STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. D
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sambiroto, Tasikmadu Karanganyar
Tanggal periksa : 8 Februari 2018
No. RM : 01401xxx
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Mata kanan bengkak
13
Riwayat infeksi mata : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
5. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses Infeksi, inflamasi -
Lokalisasi Konjungtiva -
Sebab Bakterial -
Perjalanan Akut -
1. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi
kesan cukup
2. Vital Sign
TD : 130/80 mmHg RR : 20
x/menit
HR : 84 x/menit T :
36.70C
3. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh >6/60 >6/60
a. pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
14
b. koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Visus sentralis dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Proyeksi sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3. Persepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata OD OS
a. tanda radang Ada Tidak ada
Pada Regio Palpebra
b. luka Tidak ada Tidak ada
c. parut Tidak ada Tidak ada
d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada
e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada
2. Supercilia
a. warna Hitam Hitam
b. tumbuhnya Normal Normal
c. kulit Sawo matang Sawo matang
d. gerakan Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Pasangan bola mata
dalam orbita
a. heteroforia Tidak ada Tidak ada
b. strabismus Tidak ada Tidak ada
c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada
d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada
e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada
b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada
c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak ada
d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada
5. Gerakan bola mata
a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat
b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
c. temporal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
d. nasal Tidak terhambat Tidak terhambat
e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema Ada Tidak ada
2.) hiperemi Ada Tidak ada
3.) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada
15
4.) blefarospasme Tidak ada Tidak ada
b. gerakannya
1.) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal
2.) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal
c. rima
1.) lebar 10 mm 10 mm
2.) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada
3.) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada
d. kulit
1.) tanda radang Tidak ada Tidak ada
2.) warna Sawo matang Sawo matang
3.) epiblepharon Tidak ada Tidak ada
4.) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion Tidak ada Tidak ada
2.) ekteropion Tidak ada Tidak ada
3.) koloboma Tidak ada Tidak ada
4.) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal
5.) benjolan Ada (nevus) Tidak ada
7. Sekitar glandula
lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
c.tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
9. Tekanan intraocular
a. palpasi Kesan normal Kesan normal
b. tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. NCT Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra
superior
1.) edema Ada Tidak ada
2.) hiperemi Ada Tidak ada
3.) sekret Ada Tidak ada
(mukopurulen)
4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
b.konjungtiva
palpebra inferior
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Ada Tidak ada
3.) sekret Tidak ada Tidak ada
4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
c. konjungtiva fornix
1.) edema Tidak ada Tidak ada
16
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) sekret Tidak ada Tidak ada
4.) benjolan Tidak ada Tidak ada
d. konjungtiva bulbi
1.) edema Ada Tidak ada
2.) hiperemis Ada Tidak ada
3.) sekret Ada Tidak ada
(mukopurulen)
4.)injeksi Ada Tidak ada
konjungtiva
5.) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada
3.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
11. Sclera
a. warna Putih Putih
b. tanda radang Tidak ada Tidak ada
c. penonjolan Tidak ada Tidak ada
12. Kornea
a. ukuran 12 mm 12 mm
b. limbus Jernih Jernih
c. permukaan Rata, mengkilap Rata, mengkilap
d. sensibilitas Normal Normal
e.keratoskop Tidak dilakukan Tidak dilakukan
( placido )
f. fluoresin test Tidak dilakukan Belum dilakukan
g. arcus senilis (-) (-)
13. Kamera okuli anterior
17
a. ada/tidak Ada Ada
b. kejernihan Jernih Jernih
c. letak Sentral Sentral
e. shadow test (-) (-)
17. Corpus vitreum
1. Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Reflek fundus
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
18
S. Pupil Diameter 3 mm, bulat, Diameter 3 mm, bulat,
sentral sentral
T. Lensa Jernih Jernih
V. GAMBAR
19
Gambar 1.0
OD Konjungtivitis bacterial
20
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. OD Konjungtivitis bacterial
2. OD Konjungtivitis viral
VII. DIAGNOSIS
OD Konjungtivitis Bacterial nongonococcal
VIII. TERAPI
1. Medikamentosa
Cloramixin eye drop (Chloramphenicol 0.2% dan Polymixin B sulfate 2.500 IU) 2
tetes/6 jam OD
Cloramidina ophtalmic ointment oles tipis/24 jam malam OD
OD OS
1. Ad vitam Bonam Bonam
2. Ad fungsionam Bonam Bonam
3. Ad sanam Bonam Bonam
4. Ad kosmetikum Bonam Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
21
Konjungtivitis bakterial disebabkan proses infeksi pada konjungtiva karena bakteri.
Seperti streptococcus, Corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria dan
haemophilus. Pada kasus ini konjuntivitis ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis pasien :
Pasien mengeluh kelopak mata kanan bengkak setelah pasien merendam
matanya dengan air melati satu hari SMRS, sebelumnya pasien mengeluh mata
kanan merah, gatal dan nyeri 3 hari SMRS, keluhan dirasakan pasien tiba-tiba.
Pasien kemudian berobat ke Puskesmas, setelah diberikan obat keluhan
berkurang. Namun, setelah pasien mencoba merendam mata kanan dengan air
melati, keluhan menjadi bertambah parah, muncuk cairan putih kekuningan,
pandangan kabur, dan saat pagi hari, mata kanan pasien terasa lengket.
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum dan tanda vital didapakan pasien nampak sakit ringan,
sadar penuh, subu 36.7 C.
3. Penatalaksanaan :
Pengobatan kasus ini terutama adalah pengobatan kuratif, yang bertujuan
dalam eradikasi kuman penyebab infeksi. Serta pemberian edukasi kepada
keluarga dalam pencegahan terjadinya komplikasi.
22
Penatalasanaan awal pasien ini adalah rawat jalan, dan kontrol 3 hari
setelah pemberian obat. Pasien diberikan tatalaksana dengan :
Penggunaan sediaan tetes mata pada siang hari dimaksudkan adar tidak
mengganggu penglihatan namun, larutan mata adalah waktu kontak yang
relatif singkat antara obat dan bioavilabilitas obat mata cukup buruk jika
larutannya digunakan secara topikal untuk kebanyakan obat kurang dari 1-
3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea.
2. Pada malam hari untuk meningkatkan lama kontak obat dengan mata
yangterinfeksi digunakan sediaan obat salep, yaitu antibiotik spektrum luas
Cloramidina Ophtalmic oinment (Chloramphenicol 1 %)/ 24 jam pada mata
kanan.
23
BAB V
PEMBAHASAN OBAT
A. Antibiotik : Kloramphenikol
1. Farmakokinetik
24
transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleks ribosom tidak ditransfer
ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein terhenti (Katzung, 2004).
3. Namapaten
4. Sediaan
Tetes mata sediaan 0.5%, salep mata sediaan 1%. dapat dikombinasikan dengan
antibiotik lain ataupun dengan kortikosteroid.
5. Dosis
Dosis untuk dewasa : 1-2 tetes setiap 6-8 jam sehari (tetes mata)
: oles tipis secukupnya setiap 6-8 jam sehari (salep
mata)
6. Mekanisme
7. Absorbsi
25
Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam jaringan, rongga,
dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu. Kadarnya dalam CCS tinggi sekali
dibandingkan dengan antibiotika lain, juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya
rata-rata 3 jam. Didalam hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi
yang baru dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah
mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal, terutama sebagai
metabolit inaktif dan lebih kurang 10 % secara utuh (Tjay dan Rahardja, 2008).
9. Eksresi
10. Indikasi
Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksterna yang
disebabkan oleh bakteri, blepharitis, katarak, konjungtifitis bernanah, traumatik
karatitis, trakhoma dan ulcerative keratitis (McEvoy, 2002).
Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata.
Reaksi hipersensitivitas dan inflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar, angioneuro
edema, urtikaria vesicular/ maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (McEvoy, 2002).
B. Antibiotik: Polimiksin B
Polimiksin B sulfat sangat mudah larut dalam air. Stabilitasnya sangat baik dalam
bentuk kering maupun dalam bentuk larutan dengansuhu dan ph fisiologik. Polimiksin B
terutama digunakan secara topikal. Aktif terhadap kuman gram negatif khususnya P
aeruginosa.
1. Farmakokinetik
26
Polimiksin tidak diserap melalui mukosa, tidak dapat menembus sawar uri dan
CSS. Polimiksin B diekskresi melalui urin dan pada gagal ginjal terjadi akumulasi dengan
cepat
5. Dosis
Dosis untuk dewasa : 1-2 tetes setiap 6-8 jam sehari (tetes mata)
Obat tetes mata mengandung 20.000 unit/ml
6. Mekanisme
Obat ini aktif terhadap kuman gram negatif, khususnya Ps. Aeruginosa. Kuman
lain yang peka adalah E.coli, Haemophillus, Klebsiella, Enterobacter, Obat ini bekerja
dengan mengganggu fungis pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman,
7. Efek Samping
Reaksi alergi jarang akibat pemberian topikal. Efek samping yang terpenting
adalah neurotoksisitas dan nefrotoksisitas yang khususnya mudah terjadi pada penderita
gagal ginjal karena terjadinya akumulasi. Dosis 1-2 microgram/ml dalam darah dapat
menimbulkan kemerahan pada muka, vertigo, ataksia, rasa mengantuk dan parestesia.
Dengan dosis terapu juga dapat terjad paralisis dan henti nafas akibat blokade
neuromuskular.
27
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtivitis, palpebra, bulbi atau fornix.
Reaksi radang dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit, jamur) dan non
infeksi (iritasi, alergi, toksin). Pada pasien reaksi radang memberat pada satu hari SMRS,
merupakan reaksi akut dari anamnesis didaptkan riwayat kontak dengan bahan non steril,
dan pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperemis, oedem, dan adanya secret
mukopurulen serta krusta kemungkinan penyebabnya adalah Haemophillus influenza,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia.
Kemudian didiagnosis dengan Konjungtivitis bacterial non gonoccocal, dan
diterapi dengan kombinasi antibiotik. Antibiotik yang dipilih adalah antibiotik spektrum
luas yaitu Chloramphenicol. Kloramixin eye drop merupakan kombinasi
Chloramphenicol 0.2 % dan Polymixin B sulfate 2.500 IU untuk eradikasi bakteri gram
positif maupun negatif. Sediaan lain yang dipakai untuk malam hari dipilih salep
Cloramidina Ophtalmic oinment untuk memperlama kontak obat dengan mata.
B. Saran
Ketepatan diagnosis dan terapi pada kasus konjungtivitis amatlah penting.
Seorang tenaga medis harus mengetahui tatalaksana yang tepat untuk kasus ini. Selain itu,
sebagai seorang tenaga medis sebaiknya tidak hanya memberikan tatalaksana dari aspek
farmakoterapi saja untuk kasus konjungtivitis karena kasus ini memerlukan tata laksana
non-farmakoterapi,
DAFTAR PUSTAKA
28
2. Vaughan D, Asbury T, Riordan P. 2007. Ocular and orbital trauma. Dalam:
General Ophthalmology, Chapter 19. 17th ed. McGraw Hill Company: USA
29