Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

TENTANG
“ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI”

Pembimbing : Ns. Novi Herawati, S.kep, M.kep, Sp.Kep.Jiwa

Kelompok : 2 Kelas : 3A

Anggota :

1. AYU NELVAL SARI


2. CICI AFRIANI
3. CHIKA RAHAYU
4. DEFITA SARI
5. DINDA PUTRI KHARISMA
6. ETHIKA HONESTY
7. FITRI RAMADHANI
8. GITA SONIA
9. SILSI DWI WAHYUNI
10. YULI KURNIATI

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikanlah penyusunan makalah ini yang berjudul “risiko
perilaku bunuh diri”.

Dalam penulisan ini dirasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari Ibu/Bapak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, menyampaikan ucapan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah memberikan tugas dan petunju
pengajaran,sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

Solok, 13 Agustus 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di indonesia kematian akibat bunuh diri makin meningkat, kini didukung dari
data dari WHO pada tahun 2010 yang menyebutkan angka bunuh diri di indonesia
mencapai 1,6 hingga 1,8 per seratus ribu jiwa. Tentu jika tidak ada upaya bersama
pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO
meramalkan pada tahun 2020 angka bunuh diri di indonesia secara global menjadi 2,4
per seratus ribu jiwa .

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian resiko bunuh diri?

b. Apa saja gejala resiko bunuh diri?

c. Apa saja penyebab bunuh diri?

d. Apa saja Pengkajian pada pasien risiko bunuh diri?


e. Apa saja diagnosa pada pasien resiko bunuh diri?
f. Apa tindakan keperawatan pada pasien resiko bunuh diri
g. Apa evaluasi untuk pasien resiko bunuh diri?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu risiko bunuh diri

2. Untuk mengetahui apa gejala dari resiko bunuh diri

3. Untuk mengetahui penyebeb resiko bunuh diri

4. untuk mengetahui apa pengkajian resiko bunuh diri

5. untuk mengetahui diagnosa keperawatan risiko bunuh diri

6. untuk mengetahui tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri

7. untuk mengetahui evaluasi pada tindakan bunuh diri


BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU BUNUH DIRI

A. Pengertian dan gejala perilaku bunuh diri


Bunuh diri merupakan tindakan uang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak
melakukan tindakan bunuh diri.(Nurhalimah, 2016)
WHO (2001) membagi bunuh diri menjadi empat kategori sosial, yaitu:(Nurhalimah,
2016)
1. Bunuh diri egoistik terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya dalam suatu
kelompok sosial. Misalnya orang yang hidup ditengah keluarga, dan pasangan yang
mempunyai anak merupakan proteksi yang kuat dibandingkan yang tidak memiliki anak.
Masyarakat di pedesaan lebih mempunyai integritas sosial dari pada di perkotaan.
2. Bunuh diri altruistik terjadi pada orang-orang yang mempunyai integritas berlebihan
terhadap kelompknya, contoh: tentara korea dalam perperangan dan pelaku bom bunuh
diri.
3. Bunuh diri anomik terjadi pada orang orang yang tinggal di masyarakat yang tidak
mempunyai aturan dan norma dalam kehidupan sosialnya.
4. Bunuh diri fatalistik terjadi pada individu yang hidup di masyarakat yang terlalu ketat
peraturannya. Dalam hal ini individu di pandang sebagai bagian di masyarakat dari sudut
integrasi atau disintegrasi yang akanmembentuk dasar dari sistem kekuatan, nilai-nilai,
keyakinan dan moral dari budaya tersebut.
Rentang sehat-sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif sampai
respon maladaptif pada bunuh diri (gambar 1).
Respon adaptif Respon
maladaptif

Beck dkk. (1984) mengemukakan bahwa individu sehat adalah individu


berpengharapan. Rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-
maladaptif (gambar 2).
Respon adaptif Respon
maladaptif

Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis


Individu yang tidak berhasil memecahkan maalah akan meninggalkan masalah,
karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat sudah
tidak berguna lagi. Tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin
tidak ada yang dapat membantu.
Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan meraa
gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya kehilangan pekerjaan
dan kesehatan, perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal, kecewa,
rendah diri yang semua dapat berakhir.
Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah ataukehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu keluar
dari keadaan depresi berat.
Bubuh diri
Suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan koping terkhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
 Bunuh diri mikro (microsuicide) : kematian akibat perilaku bunuh diri
misalnya bunuh diri “pelan-pelan” atau terdapat pada orang-orang yang
dengan sengaja tidak mau berobat meskipun menderita sakit, mogok
makan, diet berlebihan dan sebagainya.
 Bunuh diri terselubung (masked suicide: orang yang sengaja melakukan
tindakan yang mengakibatkan kematian dengan cara terselubung, misalnya
mendatangi tempat kerusuhan sehingga terbunuh, olah raga yang
berbahaya, overdosis pada pasien ketergantungan zat dan
sebagainya.(Keliat.Budi Anna, 2007)

Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (MITOS)

Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkahn lauku
bunuh diri antara lain:(Keliat.Budi Anna, 2007)

No Mitos No Fakta
1 Orang yang bicara mengenai 1 Kebanyakan orang yang bunuh diri
bunuh diri, tidak akan telah memberikan peringatan yang
melakukannya pasti dari keinginannya
2 2 Mayoritos dari mereka
Orang dengan kecendrungan ambivalen(mendua, antara
bunuh diri (suicidal people) keinginan untuk bunuh diri tetapi
3 berkeinginan mutlak untuk mati 3 takut mati)
Bunuh diri terjadi tanpa Orang dengan kecendrungan
peringatan bunuh diri seringkali memberikan
4 4 banyak indikasi
Banyak bunuh diri terjadi dalam
Perbaikan setelah suatu krisis periode telah mempunyai energi
berarti risiko bunuh diri telah dan kembali kepikiran putus asa
5 berakhir 5 untuk melakukan tindakan
destruktif
6 6 Sebagian besar bunuh diri dapat
Tidak semua bunuh diri dapat dicegah
dicegah Pikiran bunuh diri tidak permanen
7 Sekali seseorang cenderung bunu 7 dan untuk beberapa orang tidak
diri, ia selalu cenderung bunuh akan melakukannya kembali
diri Bunuh diri dapat terjadi pada
semua orang tergantung pada
8 Hanya orang miskin yang bunuh 8 keadaan sosial, lingkungan,
diri ekonomi dan kesehatan jiwa
Pasien gangguan jiwa mempunyai
resiko lebih tinggi untuk bunuh
diri, tapi bunuh diri dapat juga
Bunuh diri selalu terjadi pada terjadi pada orang yang sehat fisik
9 pasien gangguan jiwa 9 dan jiwanya bertanya tentang
bunuh diri tidak akan memacu
bunuh diri
Bila tidak menanyakan pikiran
bunuh diri, tidak akan dapat
Menanyakan tentang pikiran mengidentifikasi orang yang
bunuh diri dapat memicu orang bersiko tinggi untuk bunuh diri
untuk bunuh diri
(Sumber : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, 2006)

Perbedaan antara percobaab bunuh diri dan bunuh diri

Percobaan bunuh diri Bunuh diri


Umumnya terjadi pada kelompok usia Dewasa dan usia lanjut
muda
Lebih umum terjadi pada wanita muda Lebih umum terjadi pada pria (lebih
yang tidak menikah banyak pada bujangan, bercerai atau
duda)
bersifat ambivalen (mendua) Bersifat tegas
Berkaitan dengan perilaku menarik Berkaitan dengan keinginan yang kuat
perhatian untuk mati
Cara yang sering dipakai adalah Cara yang sering di pakai adalah
meminum racun menggantung diri, minum racun keras,
atau membakar diri
Stressor seringkali berupa konflik Stressor bervariasi meliputi sakit
interpersonal atau konflik dalam stadium terminal dan factor
keluarga sosioekonomi
Menggunakan metode yang tidak Menggunakan metode yang lebih
mematikan mematikan

(Sumber : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, 2006)

B. Penyebab / alasan bunuh diri(Purwaningsi, W. Dan Karlina, 2009)


Tabel 1. Penyebab / alasan tingkah laku bunuh diri
No Penyebab/ alasan bunuh diri
1 Kegagalan untuk adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress
2 Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau
gagal melakukan hubungan yang berarti
3 Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri
4 Cara untuk mengakhiri keputusasaan
5 Tangisan minta tolong

Tabel 2. Faktor resiko tingkah laku bunuh diri ( stuart dan sundeen, 1995)
Faktor Resiko tinggi Resiko rendah
Umur 45 tahun dan remaja 24-45 tahun dan < 12
Jenis Laki-laki tahun
Status kawin Cerai, pisah, janda/duda Perempuan
Jabatan Profesional Kawin
Pekerjaan Pengangguran Pekerja kasar
Penyakit fisik Kronik, terminal Pekerja
Gangguan mental Depresi, halusinasi Tidak ada yang serius
Pemakai obat dan alkohol ketergantungan Gangguan kepribadian
Tidak

Sementara itu, cook dan fontaine (1987) menerangkan penyebabbunuh diri dari
masing-masing golongan umur.
Tabel 3. Penyebab bunuh diri pada anak
1 Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2 Situasi keluarga yang kacau
3 Perasaan tidak disayang atau terlalu dikritik
4 Gagal sekolah
5 Takut atau dihina di sekolah
6 Kehilangan orang yang dicintai
7 Dihukum orang lain

Tabel 4. Penyebab bunuh diri pada remaja


1 Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
2 Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
3 Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
4 Perasaan tidak dimengerti orang lain
5 Kehilangan orang yang dicintai
6 Masalah dengan orang tua
7 Masalah seksual
8 Depresi
9 Keadaan fisik

Tabel 5. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa


1 Self – ideal terlalu tinggi
2 Cemas akan tugas akademik yang banyak
3 Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua
4 Kompetisi untuk sukses

Tabel 6. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut


1 Perubahan status dari mandiri ketergantungan
2 Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
3 Perasaan tidak berarti di masyarakat
4 Kesepian dan isolasi sosial
5 Kehilangan ganda(seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
6 Sumber hidup berkurang
Gambar 1. Penyebab biopsikososial tingkah laku bunuh diri (lovallo, 1997)

Situasi sosial:
. isolasi/menarik diri
.kemiskinan
pengaruh lingkungan yang
buruk
Biologi: Psikologi:
. faktor genetik . strategi koping yang
maladaptif
. penggunaan fisiologi . minta pertolongan
yang berlebihan
. putus asa
. respon stress
.tidak berdaya
. perubahan pada
perasaan ragu-ragu
neurotransmitter sistem
saraf pusat .berpikiran negatif
. trauma pada masa .hubungan yang penuh
kanak-kanak dengan tekanan

C. Pengkajian
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga
macam perilaku bunuh diri, yaitu:
Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan “saya akan pergi jauh” atau “saya sudah tidak
sanggup lagi menanggung penderitaan ini”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnyamengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
1. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
2. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien menciderai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.

Pengkajian tingkat resiko bunuh diri lain yang dapat dilakukanmeliputi:


a. SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 : tidak ada ide bunuh diri
Skor 1 :ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri

Skor 2 :memikirkan bunuh diri secara aktif, tidak ada percobaan bunuh diri

Skor 3 :mengancam bunuh diri, misalnya”tinggalkan saya sendiri atau saya


bunuh diri”

Skor 4 : aktif mencoba bunuh diri

(sumber: Bailey dan Dreyer (1977 dikutip dari Sliver, 1986)

b. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri berdasarkan intensitas resiko dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Pengkajian tingkat resiko bunuh diri
Setelah melakukan pengkajian, saudara dapat merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan tingkat risiko dilakukannya bunuh diri (lihat
pembagian tiga macam perilaku bunuh diri pada halaman sebelumnya).
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah
keperawatan yang mungkin muncul adalah: harga bunuh diri rendah. Bila
saudara telah merumuskan masalah ini, maka tindakan keperawatan yang
paling utama dilakukan adalah meningkatkan harga diri pasien (selengkapnya
lihat materi harga diri rendah).
D. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri

Bila saudara telah merumuskan masalah ini, maka saudara perlu segera melakukan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien.
Data :
Nn.S. 17 tahun, mengungkapkan bahwa dirinya telah kehilangan segalanya setelah
menjadi korban pemerkosaan pria yang tidak dikenalnya Nn. S merasa dirinya tidak
berharga lagi dan tidak ada gunanya hidup lagi. Nn. S merasa malu bila bertemu
dengan orang lain. Nn. S menyatakan niatnya untuk mengakhiri hidupnya dan punya
riwayat beberapa kali mencoba bunuh diri dengan cara minum racun serangga dan
membenturkan kepalanya ke dinding .
Latihan 1: percakapan untuk pengkajian pasien risiko bunuh diri

Orientasi:
“assalamu’alaikum S kenalkan saya adalah suster A.”
“bagaimana perasaan S hari ini?”
“saya akan menemani S dan bercakap-cakap tentang apa yang S rasakan selama ini.
Bagaimana S? Dimana dan berapa lama kita bicara?”
Kerja :
“bagaimana perasaan S setelah peristiwa itu? Apakah dengan kejadiaan ini S merasa
paling menderita didunia ini?” apakah S kehilangan kepercayaan diri?
Apakah S merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah S berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa S
mati? Apakah S pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana
caranya? Apa yang S rasakan?”
Terminasi:
Terminasi dilakukan setelah tindakan keperawatan untuk melindungi pasien selesai
dilakukan .

E. Tindakan keperawatan
Ancaman / percobaan bunuh diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat:
1) Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat yang
aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3) Mendapatkan orang yang dapat segera membawa pasien ke rumah sakit untuk
pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
4) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
5) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

Latihan 2: percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

Orientasi:
“assalamualaikum, S” bagaimana perasaannya pagi ini?”
“saya akan menemani S selama 25 menit ke depan” bagaimana kalau kita duduk-
duduk diruangan kamu ini saja?”
Kerja :
“saya perlu memeriksa seluruh isi ruangan S ini untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan kamu.”
“setelah hampir setengah jam saya menemani S, apakah saat ini S masih memiliki
keinginan untuk bunuh diri.”
“nah S, karena S tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup S, maka saya tidak akan membiarkan S sendiri.”
“saya mau tanya, apakah S hari ini sudah minum obat? Kalau belum, saya akan
bantu S untuk minum obat”
Terminasi:
“kalau S butuh pertolongan jangan malu untuk meminta bantuan kepada perawat
yang ada diruangan ini”. “saya akan terus memantau keadaan S. Saya juga akan
terus merawat S selama S dirawat dirumah sakit ini. Sampai saya benar-benar
yakin S aman dan tidak melukai diri S sendiri.”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan : keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan :
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasienserta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga orang yang dapat membawa pasien
kerumah sakit sesegera mungkin
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

Isyarat bunuh diri

1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri


a. Tujuan :
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

Latihan 3: percakapan melindungi pasien dari risiko bunuh diri.

Orientasi:
Assalamualaikum S! Bagaimana perasaan hari ini? O.. jadi S merasa
tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah S ada perasaan ingin bunuh
diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?
Dimana?
Kerja:
“apa yang S lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya S harus langsung
minta bantuan kepada perawat. Jadi jangan S diamkan bila keinginan
bunuh diri itu muncul ya..” katakan pada perawat jika ada dorongan
mengakhiri kehidupan. Perawat akan segera membantu kamu untuk
mengatasi masalah yang kamu hadapi.

Terminasi :
“bagaimana persasaan S setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus S. Kalau masih ada
perasaan/ dorongan bunuh diri, kamu dapat memanggil perawat
diruangan ini. Besok kita akan bertemu lagi untuk membicarakan
tentang hal-hal yang patut kita syukuri.”
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.

Latihan 4: percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien

Orientasi:
“assalamu’alaikum S! Bagaimana perasaan S hari ini? Masih adalah
dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, hari ini kita akan membahas
tentang rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih S miliki. Mau
berapa lama? Di mana?”
Kerja:
“keluraga masih membutuhkan S. Coba S ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan S. “ ingat ya S bahwasanya manusia itu tidak ada
yang sempurna, masing2 punya pengalaman hidup baik yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. “keadaan yang
bagaimana yang membuat S merasa puas?
Baugus . ternyata kehidupan S masih ada yang baik yang patut S
syukuri dan kamu harus selalu tetap semangat. “coba S sebutkan
kegiatan apa yang masih dapat S lakukan selam ini. Bagaimana kalau
S mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih, nah,
sekarangkamu catat ya dalam kegiatan harian kamu
Terminasi:
“bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa-apa saya yang S patut syukuri dalam hidup S? Ingat dan
ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan S jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus S. Coba S ingat-ingat lagi
hal lain yang masih S miliki dan perlu disyukuri! Seperti biasa besok
pagi jam 10.30 kita akan bertemu lagi untuk membahas tentang
mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya di mana? Baiklah. Tapi
kalau perasaan-perasaan yang tidak terkendali muncul di pikiran
kamu, panggil saya ya!”

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik
Latihan 5: berikut ini percakapan untuk meningkatkan
kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah

Orientasi :
Assalamualaikum, S. Bagaimana perasaan hari ini? Apalagi hal-hal
positif yang perlu di syukuri? Bagus! Hari ini kita akan berdiskusi
tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul.
Mau berapa lama? Di mana?
Kerja:
Selain ingin bunuh diri, apakah S memiliki cara lain untuk mengatasi
masalah? Oh jadi sebenarnya ada beberapa cara lain untuk mengatasi
masalah. Nah coba kita pilih cara mengatasi masalah yang paling
menguntungkan! Menutut S cara nyang mana? Ya, saya setuju. S bisa
dicoba!
Terminasi:
Bagaimana perasaan S, setelah kita bercakap-cakap ? apa cara
mengatasi masalah yang S akan gunakan? Coba dalam satu minggu ini,
S menyelesaikan masalah dengan cara yang di pilih S tadi. Minggu
depan kita akan bertemu lagi disini untuk membahas oengalaman S
menggunakan cara yang dipilih.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan keluarga mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang
pernah muncul pada pasien
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya
muncul pada pasien berisiko bunuh diri
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh
diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
1. Memberikan tempat yang aman . menempatkan pasien
ditempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien
mengunci diri di kamarnya atau jangan meninggikan pasien
sendirian di rumah
2. Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa
digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat
yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga
3. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat.
Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien
tidak menunjukkan tanda dan gejala bunuh diri
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di
atas
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hak yang dapat di lakukan
apabila melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien / kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat
sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya
benar dosisnya benar cara penggunakannya, dan benar waktu
penggunaannya
F. Evaluasi
Dibawah ini tanda-tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara berikan
kepada pasien dan keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan.
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri.
Keberhasilan asuhan keperawatan di tandai dengan keadaan pasien yang tetap
aman dan selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga berperan sertadalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhjasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan:
a) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
b) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
c) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
risiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan:
a) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri
b) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota
keluarga yang beresiko bunuh diri
c) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersediab\ dalam
merawayt anggota keluarga yang berisiko bunuh diri
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bunuh diri merupakan tindakan uang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak
melakukan tindakan bunuh diri.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini, diharpak pembaca dapat memahami materi/isi


makalah ini serta memberikan kritik dan saran kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat.Budi Anna. (2007). manajemen keperawatan psikososial dan kader kesehatan jiwa.
Jakarta: buku kedokteran EGC.

Nurhalimah. (2016). modul keperawatan jiwa. Jakarta: kementrian kesehatan republik


indonesia.

Purwaningsi, W. Dan Karlina, I. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa : Dilengkapi Terapi


Modalitas dan Standard OperatingProcedure (SOP. yogyakarta: Nuha Medika Press.

Anda mungkin juga menyukai