Prevalensi
SP terjadi pada 8% hingga 12% dari semua penyakit jantung bawaan (PJB). SP
sering dikaitkan dengan PJB lain, seperti tetralogy of Fallot (TOF), ventrikel
tunggal, dan penyakit jantung yang lain.
Patologi
Manisfestasi Klinis
Riwayat
1. Anak-anak dengan SP ringan sepenuhnya asimtomatik. Dispnea terjadi saat
aktivitas dan mudah mengalami kelelahan dapat terjadi pada SP sedang.
Gagal jantung atau nyeri dada eksersional dapat terjadi pada kasus yang berat.
2. Bayi yang baru lahir dengan SP kritis biasanya disertai seperti dengan intake
makan yang buruk, takipnea, dan sianosis.
Riwayat SP
1. Keparahan SP biasanya tidak progresif pada SP derajat ringan. Contohnya,
lebih dari 95% pasien dengan gradien Doppler inisial kurang dari 25 mmHg
tidak memerlukan operasi hingga umur 25 tahun (karena minim komplikasi).
Sebagian besar pasien SP derajat ringan (<35 mmHg) dalam kondisi klinis
yang baik tanpa membutuhkan intervensi.
2. Pada SP derajat sedang atau berat, tingkat keparahan cenderung berkembang
seiring bertambahnya usia.
3. Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada pasien dengan stenosis berat.
Kematian mendadak dapat terjadi pada pasien SP derajat berat ketika
melakukan aktifitas fisik berat.
4. Tanpa manajemen yang tepat, sebagian besar neonatus SP kritis tidak dapat
bertahan hidup(lihat Bab Pengelolaan)
Manajemen
Medis
1. Neonatus dengan SP kritis dan sianosis membutuhkan tatalaksana emergensi
untuk mengurangi jumlah mortalitas.
a. Kondisi klinis neonatus dapat meningkat sementara dengan infus
prostaglandin E1 infus, yang akan membuka kembali duktus arteriosus.
b. Balloon valvuloplasty adalah prosedur pilihan pada neonatus yang sakit
kritis. Penurunan gradien tekanan dapat dicapai pada lebih dari 90%
dari neonatus dgn SP kritis.
c. Beberapa dari neonatus ini tidak mampu mempertahankan aliran darah
melalui katup pulmonal akibat ventrikel kanan yang hipoplastik. Oleh
sebab itu, tatalaksana di bawah ini sangat mungkin diberikan : 1) infus
prostaglandin jangka panjang (3 minggu), 2) stenting duktus, 3) operasi
systemic-to-pulmonary shunt
d. Pada neonatus, komplikasi prosedur balon lebih sering terjadi
dibandingkan dengan pasien yang lebih tua, dengan tingkat kematian
hingga 3%, tingkat komplikasi utama 3,5%, dan tingkat komplikasi
ringan 15%.
e. Sekitar 15% dari pasien membutuhkan reintervention (mengulangi
valvuloplasty atau operasi untuk stenosis infundibular atau displastik
katup).
f. Katup displastik akan mengalami maturasi setelah prosedur balon.