Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI

TERHADAP PASIEN SAFETY DI KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT PREMIER BINTARO

Sukasih1 Toto Suharyanto2

ABSTRAK

Pasien Safety adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien menjadi
lebih aman. Ada 3 tahapan untuk pencegahan cedera pada pasien yang akan menjalankan
operasi yaitu tahap Sign In, Time Out, Sign Out atau disebut Surgical Safety Check List.
Tujuan dari penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pasien
Safety di kamar operasi RSPB. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011. Desain
penelitian yang digunakan dalam adalah deskriftif, yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara faktor Sign In, Time Out dan Sign Out terhadap pasien Safety. Tehnik
pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling untuk sampel pasien yang akan
dilakukan operasi sebanyak 70 responden. Instrument yang digunakan dengan lembar
Surgical Check List. Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian secara
statistik menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara Time Out dengan pasien
Safety (P. value = 0.002). Untuk proses Sign In atau Sign Out dari hasil uji statistik
menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna, namun disini prosedur ini tetap
dijalankan karena proses ini sangat penting untuk upaya keselamatan pasien.
Kata kunci: Sign In, Time Out, Sign Out, pasien Safety.

ABSTRACT

Patient Safety is a system where Hospital makes patient care become more savety. There
are 3 steps for injury prevention at a patient to operate for that is Sign In phase, Time Out,
Sign Out or referred as Surgical Safety Check List. purpose of research to know factors
which is have contribution to Safety patient in RSPB operation room. This Research
conducted in June 2011. Research design for this research was descriptive correlation, with
aim to to know there is correlation between Sign In factor, Time Out and Sign Out to Safety
patient. Technics sampel used total sampling for the sample of patient to be operated. The
sample of this research is counted 70 participants. This research used Surgical Check List
instruments sheet. This research use Chi-Square test to analyze. Research result
statistically shown there are meaningfull relation between Time Out with Safety patient (P.
value = 0.002). For while Between Sign In or Sign Out phase, there are no relation, but in
here this procedure remain to be done, because this process was importance for the patient
savety.
Keyword: Sign In, Time Out, Sign Out, Safety patient.

1
Perawat Ruang OK RS. Premiere Bintaro
2
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Jakarta I

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 234


PENDAHULUAN tindakan yang seharusnya diambil
(KKP-RS)
Rumah Sakit (RS) adalah institusi Kamar bedah merupakan suatu
yang kompleks sehingga kesalahan unit yang memberikan proses
memang bisa terjadi. Pada th 2000 pelayanan pembedahan yang banyak
IOM (institute of medicine) di Amerika mengandung resiko dan angka
Serikat menerbitkan laporan : “TO terjadinya kasus kecelakaan di kamar
ERR IS HUMAN, Building a Safer operasi sangat tinggi, jika dalam
Health System” (1) yang memuat 2 pelaksanaannya tidak memperhatikan
penelitian tentang KTD (kejadian tidak pasien, kesiapaan pasien, prosedur
diharapkan / Adverse Event) pada maka pasien akan cedera.
pasien di RS. Ditemukan angka KTD Petugas kesehatan tentu tidak
sebesar 2.9% dan 3.7% dengan bermaksud menyebabkan cedera
angka kematian 6.6% dan 13.6%. pasien, tetapi fakta tampak bahwa
dengan data ini kemudian dihitung setiap hari ada pasien yang
(ekstrapolasi) dari jumlah pasien mengalami KTD (kejadian tidak di
rawat inap di rumah sakit di Amerika harapkan), atau disebut juga Adverce
Serikat sebesar 33.6 juta per tahun Event (AE), maupun KNC (kejadian
didapat Angka kematian pasien rawat nyaris cedera) oleh sebab itu
inap akibat KTD tersebut di seluruh diperlukan program untuk lebih
Amerika Serikat berkisar 44.000 s/d memperbaiki proses pelayanan,
98.000 per tahun. Sebagai karena sebagian KTD merupakan
perbandingan angka kecelakaan lalu kesalahan dalam proses pelayanan
lintas pada tahun tersebut hanyalah yang sebetulnya dapat dicegah
43.458. Kemudian WHO dalam melalui rencana pelayanan yang
publikasi th 2004 (2) menampilkan komprehensif dengan melibatkan
angka KTD di rumah sakit dari pasien berdasarkan Haknya. Program
berbagai negara maju adalah sebesar tersebut kemudian dikenal dengan
3.2% s/d 16.6% pada pasien rawat patient safety (keselamatan pasien).
inap, berbagai publikasi untuk KTD, baik yang tidak dapat dicegah
mudahnya mengutipnya dengan (non error) maupun yang dapat
angka 10%. dan sebagian dari dicegah (error), berasal dari berbagai
padanya dapat meninggal. proses asuhan pasien.
WHO collaborating center for KNC merupakan suatu kesalahan
patient safety pada tanggal 2 mei akibat melaksanakan suatu tindakan
2007 resmi menerbitkan “Nine Life (commission), atau tidak mengambil
Saving Patient Safety Solution” tindakan yang seharusnya diambil
(sembilan solusi life saving (omission) yang dapat mencederai
keselamatan pasien di rumah sakit). pasien, tetapi cedera serius tidak
Panduan ini mulai disusun sejak terjadi, karena “keberuntungan”.
tahun 2005 oleh pakar keselamatan Solusi keselamatan pasien
pasien dan lebih 100 negara, dengan adalah sistem atau intervensi yang
mengindentifikasi dan mempelajari dibuat, maupun mencegah atau
berbagai masalah keselamatan mengurangi cedera pasien yang
pasien. Salah satunya adalah berasal dari proses pelayanan
pencegahan cedera pada pasien yang kesehatan.
akan menjalankan operasi. Pastikan tindakan yang benar
Pengertian pasien safety adalah pada sisi tubuh yang benar untuk
suatu sistem dimana rumah sakit menghindari penyimpangan yang
membuat asuhan pasien menjadi seharusnya dapat dicegah. Kasus-
lebih aman. Sistem ini mencegah kasus dengan prosedur yang keliru
terjadinya cedera yang disebabkan atau pembedahan sisi tubuh yang
oleh kesalahan akibat melaksanakan salah sebagaian besar adalah akibat
suatu tindakan atau tidak mengambil dari miskomunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 235


benar. Kerusakan komunikasi adalah sebelumnya, prosedur ini disebut
alasan umum untuk kesalahan di tahap Sign Out.
ruang operasi, serta selama Dari ketiga tahapan tersebut di
perawatan pra-dan pasca operasi. atas sesuai yang ditetapkan oleh
Jenis kegagalan komunikasi termasuk WHO yaitu “Surgical safety Check list”
kegagalan untuk mendengarkan atau sebagai alat untuk melakukan
mengumpulkan informasi dari pasien, program safe surgery save lives tahun
keluarga dan dokter lain dan 2005. Pengertian dari surgical safety
kegagalan untuk menyampaikan check list yaitu proses pengisian data
informasi yang relevan untuk status pasien hasil dari pengkajian yang
pasien. Hasilnya bisa membahayakan dilakukan oleh team bedah sebelum
yang signifikan atau bahkan kematian pasien masuk ke kamar operasi,
kepada pasien. Faktor yang paling sebelum insisi dan setelah operasi
banyak kontribusinya terhadap pada form “surgical safety check list”.
kesalahan macam ini adalah tidak ada Berdasarkan hal tersebut maka
atau kurangnya proses pra bedah di rumah sakit Premier Bintaro telah
yang distandarisasi. Jika saja diterapkan pencegahan cedera pada
diterapkan secara disiplin maka pasien yang akan menjalankan
kecelakaan kerja, kegagalan operasi operasi dengan memberlakukan
dan permasalahaan lain yang verifikasi/Sign In dan Time Out serta
menyangkut keselamatan pasien Sign Out. Sosialisasi telah dilakukan
niscaya dapat dikurangi. Inilah yang pada semua team yang terlibat mulai
kemudian dikenal dengan proses dari tenaga medis dan paramedik.
verifikasi, Sign In, Time Out, Sign Keberhasilan dalam penerapannya
Out terhadap pasien yang akan tentulah harus ada kesepakatan dan
mengalami pembedahan. kedisiplinan dalam menjalankan
Sesuai dengan kriteria yang kebijaksanaan yang diterapkan oleh
telah ditetapkan WHO: setidaknya Instansi. Bagaimana Rumah Sakit
ada 3 tahapan untuk mengecek yang mengeluarkan selogan “Pasien
kembali kondisi penderita selama ada Safety” tetapi tidak menjalankan
dilingkungan kamar operasi. Sign In, prosedur Surgical Safety Check List di
merupakan verifikasi pertama sesaat dalamnya?. Sejauh penilaian saya,
pasien tiba diruang terima atau ruang penerapan Surgical Safety Check List
persiapan. Bahkan pada check list sudah didilakukan dengan benar
yang disusun oleh WHO itu, team (sesuai prosedur) namun masih saja
diwajibkan pula untuk mengkonfirmasi ada kesalahan. Dengan demikian
lokasi (site marking) pada tubuh yang peneliti tertarik untuk mengajukan
akan dimanipulasi oleh pembedahan. penelitian tentang faktor-faktor yang
Dibagian mana, kiri atau kanan, berkontribusi terhadap Pasien safety
depan atau belakang serta konfirmasi karena pada proses sign in, time out,
kesiapan peralatan serta cara sign out adalah proses yang sangat
anestesi yang akan digunakan. beresiko terhadap pasien yang akan
Pada tahap lanjut, verifikasi menjalankan operasi jika tidak
dilaksanakan ketika pasien sudah dijalankan dengan benar
siap diatas meja operasi, sudah Berdasarkan uraian diatas
dalam keadaan terbius, dimana team tujuan penelitian ini untuk mengetahui
anestesi dalam keadaan siaga dan faktor-faktor yang berkontribusi
team bedah telah dalam posisi steril, terhadap pasien safety di kamar
fase ini disebut dengan Time Out. operasi Rumah Sakit Premier Bintaro.
Sesaat setelah selesai operasi,
sebelum pasien dikeluarkan dari DESAIN PENELITIAN
ruang operasi, dipastikan kembali
akan beberapa hal yang menyangkut Desain Jenis penelitian ini
nama prosedur yang telah dikerjakan merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan deskriftif. Pendekatan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 236


deskriftif digunakan untuk mengetahui PTM PDM
hubungan antara variabel bebas yaitu Jenis (Pasien (Pasien
Sign In, Time Out dan Sign Out Operasi tanpa dengan
dengan variabel terkait yaitu pasien Marker) Marker)
Safety di kamar operasi Rumah Sakit Bedah 12 -
kandungan
Premier Bintaro. Penelitian ini
Bedah 5 31
menggunakan pendekatan deskriftif umum
analitik yang sifatnya digunakan Bedah THT 3 19
sebagai konfirmasi untuk memperkuat Bedah 37
data kuantitatif sehingga dapat Orthoped
mengungkapkan peristiwa-peristiwa Bedah mata 8
riil di lapangan. Peka terhadap Bedah 26
informasi-informasi yang bersifat tumor
deskriftif dan berusaha Bedah 10
mempertahankan keutuhan objek plastik
yang di teliti dan untuk metode Bedah 15
pendekatan kualitatif yang dipakai syaraf
penelitian adalah menggunakan Jumlah 20 146
metode survai kepada tenaga
kesehatan (Dokter/Perawat) dan Pemilihan sampel di ruang operasi
pasien yang dioperasi di kamar dengan menggunakan tabel angka
operasi Rumah Sakit Premier Bintaro random (sudigdo, 2008). Jumlah
Populasi dalam penelitian ini sampel dari pasien yang di operasi
adalah pasien yang dilakukan operasi dengan pemberian Marker setelah
di Rumah Sakit Premier Bintaro. distrata sebanyak 50 pasien dengan
Sampel yang diambil pada penelitian menggunakan rumus Nursalam
ini adalah pasien yang di operasi yang (2003) :
dilakukan Site Marker pada lokasi n= N
operasi dan yang tidak diberi Marker 1+N(d)2
di Rumah Sakit Premier Bintaro. Pada
populasi dan sampel peneliti ingin keterangan : n : jumlah
lebih mengarah pada Surgical Marker
dengan alasan peneliti mengambil sampel
sampel pada pasien yang di operasi N : jumlah populasi
di RSPB yang dilakukan Surgical
Marker, karena Surgical Marker d : tingkat signifikansi
termasuk dalam proses Sign In, Time Diketahui :
Out, dan Sign Out yang sekarang ini Pasien tanpa Marker (PTM) = 20
belum berjalan efektif. Tehnik pasien
pengambilan sampel menggunakan Pasien dengan Marker (PDM) =
tehnik total sampling untuk pasien 146 pasien
yang dilakukan operasi tanpa Marker Total
berjumlah 20 pasien yang terdiri dari = 166 pasien
bedah kandungan 12 pasien, bedah n = 166
umum 5 pasien, bedah THT 3 pasien 1+166 (0,1)2
dan stratified random sampling untuk
pasien yang dilakukan Site Marker = 166
dari berbagai jenis operasi 2,66
diantaranya :
= 62 pasien + 10% =
68 pasien dibulatkan menjadi
70 pasien.

n PTM = 70 – 20 = 50 pasien

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 237


Jenis Pasien dengan tidak dilakukan dan 66 responden
Operasi pemberian Marker (94,3%) sign in dilakukan.
Bedah 31 31 x
umum 50 = 11 Time Out
146 Responden dari 70 sampel yang
Bedah 19 19 x diteliti 7 responden (10.0%) time out
THT 50 = 11 tidak dilakukan dan 63 responden
146 (90.0%) time out dilakukan.
Bedah 37 37 x Sign Out
Orthoped 50 = 13 Responden dari 70 sampel yang
146 diteliti 12 responden (17.1%) sign out
Bedah 8 8 x tidak dilakukan dan 58 responden
mata 50 = 3 (82.9%) sign out dilakukan.
146
Bedah 26 26 x Safety
tumor 50 = 9 Resmponden dari 70 sampel yang
146 diteliti 23 responden (32.9%)
Bedah 10 10 x menyatakan safety ada keluhan dan
plastik 50 = 3 47 responden (67.1%)menyatakan
146 safety tidak ada keluhan.
Bedah 15 15 x
syaraf 50 = 5 Hubungan Jenis Kelamin dengan
146 pasien safety
Jumlah 146 50 Berdasarkan tabel silang (cross
Pasien Pasien tabulation) dari 39 responden
dengan jenis kelamin laki-laki terlihat
Jadi sampel yang diambil dalam bahwa 8 responden (20,5%) Ada
penelitian untuk pasien diberi Marker keluhan dan 31 responden (79,5%)
adalah 50 pasien. tidak ada keluhan sedangkan dari 31
responden dengan jenis kelamin
HASIL PENELITIAN perempuan dapat dilihat bahwa 15
responden (48,4%) ada keluhan dan
Jenis Kelamin 16 responden (51,6%) tidak ada
Responden sebagian besar adalah keluhan.
laki-laki yaitu 39 responden (55,7%) Dari hasil uji statistik didapatkan
dan responden yang perempuan 31 nilai P Value = 0,014 berarti P Value
responden (44,3%). < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
Usia bermakna antara jenis kelamin
Responden yang berusia < 20 tahun dengan pasien safety di Rumah
yaitu 22 responden (31,4%) dan Sakit Premier Bintaro. Dari nilai OR
responden yang berusia > 20 tahun dapat disimpulkan bahwa responden
48 responden (68,6%). dengan jenis kelamin perempuan
0,275 kali akan berisiko memiliki
Pendidikan Responden keluhan dibandingkan dengan
Responden dari 70 sampel yang responden dengan jenis kelamin
diteliti 22 responden (31.4%) dengan laki-laki.
pendidikan rendah (SD, SMP, SMA)
dan 48 responden (68.6%) dengan Hubungan Usia dengan pasien
pendidikan tinggi (D3, S1) safety
Sign In Berdasarkan tabel silang (cross
Responden dari 70 sampel yang tabulation) dari 22 responden
diteliti 4 responden (5,7%) sign in dengan usia <20 tahun terlihat
bahwa 4 responden (18,2%) ada
keluhan dan 18 responden (81,8%)

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 238


tidak ada keluhan sedangkan dari 48 keluhan dan 2 responden (50,0%)
responden dengan usia > 20 tahun tidak ada keluhan sedangkan dari 66
dapat dilihat bahwa 19 responden responden dengan Sign In dilakukan
(39,6%) ada keluhan dan 29 dapat dilihat bahwa 21 responden
responden (60,40%) tidak ada (31.8%) ada keluhan dan 45
keluhan. responden (68,2%) tidak ada
Dari hasil uji statistik didapatkan keluhan.
nilai P Value = 0,077 berarti P Value Dari hasil uji statistik didapatkan
> 0,05, sehingga dapat disimpulkan nilai P Value = 0,452 berarti P Value
bahwa tidak terdapat hubungan > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
yang bermakna antara usia bahwa tidak terdapat hubungan
responden dengan pasien safety di yang bermakna antara sign in
Rumah Sakit Premier Bintaro. Dari dengan pasien safety di Rumah
nilai OR dapat disimpulkan bahwa Sakit Premier Bintaro. Dari nilai OR
responden dengan usia < 20 tahun dapat disimpulkan bahwa responden
0,077 kali cenderung tidak ada yang dilakukan sign in 2,143 kali
keluhan dibandingkan responden tidak mengalami gangguan
dengan usia dibandingkan dengan responden
yang tidak dilakukan sign in.
Hubungan Pendidikan dengan
Pasien Safety
Berdasarkan tabel silang (cross Hubungan Time Out dengan pasien
tabulation) diatas dari 22 responden safety
dengan pendidikan rendah (SD, Berdasarkan tabel silang (cross
SMP, SMA) terlihat bahwa 7 tabulation) dari 7 responden dengan
responden (31,8%) ada keluhan dan time out tidak dilakukan terlihat
15 responden (68,2%) tidak ada bahwa 6 responden (85,7%) ada
keluhan sedangkan dari 48 keluhan dan 1 responden (14,3%)
responden dengan pendidikan tinggi tidak ada keluhan sedangkan dari 63
(D3, S1) dapat dilihat bahwa 16 responden dengan time out
responden (33,3%) ada keluhan dan dilakukan dapat dilihat bahwa 17
32 responden (66,7%) tidak ada responden (27%) ada keluhan dan
keluhan. 46 responden (73%) tidak ada
keluhan.
Dari hasil uji statistik didapatkan Dari hasil uji statistik didapatkan
nilai P Value = 0,317 berarti P Value nilai P Value = 0,002 berarti P Value
> 0,05, sehingga dapat disimpulkan < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan bahwa terdapat hubungan yang
yang bermakna antara pendidikan bermakna antara time out dengan
responden dengan pasien safety di pasien safety di Rumah Sakit
Rumah Sakit Premier Bintaro. Dari Premier Bintaro. Dari nilai OR dapat
nilai OR dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa responden yang
responden dengan tingkat dilakukan time out 16,235 kali tidak
pendidikan rendah (SD/SMP/SMA) mengalami gangguan dibandingkan
0,933 kali cenderung tidak dengan responden yang tidak
mengalami gangguan dibandingkan dilakukan time out.
dengan responden dengan tingkat
pendidikan tinggi. Hubungan Sign Out dengan pasien
safety
Hubungan Sign In dengan pasien Berdasarkan tabel silang (cross
safety tabulation) diatas dari 12 responden
Berdasarkan tabel silang (cross dengan sign out tidak dilakukan
tabulation) dari 4 responden dengan terlihat bahwa 4 responden (33,3%)
Sign In tidak dilakukan terlihat ada keluhan dan 8 responden
bahwa 2 responden (50%) ada (66,7%) tidak ada keluhan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 239


sedangkan dari 58 responden yang berusia > 20 tahun 48
dengan sign out dilakukan dapat responden (68,6%).
dilihat bahwa 19 responden (32,8%)
ada keluhan dan 39 responden
(67.2,%) tidak ada keluhan. Pendidikan Responden
Dari hasil uji statistik didapatkan Tingkat pendidikan berpengaruh
nilai P Value = 0,969 berarti P Value pada tingkat pengetahuan,
> 0,05, sehingga dapat disimpulkan pengetahuan kesehatan akan
bahwa tidak terdapat hubungan berpengaruh kepada perilaku sebagai
yang bermakna antara sign out hasil jangka menengah (intermediate
dengan pasien safety di Rumah impact) dari pendidikan kesehatan,
Sakit Premier Bintaro. Dari nilai OR selanjutnya perilaku kesehatan akan
dapat disimpulkan bahwa responden berpengaruh pada meningkatnya
yang dilakukan sign out 1,026 kali indikator kesehatan masyarakat
tidak mengalami gangguan sebagai keluaran dari pendidikan
dibandingkan dengan responden kesehatan. (Notoatmodjo, 2003)
yang tidak dilakukan sign out. Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan di Rumah Sakit
Premier Bintaro dari 70 sampel yang
PEMBAHASAN diteliti 22 responden (31.4%) dengan
pendidikan rendah (SD, SMP, SMA)
Jenis Kelamin dan 48 responden (68.6%) dengan
Jenis kelamin adalah perbedaan pendidikan tinggi (D3, S1)
atas laki-laki dan perempuan. Peran
jenis kelamin yaitu dengan cara
dimana seseorang bertindak sebagai Sign In
wanita dan pria. Para ahli teoritis Sign in adalah saat dimana tim
pembelajaran sosial percaya bahwa operasi melakukan pengecekan benar
masyarakat mempengaruhi prilaku pasien, surat persetujuan dan
wanita dan pria dan merupakan memberi tanda area yang akan
sumber utama feminitas dan dioperasi. Sign in dilakukan sebelum
maskulinitas (Potter & Perry, 2005). induksi anestesi dilakukan. Tim
Berdasarkan hasil penelitian yang anestesi pada saat ini melakukan
penulis lakukan di Rumah Sakit konfirmasi secara detail tentang
Premier Bintaro bahwa responden puasa yang dilakukan oleh pasien dan
sebagian besar adalah laki-laki yaitu pengkajian jalan nafas, obat – obatan
39 responden (55,7%) dan responden yang akan diberikan, alat anestesi
yang perempuan 31 responden yang akan dipakai dan segala sesuatu
(44,3%). yang diperlukan dalam hal anestesi,
misalnya pemasangan oksimetri
harus dilakukan sebelum induksi
Usia anestesi dilakukan.
Umur berkaitan dengan tingkat Berdasarkan hasil penelitian yang
kedewasaan atau maturitas, dalam penulis lakukan di Rumah Sakit
arti semakin meningkat umur Premier Bintaro dari 70 sampel yang
seseorang akan meningkat pula diteliti 4 responden (5,7%) sign in
kedewasaan secara teknik maupun tidak dilakukan dan 66 responden
psikologis, serta semakin mampu (94,3%) sign in dilakukan.
melaksanakan tugasnya (Badudu-
Zain, 1994, hlm 1586).
Berdasarkan hasil penelitian yang Time Out
penulis lakukan di Rumah Sakit Time out adalah tahap
Premier Bintaro bahwa responden memastikan bahwa personil tim
yang berusia < 20 tahun yaitu 22 operasi telah mengetahui orang –
responden (31,4%) dan responden orang yang akan menjadi timnya saat

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 240


itu, tugas masing – masing, Sistem tersebut diharapkan dapat
pengecekan instrumen yang akan mencegah terjadinya cedera yang
dipakai, benar pasien dan benar disebabkan oleh kesalahan akibat
prosedur operasi. Time out dilakukan melaksanakan suatu tindakan atau
setelah induksi anestesi dan sebelum tidak melakukan tindakan yang
insisi pembedahan. Pada saat ini seharusnya dilakukan (panduan
dokter anestesi dan dokter bedah nasional keselamatan pasien RS,
menjalaskan hal – hal yang harus Depkes RI, 2006).
diperhatikan dan penting untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penulis lakukan di Rumah Sakit
radiologi yang dibutuhkan untuk Premier Bintaro dari 70 sampel yang
panduan pembedahan harus sudah diteliti 23 responden (32.9%)
tersedia dan antibiotik atau obat – menyatakan safety ada keluhan dan
obatan premedikasi yang harus 47 responden (67.1%)menyatakan
didapatkan oleh pasien telah safety tidak ada keluhan.
diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang Hubungan Jenis Kelamin dengan
penulis lakukan di Rumah Sakit pasien safety
Premier Bintaro dari 70 sampel yang Berdasarkan hasil penelitian yang
diteliti 7 responden (10.0%) time out penulis lakukan di Rumah Sakit
tidak dilakukan dan 63 responden Premier Bintaro dari 39 responden
(90.0%) time out dilakukan. dengan jenis kelamin laki-laki terlihat
bahwa 8 responden (20,5%) Ada
keluhan dan 31 responden (79,5%)
Sign Out tidak ada keluhan sedangkan dari 31
Sign out adalah saat akhir responden dengan jenis kelamin
operasi seperti penghitungan kassa perempuan dapat dilihat bahwa 15
yang terakhir, penghitungan responden (48,4%) ada keluhan dan
instrumen, bahan yang akan diperiksa 16 responden (51,6%) tidak ada
di laboretorium dan rencana tindakan keluhan.
yang harus dilakukan pada pasien
setelah operasi. Sign out dilakukan James (dalam Smith, 1968)
segera setelah luka operasi ditutup mengatakan bahwa perempuan
tetapi sebelum pasien dipindahkan ke lebih mudah dipengaruhi oleh
Recovery Room ( RR ). tekanan-tekanan lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian yang daripada laki-laki. Perempuan juga
penulis lakukan di Rumah Sakit lebih cemas, kurang sabar, dan
Premier Bintaro dari 70 sampel yang mudah mengeluarkan air mata
diteliti 12 responden (17.1%) sign out (Cattel, dalam Smith, 1968). Lebih
tidak dilakukan dan 58 responden jauh lagi, dalam berbagai studi
(82.9%) sign out dilakukan. kecemasan secara umum,
menyatakan bahwa perempuan lebih
Pasien Safety cemas daripada laki-laki (Maccoby
Pengertian keselamatan Pasien dan Jacklin, 1974). Morris (dalam
Safety (Patient Safety) rumah sakit Leary, 1983) menyatakan bahwa
adalah suatu sistem dimana rumah perempuan memiliki skor yang lebih
sakit membuat asuhan pasien lebih tinggi pada pengukuran ketakutan
aman. Sistem tersebut meliputi : dalam situasi sosial dibanding laki-
assessmen resiko, identifikasi dan laki.
pengolahan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan Dari hasil uji statistik didapatkan
analisis insiden, kemampuan belajar nilai P Value = 0,014 berarti P Value
dari insiden dan tindaklanjutnya serta < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
implementasi solusi untuk bahwa terdapat hubungan yang
meminimalkan timbulnya resiko. bermakna antara jenis kelamin

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 241


dengan pasien safety di Rumah SMP, SMA) terlihat bahwa 7
Sakit Premier Bintaro. Dari nilai OR responden (31,8%) ada keluhan dan
dapat disimpulkan bahwa responden 15 responden (68,2%) tidak ada
dengan jenis kelamin perempuan keluhan sedangkan dari 48
0,275 kali akan berisiko memiliki responden dengan pendidikan tinggi
keluhan dibandingkan dengan (D3, S1) dapat dilihat bahwa 16
responden dengan jenis kelamin responden (33,3%) ada keluhan dan
laki-laki. 32 responden (66,7%) tidak ada
keluhan.
Hubungan Usia dengan pasien Tingkat pendidikan berpengaruh pada
safety tingkat pengetahuan, pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang kesehatan akan berpengaruh kepada
penulis lakukan di Rumah Sakit perilaku sebagai hasil jangka
Premier Bintaro dari 22 responden menengah (intermediate impact) dari
dengan usia <20 tahun terlihat pendidikan kesehatan, selanjutnya
bahwa 4 responden (18,2%) ada perilaku kesehatan akan berpengaruh
keluhan dan 18 responden (81,8%) pada meningkatnya indikator
tidak ada keluhan sedangkan dari 48 kesehatan masyarakat sebagai
responden dengan usia < 20 tahun keluaran dari pendidikan kesehatan.
dapat dilihat bahwa 19 responden (Notoatmodjo, 2003)
(39,6%) ada keluhan dan 29
responden (60,40%) tidak ada Dari hasil uji statistik didapatkan
keluhan. nilai P Value = 0,317 berarti P Value
Teori penuan menyebutkan umur > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
sangat berpengaruh dalam proses bahwa tidak terdapat hubungan
perkembangan luka. Semakin tua yang bermakna antara pendidikan
seseorang maka proses responden dengan pasien safety di
perkembangan luka akan semakin Rumah Sakit Premier Bintaro. Dari
lama karena terdapat penurunan nilai OR dapat disimpulkan bahwa
fungsi organ. Usia 45-64 tahun responden dengan tingkat
merupakan usia dewasa tua lansia pendidikan rendah (SD/SMP/SMA)
bersiko tinggi mengalami luka 0,933 kali cenderung tidak
diabetes dan mengalami mengalami gangguan dibandingkan
perlambatan perkembangan luka dengan responden dengan tingkat
(Frykberg, Robert G, 1999. pendidikan tinggi.
Dari hasil uji statistik didapatkan
nilai P Value = 0,077 berarti P Value
> 0,05, sehingga dapat disimpulkan Hubungan Sign In dengan pasien
bahwa tidak terdapat hubungan safety
yang bermakna antara usia Berdasarkan hasil penelitian yang
responden dengan pasien safety di penulis lakukan di Rumah Sakit
Rumah Sakit Premier Bintaro. Dari Premier Bintaro dari 4 responden
nilai OR dapat disimpulkan bahwa dengan Sign In tidak dilakukan
responden dengan usia < 20 tahun terlihat bahwa 2 responden (50%)
0,077 kali cenderung tidak ada ada keluhan dan 2 responden
keluhan dibandingkan responden (50,0%) tidak ada keluhan
dengan usia > 20 tahun. sedangkan dari 66 responden
dengan Sign In dilakukan dapat
dilihat bahwa 21 responden (31.8%)
Hubungan Pendidikan dengan ada keluhan dan 45 responden
Pasien Safety (68,2%) tidak ada keluhan.
Berdasarkan hasil penelitian yang Sign in dimulai oleh koordinator ceklist
penulis lakukan di Rumah Sakit dengan menanyakan secara verbal
Premier Bintaro dari 22 responden kepada pasien (jika memungkinkan),
dengan pendidikan rendah (SD, melakukan konfirmasi nama lengkap

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 242


pasien, tanggal lahir, prosedur yang sesaat waktu time out dilakukan.
akan dilakukan, bagian / sisi yang Perawat sirkuler akan membacakan
akan dioperasi dan memastikan dengan jelas identitas pasien ( nama,
pasien sudah manandatangani surat tanggal lahir, no. MR ), jenis operasi,
persetujuan. Koordinator ceklist bagian / sisi yang akan dioperasi dan
kemudian melihat apakah bagian / sisi menanyakan kembali hal – hal
yang akan dioperasi telah ditandai penting yang harus disediakan untuk
(jika tanda sudah dibuat) dan pulse pasien seperti : implant yang akan
oxymetry telah terpasang dan dipasang hasil radioligi, obat – obat
dipastikan berfungsi dengan baik. premedikasi
Koordinator ceklist akan melaporkan Dari hasil uji statistik didapatkan
kondisi pasien dengan ahli anestesi ( nilai P Value = 0,002 berarti P Value
penata atau dokter ) mengenai resiko < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
perdarahan, kesulitan jalan nafas, bahwa terdapat hubungan yang
adanya alergi dan masalah lain yang bermakna antara time out dengan
berhubungan dengan pasien. pasien safety di Rumah Sakit
Dari hasil uji statistik didapatkan Premier Bintaro. Dari nilai OR dapat
nilai P Value = 0,452 berarti P Value disimpulkan bahwa responden yang
> 0,05, sehingga dapat disimpulkan dilakukan time out 16,235 kali tidak
bahwa tidak terdapat hubungan mengalami gangguan dibandingkan
yang bermakna antara sign in dengan responden yang tidak
dengan pasien safety di Rumah dilakukan time out.
Sakit Premier Bintaro. Dari nilai OR
dapat disimpulkan bahwa responden
yang dilakukan sign in 2,143 kali Hubungan Sign Out dengan pasien
tidak mengalami gangguan safety
dibandingkan dengan responden Berdasarkan hasil penelitian yang
yang tidak dilakukan sign in. penulis lakukan di Rumah Sakit
Premier Bintaro dari 12 responden
dengan sign out tidak dilakukan
Hubungan Time Out dengan pasien terlihat bahwa 4 responden (33,3%)
safety ada keluhan dan 8 responden
Berdasarkan hasil penelitian yang (66,7%) tidak ada keluhan
penulis lakukan di Rumah Sakit sedangkan dari 58 responden
Premier Bintaro dari 7 responden dengan sign out dilakukan dapat
dengan time out tidak dilakukan dilihat bahwa 19 responden (32,8%)
terlihat bahwa 6 responden (85,7%) ada keluhan dan 39 responden
ada keluhan dan 1 responden (67.2,%) tidak ada keluhan.
(14,3%) tidak ada keluhan Sign out dimulai dengan seluruh
sedangkan dari 63 responden tim operasi akan review bersama –
dengan time out dilakukan dapat sama operasi yang telah dilakukan,
dilihat bahwa 17 responden (27%) kelengkapan kassa dan instrumen,
ada keluhan dan 46 responden menempatkan jaringan dalam
(73%) tidak ada keluhan. kontainer yang sesuai dan
Time out dimulai dengan semua memberikan label yang benar dan
anggota tim operasi menyebutkan mencatat kerusakan alat yang terjadi
nama dan peran masing – masing saat operasi untuk dilaporkan.
dalam operasi tersebut, jika tim Langkah akhir tim operasi akan
operasi sudah saling mengenal maka memastikan telah dibuat perencanaan
mereka hanya perlu memastikan dan management pasien setelah
bahwa semua tim telah ada dalam operasi, setelah itu pasien bisa
satu ruangan yang akan dipakai untuk dibawa ke RR.
operasi saat itu dan telah mengetahui Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
tugas masing – masing. Semua tim P Value = 0,969 berarti P Value >
harus menghentikan kegiatan untuk 0,05, sehingga dapat disimpulkan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 243


bahwa tidak terdapat hubungan P. value > 0.05 sehingga dapat
yang bermakna antara sign out disimpulkan bahwa tidak terdapat
dengan pasien safety di Rumah hubungan yang bermakna antara
Sakit Premier Bintaro. Dari nilai OR usia dengan pasien Safety. Untuk
dapat disimpulkan bahwa responden usia < 20 tahun cenderung tidak
yang dilakukan sign out 1,026 kali ada keluhan dibanding responden
tidak mengalami gangguan dengan usia > 20 tahun.
dibandingkan dengan responden c. Tingkat Pendidikan
yang tidak dilakukan sign out. Data pendidikan berdasarkan uji
statistik didapatkan P. value =
0.317 berarti P. value > 0.05
KETERBATASAN PENELITIAN sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang
Peneliti menyadari bahwa penelitian bermakna antara tingkat
yang dilakukan masih banyak pendidikan dengan pasien Safety.
terdapat kekurangan meliputi : Pendidikan yang lebih rendah (SD,
1. Penelitian ini tidak semua SMP, SMA) tidak mengalami
responden dilakukan (diobservasi) gangguan dibanding responden
secara langsung oleh peneliti dengan tingkat pendidikan tinggi
karena keterbatasan waktu, oleh (D3, S1)
karena itu peneliti berharap pada d. Sign In
penelitian selanjutnya penelitian Data Sign In berdasarkan uji
melalui observasi secara langsung statistik didapatkan nilai P. value =
2. Penelitian kasus pasien safety di 0.452 berarti P. value > 0.05
kamar operasi tentang surgical sehingga dapat disimpulkan bahwa
safety check list sebelumnya tidak tidak terdapat hubungan yang
ada (belum dilakukan oleh peneliti bermakna antara Sign In dengan
lain) jadi peneliti kurang ada pasien Safety. Dari nilai OR bahwa
gambaran. responden yang tidak dilakukan
Sign In.
KESIMPULAN e. Time Out
Data Time Out berdasarkan uji
Data yang diperoleh dari 70 statistik didapatkan nilai P. value =
responden yang melakukan operasi di 0.002 berarti P. value < 0.05
Rumah Sakit Premier Bintaro pada sehingga dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang berjudul “Analisis terdapat hubungan yang bermakna
Faktor-faktor yang berkontribusi antara Time Out dengan pasien
terhadap pasien Safety di kamar Safety. Dari nilai OR dapat
operasi Rumah Sakit Premier Bintaro” disimpulkan bahwa responden
yang dilakukan pada bulan Juni 2011 yang dilakukan Time Out tidak
didapatkan hasil sebagai berikut : mengalami gangguan dibanding
a. Jenis Kelamin responden yang tidak dilakukan
Data jenis kelamin berdasarkan uji Time Out.
statistik didapatkan P. value =
0.014 berarti P. value < 0.05 f. Sign Out
sehingga dapat disimpulkan bahwa Data Sign Out berdasarkan uji
terdapat hubungan yang bermakna statistik didapatkan P. value =
antara jenis kelamin dengan 0.969 berarti P. value > 0.05
pasien Safety. Untuk jenis kelamin sehingga dapat disimpulkan bahwa
perempuan lebih beresiko memiliki tidak terdapat hubungan yang
keluhan dibanding jenis kelamin bermakna antara Sign Out dengan
laki-laki. pasien Safety. Dari nilai OR dapat
b. Usia disimpulkan bahwa responden
Data usia berdasarkan uji statistik yang dilakukan Sign Out tidak
didapatkan P. value = 0.077 berarti mengalami gangguan dibanding

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 244


responden yang tidak dilakukan DAFTAR PUSTAKA
Sign Out.
Depkes, (2006). Panduan Nasional
Dalam proses Sign In, Time Out, keselamatan pasien RS (Patient
Safety) – jakarta : Depkes RI.
maupun Sign Out walaupun
ketiganya ada atau tidak ada Depkes, (2008). Panduan Nasional
hubungan yang bermakna bukan keselamatan pasien RS (Patient
berarti tidak dijalankan pada Safety) edisi 2. Jakarta : Depkes
pasien yang akan dilakukan RI.
operasi dikarenakan proses ini WHO, (2004). World Alliance for Patient
sangat penting untuk upaya Safety, World Health organization
keselamatan pasien. Surgical : Geneva.
Safety Check List berdasarkan
Yahya Adib A. (2006) permasalahan Pasien
WHO, 2005 yang berupaya Sign Safety di kamar operasi /bedah.
In, Time Out, dan Sign Out sebagai
acuan dalam komunikasi Panduan Nasional keselamatan pasien RS
perioperatif antara tim kesehatan. (Patient Safety). 2005.
Surgical Safety Check List adalah
http://.marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/
instrument yang harus diisi. 07.
Surgical Safety Check List dibuat
sebagai alat bantu untuk dokter Burn & Grove (2001). Prachise of Nursy
bedah, dokter anestesi, perawat research : anduct, Critique and
Utilization. Philadelpia : W.B.Souaders
bedah dan pasien dalam Company.
meningkatkan keamanan operasi
dan mencegah komplikasi atau Meeting the International Patient Safety Goals.
kematian karena tindakan
pembedahan. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Selemba
Medika.
SARAN
Joint Commission Resouces : Physicians and
1. Bagi Rumah Sakit yang belum the Universal Protokol. Joint
menerapkan prosedur Surgical Commission : The Source 2:3-4, Sep.
Safety Check List dikamar 2004.
operasi mohon segera American Academy of Orthopedic Surgeons :
menerapkan prosedur ini, karena Sign Your Site : Wrong-Site
dengan menggunakan prosedur Surgery.
ini mencegah atau mengurangi http://www5.aaos.org/wrong/views
crp.cfm (accessed May 10, 2006.)
cedera pasien yang berasal dari
proses pelayanan kesehatan.

2. Hasil penelitian ini dapat


digunakan sebagai data dasar
untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang mengidentifikasi
faktor-faktor yang lebih
berpengaruh terhadap pasien
Safety.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 245

Anda mungkin juga menyukai