ANTIINFLAMASI
Blok Kedokteran Herbal
Disusun oleh:
Nadya Ratu Aziza Fuady (1413010031)
Puji sukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul Referat Tanaman Herbal
dengan Kandungan Antiinflamasi. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas
sebagai persyaratan dalam menyelsaikan Blok Kedokteran Herbal.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yenni
Bahar, M. Si sebagai pembimbing dalam pembuatan referat ini. Tidak lupa terima
kasih juga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto lainnya atas bimbingannya selama ini.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu diharapkan bantuan dari
dosen pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan saran dan
masukan yang berguna bagi penulis.
Lepas dari segala kekurangan yang ada, kami berharap semoga referat ini
membawa manfaat bagi kita semua.
A. Latar Belakang
Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat
yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang
atau inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup
lukaluka fisik, infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi (Houglum et
al, 2005). Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi
dalam dua golongan, yaitu obat antiinflamasi golongan steroid dan obat
antiinflamasi non steroid. Mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan
steroid dan non-steroid terutama bekerja menghambat pelepasan
prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera (Gunawan, 2007).
Obat-obat antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh masyarakat
adalah antiinflamasi non steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS
biasanya menyebabkan efek samping berupa iritasi lambung (Gunawan,
2010). Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan jenis
tumbuhtumbuhan. Berbagai tumbuhan tumbuh di negeri yang subur ini,
mulai dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, makanan,
dan bahan obat-obatan. Sayangnya masyarakat kita masih belum begitu
tahu bahwa di balik semua kekayaan itu tersimpan manfaat dan khasiat
lain yang besar dari tanaman tersebut.
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan
digunakan sebagai obat, dalam penyembuhan maupun pencegahan
penyakit. Obat berkhasiat mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
mengandung efek resultan/ sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
mengobati. Pemanfaatan tumbuhan herbal ini diwariskan secara turun
temurun hingga sekarang (BPOM RI, 2011). Obat bahan alam Indonesia
dibedakan menjadi tiga yaitu jamu (obat tradisional), Obat Herbal
Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Jamu (obat tradisional) digunakan
secara turun-temurun untuk pengobatan dan berdasarkan pengalaman.
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan yang berasal dari bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Fitofarmaka
adalah sediaan yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, dan bahan baku serta produksi
jadinya, telah distandarisasi ( BPOM RI, 2005).
Tanaman yang biasanya digunakan masyarakat untuk antiinflamasi
antara lain daun jambu biji, kunyit, daun kumis kucing, daun suji, daun
dewa, dan biji kelabet. Pada penelitian ini digunakan biji kelabet yang
secara empiris dapat menurunkan bengkak atau inflamasi. Dalam referat
ini, penulis akan terfokus terhadap tanaman kunyit, kencur, dan daun suji.
Teruama mengenai efeknya sebagai tanaman herbal yang dapat digunakan
sebagai antiinflamasi.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia,
uji preklinik dan resep dari rimpang kunyit khususnya sebagai
antiinflamasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia,
uji preklinik dan resep dari rimpang kencur khususnya sebagai
antiinflamasi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia
dan uji preklinik dari daun suji khususnya sebagai antiinflamasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Kandungan Kimia
Senyawa kimia utama yang terkandung di dalam rimpang kunyit
adalah minyak atsiri dan kurkumi-noid. Minyak atsiri mengandung
senyawa seskuiterpen alkohol, tur-meron dan zingiberen, sedangkan
kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin dan turunannya
(berwarna kuning) yang meliputi desmetoksi-kurkumin dan
bidesmetoksikurku-min. Selain itu rimpang juga mengandung senyawa
gom, lemak, protein, kalsiun, fosfor dan besi (Gole, 2008).
Pengujian aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol kunyit dengan
induksi karagenan menunjukkan terdapatnya efek antiinflamasi dimana
volume edema ratarata tikus setiap kelompok zat uji tidak sebesar
volume edema tikus pada kelompok kontrol. Ekstrak etanol kunyit
memiliki potensi antiinflamasi. Hal ini diduga merupakan efek dari
kurkumin sebagai salah satu bahan aktif kunyit yang dapat
menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktifitas enzim
siklooksigenase. Dosis efektif ekstrak etanol kunyit sebesar 1000
mg/kgBB dengan persen inhibisi 78,37 % (Rustam, 2007).
4. Uji Pre-Klinik
Sebuah penelitian terbaru pada tikus percobaan di laboratorium
menunjukkan bahwa kunyit mampu memperlambat penyebaran kanker
payudara ke paru-paru dan bagian tubuh lain.Kurkumin juga memiliki
khasiat meredakan nyeri. Sebuah penelitian yang dimuat pada bulan
November 2006 dalam jurnal Arthritis & Rheumatism menunjukkan
efektivitas kurkumin sebagai pereda inflamasi pada sendi. Senyawa ini
merupakan penghambat alami enzim COX-2 (Hudiyanti, 2007).
Pada uji toksisitas akut sebuah penelitian lain, digunakan hewan
coba mencit yang diberikan minyak atsiri kunyit dengan rentang dosis
100-8000 mg/kg BB pada perlakuan dan diberikan placebo pada
kelompok kontrol. Kelompok mencit jantan dan betina (1 : 1) dibagi 4
kelompok, masing-masing 10 ekor. Sebelum diberi perlakuan, mencit
dipuasakan makan selama ±12 jam. Tiap kelompok mencit diberi
minyak atsiri kunyit sesuai dosis kelompoknya, kecuali kelompok
kontrol yang diberi plasebo. Tanda-tanda keracunan dan total jumlah
mencit yang mati diamati selama 24 jam setelah pemberian bahan uji.
Dari hasil uji toksisitas akut, perlakuan minyak atsiri kunyit dosis
antara 100-2560 mg/kg BB tidak menunjukkan perubahan pada nafsu
makan, aktivitas gerak dan kematian. Pada dosis perlakuan antara
5000-8000 mg/kg BB terjadi penurunan berat badan dan penurunan
nafsu makan pada semua kelompok perlakuan.
c
5. Resep
2. Taksonomi
Secara Taksonomi Kaempferia galanga L. Dapat diklasifikasikan:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L
4. Uji Pre-Klinik
3. Kandungan Kimia
Beberapa kandungan kimia yang terdapat dalam daun suji
diantaranya saponin dan flavonoid. Prangdimurti (2007) telah
membuktikan bahwa suji memiliki efek antioksidan dan
hipokolesterolemik melalui kandungan klorofil dan flavonoid daun
suji. Daun suji juga memiliki beberapa keunggulan yaitu merupakan
produk lokal yang mudah dibudidayakan, mempunyai tekstur rasa
yang halus sehingga dapat dicampurkan dengan konsentrasi yang
tinggi pada produk makanan lain, telah luas dikenal oleh masyarakat,
serta telah terbukti efeknya pada pengobatan tradisional (Kaneko,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun suji memiliki potensi
antiinflamasi. Hal ini karena adanya efek flavonoid yang terkandung
dalam daun Suji yang dapat menghambat akumulasi leukosit di daerah
inflamasi. Pada kondisi normal leukosit bergerak bebas sepanjang
dinding endotel, tetapi berbeda selama inflamasi, berbagai mediator
radang menyebabkan adhesi leukosit ke dinding sel endotel sehingga
menyebabkan leukosit menjadi immobil dan menstimulasi degranulasi
netrofil.[19] Dosis ekstrak daun suji yang efektif sebagai antiinflamasi
ialah 100 mg/kgBB dengan persen inhibisi 33,19 % (Narande, 2013).
4. Uji Pre-Klinik
Sebelum dilakukan uji aktivitas antiinflamasi, telah dilakukan uji
pendahuluan orientasi dosis dan orientasi waktu. Uji aktivitas
antiinflamasi dilakukan dengan metode rat hind paw edema assay. Uji
orientasi dosis ekstrak dilakukan dengan dosis coba 100 mg/kg BB,
150 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB untuk menentukan dosis minimum
ekstrak ketika mulai berefek sebagai antiinflamasi. Uji orientasi waktu
dilakukan dengan cara memberikan obat dan ekstrak pada 30 menit, 60
menit dan sesaat sebelum injeksi karagenin. Hasil uji orientasi waktu
akan digunakan sebagai acuan waktu pemberian obat dan ekstrak pada
uji antiinflamasi yang sesungguhnya. Setelah pemberian obat maupun
ekstrak, dilanjutkan dengan pengukuran volume telapak kaki kiri tikus
yang sebelumnya telah ditandai sebatas telapak kaki tikus.
A. Kesimpulan
Penulis menuliskan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan referat ini
sebaagai berikut :
1. Obat-obat antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh masyarakat adalah
antiinflamasi non steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS biasanya
menyebabkan efek samping berupa iritasi lambung
2. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat, dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Tanaman
yang biasanya digunakan masyarakat untuk antiinflamasi antara lain daun
jambu biji, kunyit, daun kumis kucing, daun suji, daun dewa, dan biji kelabet.
3. Ekstrak etanol kunyit memiliki potensi antiinflamasi. Hal ini diduga
merupakan efek dari kurkumin sebagai salah satu bahan aktif kunyit yang
dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktifitas
enzim siklooksigenase.
4. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak rimpang kencur bekerja
pada fase pertama dengan menghambat proses pelepasan serotonin dan
histamin yang merupakan mediator kimia ke tempat terjadinya radang.
5. Adanya efek flavonoid yang terkandung dalam daun Suji yang dapat
menghambat akumulasi leukosit di daerah inflamasi. Pada kondisi normal
leukosit bergerak bebas sepanjang dinding endotel.
B. Saran
BPOM RI. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPOM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Kepala BPOM.
Erlina, R., A. Indah, dan Yanwirasti. 2007, Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, J.
Yogyakarta, 2007.
Kaneko, T., Hiroshige, C., Norio, H., Takao, K., Masaki, K., Ken H., Kaoru, K.,
galanga L.) dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan
Narande JM, Wulur A, Yudistira A. 2013. Uji efek antiinflamasi ekstrak etanol
daun suji (Dracaena Angustifolia Roxb) terhadap edema kaki tikus putih
(Curcuma domestica Val.) pada tikus putih jantan galur wistar. J Sains dan
Suhatri., Aldi Y. 2010. Aktifias ekstrak etanol Nigella sativa Farmaka Volume 4
titer antibodi dan jumlah sel leukosit pada mencit putih jantan. Scientia.
1(1):35-41.