Anda di halaman 1dari 25

REFERAT TANAMAN HERBAL DENGAN KANDUNGAN

ANTIINFLAMASI
Blok Kedokteran Herbal

Disusun oleh:
Nadya Ratu Aziza Fuady (1413010031)

Tutor : dr. Yenni Bahar, M. Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
KATA PENGANTAR

Puji sukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul Referat Tanaman Herbal
dengan Kandungan Antiinflamasi. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas
sebagai persyaratan dalam menyelsaikan Blok Kedokteran Herbal.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yenni
Bahar, M. Si sebagai pembimbing dalam pembuatan referat ini. Tidak lupa terima
kasih juga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto lainnya atas bimbingannya selama ini.

Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu diharapkan bantuan dari
dosen pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan saran dan
masukan yang berguna bagi penulis.

Lepas dari segala kekurangan yang ada, kami berharap semoga referat ini
membawa manfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 4 Desember 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat
yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang
atau inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup
lukaluka fisik, infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi (Houglum et
al, 2005). Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi
dalam dua golongan, yaitu obat antiinflamasi golongan steroid dan obat
antiinflamasi non steroid. Mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan
steroid dan non-steroid terutama bekerja menghambat pelepasan
prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera (Gunawan, 2007).
Obat-obat antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh masyarakat
adalah antiinflamasi non steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS
biasanya menyebabkan efek samping berupa iritasi lambung (Gunawan,
2010). Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan jenis
tumbuhtumbuhan. Berbagai tumbuhan tumbuh di negeri yang subur ini,
mulai dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, makanan,
dan bahan obat-obatan. Sayangnya masyarakat kita masih belum begitu
tahu bahwa di balik semua kekayaan itu tersimpan manfaat dan khasiat
lain yang besar dari tanaman tersebut.
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan
digunakan sebagai obat, dalam penyembuhan maupun pencegahan
penyakit. Obat berkhasiat mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
mengandung efek resultan/ sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
mengobati. Pemanfaatan tumbuhan herbal ini diwariskan secara turun
temurun hingga sekarang (BPOM RI, 2011). Obat bahan alam Indonesia
dibedakan menjadi tiga yaitu jamu (obat tradisional), Obat Herbal
Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Jamu (obat tradisional) digunakan
secara turun-temurun untuk pengobatan dan berdasarkan pengalaman.
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan yang berasal dari bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Fitofarmaka
adalah sediaan yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, dan bahan baku serta produksi
jadinya, telah distandarisasi ( BPOM RI, 2005).
Tanaman yang biasanya digunakan masyarakat untuk antiinflamasi
antara lain daun jambu biji, kunyit, daun kumis kucing, daun suji, daun
dewa, dan biji kelabet. Pada penelitian ini digunakan biji kelabet yang
secara empiris dapat menurunkan bengkak atau inflamasi. Dalam referat
ini, penulis akan terfokus terhadap tanaman kunyit, kencur, dan daun suji.
Teruama mengenai efeknya sebagai tanaman herbal yang dapat digunakan
sebagai antiinflamasi.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia,
uji preklinik dan resep dari rimpang kunyit khususnya sebagai
antiinflamasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia,
uji preklinik dan resep dari rimpang kencur khususnya sebagai
antiinflamasi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui deskripsi, taksonomi, kandungan kimia
dan uji preklinik dari daun suji khususnya sebagai antiinflamasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kunyit (Curcuma domestica Val)


1. Deskripsi

Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan tanaman obat asli


dari Asia Tenggara dan telah dikembangkan secara luas di Asia
Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Fili-pina dan tumbuh dengan baik di
Indonesia. Tanaman tumbuh tegak mencapai tinggi 1,0 – 1,5 m.
Memiliki batang semu yang dililit oleh pelepah-pelepah daun. Daun
tanaman runcing dan licin dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 8
cm. Bunga muncul dari batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15
cm. Warna bunga putih atau putih bergaris hijau dan terkadang ujung
bunga berwarna merah jambu.
Bagian utama dari tanaman adalah rimpangnya yang berada di
dalam tanah. Rimpang ini biasanya tumbuh menjalar dan rimpang
induk biasanya berbentuk ellips. Tumbuhan berbatang basah,
tingginya sampai 0,75 m, daunnya berbentuk lonjong, bunga
majemuk berwarna merah atau merah muda. Tanaman herba tahunan
ini menghasilkan umbi utama berbentuk rimpang berwarna kuning tua
atau jingga terang. Perbanyakannya dengan anakan.
Terna berumur panjang dengan daun besar berbentuk elip, 3-8
buah, panjang sampai 85 cm, lebar sampai 25 cm, pangkal daun
meruncing, berwarna hijau seragam. Batang semu hijau atau agak
keunguan, tinggi sampai 1,60 m. Perbungaan muncul langsung dari
rimpang, terletak di tengah-tengah batang, ibu tangkai bunga
berambut kasar dan rapat, saat kering tebalnya 2-5 mm, panjang 16-
40 cm, daun kelopak berambut berbentuk lanset panjang 4-8 cm, lebar
2-3,5 cm, yang paling bawah berwarna hijau, berbentuk bulat telur,
makin keatas makin menyempit dan memanjang, warna putih atau
putih keunguan, tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau
merah jambu, bibir bundar telur, warna jingga atau kuning keemasan
dengan pinggir coklat dan di tengahnya kemerahan.
Sisik-sisik ibu tangkai sampai pangkal dari bulirnya, berbentuk
garis, berbulu kasar, panjang 6-12 cm, lebar 1,75-2,75 cm. Bentuk
bunga majemuk bulir itu silindris. Daun pelindung bunga biasanya
berbulu kasar, berwarna putih atau putih kehijauan seragam kadang-
kadang di bagian ujungnya berbintik-bintik coklat. Mahkota bunga
berwarna putih. Labelum bagian tengah berwarna emas, dibatasi
warna merah coklat, atau hampir oranye. Stamino-dium berbentuk
bulat telur terbalik sempit, elip atau tumpul.
Bagian di dalam tanah berupa rimpang yang mempunyai struktur
berbeda dengan Zingiber (yaitu berupa induk rimpang tebal berdaging
-empu- yang membentuk anakan/ rimpang lebih panjang dan langsing
-entik-) warna bagian dalam kuning jingga (pusatnya lebih pucat)
(Tuba, 2008).
2. Taksonomi
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
(Tuba, 2008).

3. Kandungan Kimia
Senyawa kimia utama yang terkandung di dalam rimpang kunyit
adalah minyak atsiri dan kurkumi-noid. Minyak atsiri mengandung
senyawa seskuiterpen alkohol, tur-meron dan zingiberen, sedangkan
kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin dan turunannya
(berwarna kuning) yang meliputi desmetoksi-kurkumin dan
bidesmetoksikurku-min. Selain itu rimpang juga mengandung senyawa
gom, lemak, protein, kalsiun, fosfor dan besi (Gole, 2008).
Pengujian aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol kunyit dengan
induksi karagenan menunjukkan terdapatnya efek antiinflamasi dimana
volume edema ratarata tikus setiap kelompok zat uji tidak sebesar
volume edema tikus pada kelompok kontrol. Ekstrak etanol kunyit
memiliki potensi antiinflamasi. Hal ini diduga merupakan efek dari
kurkumin sebagai salah satu bahan aktif kunyit yang dapat
menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktifitas enzim
siklooksigenase. Dosis efektif ekstrak etanol kunyit sebesar 1000
mg/kgBB dengan persen inhibisi 78,37 % (Rustam, 2007).

4. Uji Pre-Klinik
Sebuah penelitian terbaru pada tikus percobaan di laboratorium
menunjukkan bahwa kunyit mampu memperlambat penyebaran kanker
payudara ke paru-paru dan bagian tubuh lain.Kurkumin juga memiliki
khasiat meredakan nyeri. Sebuah penelitian yang dimuat pada bulan
November 2006 dalam jurnal Arthritis & Rheumatism menunjukkan
efektivitas kurkumin sebagai pereda inflamasi pada sendi. Senyawa ini
merupakan penghambat alami enzim COX-2 (Hudiyanti, 2007).
Pada uji toksisitas akut sebuah penelitian lain, digunakan hewan
coba mencit yang diberikan minyak atsiri kunyit dengan rentang dosis
100-8000 mg/kg BB pada perlakuan dan diberikan placebo pada
kelompok kontrol. Kelompok mencit jantan dan betina (1 : 1) dibagi 4
kelompok, masing-masing 10 ekor. Sebelum diberi perlakuan, mencit
dipuasakan makan selama ±12 jam. Tiap kelompok mencit diberi
minyak atsiri kunyit sesuai dosis kelompoknya, kecuali kelompok
kontrol yang diberi plasebo. Tanda-tanda keracunan dan total jumlah
mencit yang mati diamati selama 24 jam setelah pemberian bahan uji.
Dari hasil uji toksisitas akut, perlakuan minyak atsiri kunyit dosis
antara 100-2560 mg/kg BB tidak menunjukkan perubahan pada nafsu
makan, aktivitas gerak dan kematian. Pada dosis perlakuan antara
5000-8000 mg/kg BB terjadi penurunan berat badan dan penurunan
nafsu makan pada semua kelompok perlakuan.
c

Pada kelompok I terjadi kematian mencit pada jam ke-8 pasca


perlakuan sebanyak 100% kelompok II terjadi kematian sebanyak 50%
pada jam ke-20 pasca perlakuan, sedangkan kelompok III dan
kelompok kontrol tidak ada yang mati (0%). Kematian mencit pada
kelompok I dan II diawali dengan gejala kejang/syarafi. Pada
kelompok kontrol dan kelompok III tidak terjadi perubahan nafsu
makan, aktivitas gerak dan gejala abnormalitas syaraf serta tidak ada
yang mati walaupun terjadi penurunan berat badan. Dosis letal (LD50)
adalah pada dosis 5120 mg/kg BB atau setara dengan dosis pemberian
0,2 ml minyak atsiri kunyit. LD50 terkategori “practically non toxic”,
yang berarti aman digunakan karena termasuk tidak bersifat toksik
(Kurnijasanti, 2007).

5. Resep

Berikut ini beberapa resep pemanfaatan kunyit untuk obat:


a) Diabetes Mellitus
Bahan :
3 rampang kunyit, 1/2 sendok teh garam
Cara membuat :
Kedua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air hingga mendidih,
kemudian disaring.
Cara menggunakan :
Diminum 2 kali seminggu 1/2 gelas.
b) Tifus
Bahan :
2 rimpang kunyit, 1 bonggol sere, 1 lembar daun sambiloto.
Cara membuat :
Semua bahan tersebut ditumbuk halus dan dipipis, kemudian
ditambah 1 gelas ai masak yang masih hangat dan disaring.
Cara menggunakan :
Diminum, dan dilakukan selama 1 minggu berturut – turut
c) Usus Buntu
Bahan :
1 rimpang kunyit, 1 butir buah jeruk nipis, 1 potong gula kelapa /
aren, garam secukupnya
Cara membuat :
Kunyit diparut dan jeruk nipis diperas, kemudian dicampur dengan
bahan yang lain dan disedu dengan1 gelas air panas kemudian
disaring
Cara menggunakan :
Diminum setiap pagi setelah makan secara teratur
d) Disentri
Bahan :
1 – 2 rimpang kunyit, gambir dan kapur sirih secukupnya.
Cara membuat :
Semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih
hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring
Cara menggunakan :
Diminum dan diulangi sampai sembuh
e) Sakit Keputihan
Bahan :
2 rimpang kunyit, 1 genggam daun beluntas, 1 gagang buah asam,
1 potong gula kelapa / are
Cara membuat :
Semua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air hingga mendidih
kemudian disaring
Cara menggunakan :
Diminum 1 gelas sehari
f) Haid Tidak Lancar
Bahan :
2 rimpang kunyit, 1/2 sendok teh ketumbar, 1/2 sendok teh biji
pala, 1/2 genggam daun srigading
Cara membuat :
Semua bahan tersebut ditumbuk halus kemudian direbus dengan 1
liter air hingga mendidih kemudian disaring
Cara menggunakan :
diminum 1 gelas sehari
g) Sakit gigi
Ramuan 1:
Siapkan kunyit satu rimpang dan minyak kayu putih secukupnya.
Setelah kunyit dicuci bersih, lalu kupas. Rendam sebentar dalam
minyak kayu putih, kemudian tempelkan dalam gigi yang
berlubang. Lakukan hingga sakit mereda.
Ramuan 2 :
Siapkan kunyit 10 gram, daun dan akar serai masing-masing 50
dan 25 gr, garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan dicuci
bersih dan kunyit dipotong-potong, rebus dengan setengah liter air.
Biarkan hingga air menjadi satu gelas. Minum untuk tiga kali
sehari.
Ramuan 3 :
Siapkan kunyit 10 gram, daun meniran 50 gram, buah pinang
setengah biji, garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan
kecuali garam dicuci, tumbuk hingga halus. Jangan lupa garam.
Seduh dengan air panas sebanyak satu gelas, lalu saring. Bila sudah
hangat, gunakan untuk kumur. Lakukan tiga kali sehari.
h) Sariawan dan Radang tenggorokan
Caranya :
Kunyit diparut kemudian air perasanya ditambah sedikit garam dan
diminum.
i) Luka pada kaki
Caranya :
Parutan kunyit dicampur dengan asam kawak dan di oleskan pada
kaki yang luka (Goel, 2008).
B. Kencur (Kaempferia galanga L)
1. Deskripsi

Habitus : semak,semusim,tinggi 30-70cm

Akar : bergerombol, bercabang-cabang, serabut putih, cokelat


gelap, berkesan mengkilap.

Batang : lunak,berpelepah,membentuk rimpang,hitam keabu-


abuan.
Daun : tunggal, lanset, ujung runcing,pangkal
berpelepah,tulang menonjol, panjang kira-kira 70cm,
hijau muda,jumlah helaian daun tidak lebih dari 2-3
lembar,dengan susunan
berhadapan,bulat,melebar,ujung mengecil,berwana
hijau gelap
Bunga : majemuk ,berbentuk tabung,kelopak lanset,panjang
kira-kira 4cm,lebar 2-3,5cm,mahkota panjang 10-
9cm,benang sari,putik kecil, putih, tersusun dengan
setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah
antara 4-12 buah,bibir bunga berwarna lembayung
dengan warna putih dominan.
Daging : mempunyai daging buah paling lunak,tidak
buah berserat,berwarna putih,kulit luar berwarna coklat.
: tumbuh subur di dataran rendah atau pegunungan yang
Habitat tanahnya gembur&tidak terlalu banyak air,dapat
ditanam pada pot atau kebun yang cukup sinar
matahari,tidak
terlalu basah&di tempat terbuka
(Miranti, 2009).

2. Taksonomi
Secara Taksonomi Kaempferia galanga L. Dapat diklasifikasikan:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L

Nama lain Kaempferia galanga L di berbagai daerah di Indonesia


adalah Kencur (Jawa), Ceuko( Aceh), Tekur (Gayo), Kopuk
(mentawai), cakue(Minang), Cokur (Lampung), Cikur (Sunda), Cekuh
(Bali), Cekur (Lombok), Cekir (Sumba), Cakuru (Makasar),
Ceku(Bugis), Suha(Seram), Sahulu (Ambon), Onegai (Buru) (Miranti,
2009).
3. Kandungan Kimia
Kaempferia galanga L mempunyai kandungan kimia salah satunya
minyak atsiri, sebesar 2,4-2,9% yang terdiri atas Etil P-
metoksisinamat(31,77%), metil sinamat (23,23%), karvon (11,13%),
eucalyptol (9,59%), penta dekana(6,41%), borneol (2,87%). Kamfen
(2,47%), benzene (1,33%), α-pinen (1,28%). Selain itu konstituen lain
rimpang adalah sineol, borneol, 3-karen, kamphene, kaempferal,
sinamaldehid, asam p-metoksisinamat, etil sinamat dan p-
metoksisinamat. Kandungan yang lain adalah pati, mineral, flavonoid,
dan alkoloida (Sukari, 2008).
Kandungan minyak atsiri dari rimpang kencur diantaranya terdiri
atas miscellaneous compounds (misalnya etil p-metoksisinamat
58,47%, isobutil β-2- furilakrilat 30,90%, dan heksil format 4,78%);
derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan kamfer
hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04%
dan terpinolen 0,02%) (Sukari dkk., 2008).
Pengujian aktivitas antiinflamasi berdasarkan nilai dari persentase
ekstrak rimpang kencur sebagai sediaan uji antiinflamasi dalam
menghambat radang (Sulaiman, 2007). Besarnya dosis ekstrak
rimpang kencur yang diberikan berbanding terbalik dengan persentase
radang yang terjadi, dan berbanding lurus dengan persentase inhibisi
radangnya dimana semakin besar dosis ekstrak rimpang kencur maka
efeknya sebagai antiinflamasi akan semakin baik. Senyawa flavonoid
yang terkandung dalam ekstrak rimpang kencur bekerja pada fase
pertama dengan menghambat proses pelepasan serotonin dan histamin
yang merupakan mediator kimia ke tempat terjadinya radang, juga
bekerja pada mediator utama dari inflamasi yaitu dengan menghambat
sintesis prostaglandin melalui penghambatan kerja siklooksigenase
(COX) sehingga tidak terjadi perubahan asam arakhidonat menjadi
prostaglandin (Suhatri, 2010). Dosis yang paling efektif pada uji
aktivitas ekstrak rimpang kencur ini yaitu 45 mg/kgBB dengan persen
inhibisi sebesar 51,27 % (Hasanah, 2011).

4. Uji Pre-Klinik

Sebuah penelitian menggunakan hewan percobaan yaitu tikus putih


jantan galur Wistar berumur 3 bulan dengan berat 180-250 g dan sehat.
Tikus diperoleh dari Jurusan Biologi Institut Teknologi Bandung.
Pengujian aktivitas antiinflamasi menggunakan metode Winter.
Metode Winter merupakan metode yang paling banyak digunakan
untuk pertama kali menguji agen antiinflamasi baru dengan melihat
kemampuan suatu senyawa dalam mengurangi induksi radang/edema
lokal pada telapak kaki tikus oleh injeksi induktor radang (Ravi, 2009).
Pengujian aktivitas antiinflamasi ini berdasarkan pada besarnya
persentase radang yang dapat dihambat oleh sediaan yang akan diuji.
Pengamatan dilakukan tiap satu jam selama 5-6 jam dengan mengukur
volume tiap kaki tikus menggunakan pletismometer. Aktivitas
antiinflamasi suatu obat/sediaan uji dinyatakan dengan persentase
radang dan persentase inhibisi radang.
Perbedaan nilai persentase radang rata-rata yang dihasilkan antar
kelompok perlakuan ekstrak rimpang kencur sendiri tidak terlalu
signifikan. Perbedaan nilai persentase radang rata-rata yang signifikan
diberikan oleh kelompok perlakuan ekstrak rimpang kencur 1 dan
ekstrak rimpang kencur 2 dengan dosis 45 mg/kgbobot badan tikus
ketika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Artinya,
perlakuan pemberian kedua ekstrak rimpang kencur dengan dosis 45
mg/kg bobot badan tikus menghasilkan nilai persentase radang rata-
rata yang berbeda secara signifikan dengan nilai persentase radang
rata-rata yang dihasilkan oleh pemberian kedua ekstrak rimpang
kencur dengan dosis 18 mg/kg bobot badan dan 36 mg/kg bobot badan
tikus (Ravi, 2009).
5. Resep

Selain sebagai bahan makanan, kencur juga dikenal sebagai


tanaman obat. Berikut adalah bagian kencur dan kegunaannya sebagai
obat :

a) Obat batuk: Ambil beberapa buah rimpang kencur, kupas kulitnya,


dan parut. Setelah itu, peras hasil parutannya dan ambil airnya
dengan disaring hingga kira-kira mendapatkan 250 ml. Tambahkan
sedikit madu dan bubuhkan beberapa tetes air jeruk nipis. Minum 3
kali sehari hingga batuk menghilang. Resep ini lebih diutamakan
jika diminum saat penyakit belum parah.
b) Keseleo: Ambil 1 rimpang kencur dan beras yang sudah direndam
air. Lumatkan kedua bahan dengan air secukupnya. Oleskan atau
gosokkan pada bagian yang keseleo.
c) Radang Lambung: Dua buah rimpang kencur yang berukuran
sebesar ibu jari dikuliti hingga bersih lalu dikunyah. Airnya ditelan
dan ampasnya dibuang.
d) Radang Anak Telinga: Dua buah rimpang kencur yang berukuran
sebesar ibu jari dan setegah biji buah pala ditumbuk halus dan
ditambahkan dua sendok teh air hangat. Campuran ini dioleskan di
seputar hidung.
e) Influenza pada bayi: Sebuah rimpang kencur yang berukuran
sebesar ibu jari dan dua lembar daun kemukus ditumbuk halus dan
ditambahkan beberapa sendok air hangat. Campuran ini dioleskan
di seputar hidung.
f) Masuk Angin: Sebuah rimpang kencur sebesar ibu jari dikuliti
hingga bersih kemudian dimakan dengan garam secukupnya lalu
minum satu gelas air putih.
g) Sakit Kepala: Dua hingga tiga lembar daun kencur ditumbuk
sampai halus lalu dioleskan sebagai kompres pada dahi.
h) Diare: Dua buah rimpang kencur sebesar ibu jari diparut kemudian
ditambahkan secangkir air hangat, diperas, dan disaring. Campuran
ini dioleskan pada perut sebagai bedak
i) Menghilangkan Darah Kotor: Empat buah rimpang kencur sebesar
ibu jari, dua lembar daun trengguli, dan dua buah biji cengkeh
kering, serta adas pulawaras direbus bersama dengan satu liter air
sampai mendidih kemudian di saring. Ramuan ini diminum dua
kali sehari.
j) Menghilangkan lelah dan menambah nafsu makan: Mula-mula
beras disangrai, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Rimpang
kencur diparut atau diblender. Kedua bahan ini kemudian
dicampur, diperas, dan disaring, kemudian ditambah air matang
sedikit demi 7 sedikit. Sedangkan asam jawa dan gula merah
masing-masing direbus sampai tercampur lalu disaring. Air asam
jawa dan gula merah kemudian ditambahkan ke air campuran beras
dan kencur sambil diaduk-aduk (Erlina, 2007).
C. Daun suji (Dracaena angustifolia Roxb)
1. Deskripsi

a) Habitus : Tumbuhan tegak, pada bagian bawah berakar


di bagian buku- bukunya, tinggi mencapai 2 meter
b) Batang : Bersegi empat agak beralur berbulu pendek
atau gundul.
c) Daun : Bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau
belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya.
d) Bunga : Berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek
dan jarang.
e) Buah : Geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 –
2mm..
f) Biji : Coklat gelap..
g) Akar : Tunggang
(Nugroho, 2010).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Sub Divisi : Monocotyledoneae
Ordo : Liliopsida
Kelas : Liliaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena angustifolia Roxb
(Nugroho, 2010).

3. Kandungan Kimia
Beberapa kandungan kimia yang terdapat dalam daun suji
diantaranya saponin dan flavonoid. Prangdimurti (2007) telah
membuktikan bahwa suji memiliki efek antioksidan dan
hipokolesterolemik melalui kandungan klorofil dan flavonoid daun
suji. Daun suji juga memiliki beberapa keunggulan yaitu merupakan
produk lokal yang mudah dibudidayakan, mempunyai tekstur rasa
yang halus sehingga dapat dicampurkan dengan konsentrasi yang
tinggi pada produk makanan lain, telah luas dikenal oleh masyarakat,
serta telah terbukti efeknya pada pengobatan tradisional (Kaneko,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun suji memiliki potensi
antiinflamasi. Hal ini karena adanya efek flavonoid yang terkandung
dalam daun Suji yang dapat menghambat akumulasi leukosit di daerah
inflamasi. Pada kondisi normal leukosit bergerak bebas sepanjang
dinding endotel, tetapi berbeda selama inflamasi, berbagai mediator
radang menyebabkan adhesi leukosit ke dinding sel endotel sehingga
menyebabkan leukosit menjadi immobil dan menstimulasi degranulasi
netrofil.[19] Dosis ekstrak daun suji yang efektif sebagai antiinflamasi
ialah 100 mg/kgBB dengan persen inhibisi 33,19 % (Narande, 2013).
4. Uji Pre-Klinik
Sebelum dilakukan uji aktivitas antiinflamasi, telah dilakukan uji
pendahuluan orientasi dosis dan orientasi waktu. Uji aktivitas
antiinflamasi dilakukan dengan metode rat hind paw edema assay. Uji
orientasi dosis ekstrak dilakukan dengan dosis coba 100 mg/kg BB,
150 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB untuk menentukan dosis minimum
ekstrak ketika mulai berefek sebagai antiinflamasi. Uji orientasi waktu
dilakukan dengan cara memberikan obat dan ekstrak pada 30 menit, 60
menit dan sesaat sebelum injeksi karagenin. Hasil uji orientasi waktu
akan digunakan sebagai acuan waktu pemberian obat dan ekstrak pada
uji antiinflamasi yang sesungguhnya. Setelah pemberian obat maupun
ekstrak, dilanjutkan dengan pengukuran volume telapak kaki kiri tikus
yang sebelumnya telah ditandai sebatas telapak kaki tikus.

Pengukuran volume awal telapak kaki kiri tikus dilakukan menurut


prinsip Archimedes dengan cara mencelupkan kaki kiri tikus sebatas
tanda ke dalam plestimometer yang sebelumnya telah diisi larutan
metilen jingga. Volume larutan yang jatuh menunjukan volume awal
telapak kaki kiri tikus sebelum diinjeksi karagenin. Pengukuran
volume edema dilakukan setiap 30 menit selama 6 jam (Kaneko,
2010).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penulis menuliskan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan referat ini
sebaagai berikut :
1. Obat-obat antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh masyarakat adalah
antiinflamasi non steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS biasanya
menyebabkan efek samping berupa iritasi lambung
2. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat, dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Tanaman
yang biasanya digunakan masyarakat untuk antiinflamasi antara lain daun
jambu biji, kunyit, daun kumis kucing, daun suji, daun dewa, dan biji kelabet.
3. Ekstrak etanol kunyit memiliki potensi antiinflamasi. Hal ini diduga
merupakan efek dari kurkumin sebagai salah satu bahan aktif kunyit yang
dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktifitas
enzim siklooksigenase.
4. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak rimpang kencur bekerja
pada fase pertama dengan menghambat proses pelepasan serotonin dan
histamin yang merupakan mediator kimia ke tempat terjadinya radang.
5. Adanya efek flavonoid yang terkandung dalam daun Suji yang dapat
menghambat akumulasi leukosit di daerah inflamasi. Pada kondisi normal
leukosit bergerak bebas sepanjang dinding endotel.
B. Saran

1. Diharapkan referat ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca.


2. Diharapkan pembaca lebih banyak membaca dan menambah wawasan
pembaca.
3. Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan pustaka untuk keperluan
yang semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata

Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan

Fitofarmaka. Jakarta : Kepala BPOM.

BPOM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK 03.1.2.3.06.11.5629 tahun 2011 tentang

Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Jakarta :

Kepala BPOM.

Erlina, R., A. Indah, dan Yanwirasti. 2007, Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol

Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, J.

Sains dan Teknologi Farmasi, 12:2, 112-115.

Goel A, Kunnumakkara AB, Aggarwa BB. Curcumin as “Curecumin”: From

kitchen to clinic, Biochem Pharmacol 2008; 75(4):787-809.

Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007.

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.

Hasanah AN, Nazaruddin F, Febriana E, Zuhrotun A. 2011. Analisis kandungan

minyak atsiri dan uji aktivitas antiinflamasi ekstrak rimpang kencur

(Kaempferia galanga L.). J Mat & Sains. 16(3):147-152.

Hudiyanti V. Pengaruh Kurkuminoid ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma

domestica Val) Dibandingkan dengan Natrium Diklofenak pada Penderita


Osteoartritis Lutut (Kajian Kemampuan Menekan Sekresi Tumor Necrosis

Factor-1). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, 2007.

Kaneko, T., Hiroshige, C., Norio, H., Takao, K., Masaki, K., Ken H., Kaoru, K.,

Hiroshi, S., 2010, Inhibition of Prostaglandin E2 Production by Flavone and

its Related Compounds, in vivo, Vol. 24, 55-58.

Kurnijasanti R, Andreanus, Hasbullah. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Bawang

Putih (Allium sativum L) Terhadap Titer Antibodi Antitetanus Mencit yang

Ditentukan dengan Metode ELISA [internet]. 2007

Miranti, L., 2009, Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia

galanga L.) dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan

Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro. Skripsi.

Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Narande JM, Wulur A, Yudistira A. 2013. Uji efek antiinflamasi ekstrak etanol

daun suji (Dracaena Angustifolia Roxb) terhadap edema kaki tikus putih

jantan galur wistar. Pharmacon J Ilm Farm UNSRAT. 2(3):14-18.

Nugroho dan Ignatius A.2010. Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia

Edisi 2. Asia Pacific Forest Genetic Resources Programme.

Ravi, V., T. S. M. Saleem, S. S. Patel, J. Raamamurthy, and K. Gauthaman, 2009,

Berries, Inter. J. App. Res. Nat. Anti-inflammatory Effect of Methanolic

Extract of Solanum nigrum Linn. Prod., 2:2, 33-36.


Rustam E, Atmasari I, Yanwirasti. 2007. Efek antiinflamasi ekstrak etanol kunyit

(Curcuma domestica Val.) pada tikus putih jantan galur wistar. J Sains dan

Tek Farm. 12(2): 112-115.

Suhatri., Aldi Y. 2010. Aktifias ekstrak etanol Nigella sativa Farmaka Volume 4

Nomor 4 Suplemen 1 17 Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157 terhadap

titer antibodi dan jumlah sel leukosit pada mencit putih jantan. Scientia.

1(1):35-41.

Sukari, M. A., N. W. M. Sharif, A. L. C. Yap, S. W. Tang, B. K. Neoh, M.

Rahmani, G. C. L. Ee, Y. H. Taufiq-Yap, and U. K. Yusof, 2008, Chemical

Constituens Variations of Essential Oils from Rhizomes of Four

Zingiberaceae Species, The Malaysian J. Anal. Sci., 12:3, 638-644.

Sulaiman MR, ZA Akaria, IA Daud, FN Ng, YC Ng, MT Hidayat. 2007.

Antinociceptive and nti-inflammatory activities of the aqueous extract of

Kaempferia galanga leaves in animal models. J Nat Med. 62:221-227.

Tuba AK, Gülçin İ. Antioxidant and radical scavenging properties of curcumin.

Chem-Bio Interac. 2008; 174(1):27-37.

Anda mungkin juga menyukai