Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

D DENGAN
GANGGUAN REPRODUKSI ”ABORTUS IMMINENS”
DI RUANGAN PERAWATAN NIFAS
RSUD MASSENREMPULU
KABUPATEN ENREKANG

Disusun oleh :

AMALIA

201601066

PROGRAM STUDI NERS JENJANG SARJANA (S1)

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

TAHUN AKADEMIK 2019


BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara
yang sedang berkembang.Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di
negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%.Sebenarnya sebagian besar
kematian tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang
adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga
kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas).Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan
akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%)
dan abortus (5%).Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu yang sekarang
banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra adalah
4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia
adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan
abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang di antaranya
berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007), mengemukakan
diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada kehamilan yang tidak di
inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar 125.000-130.000
orang/tahun di Indonesia. Hasil survey pendahuluan yang dilakuakan di RSUD ungaran
2015 didapatkan angka kejadian abortus imminene sebanyak 155 kasus (63,3%).
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan
riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus
berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk
hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun
disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit
kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Ny.M Umur 39 Tahun
G3P2A0 Dengan Abortus Imminens di Rs. Roemani Semarang.
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Defenisi
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan
yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal.
261).Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan sauatu kehamilan.Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan.(Syaifudin.Bari Abdul, 2000)Abortus imminen adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda
dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 1999).Abortus imminen adalah
pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan (William
Obstetri, 1990).
B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan
masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil mudah. Faktor-
faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan
lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum,
dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis
juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau
mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam
trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks luas yang tidak dijahit.
5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis
C. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah
beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus
dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa;
serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai
perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa
pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di
daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan
dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun
demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus,
perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah
banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau
beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar,
kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda
kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum
ada atau ringan saja.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot Rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
D. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

E. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut.Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,
perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia
berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil.Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan
dinding menipis.Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas
ostium uteri eksternum teraba jaringan.Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan
busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi
dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
F. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan
teliti.Jika ada tanda bahaya,perlu segera dilakukan laparatomie,dan tergantung dari
luas dan bentuk perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie.Perforasi
uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awammenimbulkan persoalan gawat
karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung
kencing atauusus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi,laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.
3. Infeksi
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.Diagnosis
ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital,
seperti panas,takikardia,perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar,
lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena
infeksi berat (syok Endoseptik).
G. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan
hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine

H. Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens terdiri atas:
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon
progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh
kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor,
maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
7. Bila perdarahan
a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
I. Pathway

Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Abortus Spontan
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat kehamilan
sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang meliputi siklus haid,
lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan dengan
kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
. dan Tujuan
1. Nyeri akut berhubungan Pain Management Pain Management
dengan adanya kontraksi
1. Lakukan pengkajian 1. Untuk memberikan
uterus dalam kehamilan
nyeri secara tindakan
muda
komprehensif keperawatan yang
Setelah dilakukan tindakan
termasuk lokasi, sesuai
keperawatan selama 2 jam
karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri akan
frekuensi, kualitas
berkurang
dan faktor
NOC:
presipitasi,.
1. Pain level
2. Kaji kontraksi uterus
2. Pain control 2. Untuk mengetahui
dan
3. Comfort level kemajuan
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil: persalinan dan
(awitan, frekuensi,
1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
durasi, intensitas, dan
nyeri yang dirasakan ibu
gambaran
2. Menyatakan rasa
ketidaknyamanan)
nyaman
3. Observasi reaksi
3. Mengungkapkan
nonverbal dari reaksi
penurunan nyeri 3. Respon dari nyeri
ketidaknyamanan
4. Menggunakan tehnik yang dirasakan ibu.
4. Kontrol lingkungan
yang tepat untuk
yang dapat
mempertahankan 4. Dapat mengurangi
mempengaruhi nyeri
kontrol nyeri. faktor yang
seperti suhu ruangan,
memperparah
pencahayaan, dan
tingkat nyeri
kebisingan
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
6. Kolaborasikan
dengan dokter jika
5. Membantu
ada keluhan dan
tindakan penanganan mengurangi nyeri
nyeri yang tidak
berhasil 6. Untuk diberikan
tindakan
Analgesic
selanjutnya dalam
administration
mengatasi nyeri
1. Cek instruksi dokter yang tidak berhasil
tentang jenis obat, tersebut
dosis dan frekuensi

2. Kolaborasi dengan Analgesic


dokter pemberian administration
obat analgesik pada 1. Verifikasi dalam
klien pemberian obat,
3. Monitor tanda-tanda menghindari
vital sebelum dan kesalahan dalam
sesudah diberikan pemberian obat
analgesik
2. Menurunkan
tingkat nyeri
dengan teknik
farmakologi

Penurunan sirkulasi
darah dapat terjadi
peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan
hipotensi dan takikardi
2. Kekurangan volume cairan NIC :
berhubungan dengan adanya Fluid Management 1.mengetahui keadaan
pendarahan 1. Monitor vital sign umum pasien
NOC:Fluid Balance, 2. Monitor status 2.mengetahui
Hydration, Intake hydrasi (kelembaban perkembangan
Setelah dilakukan tindakan membrane mukosa, rehidrasi
selama 1x24 jam, masalah nadi adekuat, tekanan 3. rehidrasi optimal
teratasi dengan kriteria hasil: darah ortostatik), jika evaluasi intervensi
 Mempertahankan urin diperlukan
output dalam batas 3. Monitor masukan 4.mengurangi risiko
normal sesuai dengan makanan/ cairan dan kekurangan voume
usia, dan BB, hitung intake kalori cairan semakin
 TD, nadi, suhu tubuh harian bertambah
dalam batas normal 4. Kolaborasi 5.mengurangi risiko
 Tidak ada tanda pemberian cairan IV kekurangan voume
dehidrasi 5. Dorong masukan oral cairan semakin

 Elastisitas turgor kulit 6. Berikan penggantian bertambah

baik. Membrane mukosa nasogastric sesuai 6.mengurangi risiko

lembab, tidak ada rasa output kekurangan voume

haus tambahan. 7. Atur kemungkinan cairan semakin


transfusi bertambah
8. Persiapan untuk 7.mengurangi risiko
transfuse kekurangan voume
cairan semakin
bertambah
Hypovolemia 8.mengurangi risiko
Management kekurangan voume
1. Monitor intake dan cairan semakin
output cairan bertambah
2. Pelihara IV line
3. Monitor adanya 1. mengetahuiperkem
kelebihan cairan bangan rehidrasi
4. Monitor BB 2. mencegahinfeksi
5. Monitor tingkat HB dan
dan hemtokrit mempertahankan
6. Pasang urin kateter input cairan yang
jika diperlukan adekuat
7. Kolaborasikan 3. mencegah
pemberian diuretic masuknya cairan
sesuai interuksi berlebihan
4. mengetahui BB
dan
membandingkan
BB pasien sebelum
dan sesudah
diberikan
intervensi
5. memonitor status
kebutuhan cairan
pasien
6. mengetahui jumlah
output cairan
7. membantu
mempermudah
output cairan,
menjaga
keseimbangan
cairan

3. Ansietas berhubungan NIC:


dengan kemungkinan akan Anxiety Reduction
kehilangan janin 9. Kaji, sifat, sumber 1. mengidentifikasi
NOC: dan manifestasi perhatian pada
Anxiety self-control, anxiety kecemasan. bagian khusus dan
level, coping. 10. Berikan informasi menentukan arah
Setelah dilakukan tindakan tentang dan kemungkinan
keperawatan selama (1x30 penyimpangan pilihan/ intervensi.
menit) Ansietas klien genetic khusus, 2. dapat
teratasi dengan kriteria hasil resiko yang dalam menghilangkan
: reproduksi dan ansietas berkenaan
1. Klien mampu ketersediaan dengan
mengidentifikasi tindakan/pilihan ketidaktahuan dan
dan mengungkapkan diagnosa membantu keluarga
gejala cemas 11. Kembangkan sikap mengenai stress,
2. Mengidentifikasi, berbagi rasa secara membuat
mengungkapkan dan terus menerus. keputusan, dan
menunjukkan 12. Berikan bimbingan beradaptasi secara
tekhnik untuk antisipasi dalam hal positif terhadap
mengontrol cemas perubahan pilihan.
3. Vital sign dalam fisik/psikologis. 3. kesempatan bagi
batas normal klien untuk mencari
4. Postur tubuh, pemecahan situasi.
ekspresi wajah, 4. dapat
bahasa tubuh dan menghilangkan
tingkat aktivitas kecemasan/ depresi
menunjukkan pada pasangan.
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko Infeksi f.r


NIC:
perdarahan, dan kondisi
1. Kaji kondisi 1. Perubahan yang
vulva lembab
keluaran/dischart terjadi pada dishart
NOC:
yang keluar ; dikaji setiap saat
1. Imune Status
jumlah, warna, dan dischart keluar.
2. Knowledge:
bau Adanya warna yang
Infection Control
2. Terangkan pada lebih gelap disertai
3. Risk Control
klien pentingnya bau tidak enak
Setelah dilakukan tindakan perawatan vulva mungkin
keperawatan selama 4 jam selama masa merupakan tanda
diharapkan diharapkan tidak perdarahan infeksi
terjadi infeksi 3. Lakukan perawatan 2. Infeksi dapat timbul
vulva akibat kurangnya
Kriteria Hasil
4. Amati luka dari kebersihan genital
1. Tidak ditemukan tanda- tanda infeksi yang lebih luar
tanda adanya infeksi. (flebitis) 3. Inkubasi kuman
2. Jumlah Leukosit dalam 5. Anjurkan pada ps pada area genital
batas normal untuk melaporkan yang relatif cepat
dan mengenali dapat menyebabkan
tanda-tanda infeksi infeksi.
6. Anjurkan pada 4. Daerah ini
suami untuk tidak merupakan port de
melakukan entry kuman
hubungan Penanda proses
senggama se;ama infeksi
masa perdarahan

5. Mencegah infeksi
Infection Control
1. monitor tanda dan 6. Pengertian pada
gejala infeksi keluarga sangat
2. Pantau hasil penting artinya
laboratorium untuk kebaikan ibu;
3. Amati faktor-faktor senggama dalam
yang bisa kondisi perdarahan
meningkatkan dapat memperburuk
infeksi kondisi system
4. monitor Vital Sign reproduksi ibu dan
5. Kontrol infeksi sekaligus
6. Ajarkan tehnik meningkatkan
mencuci tangan resiko infeksi pada
7. Ajarkan tanda- pasangan.
tanda infeksi
8. Batasi pengunjung
9. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah merawat
1. Proteksi diri dari
ps
infeksi
10. Tingkatkan
masukan gizi yang
cukup
2. Mengetahui hasil
11. Anjurkan istirahat
laboratorium status
cukup
imunitas terhadap
12. Pastikan
kemungkinan
penanganan aseptic
infeksi
daerah IV
13. Berikan PEN-KES
3. Mencegah infeksi
tentang risk infeksi
sekunder

4. Mengetahui
keadaan umum
pasien

5. Meningkatkan daya
tahan tubuh

6. Mencegah
terjadinya
perpindahan infeksi

7. membantu proteksi
infeksi

8. Mencegah
terjadinya infeksi

9. Mencegah
terjadinya infeksi

10. Meningkatkan
asupan nutrisi
pasien agar
meningkatkan status
imunisasi
11. Meningkatkan
relaksasi
12. Mencegah
terjadinya infeksi
melalui IV
13. Meningkatkan
pengetahuan pasien
terhadap risiko
infeksi

4. Defisiensi pengetahuan NIC: teaching disease 1. Untuk mengetahui


sebab – sebab terjadinya process pengetahuan pasien
keguguran berhubungan tentang penyakitnya
1. Kaji tingkat
dengan kurang informasi. 2. Agar pasien
pengetahuan pasien
Setelah di berikan asuhan mengetahui sebab
2. Jelaskan pada pasien
keperawatan selama 1×1 adanya gangguan
tentang penyebab dari
jam diharapkan terjadi dari kehamilan
gangguan kehamilan,
peningkatan pengetahuan 3. Untuk mengetahui
misalnya adanya
pasien dan keluarga dengan perkembangan
penyakit ibu, kelainan
kriteria hasil : kehamilan pasien
traktur genitalis,
Knowledge : disease trauma, gizi
process, health behavior 3. Anjurkan untuk
memeriksakan
1. Pasien/Keluarga
kehamilan secara
dapat menyebutkan
teratur
penyebab abortus
2. Pasien/keluarga
dapat menyebutkan
kembali tanda gejala
abortus
3. Pasien/keluarga
dapat menyebutkan
kembali efek
samping abortus
4. Pasien/keluarga
dapat menyebutkan
kembali penanganan
terhadap efek
samping yang
timbul akibat
abortus
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.

McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,


Misouri: Mosby, Inc.

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktiskontrasepsi
pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of medical care
in diabetes.Diabetes Care2011: 34(1); S11-61.
American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support:2010 American Heart
Association Guidelines for CardiopulmonaryResuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science. Circulation2010;122:S685-S705.
American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations:2010 American
Heart Association Guidelines for CardiopulmonaryResuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science. Circulation2010;122:S829-S861.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ABORTUS IMMINENS

No.RM : 05 64 32

Tanggal : 23/07/2019

Ruangan : Perawatan Nifas

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
1) Nama :Ny. D
2) Umur :41 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan :S1
6) Pekerjaan :Honorer
7) Suku bangsa : Duri / Indonesia
8) Alamat : Baroko, Buntu ampang
9) Diagnose medis : Abortus Imminens
10) Tanggal dan jam masuk :19-07-2019, jam 12:45 WIB
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. B
2) Umur : 44 tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan :wiraswasta
6) Suku dangsa : Duri / Indonesia
7) Hubungan dengan klien : Suami
2. Status Kesehatan saat ini
 Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.
 Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengeluh keluar darah bercak-bercak
dari jalan lahir setelah melakukan aktifitas, berwarna merah jambu, selain itu
pasien mengeluh nyeri di bagian bawah perut ,kemudian pasien
memeriksakan diri ke puskesmas baroko dengan diagnosa abortus imminens,
kemudian dirujuk ke RSUD massenrempulu kabupaten enrekang dan di
rawat di ruangan perawatan nifas dengan rencana tindakan kuretase.
3. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah dialami: Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit
tyfus dan anemia,
Kecelakaan : Pasien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan yang serius
hingga di bawa dan di rawat di RS
Pernah dirawat: Pasien mengatakan pernah di rawat di RS waktu melahirkan, dan
sebelumnya pernah mengalami keguguran.
Alergi: Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, namun ada alergi
terhadap dingin.
Imunisasi: Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap
4. Keluarga berencana
Klien mengatakan menggunakan KB suntik
5. Genogram
a) Susunan keluarga

Keterangan :
: Laki - Laki

: Perempuan

X : meninggal

: pasien
G1 : orang tua dan mertua pasien sudah meninggal
G2 : pasien merupakan anak bungsu dari 8 orang bersaudara dan sekarang
dirawat dengan diagnosa abortus imminens dan sudah di kuretase.
suami pasien merupakan anak kedua dari 7 orang bersaudara.
G3 : pasien memiliki 2 orang anak yang berusia 9 tahun dan 5 tahun.

b) Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : Pasien mengatakan dalam


anggota keluarganya tidak yang menderita penyakit hipertensi, tyfus, anemia
berat.
c) Penyakit yang sedang diderita keluarga : Pasien mengatakan keluarganya dalam
kondisi yang sehat.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kebersihan rumah dan lingkungan : Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan sekitarnya. Untuk pencahayaan rumah cukup, ventilasi rumah
juga cukup.
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Persepsi pasien tentang kesehatan diri : Pasien mengatakan kesehatan sangat
penting bagi dirinya, karena apabila sakit pasien tidak dapat beraktifitas dengan
maksimal.
b) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya : pasien
mengatakan kurang paham kenapa kehamilannya saat ini keguguran, pasien
berfikir ini merupakan cobaan dari Allah Swt yang menguji kesabaran dan
keihklasan pasien.
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan : pasien
mengatakan ingin selalu menjaga kesehatannya dengan berolahraga.
d) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan : pasien mengatakan saat sakit
pasien hanya membeli obat-obatan dari apotik, kadang di periksakan di
puskesmas terdekat.
e) Faktor sosio ekonomi : Pasien mengatakan penghasilannya dan suami dapat
mencukupi kebutuhan dalam kesehariannya.
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Pola makan :
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x sehari, dengan porsi (nasi, lauk, dan sayur)
Selama sakit : Pasien makan 3 x sehari menu dari rumah sakit dan kadang tidak
menghabiskan makanannya.
b) Pola minum :
Sebelum sakit : Pasien minum ± 1500cc dalam sehari, air putih terkadang teh
hangat.
Selama sakit : Pasien minum ± 1-2 gelas dalam sehari yang jenisnya air putih, dan
teh.
3. Pola eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/sehari, berwarna kuning, konsistensi lembek
Selama sakit : Pasien mengatakan selama di rawat pasien BAB 2 kali
b) Eliminasi BAK
Sebelum sakit : pasien BAK 3-4x/hari
Selama sakit : Paisen BAK 1-2x/hari
4. Pola aktifitas dan latihan
Pekerjaan Pasien adalah guru honorer, dan juga seorang ibu rumah tangga yang
biasanya beraktifitas dalam rumah seperti masak, mencuci baju, bersih-bersih rumah
dan disekitar lingkungan.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien istirahat tidur ± 7-8 jam pada malam hari, 2-3 jam pada siang
hari.
Selama sakit : Pasien istirahat tidur ±5-6 jam pada malam hari, 1-2 jam pada siang
hari.
6. Pola kognitif perceptual sensori
Penglihatan, pendengaran, dan kemampuan pasien masih dalam batas normal. pasien
merasa lemas dan nyeri sedang didaerah uterus
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
pasien ingin segera sembuh dari sakitnya, pasien berharap untuk hamil yang
berikutnya tidak akan mengalami hal lagi seperti saat ini.
8. Pola mekanisme koping
pasien selalu meminta pendapat dari suami apabila ada masalah baik dalam keluarga
maupun di luar keluarga (masyarakat).Apabila ada masalah pasien selalu berusaha
menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, sabar dan berusaha untuk ikhlas.
pasien berharap selama di rawat di RSUD massenrempulu ini dapat segera pulih dan
bisa kembali beraktifitas seperti biasanya.
9. Pola seksual-Reproduksi
Pasien seorang perempuan yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, dan
mengerti tentang fungsi seksualnya
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Pasien mampu berkomunikasi dan bersosialisai dengan warga setempat ataupun
orang lain, Pasien dapat berkomunikasi dengan baik tidak ada masalah dalam peran
keseharian di masyarakat sekitarnya
11. Pola Nilai Kepercayaan
Pasien menjalankan ibadah sebagai umat muslim seperti solat 5 waktu walaupun
kadang ada solat solat yang tertinggal dan pasien slalu berdoa kepada yang maha
pencipta untuk selalu diberi kesehatan jasmani maupun rohani, pasien percaya yang
memberi sehat dan sakit adalah Allah SWT.
III. Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : Lemah, dan agak pucat
3. Vital sign : TD: 91/66 mmHg, N : 67 x/ menit, RR : 20 x/menit, t: 35,9’ C.
4. Kepala : bentuk bulat, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe dan tidak
rontok.
5. Mata : penglihatan normal, reflek cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik.
6. Hidung : bentuk simetris,tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada nafas
cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga : bentuk simetris, pendengaran masih normal, tidak ada serumen
8. Mulut dan Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan dan tidak mengalami
gangguan bicara, gigi warna putih tidak terpasang gigi palsu, tidak ada karies gigi,
membran mukosa kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : sedikit buncit
Auskultrasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : nyeri tekan di mons pubis
11. Genetalia : terdapat perdarahan
12. Ekstremitas atas dan bawah
tidak ada oedem. Tangan kanan terpasang infuse RL 20 tpm.
13. Kulit
warna sawo matang, kelembaban kulit kering, turgor kulit jelek ,kebersihan terjaga.
14. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 19/07/19


Nama : Ny Daria
No. RM : 05 64 32
Dokter : dr. Dian P. Sp OG
Tanggal lahir : 18/03/1978
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : Kamar Bersalin

WBC 10.86+ [10ˆ3/uL]


RBC 4.33 [10ˆ6/uL]
HGB 12.5 [ g/dl]
HCT 36,3 [%]
MCV 83.8 [fL]
MCH 28.9 [pg]
MCHC 34.4 [g/dL]
PLT 366 [10ˆ3/uL]
RDW-SD 42.1 [fL]
RDW-CV 14.0 [%]
PDW 9.3 [fL]
MPV 8.6 – [fL]
P-LCR 13.8 [%]
PCT 0.31 [%]
NEUT 7.21 + [10ˆ3/uL] 66.4 [%]
LYMPH 2.57 [10ˆ3/uL] 23.7 [%]
MONO 0.96 + [10ˆ3/uL] 8.8 + [%]
EO 0.09 [10ˆ3/uL] 0.8 [%]
BASO 0.03 [10ˆ3/uL] 0.3 [ %]
CT (Waktu 10.00 Menit 5 - 15
pembekuan
BT (waktu 2.00 Menit 1–3
pendarahan)
Golongan Darah A
Gula darah sewaktu 86 Mg/dl 80 - 120
HBS Ag Negatif (-) Negatif (-)

Terapy

Infuse RL 20 tpm (+Oxytocyn 1 amp)


Ibuprofen 3x1
Methylergo 3x1
Cefadroxil 2x1
TTD 1x1

B. ANALISA DATA
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
23/07/19 DS : klien mengatakan nyeri pada bagaian bawah perut Nyeri berhubungan dengan
P : Saat gerak kontraksi uterus
Q : Seperti di remas - remas
R : Bagian bawah perut
S : 5 (sedang)
T : kurang lebih 5 menit
DO : klien tampak meringis menahan nyeri
23/07/19 DS : klien mengatakan keluar darah dari jalan rahim Kekurangan volume cairan
klien mengatakan sering haus berhubungan dengan
kehilangan cairan
DO :Klien tampak lemah dan agak pucat, turgor kulit (perdarahan)
jelek, kelembaban kulit kering, mukosa bibir kering,
TD: 91/66 mmHg, N : 67x/ menit, t: 35,9’ C.
23/07/19 DS : klien mengatakan lemas dan cepat lelah saat Intoleransi aktifitas
beraktifitas berhubungan dengan
kelemahan umum
DO : pasien tampak lemah, terpasang infus RL 20 tpm
TD: 91/66 mmHg, RR : 20x/mnt

C. INTERVENSI
No/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
23/07/19 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Kaji nyeri
dengan kontraksi uterus tindakan keperawatan -Ciptakan lingkungan nyaman
selama 3x24jam di -Ajarkan tehnik distraksi dan
harapakan dengan kh; relaksasi
-klien dapat berkurang -Kolaborasi dengan tim medis
nyerimya
23/07/19 Kekurangan volume Setelah dilakukan -Kaji K.U dan TTV
cairan berhubungan tindakan keperawatan -Kaji perdarahan
dengan kehilangan selama 3x24jam -Anjurkan klien untuk banyak
cairan (perdarahan) volume cairan klien minum
terpenuhi -Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
23/07/19 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan -Anjurkan klien untuk tirah
berhubungan dengan tindakan keperawatan baring
kelemahan umum selama 3x24jam klien -Bantu klien dalam beraktifitas
dapat beraktifitas -Identifikasi aktifitas yang
seperti semula dengan masih dapat dilakukan klien
kh ;
- klien dapat
melakukan aktifitas
secara mandiri
-tidak ada kelelahan
- HR dalam batasan
normal80-100 x/menit

Anda mungkin juga menyukai