Di susun oleh :
Makalah ini saya buat dengan sederhana dan ringkas agar dapat dipahami oleh semua
pembaca, semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat untuk saya dan
semua pembaca.
Kesimpulan… ................................................................................................... 8
Saran… .............................................................................................................8
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah sering dijuluki sebagai organisasi islam pembaharu, atau gerakan
tajdid. Julukan ini tentu tidak datang dari dalam Muhammadiyah, melainkan dari para
pengamat dan pemerhati Muhammadiyah. Diantara indikator organisasi pembaharu, menurut
mereka, adalah karena organisasi ini berusaha untuk merujuk secara langsung kepada Al-
Qur’an dan Al-Sunnah dan memahaminya secara utuh dan komprehensif. Namun, akhir-akhir
ini, ciri dan indikator itu sering dipermasalahkan. Karena itu, predikat mujaddid yang
diberikan kepada Muhammadiyah merupakan sesuatu yang harus dikritisi.
Ketika Muhammadiyah didirikan tahun 1912 atau sejak Majlis tarjih dibentuk pada
tahun 1928, persoalan yang dihadapinya relatif sangat sederhana dan kelihatannya tidak
beranjak dari pemurnian aqidah dan ibadah atau dalam masalah-masalah khilafiyah. Itulah
sebabnya, majlis ini diberi nama Majlis Tarjih. Tetapi dalam perkembangannya sampai saat
ini, persoalan-persoalan baru muncul kepermukaan dan menuntut direspon oleh
Muhammadiyah. Tentu, seiring dengan beragam persoalan kontemporer, nama Majlis ini pun
mengalami perubahan atau penambahan.
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat penulis
rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa sumber ajaran Islam itu?
2. Apa pemahaman ajaran Islam itu?
3. Apa bidang Akhlak itu?
4. Apa bidang Mu’amalah Dunyawiyah itu?
5. Apa Isme-isme Modern itu?
6. Apa Aliran-aliran sesat itu?
C . Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah
untuk mengetahui sumber ajaran Islam, untuk mengetahui pemahaman ajaran Islam, untuk
mengetahui bidang Mu’amalah Dunyawiyah, untuk mengetahui Isme-isme Modern dan
untuk mengetahui Aliran-aliran sesat
BAB II
PANDANGAN MUHMMADIYAH TERHADAP
ISME-ISME DAN ALIRAN SESAT
ِ ْت ْعْا ن أ ْك ْ م
ْ عن ْد ِ م شعوب ْا ل ل من ذ ْك ْرْ جعْلِ م ي ْاأ ْي ْهْا الن ْاس ن
ه
ِ الل ْ ْرفوا إ ِْ ْرمك ِْ وْقْب ْائ ْن ْ
ْوْأ ن ْثى و
ْ ْاك
إ ِْن ْا خل
ْ ْاك ْ
مٌ ْي أ ْت ْ ق
ِ ْاك ْم إ ن الله عْل
خب ِْي ٌر ِْ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan
Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa
di sisi Allah (QS al-Hujurat [49]: 13).
Ayat ini menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan keragaman suku dan
bangsa serta identitas-identitas agama selain Islam (pluralitas), namun sama sekali tidak
mengakui kebenaran agama-agama tersebut (pluralisme). Allah SWT juga berfirman:
ِ ما مين
من نصير ما م ي ْن ْ ْز سل ْط ْا ما س ب ِ ِه عل م و نِ من دوِ وْي ْعْب ْدون
ْ ل ِْلظ ْ ل ل ب ْه ِْ ن ْا وْ ل ْي ل ْ م ِْ الله
ِ
ِْ ْال ْْ ه ْ
Mereka menyembah selain Allah tanpa keterangan yang diturunkan Allah. Mereka tidak
memiliki ilmu dan tidaklah orang-orang zalim itu mempunyai pembela (QS al-Hajj:67-71).
Ayat ini menegaskan bahwa agama-agama selain Islam itu sesungguhnya menyembah
kepada selain Allah SWT. Lalu bagaimana bisa dinyatakan, bahwa Islam mengakui ide
pluralisme yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama-sama benarnya dan
menyembah kepada Tuhan yang sama?
Dalam ayat yang lain, Allah SWT menegaskan:
عن ْد ْ الله ِْ ا ْل ِْ سل
ِ إ ِْن الد ْين
ْ
م
ْ
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam (QS Ali Imran [3]: 19).
Allah SWT pun menolak siapa saja yang memeluk agama selain Islam (QS Ali Imran
[3]: 85); menolak klaim kebenaran semua agama selain Islam, baik Yahudi dan Nasrani,
ataupun agama-agama lainnya (QS at-Taubah [9]: 30, 31); serta memandang mereka sebagai
orang-orang kafir (QS al-Maidah [5]: 72).
Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada
sejumlah faktor. Dua di antaranya adalah:
Pertama, adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama bahwa konsep
ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan keselamatan.
Masing-masing pemeluk agama juga meyakini bahwa merekalah umat pilihan. Menurut
kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya kerenggangan,
perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama. Karena itu, menurut mereka, diperlukan
gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi
memicu konflik.
Kedua, faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk melanggengkan
dominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan serta
perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terus disuarakan
Kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalang kebangkitan Islam.
Faham ini sangat berbahaya khususnya bagi umat islam bahaya pertama adalah
penghapusan identitas-identitas agama. Dalam kasus Islam, misalnya, Barat berupaya
mempreteli identitas Islam. Ambil contoh, jihad yang secara syar’i bermakna perang
melawan orang-orang kafir yang menjadi penghalang dakwah dikebiri sebatas upaya
bersungguh-sungguh. Pemakaian hijab (jilbab) oleh Muslimah dalam kehidupan umum
dihalangi demi “menjaga wilayah publik yang sekular dari campur tangan agama.” Lebih
jauh, penegakan syariah Islam dalam negara pun pada akhirnya terus dicegah karena
dianggap bisa mengancam pluralisme. Ringkasnya, pluralisme agama menegaskan adanya
sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid dalam Muhammadiyah
mengalami perubahan yang sangat berarti. Pada pase pertama tajdid dalam Muhammadiyah
baru pada tataran praktis dan gerakan aksi yang mengarah pada pemurnian akidah dan
ibadah, sebagai reaksi terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam pada saat itu.
Tema sentral tajdid pada pase ini adalah pemurnian. Kemudian pada pase kedua sudah mulai
terlihat pentingnya menyelesaikan masalah yang sama sekali baru yang dihadapi umat Islam.
Pada pase ini mulai dibahas bahkan dirumuskan tajdid dalam arti modernisasi dan
dinamisasi. Rumusan dan konsep tajdid diarahkan pada upaya untuk merspon perubahan
masyarakat yang berkaitan dengan al-umur al-dunyawiyyah. Pada pase ini tidak lagi berkutat
pada pemurnian aqidah dan masalah-masalah khilafiyah dalam fikih, tetapi lebih diarahkan
pada ijtihad insya’i. Sedangkan pada pase terakhir, tema tajdid dalam Muhammadiyah tidak
terbatas pada masalah purifikasi dan dinamisasi, tetapi menuju rekonstruksi dan bahkan
dalam batas tertentu melakukan dekonstruksi terhadap ajaran normatif, menuju ajaran islam
yang bersifat historis.
DAFTAR PUSTAKA
- Drs. Mahsyar Idris, M,Ag. 2007. Studi Tentang Muhammadiyah, Parepare : Lembaga
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Parepare.
- Adabi Darban, H, Drs, SU, Mustafa Kamal Pasha, H, Drs, B.Ed,. 2003. Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Islam, Dalam Perspektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: LPPI UMY
- Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang.