Anda di halaman 1dari 5

DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO


PUSKESMAS KRUCIL
JL. Raya Dewi Rengganis No. 31 Krucil Telp. (0335) 891060
Email : puskesmas_krucil@yahoo.com
67288
KABUPATEN PROBOLINGGO

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


DETEKSI DINI ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka
diselenggarakan upaya kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara berkesinambungan.
(Depkes RI, 2004).
Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(prefentif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh
pemerintah dan atau masyarakat yang dilakukan terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan.
Visi : MEWUJUDKAN KECAMATAN KRUCIL SEHAT
Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan
keterjakauan pelayanan kesehatan

Tata Nilai : CAKANG

C= CERMAT

A= AMANAH

K= KOMPAK

A= AMAN

N= NYAMAN

G= GOTONG ROYONG

II. LATAR BELAKANG


Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi sehat, emosional, psikologis, dan sosiologi yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa memiliki banyak
komponen dan di pengaruhi oleh berbagai faktor (Johnson, 1997).
Masalah kesehatan jiwa dewasa ini masih kurang mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak. Adanya kemajuan teknologi, kerasnya persaingan ekonomi, kondisi politik dan
keamanan serta perubahan budaya di era sekarang ini membuat potensi munculnya
kesehatan jiwa menjadi semakin besar. Disisi lain indonesia rawan terhadap bencana,
sering munculnya kasus perilaku kekerasan dalam hubungan interpersonal dan maraknya
penggunaan zat psikoaktif di masyarakat. Berbagai hal ini menyebabkan kesehatan jiwa
perlu menjadi perhatian dalam pembangunan di indonesia.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah adanya penanganan yang salah
terhadap orang dengan masalah kejiwaan dengan alasan penertiban kota. Masih
ditemukanya kasus penelantaran, pemasungan dan tindak kekerasan orang terhadap
dengan masalah kejiwaan juga merupakan bukti masyarakat kita memiliki persepsi yang
salah tentang masalah kesehatan jiwa. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo dr. Ika Harnasti menyampaikan bahwa perkiraan kasus
pemasungan di Indonesia berada pada angka 14,3 % dari sekitar 0,17 % orang dengan
gangguan jiwa berat di Indonesia. Prediksi ini diperkirakan masih belum mencerminkan
jumlah sebenarnya, terutama apabila dikaitkan dengan jumlah kasus ODGJ. Sedangkan
Kabupaten/Kota di Jawa Timur sampai dengan akhir tahun 2014 diperoleh data 722 kasus
pasung yang tersebar di 36 Kabupaten/Kota. Di Kabupaten PROBOLINGGO sendiri
menunjukkan data bulan Oktober 2015 terdapat kasus pasung ODGJ 12 orang. 8 orang

warga Probolinggo dan 4 orang luar Probolinggo.


Suatu konsep komunitas termasuk menurunkan insiden penyakit dalam komunitas
dengan mengubah factor penyebab sebelum hal tersebut membahayakan.Pencegahan
primer mendahului penyakit dan diterpakan pada populasi yang umumnya sehat
pencegahan ini trermasuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit . Adapula
pencegahan sekunder mencakup reduksi penyakit aktual dengan deteksi dini dan
penanganan masalah kesehatan. Pencegahan tersier mencakup penurunan gangguan atau
kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit. Tatanan tradisional dari perawat jiwa
mencakup fasilitas psikiatri, pusat kesehatan mental masyarakat, unit psikiatri dirumah
sakit umum, fasilitas-fasilitas tempat tinggal, dan praktik pribadi dengan diprakarsai
bentuk baru pelayanan kesehatan, timbul suatu tatanan penanganan alternative. Tatanan
tesebut meliputi pelayanan dirumah, program rawat inap parsial, pusat-pusat penitipan,
panti asuhan atau rumah kelompok hospices, asososiasi perawat kunjungan, unit ke
daruratan, klinik pelayanan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas pengelolaan
perawat, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.

NAPZA nasional berdasarkan tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi banyak ditemukan pada pelajar SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu
sebanyak 117.147 kasus atau 61,9% dari total 189.294 kasus yang ditemukan. Kasus
NAPZA di kalangan pelajar SMA ini mengalami fluktuasi setiap tahunnya, menunjukkan
di Indonesia kasus NARKOBA pada pelajar SMA tahun 2011 sebanyak 20.938 kasus,
berdasarkan tingkat pendidikan jumlah kasus NAPZA dari tahun 2007 sampai dengan
2011 diketahui sebanyak 1.161 kasus NAPZA pada pelajar tingkat SD sampai dengan
Perguruan Tinggi dan sebanyak 820 kasus atau 70,6% kasus NAPZA ditemukan pada
pelajar SMA, berdasarkan jenis penggolongannya penggunaan narkotika mendominasi
sebagian besar kasus yang ada yaitu sebanyak 98,8%, sedangkan selebihnya kasus
psikotropika dan bahan adiktif lain yaitu masing-masing
sebanyak 0,8% dan 0,2%. (data BNN 2011).

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan masyarakat yang sehat baik masalah kesehatan jiwa maupun kesehatan
fisik agar terbentuknya masyarakat yang berkompeten.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang teknis cara pelaksanaan
penanganan atau pengobatan pada kasus gangguan jiwa.
b. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penanganan dan perawatan orang
dengan gangguan jiwa.
c. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat/tokoh agama/perangkat desa
tentang penanganan dan perawatan orang dengan masalah gangguan jiwa.
d. Meningkatkan pengetahuan sektor terkait tentang dukungan terhadap proses
pencegahan dan penanganan orang dengan masalah kesehatan jiwa.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
1 Melakukan pencarian dan Melakukan pencarian dan pendataan
pendataan pasien ODGJ baru terhadap pasien ODGJ baru baik pelaporan
dari warga, keluarga, dan petugas desa
bersangkutan.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN:


1. Pelaksana Program menyampaiakan sasaran kepada Pelaksana Kegiatan
2. Pelaksana Kegiatan melakukan sosialisasi di Posyandu lansia dan sekolah-sekolah
tentang kesehatan jiwa,
3. Pelaksana Kegiatan melakukan pemeriksaan terhadap sasaran dengan masalah
kejiwaan, baik yang masih resiko maupun yang sudah dengan gangguan,
4. Pelaksana Kegiatan melaporkan kepada Penanggung Jawab program apabila
menemukan sasaran dengan masalah kejiwaan baik yang masih resiko maupun
yang sudah gangguan,
5. Pelaksana program berkoordinasi dengan Pelaksana Kegiatan untuk melakukan
kunjungan rumah sasaran yang beresiko dan gangguan,
6. Pelaksana Program melaporkan hasil kunjungan rumah kepada Dinas Kesehatan.

VI. SASARAN
1.Semua mayarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Krucil.
2.Semua masyarakat yang mengalami Masalah Kejiwaan di wilayah kerja Puskesmas
Krucil.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Waktu dan Lokasi:
 Waktu Pelaksanaan: kegiatan penyuluhan pertama
Kegiatan Bulan Lokasi Penanggung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab

Deteksi √ √ √ √ √ √ 14 desa Alvin


Dini yang ada di kurniawan
Pasien wilayah
Jiwa kerja
Puskesmas
Krucil
selama 6
bulan

VIII. PERAN LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR


1. Lintas Program
 Bidan dan Perawat Desa di Puskesmas Krucil, untuk mendapatkan data laporan
bulanan program

IX. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab program terhadap ketepatan
pelaksanaan kegiatan apakah sesuai jadwal pada saat persiapan dan pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan oleh penanggung jawab program dan
ditujukan kepada Kepala Puskesmas Krucil dengan tembusan Dinas Kesehatan Kabupaten
Probolinggo.
Evaluasi kegiatan ini akan dilakukan dalam bentuk penyuluhan,pengobatan dan
penanganan yang dilakukan oleh penanggung jawab program dan ditujukan kepada
Kepala Puskesmas Krucil dengan tembusan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo.

X. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Penanggung jawab program harus membuat laporan tiap kegiatan paling lambat 1
minggu setelah pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Puskesmas Krucil dan evaluasi akhir
kegiatan paling lambat 2 minggu setelah keseluruhan kegiatan selesai dilakukan.

XI. PEMBIAYAAN
Biaya kegiatan program pada anggaran BOK tahun 2018 sebesar Rp. 1.200.000,-

Krucil, 4 Januari 2018


Mengetahui
Kepala Puskesmas Krucil Penanggung jawab Kesehatan Jiwa
Puskesmas Krucil

dr. H Rakhmad Puji Basuki, M.Mkes Alvin Kurniawan


NIP. 19691225 200604 1 005

Anda mungkin juga menyukai