Anda di halaman 1dari 10

Banding Referat Besar Kepada Yth:

CANNABIS RELATED DISORDER


( GANGGUAN TERKAIT KANABIS )

Penulis : Rudy Yusuf


Pembanding : Julius Martin Siagian
Pembimbing : Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ (K)

I. PENDAHULUAN
Terlebih dahulu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada
pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk
menjadi pembanding referat besar ini.
Setelah membaca dan mempelajari isi referat besar ini, pembanding
menyimpulkan bahwa penulis terlihat sudah berusaha dengan baik membahas
mengenai “Cannabis Related Disorder (Gangguan Terkait Kanabis)”, dimana
penulis membahas dan menguraikan topik ini secara lengkap dan jelas.
Pada kesempatan ini pembanding berusaha memberikan saran untuk
perbaikan dalam penulisan, dimana dari segi isi sudah cukup baik, namun dari
penulisan ada beberapa hal yang perlu diralat. Selain itu, untuk menambah
wawasan pembanding juga menyertakan tambahan pembahasan yang dikutip
dari kepustakaan pada bagian tinjauan khusus.

Dibacakan pada hari Selasa, 14 Januari 2020, pukul 12.30 WIB


Ruang Pertemuan Departemen Psikiatri Lt. 3 RS-USU, Medan

1
II. TINJAUAN UMUM
Dalam bagian ini pembanding mencoba memberikan saran perbaikan
terhadap beberapa kesalahan penulisan, yaitu :
1. Halaman 1, paragraf kedua, baris keempat tertulis “withdrawal Syndrome”
seharusnya “withdrawal syndrome”.
2. Halaman 1, paragraf ketiga, baris keempat tertulis “resiko relative lebih
besar 2 x” seharusnya “resiko relatif lebih besar dua kali”.
3. Halaman 3, paragraf pertama, baris kesembilan tertulis “Sufism mystical
Islamic” seharusnya “Sufism Mystical Islamic”.
4. Halaman 4, paragraf pertama, baris pertama tertulis “Cannabis sativa dan
Cannabis indica” seharusnya “cannabis sativa dan cannabis indica”.
5. Halaman 4, paragraf kedua, baris kedua tertulis “cannabinoid” seharusnya
“cannabinoid”.
6. Halaman 4 paragraf ketiga, baris ketiga tertulis “(7 persen)” seharusnya “7
persen”.
7. Halaman 5, paragraf pertama, paragraf kedua dan paragraf ketiga tertulis
“Cannabis sativa”, “cannabinoid” dan “anandamide” seharusnya
“cannabis sativa”, “cannabinoid” dan “anandamide”.
8. Halaman 6, paragraf pertama, baris pertama tertulis, “cannabinoid” dan
“hippocampus” seharusnya “cannabinoid” dan “hippocampus”.
9. Halaman 6, paragraf kedua, tertulis “Cannabis Use Disorder, Cannabis
Intoxication, Cannabis Withdrawal, Other Cannabis-Induced Disorder,
Unspecified Cannabis-Related Disorder” seharusnya “Cannabis Use
Disorder, Cannabis Intoxication, Cannabis Withdrawal, Other Cannabis-
Induced Disorder, Unspecified Cannabis-Related Disorder”.
10. Halaman 6, poin 11.a tertulis “cannabis” seharusnya “cannabis”.
11. Halaman 8, paragraf kedua, baris pertama tertulis “kode ICD-10-CM”
seharusnya “International Classification of Diseases, Tenth Revision,
Clinical Modification (ICD-10-CM)”.
12. Halaman 9, paragraf pertama, baris kedua dari bawah tertulis “individu
sendiri -Laporan, laporan orang lain” seharusnya “individu sendiri,
laporan-laporan orang lain”.

2
13. Halaman 10, paragraf ketiga, baris pertama dan ketiga tertulis “cannabinoid dan
DSM-IV” seharusnya “cannabinoid dan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV)”.
14. Halaman 12, poin 3, baris ketiga tertulis “varians” seharusnya “varian”.
15. Halaman 13, paragraf pertama, baris ketiga dari bawah tertulis “DSM-5”
seharusnya “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition
(DSM-5)”.
16. Halaman 13, paragraf kedua, baris keenam tertulis “cannabinoid” seharusnya
“cannabinoid”.
17. Halaman 15, paragraf pertama, baris ketiga tertulis “dysthymia” seharusnya
“dysthymia”.
18. Halaman 16, paragraf kedua, baris ketujuh dan kesebelas tertulis “obsesif
gangguan kepribadian kompulsif dan gangguan perhatian-defisit/hiperaktif”
seharusnya “gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dan gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas”.
19. Halaman 16, paragraf ketiga, poin A. tertulis “Cannabis” seharusnya “cannabis”.
20. Halaman 17, paragraf ketiga, baris pertama tertulis “ICD-9-CM”, seharusnya
“International Classification of Diseases, Ninth Revision, Clinical
Modification (ICD-9-CM)”.
21. Halaman 18, paragraf keempat tertulis “nystagmus dan Phencyclidine”
seharusnya “nystagmus dan Phencyclidine”.
22. Halaman 22, paragraph ketiga tertulis “Anxiety Disorder” seharusnya “Anxiety
Disorder”.
23. Halaman 23, sub judul “Kriteria Diagnostik PPDGJ-III” seharusnya “Kriteria
Diagnostik Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III (PPDGJ-III)”.
24. Halaman 24, paragraf pertama, baris ketujuh tertulis “contoj” dan “stimulant”
seharusnya “contoh” dan “stimulan”.
25. Halaman 25, paragraf kedua, baris keenam dari bawah tertulis “hangover”
seharusnya “hangover”.
26. Halaman 25, paragraf ketiga, baris keempat tertulis “khasd ari” seharusnya “khas
dari”.
27. Halaman 26, poin a dan d tertulis “dortongan” dan “opiate” seharusnya
“dorongan” dan “opiate”.
28. Halaman 26, poin e tertulis “secar progressif” seharusnya “secara progresif”.

3
29. Halaman 27, paragraf kedua, baris keempat tertulis “Syarat diagnostic”
seharusnya “Syarat diagnosis”.
30. Halaman 27, paragraf keempat, baris pertama tertulis “debgab” seharusnya
“dengan”.
31. Halaman 27, poin F1x.22 dan F1x.23 tertulis “methadone”, “nicotine gum”,
“nicotine patch” dan “naltrexone” seharusnya “methadone”, “nicotine gum”,
“nicotine patch” dan “naltrexone”.
32. Halaman 28, paragraf pertama tertulis “relative” dan “dosis tinggu” seharusnya
“relatif” dan “dosis tinggi”.
33. Halaman 29, paragraf pertama, baris pertama tertulis “hangover” seharusnya
“hangover”.
34. Halaman 30, paragraf pertama tertulis “ideas of reference” dan “excitement”
seharusnya “ideas of reference” dan “excitement”.
35. Halaman 30, paragraf ketiga, baris kedua tertulis “aan” seharusnya “akan”.
36. Halaman 30, paragraf keempat, baris ketiga dan kelima tertulis “lisergide” dan
“aut” seharusnya “lisergide” dan “akut”.
37. Halaman 31, paragraf pertama dan paragraf kedua, baris keenam tertulis
“diagnisus” dan “schizoid” seharusnya “diagnosis” dan “skizoid”.
38. Halaman 31, paragraf ketiga tertulis “recent memory” dan “remote memory”
seharusnya “recent memory” dan “remote memory”.
39. Halaman 34, paragraf pertama, baris ketiga tertulis “Flashback” seharusnya
“flashback”.
40. Halaman 35, paragraf ketiga, baris keempat tertulis “GC-MS dan EMIT”
seharusnya “Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) dan Enzymes
Multiplied Immunoassay Technique (EMIT)”.
41. Halaman 38, paragraf pertama dan kedua, baris keempat tertulis “lofexidine”,
“baclofen”, “mirtazapine” dan “quetiapine” seharusnya “lofexidine”, “baklofen”,
“mirtazapine” dan “quetiapine”.
42. Halaman 39, poin kedua tertulis “glutamatergic N-acetylscysteine” seharusnya
“glutamatergic N-acetylscysteine”.

4
III. TINJAUAN KHUSUS
III.1. Definisi
Kata yang digunakan untuk "kanabis" atau "marijuana", dalam bahasa
Turki adalah "esrar", yang berasal dari bahasa Arab yang berarti "misteri,
rahasia". Kanabis dikenal dalam intervensi dengan efek sinaptik normal dari
kanabinoid endogenus (endocannabinoid) bersama sirkuit reward yang pada
gilirannya menyebabkan gangguan memori dan fungsi pembelajaran.1
Pengguna kanabis cenderung meremehkan, mengabaikan atau
sepenuhnya menyangkal masalah fungsional yang mereka hadapi yang terkait
dengan kanabis dan cenderung terus menggunakannya. Salah satu alasan
paling penting bahwa para pengguna kanabis adalah ambivalen untuk
mendapatkan bantuan dan ada pendapat umum bahwa tanaman kanabis tidak
berbahaya seperti halnya zat adiktif ilegal lainnya, yang tampaknya dapat
dianggap sebagai penyebab distorsi kognitif. Setiap satu dari sembilan orang
yang mencoba kanabis dapat mengakibatkan ketergantungan dan juga satu
dari enam orang yang mencobanya pada usia remaja mungkin memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami ketergantungan.1

III.2. Penatalaksanaan Non Farmakologi pada Cannabis Related


Disorder (Gangguan Terkait Kanabis)
III.2.1. Pendekatan Psikoterapetik
Beberapa jenis psikoterapi telah dipelajarin sebagai pengobatan
potensial untuk ketergantungan kanabis. Terapi yang paling umum adalah
konseling 12-step facilitation (TSF), motivational interviewing (wawancara
motivasional), cognitive-behavioral therapy (CBT) dan manajemen
kontingensi.2

III.2.1.1. Twelve Step Facilitation (TSF)


Konseling TSF di desain untuk meningkatkan kemungkinan bahwa
individu terlibat dan berpartisipasi aktif dalam 12-step grup self-help dan
menjadi abstinen. Konseling dapat bekerja didasarkan pada tiga prinsip utama
dari program 12-step.2

5
Intervensi terdiri dari lima sesi inti yang diterima semua peserta. Ini
termasuk sesi pengantar awal yang mencakup penggunaan zat dan riwayat
dan pemeliharaan 12-step yang memberikan orientasi pada konsep dan
filosofi dari 12-step yaitu yang berisi sesi yang berfokus pada konsep
penerimaan dan penyerahan, sebuah sesi untuk menjadi aktif, yang berfokus
pada menghadiri pertemuan, menjadi terlibat aktif, berpartisipasi saat rapat
dengan berbicara atau melakukan pekerjaan pelayanan, mendapatkan nomor
telepon anggota yang mereka akan merasa nyaman menelepon jika mereka
merasakan keinginan untuk minum atau kebutuhan mendapat dukungan dan
cara mendapatkan sponsor. Selain itu, ada sejumlah sesi elektif yang dapat
dipilih berdasarkan kebutuhan dan minat individu. Ini termasuk sesi yang
berhubungan dengan genogram (misalnya melihat pola kecanduan dalam
pohon keluarga seseorang), memungkinkan dalam hubungan, orang, tempat
dan hal-hal yang berfungsi sebagai pemicu kambuh, berurusan dengan emosi
negatif (lapar, marah, kesepian, lelah), yang juga terkait dengan risiko tinggi
untuk kambuh, mengambil inventaris moral dan mengembangkan gaya hidup
yang sadar. Sesi inti kelima adalah di akhir intervensi dan melibatkan
peninjauan dan perencanaan untuk keterlibatan berkelanjutan. 3

III.2.1.2. Motivational Interviewing (Wawancara Motivasional)


Wawancara motivasi adalah gaya konseling non-konfrontasional yang
berfokus pada mengeksplorasi dan menyelesaikan ambivalensi tentang
perilaku penggunaan narkoba dan berusaha untuk memperkuat motivasi
individu untuk mengubah perilaku ini. Motivational Enhancement Therapy
(terapi peningkatan motivasi) adalah empat sesi adaptasi wawancara motivasi
yang umum digunakan dalam penelitian dan pengaturan klinis dan telah
divalidasi dalam uji coba pengobatan marijuana.2
Langkah pertama adalah untuk membantu pasien untuk melakukan
pertemuan 12-step dan untuk klinisi untuk bekerja pada program sederhana
untuk meningkatkan keakraban mereka sendiri dengan pertemuan tersebut
sesuai isi 12-step. Terdapat tiga cara mudah untuk melakukan hal tersebut.2

6
Marijuana Check-Up (MCU) adalah intervensi motivasi singkat yang
dimodelkan setelah Drinker's Check-Up, yang telah menunjukkan efektivitas
dalam mengurangi konsumsi alkohol di antara individu yang tidak mencari
pengobatan, yang bergantung pada alkohol. MCU didesain sebagai satu sesi
dari intervensi motivasi dan menunjukkan fungsinya yang melibatkan
pengguna marijuana yang ambivalen dalam pengobatan. Percobaan efikasi
selanjutnya menambahkan sesi pengaruh balik dalam memotivasi personal
dan menemukan pengurangan dalam hari penggunaan, sesi perhari dan
gejala ketergantungan dari antara mereka secara personal yang memperoleh
pengaruh balik dibandingkan dengan pengaruh balik dari multimedia dan
pengendalian kondisi pengaruh balik yang tertunda.4

III.2.1.3. Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)


CBT untuk pecandu obat-obatan adalah berfokus pada proses
pembelajaran yang berpengaruh pada perilaku. Dengan menggunakan
strategi untuk mencegah kekambuhan, seperti mengeksplorasi konsekuensi
positif dan negatif dari penggunaan berkelanjutan, pemantauan diri untuk
mengenali keinginan dan situasi berisiko tinggi dan pengembangan strategi
mengatasi untuk situasi berisiko tinggi. Telah divalidasi dalam pengobatan
ketergantungan marijuana.2
Dua poin utama yang menentukan pendekatan perilaku kognitif untuk
gangguan penggunaan zat adalah yang pertama penekanan pada analisis
fungsional penggunaan zat yang memahami penggunaan zat sehubungan
dengan anteseden dan konsekuensi dan yang kedua penekanan pada
pelatihan keterampilan. Pendekatan perilaku kognitif mencakup berbagai
keterampilan untuk menumbuhkan atau mempertahankan abstinen. Hal
tersebut membutuhkan beberapa strategi.2
Membangun aliansi terapeutik adalah prioritas. Selama wawancara
awal dengan menggunakan "guided discovery", metode CBT, pola
penggunaan dan situasi personal yang berisiko tinggi (emosi, pikiran, sikap,
peristiwa, tempat) ditentukan. Metode pengobatan yang sesuai (terapi
kelompok atau personal), interval dan durasi wawancara, target pengobatan

7
dapat dinilai. Prinsip umum CBT akan diterapkan pada gangguan penggunaan
kanabis, karena diterapkan pada ketergantungan substansi lainnya. CBT
hanya dapat digunakan dengan sendirinya atau bersamaan dengan
pengobatan medis.1
CBT membantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan untuk
menggunakan perilaku dalam pengembangan pencegahan kekambuhan dan
koping dan mengikuti perilaku prososial alternatif. Teknik termasuk
pemantauan diri, restrukturisasi kognitif, analisis biaya-manfaat, permainan
peran dan pemodelan. Melalui penyelesaian pekerjaan rumah dan
keberhasilan penggunaan keterampilan koping, self-efficacy ditingkatkan dan
pasien lebih mungkin untuk menggunakan keterampilan secara efektif lagi di
masa depan.4

III.2.1.4. Contingency Management (Manajemen Kontingensi)


Manajemen kontingensi adalah latihan yang memungkinkan individu
mendapatkan tanda terima untuk abstinen (umumnya diberikan untuk setiap
tes toksikologi urin yang negatif) telah terbukti berhasil dalam membantu
individu mempertahankan abstinen dalam uji klinis. Dalam dua studi kotrol
random, manajemen kontingensi lebih unggul dari pendekatan psikoterapi
lainnya dan kombinasi psikoterapi dan manajemen kontingensi dalam
mempertahankan abstinen selama periode percobaan. Namun, pada tindak
lanjut selanjutnya, kelompok pengobatan gabungan dalam kedua studi baik
CBT + CM atau MET-CBT + CM memiliki persentase tertinggi orang yang
abstinen.2

III.2.1.5. Network Therapy


Network therapy adalah paling baik buat individu tidak dapat secara
baik mengendalikan asupan alkohol atau obat-obatan mereka setelah dosis
pertama mereka, juga mereka yang telah mencoba untuk berhenti dan
kambuh lagi dan mereka yang belum mau atau mampu untuk berhenti.
Individu yang masalahnya terlalu parah untuk pendekatan network dalam
pengobatan rawat jalan termasuk mereka yang tidak dapat menghentikan

8
penggunaan zat mereka bahkan untuk sehari atau yang tidak dapat mematuhi
detoksifikasi rawat jalan. Pada sisi lain, individu yang dapat diobati dengan
terapi konvensional dan tanpa network termasuk mereka yang telah
menunjukkan kemampuan untuk mencukupkan konsumsi mereka tanpa
masalah.2

9
DAFTAR RUJUKAN

1. Guven FM, Camsari UM, Senormanci O, Oguz G. Cognitive Behaviroal


Therapy in Cannabis Use Disorder. In: Handbook of Cannabis and
Related Pathologies. 2017. p. 1056-1065
2. Kelly MA, Levin FR. Treatment of Cannabis Use Disorder. In: The
American Psychiatric Publishing Textbook of Substance Abuse
Treatment Fifth Edition. Galanter M, Kleber HD & Brady KT. 2015. p.
351-462.
3. Donovan DM, Ingalsbe MH, Benbow J, Daley DC. 12-Step Interventions
and Mutual Support Programs for Substance Use Disorders: An
Overview. NIH Public Access. 28(0). 2013. p. 313-332. doi:
10.1080/19371918.2013.774663.
4. Sherman BJ, McRae-Clark AL. Treatment of Cannabis Use Disorder:
Current Science and Future Outlook. HHS Public Access. 36(5). 2016.
p. 511-535. doi: 10.1002/phar.1747.

10

Anda mungkin juga menyukai