Anda di halaman 1dari 4

Vol. 2 No. 1 : Hal.

52-55 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2018


ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-9871
Imunoterapi pada Kanker Payudara

Putu Nita Cahyawati1


1
Bagian Farmakologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Warmadewa, Bali, Indonesia

Pendahuluan hipotesis cancer stem cell (CSC) yang


Kanker payudara merupakan kanker menyebutkan bahwa pembentukan tumor
yang menjadi penyebab utama kematian pada terjadi melalui cara yang sama dengan stem
wanita di seluruh dunia. Dari seluruh kasus cell yang normal, namun CSC mampu untuk
kanker yang terdiagnosa, kanker payudara memperbaiki diri dan berdiferensiasi menjadi
menduduki peringkat kedua (1,7 juta, 11,9%) bermacam-macam tipe sel pada tumor,
setelah kanker paru (1,8 juta, 13%). Insiden menetap dalam tumor dan menyebabkan
kanker payudara meningkat di seluruh dunia. kekambuhan serta bisa mengalami metastasis.
Insidennya diperkirakan meningkat lebih dari CSC inilah yang diketahui memiliki peranan
5% setiap tahunnya. Insiden tertinggi terjadi di penting pada perkembangan kanker payudara.
negara dengan sosial ekonomi tinggi (Eropa, Beberapa faktor yang telah diketahui
Amerika Utara) dan terendah di negara dengan terlibat dalam perkembangan kanker payudara
sosial ekonomi rendah. Walaupun demikian, diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan,
lebih dari setengah kematian akibat penyakit olah raga, diet, obesitas, faktor hormonal.
ini terjadi di negara dengan sosial ekonomi Faktor genetik yang dimaksud disini ialah
rendah. Hal ini dikarenakan keterbatasan mutasi pada gen BRCA 1, BRCA 2, dan TP53.
dalam deteksi dini penyakit dan minimnya Obesitas diketahui meningkatkan risiko kanker
fasilitas kesehatan yang ada. Di negara payudara, sedangkan faktor diet masih
berkembang 75% kanker payudara terdeteksi menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
pada stadium III dan IV, sedangkan di Estrogen dan progestin yang digunakan dalam
Amerika Utara 70% terdeteksi pada stadium 0 terapi pengganti hormon diketahui dapat
dan I. Lebih dari 1 juta wanita di seluruh dunia meningkatkan risiko terjadinya kanker
terdiangnosis kanker payudara setiap payudara melalui efeknya yang memicu tahap
tahunnya, dengan jumlah kematian lebih dari promosi.
410.000.
Imunoterapi
Patofisiologi Kanker Payudara Hingga saat ini terdapat berbagai
Mekanisme pasti perkembangan metode yang digunakan sebagai terapi pada
kanker belum sepenuhnya dipahami. Studi kasus kanker payudara, mulai dari
awal menyatakan bahwa terdapat beberapa tumorektomi, radioterapi, kemoterapi, hingga
tahapan perkembangan kanker yaitu tahap terapi hormon seperti hormone replacement
inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahun therapy. Walaupun demikian, metode-metode
1976, Nowell mengemukakan hipotesis ini terbukti tidak efektif pada pasien dengan
evolusi klonal untuk menjelaskan tentang stadium lanjut yang telah mengalami
perkembangan kanker. Hipotesis ini metastasis. Penelitan beberapa dekade terakhir
menyebutkan bahwa perkembangan kanker menunjukkan bahwa imunoterapi tampaknya
terjadi oleh karena adanya ekspansi klonal dan terbukti efektif dalam mengobati pasien pada
seleksi klonal yang terjadi berulang kali di stadium lanjut ini. Beberapa imunoterapi
dalam tubuh manusia. Selanjutnya terdapat tersebut diantaranya terapi antibodi, vaksinasi,

52
Vol. 2 No. 1 : Hal. 52-55 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2018
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-9871
adoptive T cell transfer dan T cell receptor selain menujukkan efikasi pada kanker
gene transfer. payudara dengan metastasis juga menujukkan
efikasi pada kanker payudara tahap awal yan
a. Imunoterapi Berbasis Terapi antibodi positif mengekspresikan protein HER-2.
Terapi antibodi yang digunakan pada Trastuzumab dikombinasi dengan kemoterapi
kanker payudara yaitu penggunaaan antibodi paclitaxel dapat meningkatkan 25% angka
monoklonal yang akan berikatan secara harapan hidup dibandingkan dengan hanya
spesifik pada sel kanker dan menginduksi menggunakan kemoterapi.
terjadinya respon imun dan apoptosis pada sel Bevacizumab memberikan
kanker tersebut. Terdapat beberapa antibodi keuntungan klinis sebesar 17% pada uji klinis
monoklonal yang telah disetujui tahap 2 pada pasien kanker payudara. Pada uji
penggunaannya oleh food and drug klinis tahap 3 penggunaan kombinasi
administration (FDA) sebagai terapi pada bevacizumab dengan capecitabine
kanker. Antibodi monoklonal tersebut antara menunjukkan derajat responsifitas yang
lain epidermal growth factor receptor meningkat secara signifikan (30,2%
(cetuximab, Erbitux), vascular endothelial berbanding 19,1%), walaupun derajat
growth factor (VEGF) (bevacizumab, progresifitas terbebas dari penyakitnya tidak
Avastin), dan epidermal growth factor berbeda diantara kedua kelompok.
receptor (panitumumab, Vectibix). MUC-1 juga diekspresikan pada
Sekitar 20-30% pasien dengan 90% sel kanker payudara manusia, akan tetapi
kanker payudara diperkirakan memiliki pengembangan antibodi monoklonal terhadap
ekspresi berlebih pada epidermal growth MUC-1 ini masih dalam tahap pengambangan.
factor (HER-2). HER-2 ini dihubungkan Anti-carcinoembryonic antigen (CEA)
dengan fenotif tumor yang ganas dan merupakan marker tumor yang meningkat
prognosis yang buruk. Antibodi monoklonal sebesar 30-50% pada pasien kanker payudara
anti-HER-2/neu, trastuzumab (Harceptin) telah yang telah metastasis. Walaupun demikian
disetujui penggunaanya di Amerika Serikat belum terdapat data uji klinis penggunaannya
pada tahun 1998. Trastuzumab ini akan sebagai imunoterapi. Imunoterapi yang berbasi
berikatan dengan domain ekstraseluler dari terapi antibodi merupakan metode yang
protein HER-2. Hasil uji klinis menunjukkan menjanjikan dalam mengefektifkan terapi
bahwa trastuzumab dapat meningkatkan angka
harapan bebas penyakit pada pasien kanker
payudara yang telah metastasis. Trastuzumab
kanker, walaupun efikasinya sejauh
ini belum terlau memuaskan.

Gambar 1. Mekanisme Imunoterapi Berbasis


Terapi Antibodi
53
Vol. 2 No. 1 : Hal. 52-55 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2018
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-9871

b. Imunoterapi Berbasis Sel Limfosit T lymphokine-activated killer (LAK) Cell. Sel


Imunoterapi ini menggunakan anti- LAK dihasilkan dari sel mononuklear darah
tumor sel limfosit T sitotoksik untuk perifer yang dikultur bersama dengan IL-2. Sel
membunuh sel tumor. Imunoterapi ini mononuklear ini bisa berasal dari donor sehat
mencakup vaksinasi, adoptive T cell transfer, maupun pasien kanker. Sel LAK yang
dan T cell receptor gene transfer. distimulasi oleh IL-2 ini efektif membunuh
berbagai sel kanker seperti kanker kolon,
Vaksinasi pankreas, kelenjar adrenal, esophagus, ginjal
Vaksin kanker menggunakan antigen dan sarkoma, dengan cara yang tidak spesifik.
tumor spesifik yang didapat dari peptida, Akibat dinilai kurang efektifnya
protein, dan DNA. Vaksin ini kemudian terapi dengan sel LAK pada kasus kanker,
disuntikkan secara subkutan kepada pasien dikembangkanlah cytokine-induced killer
agar dipresentasikan pada sel dendritik dan (CIK) cell therapy. Sel CIK ini dihasilkan dari
makropag yang merupakan antigen precenting sel mononuklear darah perifer yang distimulasi
cell (APC). Tujuannya yaitu untuk secara in vitro dengan berbagai faktor seperti
menimbulkan respon imun berupa IL-2, IL-1, IFN-γ dan antibodi monoklonal
pembentukan anti-tumor limfosit yang anti-CD3. Dibandingkan dengan sel LAK, sel
selanjutnya akan bermigrasi ke lokasi tumor CIK mampu meningkatkan aktivitas antitumor
dan membunuh sel tumor tersebut. Antigen secara in vitro dan in vivo pada model tikus,
tumor yang berhasil teridentifikasi pada yang menunjukkan bahwa terapi dengan sel
kanker payudara yaitu HER-2/neu, MUC-1, CIK mungkin lebih efektif pada pasien kanker.
dan NY-ESO-1. MUC-1 tampaknya vaksin Terapi lain yang juga dikembangkan
kanker paling menjanjikan terhadap pasien yaitu dendritik cell- (DC-) cell therapy, tumor-
kanker payudara. Pemberian berulang TG1031 infiltrating lymphocyte (TIL) therapy dan
(vaksin rekombinan yang mengandung urutan genetically engineered T cell therapy. Terapi
koding MUC-1 dan IL-2) pada pasien kanker kombinasi sel DC-CIK dengan kemoterapi
payudara yang positif mengekspresikan MUC- dosis tinggi dapat meningkatkan progresi
1, menghasilkan regresi parsial pada 2 dari 28 bebas penyakit dan harapan hidup secara
pasien. keseluruhan pada pasien kanker payudara
dengan metastasis. Studi juga menunjukkan
Adoptive T Cell Transfer bahwa TIL terdapat pada jaringan tumor dan
Hasil uji klinis menunjukkan bahwa berperan penting pada perkembangan, regresi
adoptive T cell transfer sebagai imunoterapi dan terapi pada pasien kanker. Tumor yang
pasif pada pasien kanker, sangat efektif reaktif terhadap TIL ini diperoleh pada
melawan sel kanker. Adoptive T cell transfer berbagai pasien seperti melanoma dengan
pertama kali diperkenalkan pada tahun metastasis, kanker ginjal, payudara, ovarium,
1980an. Adoptive T cell transfer melibatkan dan karsinoma sel skuamosa oral.
pembentukan anti-tumor limfosit T dari
jaringan tumor primer, kemudian T Cell Receptor Gene Transfer
dikembangkan dan diaktivasi secara in vitro Imunoterapi dikembangkan
baru kemudian disuntikkan kembali (biasanya berdasarkan adanya reseptor pada permukaan
ditransfer sebanyak 109-1011 sel T) ke pasien, sel T yang merupakan tempat pengenalan
agar anti tumor tersebut bermigrasi ke lokasi antigen agar sel T tersebut dapat menjalankan
tumor dan membunuh sel tumor yang ada. fungsinya. Mentransfer reseptor sel R secara
Pengembangan adoptive T cell langsung akan melawan antigen
transfer diawali dengan pembentukan histokompatibiliti minor yang diekspresikan
54
Vol. 2 No. 1 : Hal. 52-55 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Maret 2018
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-9871
oleh sel hematopoietik, sehingga akibat 4. International Agency for Research on
ikatannya yang sangat spesifik ini, terapi ini Cancer. 2013. Latest World Cancer
sangat mungkin menjadi penemuan baru Statistics Global Cancer Burden Rises to
dalam pengobatan keganasan pada sel 14,1 million New Cases in 2012: Merked
hematopoietik. Increase in breast Cancer must be
addressed. International Agency for
Refferensi Research on Cancer
1. Assi, H.A., Khoury, K.E. Dbouk, H., 5. Jamin, C. 2010. Role of Estradiol,
Khalil, L.E., Mouhieddine, T.H., El Progestins, Insulines and Adipocytokines
Saghir, N.S. 2013. Epidemiology and in Breast Cancer Promotion in Post-
Prognosis of Breast Cancer in Young Menopausal Women. Journal of Cancer
Women. J Thorac Dis. 5(S1):S2-S8. Therapy. 1: 43-47
2. Beiki, O., Hall, P., Ekbom, A., Moradi, T. 6. Langroudi, L., Hassan. Z.M., Ebtekar, M.,
2012. Breast Cancer Incidence And Case Mahdavi, M., Pakravan, N., Noori, S.
Fatality among 4.7 Million Women in 2010. A Comparison of Low-Dose
Relation to Social and Ethnic Cyclophosphamide Treatment with
Background: A Population-based Cohort Artemisinin Treatment in Reducing The
Study. Breast Cancer Research. 14:R5;1- Number of Regulatory T Cells in Murine
13 Breast Cancer Model. International
3. Coughlin, S.S., Ekwuem, D.U. 2009. Immunopharmacology. 10:1055–1061
Breast Cancer as A Global Health 7. Zhou, J., Zhong, Y. 2004. Breast Cancer
Concern. Cancer Epidemiology. 33:315– Immunotherapy. Cellular & Molecular
318 Immunology. 1(4):247-255
8. Zhou, J. 2014. Advances and
Prospects in Cancer Immunotherapy. New
Journal of Science. 1-13

55

Anda mungkin juga menyukai