemberi asuhan keperawatan
b. Penyuluh dan konselor bagi klien
c. Pengelola pelayanan keperawatan
d. Peneliti keperawatan
e. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
f. Pelaksanaan tugas dalam keterbatasan tertentu

17
2. Peran perawat dalam melaksanakan K3RS ( kesehatan dan keselamatan kerja )
American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan
perawat hiperkes sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis kepada
tenaga kerja”. Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan
sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum
kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain
yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja.
Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan
memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani
kesehatan tenaga kerja di perusahaan.
Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-
satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes
diperusahaan.
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasikesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang
telahdisetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor
pekerjaandan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.

18
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumahsebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka
pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry,


beberapa fungsi specifik dari perawat hiperkes adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam
membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang
mana bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan
kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -
penyakit atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun
yang bukan akibat kerja bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan
yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit ,
klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan /
pengobatan lebih lanjut
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan
follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan
dan keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di
perusahaan.

19
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis
perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan
data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan.
Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai
hasil yang positif.
8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional
maupun personal.
9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan
obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and
Restoration.
11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja
dan pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan
pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan
dan aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi
kebutuhan serta efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedic hiperkes, dan sebagainya.Merupakan tanggung jawab pribadi
yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah mengikuti kemajuan
dan perkembangan professional (continues education).

Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas


paramedis hiperkes sebagai berikut :

20
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan

a. Perawatan dan pengobatan penyakit umum, meliputi:

1) Menurut petunjuk dokter perusahaan


2) Menurut pedoman tertulis (standing orders)
3) Rujukan pasien ke rumah sakit
4) Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
5) Menyelenggarakan rehabilitasi

b. Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan

c. Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)

d. Pemeriksaan kesehatan:

1) Sebelum bekerja (pre-employment)


2) Berkala
3) Pemeriksaan khusus

2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan

a. Memelihara administrasi (dinas kesehatan)

b. Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya

c. Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan

1) Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan


pekerja
2) Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja

3. Laporan pemakaian obat dan sebagainya.

4. Tugas sosial dan pendidikan

a. Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja

1) Ketrampilan PPPK

21
2) Pola hidup sehat.
3) Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang
kurang baik

b. Menjaga kebersihan dalam perusahaan

c. mencegah kecelakaan kerja

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang


lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :

a. Health promotion / Protection


Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja
akan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan
perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
b. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance

Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis


pekerjaannya .

c. Workplace Surveillance and Hazard Detectio


Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain
dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya
d. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan
kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan,
pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.

e. Counseling

Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya


dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.

22
f. Management and Administration

Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab


pada progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan
manajemen.

g. Research

Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,


mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.

Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan Keselamatan


Kerja) Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 adalah sebagai berikut (Effendy,
Nasrul, 1998) :

Fungsi :

1. Mengkaji masalah kesehatan


2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
4. Penilaian

Tugas :

1. Pengawasan terhadap lingkungan pekerja


2. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
4. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
5. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
6. Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
7. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
8. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan
keluarga pekerja.
9. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
10. Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

23
2.4 Konsep Dasar K3 : Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko & Hazard Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan ( Somatik, Perilaku, Lingkungan,
Ergonomik, Pengorganisasian Pekerjaan, Budaya Kerja)
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/ WHO dalam kesehatan
kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi-12 tahun 1995.Kesehatan
kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.

2. Hazard
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya
hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998).

Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang


munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu
objek.Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood(kemungkinan munculnya
sebuahperistiwa) dan Consecuence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa
tersebut).Risiko yang dinilai secara kualitatif, semi-kuantitatif atau kuantitatif.
Formula umum yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai risiko dalam
AS/NZS 4360:2004 adalah :

Dalam buku Risk Assesment and Manajement Handbook: For Environmental,


Health and Safety Profesional, risik dibagi menjadi 5 (lima) macam, antara lain :
1. Risiko Keselamatan (safety Risk)
Risiko ini secara umum memiliki cirri-ciri antara lain probabilitas
rendah (low probability), tingkat pemaparan yang tinggi (high-level
exposure), tingkat konsekuensi kecelakaan yang tinggi ((high-
consequenceaccident), bersifat akut, dan menimbulkan efek secara langsung.
Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam respon tanggap darurat

24
adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan lebih focus pada
keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area
tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan (Health Risk)


Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain memiliki probabilitas yang
tinggi (High probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level
exposure), konsekuensi yang rendah (low-consequence), memiliki masa laten
yang panjang (long-latency), delayed effect (efek tidak langsung terlihat) dan
bersifat kronik. Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini
focus pada kesehatan manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau
fasilitas.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological Risk)


Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang
beragam antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro maupun
makro, ada ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini focus
pada habitat dan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh
dari sumber risiko.

4. Risiko Kesejahteraan Masayarakat (public Welfare/Goodwill Risk)


Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok atau
umum tentang performancesebuah organisasi atau produk,
nilai property, estetika dan penggunaan sumber daya yang terbatas.Fokusnya
pada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dan persepsinya.

5. Risiko Keuangan (Financial Risk)


Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka panjang
dan jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan perhitungan
asuransi, pengembalian investasi. Fokusnya diarahkan pada kemudahan

25
pengoperasian dan aspek financial. Risiko ini pada umumnya menjadi
pertimbangan utama, khususnya bagi stakeholder seperti para pemilik
perusahaan/pemegang saham dalam setiap pengambilan keputusan dan
kebijakan organisasi, dimana setiap pertimbangan akan selalu berkaitan
dengan financial dan mengacu pada tingkat efektifitas dan efisiensi.

2.5 Risiko & Hazard Dalam Pengkajian Asuhan Keperawatan


Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik perseorangan
ataupun organisasi atau bahkan perusahaan juga mengandung resiko. Semakin
besar resiko yang dihadapi pada umumnya dapat diperhitungkan bahwa
pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan resiko
menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan resiko. Resiko melekat
daritindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian
asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya
yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi seperti:

a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien


tersebut (menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses pengkajian
kurang lengkap. Akibatnya perawat/dokter akan salah dalam memberikan
perawatan sehinggan berbahaya terhadap pasien.
b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti kontak
fisik maupun udara. Pada saat perawat melakukan perawatan/pengkajian
pasien maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien.
c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika perawat
menanyakan data/informasi pasien namun, keluarga/pasien
menyembunyikannya namun demi keselamatan pasieen, perawat tetap
menanyakannya sehingga pasien/keluarga pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik.

26
d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada
saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang
tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan kekerasan fisik
terhadap perawatnya.

2.6 Risiko & Hazard Dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan


kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah
dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses
perawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien
malah semakin terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah
dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawatnya juga akan
mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya penyakit dari pasien karena
kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya. Contoh kasus resiko dan
hazard saat melakukan perawatan: Pada tanggal 27 maret 2016, di rumah sakit di
Singapora terjadi kasus nyata kekerasan fisik dan verbal pada saatperawat
melakukan pengkajian. Perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian kepada
pasien, mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang dikaji..

Dalam proses pengkajian sendriri, terdapat beberapa hal hang harus


diperhatikan oleh perawat mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian,
tahap-tahap dalam melakukan pengkajian, hingga metode yang digunakan dalam
melakukan pengkajian. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, perawat
harus tau akan adanya hazard/resiko yang mungkin mereka akan dapatkan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard


yang akan terjad, seperti :

a. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar


b. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup dengan APD

27
c. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak
tertutup APD
d. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
e. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
f. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

2.7 Risiko & Hazard Dalam Implementasi Asuhan Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter &
Perry, 1997).Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
1. Tahap – tahap implementasi :
a. Persiapan
b. Intervensi
c. Evaluasi
2. Metode implementasi keperawatan
a. Membantu dalam aktivitas sehari – hari
b. Konseling
c. Penyuluhan
d. Memberikan asuhan keperawatan langsung
e. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan
f. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien
untuk prosedur
g. Mencapai tujuan perawatan
h. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari staf lain

28
3. Pedoman implementasi asuhan keperawatan
a. Mempertahankan keamanan klien Tindakan yang membahayakan
tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran etika standar
keperawatan professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan
pelanggaran hukum yang dapat dituntut.
b. Memberikan asuhan yang efektif
c. Memeberikan asuhan yang efisien

2.8 Risiko & Hazard Dalam Evaluasi Asuhan Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasinya sudah berhasil dicapai. Perencanaan evaluasi memuat criteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses denganpedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
3. Hasil evaluasi Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi :
a. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/
kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam

29
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari


pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di
dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

A. Upaya pencegahan hazard dan resiko pada tahap evaluasi

I. Pengertian Evaluasi
Tahappenilaianatauevaluasiadalahperbandingan yang systematic dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perludilakukan evaluasi
keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

II. Tahap Evaluasi


Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif
(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses dan
evaluasi akhir). Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Evaluasiberjalan (sumatif)
Evaluasi ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.

30
2. Evaluasiakhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat
data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.

III. Metode yang dipakaidalamevaluasiantara lain:


1. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi
dalam keluarga.
2. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah
menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana Asuhan Keperawatan yang
dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
4. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan Asuhan Keperawatan.

IV. Resiko yang terjadipadatahapevaluasi

Dengan mempertimbangan kriteria risiko masing-masing bahaya kerja, dapat


ditetapkan prioritas risiko bahaya kerja sebagai berikut:

1. Risiko ringan : kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat yang


ditimbulkan nyaringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.
2. Risiko sedang : kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang
ditimbulkannya cukup berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan
manajemen risiko khusus.
3. Risiko berat : sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk,
maka harus dilaksanakan penganggulangan sesegara mungkin.

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
K3 Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya,
dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja
kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga
hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi
perusahaan.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan
berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut
diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu,
namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami
korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui
aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3 adalah
sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang
pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang
telah ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli
Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan
Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat
pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau
dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat
kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka
absensmenurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan
perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan
masyarakat luas.

32
3.2 Saran
Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan
berkerja dengan memperhatikan fungsi dan perannya tersebut.
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit)
suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus
dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh
masyarakat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Murwani Anita, Skep. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta.


Fitramaya.

Rachman, Abdul, et al. 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan
Tenaga Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, Pusdiknakes.

Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Currey, J., Considine, J., & Khaw, D. 2011. Clinical nurse research consultant: a
clinical and academic role to advance practice and the discipline of nursing.
Journal of advanced nursing, 67(10), 2275–83. doi:10.1111/j.1365-
2648.2011.05687.x

Dicenso, A., Cullum, N., & Ciliska, D. 1998. Implementing evidence-based nursing :
some misconceptions. Evidence-Based Nursing - Implementation Forum, 1(2),
38–41.

http://blog.ilmukeperawatan.com/peran-fungsi-perawat-dan-tugas perawat.html

http://sis-doank27.blogspot.com/2010/11/peran-dan-fungsi-perawat-komunitas.html

http://tiarasalsabilatoniputri.com/2012/03/30/peranan-perawat-hiperkes-di-
perusahaanindustri/

34

Anda mungkin juga menyukai