02 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Resiko Perilaku Bunuh Diri
02 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Resiko Perilaku Bunuh Diri
TENTANG
“ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI”
Kelompok : 2 Kelas : 3A
Anggota :
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikanlah penyusunan makalah ini yang berjudul “risiko
perilaku bunuh diri”.
Dalam penulisan ini dirasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari Ibu/Bapak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
PENDAHULUAN
Di indonesia kematian akibat bunuh diri makin meningkat, kini didukung dari
data dari WHO pada tahun 2010 yang menyebutkan angka bunuh diri di indonesia
mencapai 1,6 hingga 1,8 per seratus ribu jiwa. Tentu jika tidak ada upaya bersama
pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO
meramalkan pada tahun 2020 angka bunuh diri di indonesia secara global menjadi 2,4
per seratus ribu jiwa .
PEMBAHASAN
Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkahn lauku
bunuh diri antara lain:(Keliat.Budi Anna, 2007)
No Mitos No Fakta
1 Orang yang bicara mengenai 1 Kebanyakan orang yang bunuh diri
bunuh diri, tidak akan telah memberikan peringatan yang
melakukannya pasti dari keinginannya
2 2 Mayoritos dari mereka
Orang dengan kecendrungan ambivalen(mendua, antara
bunuh diri (suicidal people) keinginan untuk bunuh diri tetapi
3 berkeinginan mutlak untuk mati 3 takut mati)
Bunuh diri terjadi tanpa Orang dengan kecendrungan
peringatan bunuh diri seringkali memberikan
4 4 banyak indikasi
Banyak bunuh diri terjadi dalam
Perbaikan setelah suatu krisis periode telah mempunyai energi
berarti risiko bunuh diri telah dan kembali kepikiran putus asa
5 berakhir 5 untuk melakukan tindakan
destruktif
6 6 Sebagian besar bunuh diri dapat
Tidak semua bunuh diri dapat dicegah
dicegah Pikiran bunuh diri tidak permanen
7 Sekali seseorang cenderung bunu 7 dan untuk beberapa orang tidak
diri, ia selalu cenderung bunuh akan melakukannya kembali
diri Bunuh diri dapat terjadi pada
semua orang tergantung pada
8 Hanya orang miskin yang bunuh 8 keadaan sosial, lingkungan,
diri ekonomi dan kesehatan jiwa
Pasien gangguan jiwa mempunyai
resiko lebih tinggi untuk bunuh
diri, tapi bunuh diri dapat juga
Bunuh diri selalu terjadi pada terjadi pada orang yang sehat fisik
9 pasien gangguan jiwa 9 dan jiwanya bertanya tentang
bunuh diri tidak akan memacu
bunuh diri
Bila tidak menanyakan pikiran
bunuh diri, tidak akan dapat
Menanyakan tentang pikiran mengidentifikasi orang yang
bunuh diri dapat memicu orang bersiko tinggi untuk bunuh diri
untuk bunuh diri
(Sumber : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, 2006)
Tabel 2. Faktor resiko tingkah laku bunuh diri ( stuart dan sundeen, 1995)
Faktor Resiko tinggi Resiko rendah
Umur 45 tahun dan remaja 24-45 tahun dan < 12
Jenis Laki-laki tahun
Status kawin Cerai, pisah, janda/duda Perempuan
Jabatan Profesional Kawin
Pekerjaan Pengangguran Pekerja kasar
Penyakit fisik Kronik, terminal Pekerja
Gangguan mental Depresi, halusinasi Tidak ada yang serius
Pemakai obat dan alkohol ketergantungan Gangguan kepribadian
Tidak
Sementara itu, cook dan fontaine (1987) menerangkan penyebabbunuh diri dari
masing-masing golongan umur.
Tabel 3. Penyebab bunuh diri pada anak
1 Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2 Situasi keluarga yang kacau
3 Perasaan tidak disayang atau terlalu dikritik
4 Gagal sekolah
5 Takut atau dihina di sekolah
6 Kehilangan orang yang dicintai
7 Dihukum orang lain
Situasi sosial:
. isolasi/menarik diri
.kemiskinan
pengaruh lingkungan yang
buruk
Biologi: Psikologi:
. faktor genetik . strategi koping yang
maladaptif
. penggunaan fisiologi . minta pertolongan
yang berlebihan
. putus asa
. respon stress
.tidak berdaya
. perubahan pada
perasaan ragu-ragu
neurotransmitter sistem
saraf pusat .berpikiran negatif
. trauma pada masa .hubungan yang penuh
kanak-kanak dengan tekanan
C. Pengkajian
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga
macam perilaku bunuh diri, yaitu:
Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan “saya akan pergi jauh” atau “saya sudah tidak
sanggup lagi menanggung penderitaan ini”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnyamengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
1. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
2. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien menciderai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.
Skor 2 :memikirkan bunuh diri secara aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
b. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri berdasarkan intensitas resiko dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri
Setelah melakukan pengkajian, saudara dapat merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan tingkat risiko dilakukannya bunuh diri (lihat
pembagian tiga macam perilaku bunuh diri pada halaman sebelumnya).
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah
keperawatan yang mungkin muncul adalah: harga bunuh diri rendah. Bila
saudara telah merumuskan masalah ini, maka tindakan keperawatan yang
paling utama dilakukan adalah meningkatkan harga diri pasien (selengkapnya
lihat materi harga diri rendah).
D. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
Bila saudara telah merumuskan masalah ini, maka saudara perlu segera melakukan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien.
Data :
Nn.S. 17 tahun, mengungkapkan bahwa dirinya telah kehilangan segalanya setelah
menjadi korban pemerkosaan pria yang tidak dikenalnya Nn. S merasa dirinya tidak
berharga lagi dan tidak ada gunanya hidup lagi. Nn. S merasa malu bila bertemu
dengan orang lain. Nn. S menyatakan niatnya untuk mengakhiri hidupnya dan punya
riwayat beberapa kali mencoba bunuh diri dengan cara minum racun serangga dan
membenturkan kepalanya ke dinding .
Latihan 1: percakapan untuk pengkajian pasien risiko bunuh diri
Orientasi:
“assalamu’alaikum S kenalkan saya adalah suster A.”
“bagaimana perasaan S hari ini?”
“saya akan menemani S dan bercakap-cakap tentang apa yang S rasakan selama ini.
Bagaimana S? Dimana dan berapa lama kita bicara?”
Kerja :
“bagaimana perasaan S setelah peristiwa itu? Apakah dengan kejadiaan ini S merasa
paling menderita didunia ini?” apakah S kehilangan kepercayaan diri?
Apakah S merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah S berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa S
mati? Apakah S pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana
caranya? Apa yang S rasakan?”
Terminasi:
Terminasi dilakukan setelah tindakan keperawatan untuk melindungi pasien selesai
dilakukan .
E. Tindakan keperawatan
Ancaman / percobaan bunuh diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat:
1) Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat yang
aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3) Mendapatkan orang yang dapat segera membawa pasien ke rumah sakit untuk
pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
4) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
5) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Orientasi:
“assalamualaikum, S” bagaimana perasaannya pagi ini?”
“saya akan menemani S selama 25 menit ke depan” bagaimana kalau kita duduk-
duduk diruangan kamu ini saja?”
Kerja :
“saya perlu memeriksa seluruh isi ruangan S ini untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan kamu.”
“setelah hampir setengah jam saya menemani S, apakah saat ini S masih memiliki
keinginan untuk bunuh diri.”
“nah S, karena S tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup S, maka saya tidak akan membiarkan S sendiri.”
“saya mau tanya, apakah S hari ini sudah minum obat? Kalau belum, saya akan
bantu S untuk minum obat”
Terminasi:
“kalau S butuh pertolongan jangan malu untuk meminta bantuan kepada perawat
yang ada diruangan ini”. “saya akan terus memantau keadaan S. Saya juga akan
terus merawat S selama S dirawat dirumah sakit ini. Sampai saya benar-benar
yakin S aman dan tidak melukai diri S sendiri.”
Orientasi:
Assalamualaikum S! Bagaimana perasaan hari ini? O.. jadi S merasa
tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah S ada perasaan ingin bunuh
diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?
Dimana?
Kerja:
“apa yang S lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya S harus langsung
minta bantuan kepada perawat. Jadi jangan S diamkan bila keinginan
bunuh diri itu muncul ya..” katakan pada perawat jika ada dorongan
mengakhiri kehidupan. Perawat akan segera membantu kamu untuk
mengatasi masalah yang kamu hadapi.
Terminasi :
“bagaimana persasaan S setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus S. Kalau masih ada
perasaan/ dorongan bunuh diri, kamu dapat memanggil perawat
diruangan ini. Besok kita akan bertemu lagi untuk membicarakan
tentang hal-hal yang patut kita syukuri.”
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.
Orientasi:
“assalamu’alaikum S! Bagaimana perasaan S hari ini? Masih adalah
dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, hari ini kita akan membahas
tentang rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih S miliki. Mau
berapa lama? Di mana?”
Kerja:
“keluraga masih membutuhkan S. Coba S ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan S. “ ingat ya S bahwasanya manusia itu tidak ada
yang sempurna, masing2 punya pengalaman hidup baik yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. “keadaan yang
bagaimana yang membuat S merasa puas?
Baugus . ternyata kehidupan S masih ada yang baik yang patut S
syukuri dan kamu harus selalu tetap semangat. “coba S sebutkan
kegiatan apa yang masih dapat S lakukan selam ini. Bagaimana kalau
S mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih, nah,
sekarangkamu catat ya dalam kegiatan harian kamu
Terminasi:
“bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa-apa saya yang S patut syukuri dalam hidup S? Ingat dan
ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan S jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus S. Coba S ingat-ingat lagi
hal lain yang masih S miliki dan perlu disyukuri! Seperti biasa besok
pagi jam 10.30 kita akan bertemu lagi untuk membahas tentang
mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya di mana? Baiklah. Tapi
kalau perasaan-perasaan yang tidak terkendali muncul di pikiran
kamu, panggil saya ya!”
Orientasi :
Assalamualaikum, S. Bagaimana perasaan hari ini? Apalagi hal-hal
positif yang perlu di syukuri? Bagus! Hari ini kita akan berdiskusi
tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul.
Mau berapa lama? Di mana?
Kerja:
Selain ingin bunuh diri, apakah S memiliki cara lain untuk mengatasi
masalah? Oh jadi sebenarnya ada beberapa cara lain untuk mengatasi
masalah. Nah coba kita pilih cara mengatasi masalah yang paling
menguntungkan! Menutut S cara nyang mana? Ya, saya setuju. S bisa
dicoba!
Terminasi:
Bagaimana perasaan S, setelah kita bercakap-cakap ? apa cara
mengatasi masalah yang S akan gunakan? Coba dalam satu minggu ini,
S menyelesaikan masalah dengan cara yang di pilih S tadi. Minggu
depan kita akan bertemu lagi disini untuk membahas oengalaman S
menggunakan cara yang dipilih.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bunuh diri merupakan tindakan uang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak
melakukan tindakan bunuh diri.
3.2 SARAN
Keliat.Budi Anna. (2007). manajemen keperawatan psikososial dan kader kesehatan jiwa.
Jakarta: buku kedokteran EGC.