“BIOREMEDIASI”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas:
Mata kuliah: Mikrobiologi
Dosen: Noor Hujjatusnaini, M.Pd
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
serta telah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup manusia.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat dan pengikutnya. Alhamdulillahirabbil’alamiin atas karunia
Allah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Bioremediasi”.
Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dengan
kegigihan dan keikhlasannya membimbing kami mata kuliah mikrobiologi
sehingga kami bisa mengetahui sedikit demi sedikit apa yang sebelumnya tidak
kami ketahui, juga tak lupa teman-teman seperjuangan yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar
pembaca lebih memahami mengenai apa yang dimaksud dengan Bioremediasi,
serta bagaimana proses bioremediasi terjadi. Makalah ini kami buat dengan
sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
berharap dan memohon saran serta kritikan dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Palangkaraya, 2019
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini tengah marak kerusakan lingkungan sehingga menyebabkan
lingkungan hidup terancam. Secara tidak sadar udara yang sedang kita hirup,
air yang kita minum dan tanah yang kita andalkan sebagai media bercocok
tanam juga telah terkontaminasi secara langsung oleh aktivitas manusia yang
merusak lingkungan. Polusi dari sampah-sampah industri seperti tumpahan
bahan kimia hingga sampah produk rumah tangga telah mengkontaminasi
lingkungan.
Perkembangan pembangunan yang dilakukan manusia khususnya
pada bidang industri, senantiasi meningkatkan kemakmuran dan menambah
lapangan pekerjaan. Namun di sisi lain perkembangan industri ini membuat
adanya peningkatan kuantitas dan kualitas limbah yang dihasilkan. Apabila
limbah ini tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan dampak
pencemaran bagi lingkungan.
Pencemaran atau polusi ini bukankah hal baru, sebagaian manusia
telah menyadari dampak dari pencemaran lingkungan terhadap kelangsungan
dan keseimbangan ekosistem. Pencemaran atau polusi ini dapat disebabkan
oleh proses alami, namun aktivitas manusia yang notaben sebagai pengguna
lingkungan adalah sangan dominan sebagai penyebab dari pencemaran
lingkungan baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak di sengaja.
Untuk mengatasi limbah pencemaran, dapat menggunakan metode
biologi sebagai cara alternatif yang aman, karena polutan ada yang mudah
terdegradasi dengan diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang
tidak berbahaya. Cara biologis ini sering dikenal sebagai bioremediasi.
Bioremediasi merupakan salah satu bioteknologi yang menjadi kunci dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam menyelesaikan
permasalahan pencemaran lingkungan.
4
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud Bioremediasi?
b. Apa saja mikroorganisme yang berperan dalam proses bioremediasi?
c. Bagaimanakah proses bioremediasi?
d. Apa saja jenis-jenis bioremediasi?
e. Apa saja faktor yang mempengaruhi bioremediasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud bioremediasi.
b. Untuk mengetahui mikroorganisme yang berperan dalam proses
bioremediasi.
c. Untuk mengetahui proses bioremediasi.
d. Untuk mengetahui jenis-jenis bioremediasi.
e. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bioremediasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi
lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan
pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi terapan,
karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam
mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari
limbah rumah tangga maupun dari industri. Hal yang baru adalah bahwa
teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi ekonomi untuk
membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh senyawa-senyawa
kimia toksik atau beracun.1
Bioremediasi juga memiliki pengertian sebagai suatu strategi atau
proses detoksifikasi polutan yang terdapat dalam lingkungan dengan bantuan
mikroba, tumbuhan, atau biokatalisator (Enzim) baik enzim mikroba atau
enzim tumbuhan. Detoksifikasi merupakan proses menurunkan tingkat bahan
peracun. Saat bioremediasi terjadi, enzim diproduksi oleh mikroorganisme
yang memodifikasi polutan beracun dengan mengubah stuktur kimia polutan
tersebut. Peristiwa ini disebut dengan biotransformasi.2
Teknologi bioremediai oleh mikroba merupakan hasil pemikiran yang
sistesmatik dari integrasi berbagai bidang ilmu, antara lain mikrobiologi,
ekologi, fisiologi, biokimia dan genetika yang dipadukan dengan
menggunakan prinsip rekayasa untuk memaksimumkan reaksi metabolic
mikroba yang diinginkan dalam pemulihan lingkungan yang tercemar.
Pemahaman tentang mikrobiologi dan lingkungnnya merupakan faktor
penting dalam perkembangan teknologi biodegradasi. Kunci utama yang
menentukan keberhasilan pengolahan limbah pencemar di lingkungan secara
1
Wisudyawati, D. STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN Skeletonema sp. DAN
Chaetoceros sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI (FITO-AKUMULASI) TERHADAP LOGAM
BERAT TIMBAL (Pb) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA). (2015).
2
Lud Waluyo. Biodermiasi limbah. ( Penerbit Universitas Muhammadiyah: Malang).
2018 Hlm 1
6
biologis adalah mengetahui faktor-faktor yang berinteraksi dalam
biodegradasi itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi biodegradasi adalah
microbial, temperature, nutrient, tipe tanah, pH, kadar air/kelembaban, dan
potensial redoks.
Bioremediasi sendiri mempunyai tujuan yaitu:
1. Menstimulasi pertumbuhan mikroba baik yang indigenus yaitu
mikroba asli maupun non indigenus atau mikroba yang sengaja
dimasukkan dari luar ke daerah yang terkontaminasi.
2. Menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk meningkatkan
intensitas kontak langsung antara mikroba dengan senyawa
kontaminan di lingkungan baik yang terlarut maupun yang terikat
oleh partikel untuk mengalami biotransformasi, biodegradasu,
bahkan sampai biomineralisasi.3
7
dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi
berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu
komponen minyak bumi yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme
dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme.
Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk
mendegradasi minyak bumi. Beberapa contoh bakteri dan fungsi
tersebut adalah:
a. Bakteri Hidrokarbonuklastik, yaitu bakteri yang dapat
menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya
mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan bidrokarbon sebagai
donor elektronnya. Contoh bakteriny yaitu, gernu Achromobacter,
Arthrobacter, Acinetobacter, Actinomyces, Aeromonas,
Brevibacterium, Flavobacterium, Moraxella, Klebsiella,
Xanthomyces dan Pseudomonas4
b. Fungi yang digunakan dalam biodehradasi minyak bumi adalah
fungi dari genus Phanerochaete, Cunninghamella, Penicullium,
Candida, Sp. orobolomyce, Cladosp.orium, Debaromyces,
Fusarium, hansenula, Rhodosp.oridium,Rhodoturula, Torulopsis,
Trichoderma, dan Trichoso.oron.
2. Logam berat
Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral adalah logam-logam
berat seperti Merkuri (Hg), Kadium (Cd), Timah Hitam (pb), Tembaga
(Cu), Timbal (Pb), dan garam-garam anorganik. Mikroba mengurangi
bahaya pencemaran logam berat dapat dilakukan dengan cara
detosifikasi, biohidrometalugri, boleaching, dan bioakumulasi.Mikroba
yang berperan dalam pendegrasi logam berat yaitu:
a. Enterobacter cloacae dan Pseudomonas fluorescens, yang berperan
mengubah Cr (VI) menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-
4
Faiqah Umar. Biodegradasi Petroleum dan HidrokarbonEikosana oleh isolate Bakteri
Pseudomonas aeruginosa. (Makkasar: Universitas Hasanuddin). 2015. hlm 69
8
senyawa hasil metabolism, misalnya hydrogen sulfide, asam
askorbat, dll.
b. Desulfovibrio sp. yang berperan membentuk senyawa sulfide
dengan memanfaatkan hidrogrn sulfide yang dibebaskan untuk
mengatasi pencemaran logam Cu.
c. Desulfuromonas acetoxidans, yang merupakan bakteri anerobik
laut yang menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima electron
untuk mengoksidasi molekul organic dalam endapan yang bisa
menghasilakan energi.
d. Jamur Saccharomyces cerebisiae dan Candida sp. yang dapat
mengakumulasi Pb dari dalam perairan.
3. Tanah
Peranan terpenting mikroorganisme tanah ialah fungsinya
membawa perubahan kimiawi pada substansi-substansi di dalam tanah,
terutama pengubahan persenyawaan organik yang mengandung
karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor menjadi persenyawaan anorganik.
Salah satunya adalah fiksasi nitrogen, yaitu proses mengubah nitrogen
atmosfer (N2 atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam
persenyawaan (nitrogen tertambat), salah satu mikroorganisme yang
membantu adalah bekteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan
tanaman kacang-kacangan.
C. Proses Bioremediasi
Proses utama dari bioremediasi yaitu biodegradsi, biotransformasi dan
biokatalis. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan tersebut. Enzim membantu mempercepat proses dengan cara
menurunkan energi aktivitas, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai
suatu reaksi. pada proses ini terjadi biotransformasi. Banyak kasus,
biotransformasi yang berujung pada biodegradasi.
9
Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan
proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya
yang ada di lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia
yang cukup kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya
dan tidak beracun. Misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang
tidak berbahaya. dalam proses degradasi, mikroba menggunakan senyawa
kimia untuk pertumbuhan dan reproduksi melalui proses oksidasi. Enzim
yang dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi degradasi sehingga
tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan.5
Mikroba memerlukan logam sebagai funsgi struktural dan katalis serta
sebagai donor atau reseptor electron dalam metabolisme energi. Kemampuan
interaksi mikroba terhadap logam antara lain:
a. Mengikat ion logam yang ada di lingkungan eksternal pada
permukaan sel serta membawanya ke dalam sel untuk berbagai
fungsi sel.
b. Menggunakan logam sebagai donor atau akseptor electron dalam
metabolisme energi.
c. Mengikat logam sebagai kation pada permukaan sel yang
bermuatan negatif dalam proses yang disebut biosorpsi.
Mikroba mengurangi bahaya pencemaran logam berat dapat dilakukan
dengan cara detoksifikasi, biohidrometalurgi, bioleaching dan bioakumulasi.
a. Detosifikasi memiliki prinsip mengubah ion logam berat yang
bersifat toksik menjadi senyawa yang bersifat tidak toksik. Proses
ini umumnya berlangsung dalam kondisi anaerob dan
memanfaatkan senyawa kimia sebagao akseptor elektron.
b. Biohidrometalurgi memiliki prinsip mengubah ion logam yang
teriukat pada suatu senyawa yang tidak dapat larut dalam air
menjadi senyawa yang dapat larut dalam air.
c. Bioleaching merupakan aktivitas mikroba untuk melarutkan logam
berat dari senyawa yang mengikatnya dalam bentuk ion bebas.
5
J. K. U. N. Carolina R. Nainggolan Jurusan Kimia (Universitas Negeri: Medan).2015
10
Biasanya mikroba menghasilkan asam dan senyawa pelarut untuk
membebaskan ion logam dari senyawa pengikatnya. Proses ini
biasanya langsung diikuti dengan akumulasi ion logam.
d. Bioakumulasi merupakan interaksi mikroba dan ion-ion logam
yang berhubungan dengan lintasan metabolisme.
D. Jenis-Jenis Bioremediasi
Terdapat 3 macam biodermiasi yang melibatkan mikroba yaitu:
1. Biostimulasi
Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat
pertumbuhan mikroba yang sudah ada didaerah tercemar dengan cara
memberikan lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu dengan
penambahan nutrient dan oksigen. Apabila jumlah mikroba yang ada
dalam jumlah sedikit, maka harus ditambahkan mikroba dalam konsentrasi
yang tinggi sehingga bioproses dapat berlangsung. Mikroba yang
ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya di laboratorium di
perbanyak dan dikembalikan ke tempat asalnya untuk memulai bioproses.
Namun sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba
akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang
diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar.
2. Bioaugumentasi
Bioagumentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial
ke limbah cair untuk meningkatkan efesiensi dalam pengolahan limbah
secara biologi. Cara ini paling sering digunakan dalam menghilangkan
kontaminasi di suatu tempat. Hambatan mekanisme ini yaitu sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroba dapt berkembang
dengan optimal. Selain itu mikroba perlu beradaptasi dengan lingkungan.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah
yang tercemar. Bioremediasi ini berdasarkan lokasi terdapat 2 macam
yaitu:
11
a. In situ, yaitu dapat dilakukan langsung dilokasi tanah yang tercemar
(proses bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi
limbah tersebut). Proses bioremediasi in situ pada lapisan sirface juga
dapat ditentukan oleh faktor bio-kimiawai dan hidrogeologi.
b. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah
tersebut lalu dilakukan treatment yang berada di tempat lain, setelah itu
baru dikembalikan ke tempat asal. Kemudian diberi perlakukan khusus
dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini dapat lebih cepat dan
mudah dikontrol dibanding bioremediasi in situ, kemudian
bioremediasi jenis ini mampu meremediasi jenis kontaminan dan jenis
tanah yang lebih beragam.
12
Temperature yang optimal untuk degradasi hidrokabron adalah 30-
40˚C. Pada temperature yang rendah, viskisitas minyak akan meningkat
dan mengakibatkan volatilitas alkanan rantai pendek yang bersifat toksik
menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses
biodegradasi akan terhambat. Suhu sangan berpengaruh terhadap lokasi
tempat dilaksanakannya bioremediasi.
3. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokarbon oleh bakteri
maupun kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidae,
dengan demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan
degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung
pada kecepatan konsusi oleh mikroorganisme tanah, tipe tanah, dan
kehadiran substrat lain ynag juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya
oksigen, merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak.
4. pH
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat
jarang namun ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5
menjadi 7,4 pH dengan penambahan kapur yang meningkatkan penguraian
minyak menjadi dua kali lebih cepat. Penyesuaian pH dapat mengubah
kelarutan, bioavailabilitas, bentuk senyawa kimia polutan, mikro dan
makro nutrient.
5. Kadar H2O dan karakter geologi
Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi.
Nilai aktivitas air dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba dengan kadar
air yang umumnya 50-60%. Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang
berporos.
6. Keberadaan zat nutrisi
Baik pada in situ & ex situ, apabila tanah yang dipergunakan
adalah bekas pertanian mungkin tak perlu ditambah zat nutrisi. Untuk
hidrokarbon ditambah nitrogen & fosfor, dapat pula dengan makro &
13
makro nutrisi yang lain. Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai
sumber karbon, energi dan keseimbangan metabolisme sel. Dalam
penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan penambahan nutrisi
antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh
mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhan meningkat.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
B. Saran
Pada penulisan makalah kali ini diharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada kesalahan dalam
penulisan diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun
16
DAFTAR PUSTAKA
Faiqah Umar. 2015 Biodegradasi Petroleum dan HidrokarbonEikosana
oleh isolate Bakteri Pseudomonas aeruginosa. (Makkasar: Universitas
Hasanuddin).
17