Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

DALAM PENGELOLAAN TROLLY EMERGENCY


DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUP DR SARDJITO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
BUDI DWI PRASETIO
201310201146

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA
PERAWAT DALAM PENGELOLAAN TROLLY
EMERGENCY DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA1

Budi Dwi Prasetio2, Tenti Kurniawati3, Mamnu’ah4


STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: budidwiprasetio71@gmail.com

INTISARI

Latar belakang: Didapatkan alat dan obat trolly emergency di IGD RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta belum sesuai standar. Motivasi yang kurang dari staf
keperawatan dalam pengelolaannya dapat berdampak ketidaksiapan rumah sakit
dalam menghadapi kasus emergency.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat
dalam pengelolaan trolly emergency di IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Metode penelitian: Analisis observasional dengan rancangan cross sectional.
Responden 50 perawat IGD menggunakan quota sampling. Analisis statistik
menggunakan distribusi frekuensi dan korelasi kendall tau.
Hasil penelitian: Analisa korelasi Kendall Tau didapatkan p-value sebesar 0,000
dengan nilai koefisien korelasi 0,581 terdapat hubungan kuat antara motivasi kerja
dengan kinerja perawat dalam pengelolaan trolly emergency di IGD RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
Kesimpulan dan saran : Semakin tinggi motivasi kerja semakin tinggi juga kinerja
perawat yang dicapai. Tim code blue dengan kepala ruang perlu sosialisasi ulang dan
supervisi rutin terhadap pengelolaan trolly emergency.

Kata Kunci : Motivasi, Kinerja, Pengelolaan trolly emergency.


Kepustakaan : 33 buku (2002-2014), 2 jurnal (2008-2013)
Halaman : xiii, 101 halaman, 6 tabel, 2 gambar, 11 lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta
4
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta
THE RELATIONSHIP BETWEEN WORKING MOTIVATION AND
NURSE’S PERFORMANCE IN MANAGING EMERGENCY TROLLY IN
EMERGENCY ROOM OF Dr. SARJITO HOSPITAL YOGYAKARTA1

Budi Dwi Prasetio 2, Tenti Kurniawati3, Mamnu‟ah4

ABSTRACT

Research Background: It is found that tools and medicines of emergency trolley in


Emergency Room of Dr. Sarjito Hospital Yogyakarta are not standard. The lack of
nursing staff‟s motivation in managing the trolley could result not-readiness of the
hospital in facing emergency case.
Research Objectives: This research aims at investigating the working motivation
and nurse performance in managing emergency trolley in Emergency Room of Dr.
Sarjito Hospital Yogyakarta.
Research Methodology: The research design is analytic observational with cross
sectional design. The respondents were 50 nursesof emergency room taken through
quota sampling. Statistical analysis used frequency distribution and Kendal Tau
correlation.
Research Findings: From the Kendall Tau correlation it is obtained that p-value
0.000 with coefficient correlation value = 0.581. There is strong correlation between
working motivation and nurse performance in managing emergency trolley in
Emergency Room of Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta.
Conclusion and suggestions: The higher working motivation, the higher working
performance will be achieved. Head of ward needs to re-socialize and supervise
regularly in managing emergency trolley.

Keywords : motivation, working performance, managing emergency trolley


Bibliography : 33 books (2002-2014), 2 journals (2008-2013)
Pages : xiii, 101 pages, 6 tables, 2 figures, 11 appendices

1
Thesis title
2
Student of „Aisyiyah Health Science College of Yogyakarta
3
Lecturer of „Aisyiyah Health Science College of Yogyakarta
4
Lecturer of „Aisyiyah Health Science College of Yogyakarta
Pendahuluan yang berorientasi pada kepuasan
Rumah sakit merupakan badan pelanggan.
pelayanan kesehatan secara paripurna Dari hasil studi pendahuluan
yang menyediakan pelayanan gawat pada tanggal 6 Oktober 2014
darurat, rawat jalan, dan rawat inap didapatkan data tahun 2013 jumlah
yang berfokus terhadap mutu kunjungan pasien IGD sebanyak
pelayanan yang diberikan. Mutu 34.284 pasien dengan kasus gawat
pelayanan rumah sakit akan darurat 25,07% dan gawat tidak
terpelihara dengan baik bila staf darurat sebesar 59,44% sedangkan
profesional dalam menjalankan angka kematian pasien kurang dari 24
deskripsi jabatanya ditunjang oleh jam di IGD sebanyak 190 pasien atau
ketersediaan peralatan medis siap 0,54% dari total kunjungan. Data
pakai yang memadai, karena tindakan- kematian tersebut mengalami
tindakan medis termasuk pelayanan di peningkatan setelah dilakukan evaluasi
gawat darurat sangat membutuhkan pada triwulan III tahun 2014, bahkan
pelayanan segera guna penyelamatan dipersempit pada angka kematian
nyawa (life saving) dan pencegahan pasien di IGD kurang dari 8 jam yaitu
kecacatan lebih lanjut. Mengingat hal sebanyak 0,57% dari total kunjungan.
tersebut maka upaya Angka kematian ini menunjukkan
penyelenggaraannya tidak cukup bahwa IGD RSUP Dr. Sardjito belum
ditunjang dengan kesiapan peralatan dapat mencapai target nasional untuk
medis tetapi juga dibutuhkan kinerja kematian yang seharusnya kurang dari
yang baik dari sumber daya 0,2% dari total kunjungan sesuai
keperawatan profesional, berdedikasi Standar Pelayanan Minimal Rumah
kuat dan mempunyai motivasi yang Sakit (SPM) yang ditetapkan oleh
tinggi dalam melakukan upaya pemerintah melalui Direktorat Jendral
kesehatan (Frelita dkk, 2011). Perawat Bina Pelayanan Medik tahun 2007.
IGD harus dapat mengelola peralatan Hasil wawancara dengan
medis yang tersedia secara benar, kepala ruang Kamar Periksa
terutama dalam pengelolaan trolly disampaikan bahwa saat ini tugas
emergency untuk memastikan alat pengelolaan yang biasa dilakukan
tersebut sesuai dengan standar yang sebatas inventarisasi. Catatan
telah ditentukan oleh rumah sakit (Tim kehilangan dan kerusakan peralatan
Standar Manajemen Keamanan emergency dalam 2 bulan terakhir
Fasilitas RSUP Dr. Sardjito, 2014). sebanyak 19 kasus. Kejadian ini
RSUP Dr. Sardjito adalah dirasakan kepala ruang kamar Periksa
Rumah Sakit Umum vertikal tipe A ada keterkaitannya dengan kurangnya
pendidikan di Yogyakarta berstandar motivasi perawat dalam pengelolaan
JCI. Rumah Sakit ini berfungsi peralatan yang ada. Hal ini cukup
sebagai pusat rujukan, pendidikan dan beralasan mengingat setiap pelacakan
pelatihan yang bermutu dan kronologis peralatan yang hilang atau
berstandart internasional. Salah satu rusak sering dijawab tidak tahu, atau
visi dari rumah sakit ini adalah saya mendapatkan keadaan alat sudah
menjadikan Instalasi Gawat Darurat seperti ini oleh petugas yang jaga saat
(IGD) RSUP Dr. Sardjito sebagai itu. Belum ada usaha yang optimal
pusat pelayanan kegawat daruratan dari perawat untuk mencari, menulis
unggulan dan terpercaya, sedangkan atau melaporkan kronologis bila ada
misinya melakukan pelayanan dengan kerusakan atau kehilangan peralatan
profesionalitas dan etos kerja tinggi tersebut. Mereka lebih memilih
menggunakan peralatan seadanya atau
meminjam alat ke ruang lain bila utamanya trolly emergency tentu pada
diperlukan untuk suatu tindakan akhirnya dapat berdampak serius
emergency. Keadaan seperti ini tentu terhadap ketidaksiapan rumah sakit
saja akan mengurangi kwalitas dalam menghadapi kasus emergency,
pelayanan dan tidak sesuai dengan mengurangi kwalitas pelayanan dan
standar yang sudah ditetapkan oleh tidak sesuai dengan standar dari JCI
JCI. yang telah ditetapkan. Tujuan dari
Hasil wawancara dengan 10 penelitian ini adalah untuk mengetahui
orang perawat pelaksana, mengatakan apakah ada hubungan antara motivasi
tidak sempat melaksanakan tugas kerja dengan kinerja perawat dalam
tersebut karena harus segera melayani pengelolaan trolly emergency di IGD
pasien. Pendokumentasian RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
pengelolaan alat juga dirasa
memperlambat pelayanan pada pasien. Metode Penelitian
Berdasarkan laporan Instalasi Penelitian ini merupakan
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit penelitian analisis observasional
didapatkan data laporan kerusakan dengan rancangan cross sectional.
fasilitas medis IGD tahun 2013 Teknik pemilihan sampel
sebanyak 139 kerusakan yang terjadi menggunakan quota sampling
sebagian besar kemungkinan berjumlah 50 perawat IGD sesuai
diakibatkan oleh kurangnya perhatian kriteria penelitian. Instrumen
petugas baik dalam penggunaan penelitian menggunakan kuesioner
maupun pemeliharaan rutin harian, motivasi dan kinerja perawat dalam
seperti kabel yang lecet atau putus, pengelolaan trolly emergency. Analisa
asesori yang hilang, kerusakan karena data menggunakan distribusi frekuensi
rudapaksa saat penggunaan dan lain dan korelasi kendall tau.
sebagainya. Hasil observasi
didapatkan bahwa alat dan obat-obatan Hasil penelitian:
yang terdapat di trolly emergency Dari hasil pengolahan data
belum sesuai dengan standar. yang diambil tanggal 17-20 Desember
Dokumentasi tentang uji fungsi 2014 dengan menggunakan kuesioner
pemakaian alat dan isi obat-obatan pada populasi yang memenuhi kriteria
juga belum dilakukan secara rutin. inklusi dan eksklusi yang telah
Motivasi yang kurang pada ditetapkan sebanyak 50 sampel
petugas staf keperawatan dalam diperoleh hasil:
pengelolaan fasilitas emergency

Tabel 1. Hasil tabulasi silang karakteristik perawat dengan motivasi kerja dalam
pengelolaan trolly emergency di IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Umur Motivasi Kerja
Perawat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total
Rendah
(Tahun)
f % f % f % f % f %
Dewasa
11 22,0 19 38,0 8 16,0 0 0,0 38 76,0
muda
(18-40)
Dewasa
4 8,0 6 12,0 2 4,0 0 0,0 12 24,0
madya
(41-60)
Jumlah 15 30,0 25 50,0 10 20,0 0 0,0 50 100,0
Masa Kerja Motivasi Kerja
Perawat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total
Rendah
(Tahun)
f % f % f % f % f %
Baru(<6 ) 5 10,0 11 22,0 6 12, 0 0,0 22 44,0
Sedang(6-10) 4 8,0 5 10,0 2 0 0 0,0 11 22,0
Lama(>10) 6 12,0 9 18,0 2 4,0 0 0,0 17 34,0
Jumlah 15 30,0 25 50,0 10 4,0
20, 0 0,0 50 100,0
Dari hasil analisa pada tabel 1. 0
yang berlebihan yang apabila tidak
menunjukkan motivasi kerja perawat tercapai hanya berakibat pada frustasi.
dalam pengelolaan trolly emergency di Dari hasil jawaban kuesioner
IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta motivasi kerja dilihat berdasarkan
mayoritas memiliki motivasi kerja terpenuhinya hirarki kebutuhan
sedang sebanyak 50% (25 orang). Abraham Maslow yang disampaikan
Sebagian besar responden tersebut oleh Sofyandi dan Garniwa (2007),
berusia 18-40 tahun yaitu sejumlah 38% mayoritas responden dengan motivasi
(19 orang), dimana 11 orang kerja sedang sebanyak 56% (14 orang),
diantaranya memiliki masa kerja baru menyatakan ketidakpuasannya terhadap
(kurang dari 6 tahun). Siagian (2004) gaji yang diterima. Dari sisi aspek
menjelaskan bahwa umur termasuk kebutuhan rasa aman sebanyak 52% (13
salah satu faktor yang mempengaruhi orang), menyatakan tidak ada kepastian
motivasi kerja seseorang. Pegawai yang adanya jaminan hari tua yang baik dari
lebih muda cenderung mempunyai fisik rumah sakit, 36% (9 orang) merasa
yang kuat, sehingga diharapkan dapat tidak nyaman dan aman bekerja dengan
bekerja keras dan umumnya mereka menggunakan SOP pengelolaan trolly
belum berkeluarga. Akan tetapi secara emergency yang sudah ditetapkan, baik
kedewasaan pada usia dewasa muda dari sisi perlindungan terhadap bahaya
baik secara fisik (ketrampilan) maupun kecelakaan kerja maupun terlindungi
psikologisnya belum seluruhnya secara legalitasnya. Aspek terpenuhinya
matang. Pegawai yang lebih muda kebutuhan social sebanyak 52% (10
umumnya kurang berdisiplin, kurang orang) menyatakan tidak pernah
bertanggungjawab dan sering berpindah mendapatkan penjelasan dari supervisi
pekerjaan dibanding pegawai yang lebih tentang pengelolaan fasilitas trolly
tua sehingga masih memerlukan emergency dan menganggap
bimbingan, evaluasi, dan adaptasi dalam pelaksanaannya kurang efektif. Pada
pekerjaannya. Semakin lanjut usia aspek penghargaan sebanyak 56% (14
seseorang, semakin mampu orang) menyatakan belum ada
menunjukkan kematangan jiwa, dalam kesesuaian penghasilan dan
arti semakin bijaksana, mampu berfikir penghargaan dengan tugas dan
secara rasional, mengendalikan emosi, tanggung jawab yang dikerjakan
dan sifat lain yang menunjukkan sehingga belum mampu untuk
kematangan intelektual dan psikologis. mendorong dan meningkatkan
Motivasi di sini sebagai bentuk untuk motivasinya dalam bekerja. Indikator
mencapai tingkat kepuasan yang terakhir dari aspek aktualisasi diri
diartikan sebagai kesediaan menerima sebanyak 44% (11 orang), menyatakan
kenyataan tentang hasil karya yang tidak mempunyai kesempatan untuk
diraih yang biasanya berakibat pada bisa menunjukkan dan mengembangkan
sikap yang realistis, sepi dari ambisi, potensi diri yang dimiliki melalui
tugasnya dalam pengelolaan trolly memiliki motivasi yang rendah
emergency. dalam mengembangkan dirinya.
Menurut Sofyandi dan Garniwa 5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-
(2007) indikator motivasi kerja dapat actualization need)
dilihat berdasarkan Teori Hirarki Aktualisasi diri berkaitan dengan
Kebutuhan Abraham Maslow yang proses pengembangan potensi yang
terdiri dari: sesungguhnya dari seseorang,
1. Kebutuhan fisiologis dimana individu akan menunjukkan
(Physiological-need) kemampuan, keahlian dan potensi
Merupakan kebutuhan manusia yang dimilikinya.
paling dasar yang merupakan Dari keseluruhan jawaban
kebutuhan guna menunjang kuseioner memperlihatkan bahwa
kelangsungan hidup seseorang, menurunnya motivasi kerja secara
dimana gaji dan insentif merupakan umum diakibatkan oleh berbagai hal
salah satu sarana untuk memenuhi meliputi masalah pemberian gaji,
kebutuhan tersebut insentif, kepastian terhadap jaminan
2. Kebutuhan rasa aman (Safety-need) dihari tua, penghargaan terutama yang
Kebutuhan ini meliputi keamanan bersifat material dan kesempatan untuk
akan perlindungan dari bahaya mengembangkan diri yang masih dirasa
kecelakaan kerja, jaminan akan kurang sesuai. Selain itu tidak
kelangsungan pekerjaannya dan optimalnya sosialisasi dan supervisi
jaminan akan hari tuanya pada saat terhadap tugas perawat dalam
mereka tidak lagi bekerja. mengelola fasilitas trolly emergency
Terpenuhinya kebutuhan ini akan juga menjadi faktor menurunnya
membuat individu merasa motivasi kerja perawat IGD RSUP Dr.
terlindungi dan tenang dalam Sardjito dalam menjalankan tugasnya.
menjalani kegiatan sehari-harinya. Melihat hal ini tentu belum sepenuhnya
3. Kebutuhan sosial (Social-need) sesuai dengan harapan mengingat
Merupakan kebutuhan untuk pelayanan di IGD memerlukan tindakan
persahabatan, afiliasi dan interaksi yang cepat dan tepat karena
yang lebih erat dengan orang lain. berhubungan dengan life saving pasien.
Kegiatan organisasi berkaitan Tanpa didukung adanya motivasi yang
dengan kebutuhan akan adanya kuat, proses asuhan keperawatan gawat
kelompok kerja yang kompak, darurat tidak akan berhasil dengan baik.
supervisi yang baik, rekreasi Frelita dkk (2014), menyatakan kinerja
bersama dan sebagainya. asuhan keperawatan di IGD berkaitan
4. Kebutuhan penghargaan (Esteem- dengan kasus-kasus penyelamatan
need) nyawa maka upaya penyelenggaraannya
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tidak cukup ditunjang dengan kesiapan
keinginan untuk dihormati, dihargai peralatan medis tetapi juga dibutuhkan
atas prestasi seseorang, pengakuan sumber daya keperawatan yang
atas kemampuan dan keahlian profesional dan mempunyai dedikasi
seseorang serta efektifitas kerja yang kuat dalam melakukan upaya
seseorang. Seseorang yang tidak kesehatan.
dihargai oleh orang lain akan
Tabel 2. Hasil tabulasi silang antara karakteristik perawat dengan kinerja perawat
dalam pengelolaan trolly emergency di IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Umur Kinerja Perawat
Perawat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total
Rendah
(Tahun) f % f % f % f % f %
Dewasa 8 16,0 17 34,0 12 24,0 1 2,0 38 76,0
muda
Dewasa
(18-40)
madya 6 12,0 2 4,0 4 8,0 0 0,0 12 24,0
(41-60)
Jumlah 14 28,0 19 38,0 16 32,0 1 2,0 50 100,0
Masa Kerja Kinerja Perawat
Perawat Tinggi Sedang Rendah Sangat Total
Rendah
(Tahun)
f % f % f % f % f %
Baru(<6 ) 2 4,0 11 22,0 8 16,0 1 2,0 22 44,0
Sedang(6-10) 4 8,0 4 8,0 3 6,0 0 0,0 11 22,0
Lama(>10) 8 16,0 4 8,0 5 10,0 0 0,0 17 34,0
Jumlah 14 28,0 19 38,0 16 32,0 1 2,0 50 100,0

Dari tabel 2. kinerja perawat aspek kehadiran sebanyak 68% (13


dalam pengelolaan trolly emergency di orang) menyatakan belum
IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta memanfaatkan waktu luang yang ada
mayoritas memiliki kinerja yang sedang untuk menyiapkan peralatan trolly
yaitu sebanyak 38% (19 orang), emergency. Dari indikator kemampuan
sementara yang memiliki kinerja tinggi bekerja sama yang merupakan tolak
28% (14 orang). Menurut Mathis ukur terakhir untuk menilai kinerja
(2006), indikator kinerja karyawan sebanyak 42% (8 orang) responden
dapat dilihat dari aspek kuantitas, menyatakan tidak melakukan koordinasi
kualitas, kehandalan, kehadiran, dan dengan bagian farmasi dalam mengelola
kemampuan karyawan untuk bisa kelengkapan obat trolly emergency,
bekerja sama. serta tidak pernah saling mengingatkan
Dari hasil jawaban kuesioner apabila ada yang menggunakan
perawat yang memiliki kinerja sedang peralatan tersebut tidak sesuai dengan
dalam aspek kuantitas sebanyak 95% SOP.
(18 orang), tidak melakukan uji fungsi Kinerja yang baik menurut
peralatan trolly emergency pada setiap Mathis (2006) bisa dinilai dari indikator
sift jaga dan sebanyak 47% (9 orang) kinerja karyawan yang terdiri dari:
tidak melakukan pendokumentasian 1. Kuantitas
setiap menggunakan peralatan tersebut. Kuantitas merupakan jumlah yang
Dari aspek kualitas memperlihatkan dihasilkan dinyatakan dalam istilah
47% (9 orang), tidak melakukan seperti jumlah unit, jumlah siklus
penataan kembali susunan dan isi trolly aktivitas yang diselesaikan. Kuantitas
emergency secara rapih dan teliti. yang diukur dari persepsi pegawai
Sementara sebanyak 63% (12 orang) terhadap jumlah aktivitas yang
perawat masih memerlukan ditugaskan beserta hasilnya.
pendampingan dari supervisi dalam 2. Kualitas
melaksanakan pendokumentasian Kualitas adalah ketaatan dalam
pengelolaan trolly emergency. Pada prosedur, disiplin, dedikasi. Tingkat
dimana hasil aktivitas yang Kehadiran kerja dapat mencerminkan
dikehendaki mendekati sempurna kinerja seseorang, karena kinerja
dalam arti menyesuaikan beberapa yang baik dapat dilihat dari waktu
cara ideal dari penampilan aktivitas, kerja yang minimal sesuai waktu
maupun memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditentukan termasuk
yang diharapkan dari suatu aktivitas. didalamnya bagaimana seseorang
3. Kehandalan mampu memanfaatkan waktu luang
Kehandalan adalah kemampuan untuk kepentingan pekerjaannya.
untuk melakukan pekerjaan yang 5. Kemampuan bekerja sama
disyaratkan dengan supervisi Merupakan kemampuan seorang
minimum. Kehandalan yakni tenaga kerja untuk bekerja bersama
mencakup konsistensi kinerja dan dengan orang lain dalam
kehandalan dalam pelayanan yang menyelesaikan suatu tugas dan
akurat, benar dan tepat. pekerjaan yang telah ditetapkan
4. Kehadiran sehingga mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya

Tabel 3. Hasil uji statistik korelasi Kendall Tau antara motivasi kerja
dengan kinerja perawat dalam pengelolaan trolly emergency di IGD RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta.

Kinerja Perawat
Motivasi Sangat
Tinggi Sedang Rendah Total
Kerja Rendah
f % f % f % f % f %
Tinggi 8 16,0 6 12,0 1 2,0 0 0,0 15 30,0
Sedang 6 12,0 13 26,0 6 12,0 0 0,0 25 50,0
Rendah 0 0,0 0 0,0 9 18,0 1 2,0 10 20,0
Sangat 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Rendah
Jumlah 14 28,0 19 38,0 16 32,0 1 2,0 50 100,0
P-value 0,000
Correlation 0,581
Coefficient
Berdasarkan tabel 3. hasil uji (13 orang). Dari penelitian ini juga
statistik dengan menggunakan korelasi didapatkan perawat yang memiliki
Kendall Tau didapatkan nilai p-value motivasi tinggi akan tetapi masuk
sebesar 0,000 (< 0,05) yang artinya dalam kategori kinerja rendah yaitu
terdapat hubungan antara motivasi sebanyak 2% (1 orang).
kerja dengan kinerja perawat dalam Siagian (2004), dalam teori
pengelolaan trolly emergency di IGD motivasi harapan menjelaskan bahwa
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. seseorang berprestasi kerja
Koefisien korelasi didapatkan nilai (berkinerja) tergantung pada
sebesar 0,581 yang artinya antara pandangannya tentang betapa kuatnya
motivasi kerja dengan kinerja perawat keyakinan yang terdapat dalam dirinya
memiliki tingkat hubungan yang kuat bahwa ia akan dapat mencapai apa
(Sarwono, 2006). Mayoritas perawat yang diusahakan untuk dicapai, artinya
masuk dalam kategori motivasi dan terdapat keyakinan bahwa imbalan
kinerja sedang yaitu sebanyak 26% yang diberikan oleh organisasi sejajar
dengan usaha dan apa yang diinginkan berbagai kebutuhan dengan
oleh pekerja. menggabung pendekatan kuantitatif
Dari responden yang memiliki dan kualitatif sekaligus oleh karena
motivasi tinggi akan tetapi memiliki manusia mempunyai berbagi
kinerja rendah, dalam jawaban kebutuhan lain di samping kebutuhan
kuesionernya menyatakan penghasilan fisiologis.
yang diterima sudah mencukupi akan
tetapi belum bisa disisihkan untuk Simpulan
menabung dan merasa penghargaan Terdapat hubungan antara
yang diberikan belum bisa motivasi kerja dengan kinerja perawat
meningkatkan motivasi perawat untuk dalam pengelolaan trolly emergency di
lebih giat bekerja. Hal ini IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
mengindikasikan adanya perawat yang tahun 2014.
menginginkan peningkatan kebutuhan
selanjutnya yang lebih tinggi akan Saran
tetapi belum tercapai, sehingga bisa Institusi hendaknya meningkatkan
menurunkan motivasinya dalam efektifitas supervisi dan sosialisasi
bekerja. Siagian (2004), sikap penerapan SOP pengelolaan trolly
sesorang yang menginginkan memiliki emergency yang sudah ditetapkan,
lebih dari apa yang sudah serta evaluasi peningkatan motivasi
didapatkannya merupakan sikap kerja karyawan melalui upaya
normal dan wajar untuk meningkatkan perbaikan kesejahteraan, keamanan
kemampuan ekonomi dan harga kerja, penghargaan dan memberikan
dirinya yang pada gilirannya kesempatan bagi karyawan untuk
memungkinkannya memuaskan mengembangkan diri dalam berkarir.

Islam menganjurkan umatnya agar memilih aktivitas dan karir yang benar-
benar sesuai dengan keahliannya. Dengan demikian, Islam meletakkan dasar yang
kuat akan kebebasan berusaha. Hanya saja, untuk menghindari gejala-gejala
kejahatan, Islam meletakkan batasan-batasan. Tujuan itu dinyatakan dalam Al-
Qur‟an dengan ungkapan bahwa bekerja adalah ibadah. Menurut syari‟at, keridhaan
Allah SWT tidak akan didapatkan jika kita tidak melaksanakan tugas tekun, sungguh
dan sempurna. Ambisi seorang muslim dalam bekerja yang paling utama adalah
mendapatkan ridha Allah SWT. Dari ambisi yang mulia ini timbul sikap jujur, giat
dan tekun. Firman Allah SWT :
           

     

Artinya : Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:105).

DAFTAR PUSTAKA International Standar


Frelita, G., Situmorang, TJ., Silitonga, Akreditasi Rumah Sakit,
D.S., Oeswadi, J., Tahjoo, Edisi Ke-4, Alih Bahasa
A., Tandiono, E., Sutoto. Meitasari T & Nicole B.
(2011). Joint Commission Jakarta: Gramedia.
Mathis, RL., Jackson, JH. (2006). Sofyandi., Garniwa. (2007). Perilaku
Human Resource Organisasional, Edisi
Management (Manajemen Pertama. Yogyakarta: Graha
Sumber Daya Manusia), Ilmu.
Edisi 10. Jakarta: Salemba Tim Standar Manajemen Keamanan
Empat. Fasilitas RSUP Dr. Sardjito.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian (2014). Panduan Manajemen
Kuantitatif Dan Kualitatif. Keamanan Fasilitas RSUP
Yogyakarta : Graha Ilmu Dr. Sardjito. Yogyakarta:
Siagian, SP. (2004). Teori Motivasi RSUP Dr. Sardjito.
Dan Aplikasinya, Cetakan Instalasi Farmasi RSUP Dr. Sardjito.
Ketiga. Jakarta: Rineka (2014). Pengelolaan Trolly
Cipta. Emergency. Yogyakarta:
RSUP Dr. Sardjito.

Pengesahan Pembimbing

(Tenti Kurniawati, M. Kep.)

Anda mungkin juga menyukai