Anda di halaman 1dari 14

JMPF Vol. 8 No.

4 : 175 – 188
ISSN-p : 2088-8139
ISSN-e : 2443-2946

Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat Berdasarkan Persamaan


Jelliffe pada Pasien dengan Acute Kidney Injury

Drug Dosing Rationality Based on Jelliffe Equation in Acute Kidney Injury

Dealinda Husnasya1, Mawardi Ihsan2*


1.Program Sarjana Program Studi Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2.Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Submitted: 22-10-2018 Revised: 20-12-2018 Accepted: 20-12-2018
Korespondensi : Mawardi Ihsan : Email : mawardi_ihsan@ugm.ac.id

ABSTRAK
Pasien dengan Acute Kidney Injury (AKI) mengalami perubahan fungsi ginjal yang tidak stabil yang
ditandai dengan ketidakstabilan nilai kreatinin serum sehingga memengaruhi konsentrasi obat di dalam
tubuh. Oleh karena itu, penyesuaian dosis dan frekuensi obat menjadi perhatian penting. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proporsi regimen dosis obat yang rasional pada pasien rawat inap dengan
AKI. Penelitian ini merupakan studi observasi retrospektif dengan rancangan cross sectional.
Pengumpulan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling terhadap pasien yang dirawat
inap dengan AKI selama 1 Januari s.d. 31 Desember 2017. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk
melihat proporsi dan gambaran rasionalitas regimen dosis obat-obat yang diberikan untuk pasien.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi regimen dosis obat-obat yang rasional yang diberikan pada 100 pasien rawat inap dengan
AKI adalah sebesar 60,00% berdasarkan literatur dan 94,12% berdasarkan perhitungan konsentrasi tunak
prediktif. Ketidakrasionalan regimen dosis karena interval pemberian sebesar 52,84%; dosis satu kali
pemberian sebesar 17,05%; dan karena keduanya sebesar 30,11%. Ketidakrasionalan berdasarkan
konsentrasi tunak prediktif menunjukkan bahwa kadar obat dalam darah kurang adalah sebesar 33,33%
dan kadar obat berlebih 66,67%. Proporsi regimen dosis obat-obat yang rasional yang diberikan pada 100
pasien rawat inap dengan AKI berdasarkan literatur dan perhitungan konsentrasi tunak prediktif terbilang
cukup tinggi. Namun demikian, beberapa regimen dosis masih diresepkan secara tidak rasional dengan
bentuk ketidakrasionalan tersebut umumnya berupa interval pemberian yang tidak rasional dengan kadar
obat yang berlebih.
Kata kunci: rasionalitas, regimen dosis, persamaan Jelliffe, acute kidney injury.

ABSTRACT
Patients with Acute Kidney Injury (AKI) experience changes in unstable kidney function which is
characterized by instability of serum creatinine values that affect the concentration of drugs in the body.
Therefore, adjusting the dosage and frequency of the drug is an important concern. This study aimed to
determine the proportion of rational drug dosage regimens in hospitalized patients with AKI. This research
was a retrospective observation study with cross sectional design. Sample collection was carried out using
simple random sampling method for patients who were hospitalized with AKI during January 1st till
December 31, 2017. Data analysis was carried out descriptively to see the proportion and description of
the rationality of each dosage regimen given to patients. This research was conducted at the dr. Sardjito
General Hospital Yogyakarta. The results showed that the proportion of rational drug dosage regimens
given to 100 inpatients with AKI was 60.00% based on literature and 94.12% based on predictive steady-
state concentration calculation. Irrationality of the dosing regimen because of administration interval was
52.84%; because of dose was 17.05%; and because of both were 30.11%. The irrationality based on
predictive steady concentration showed that drug concentration below minimum effective concentration
was 33.33% and over minimum toxic concentration was 66.67%. The proportion of rational drug dosage
regimens given to 100 inpatients with AKI based on literature and calculation of predictive steady-state
concentrations were quite high. However, some dosing regimens were still irrationally prescribed with
the irrationality form were generally in the form of irrational delivery interval with excessive drug
concentration.
Keywords: rationality, dose regimens, Jelliffe equation, acute kidney injury

JMPF Vol 8(4), 2018 175


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

PENDAHULUAN penelitian pada pasien dengan penurunan


Sebuah penelitian yang dilakukan pada fungsi ginjal secara umum. Beberapa
populasi pasien gagal ginjal akut (Acute Kidney penelitian di antaranya adalah penelitian yang
Injury, AKI) mencatat insiden tahunan karena dilakukan oleh Sinaga yang menunjukkan
AKI sebesar 2.147 pasien per satu juta populasi 85,71% penggunaan antibiotik tepat dosis
1. Penelitian lain mengatakan pasien AKI yang
pada pasien rawat inap, penelitian yang
tidak membutuhkan maupun membutuhkan dilakukan oleh Sihombing mengatakan 11 dari
dialisis masing-masing sebesar 3.841 dan 244 19 pasien wanita dan 14 dari 24 pasien pria
pasien per satu juta populasi2. menggunakan dosis digoksin yang melebihi
Angka kematian pasien yang kadar maksimal, dan penelitian yang
didiagnosis AKI adalah sekitar 23,9% pada dilakukan oleh Fahimi yang mengungkapkan
orang dewasa dan 13,8% pada anak-anak 3. bahwa selain dosis pemberian, frekuensi
Pasien sakit kritis dengan AKI berat yang pemberian yang tidak sesuai pada pasien
membutuhkan Renal Replacement Therapy gangguan ginjal juga ditemukan sebesar
(RRT) seperti hemodialisis juga memiliki 90,51% dari 158 kasus penggunaan antibiotik
angka ketergantungan dialisis ketika keluar yang tidak rasional9–11.
rumah sakit sebesar 13-29%4. Komplikasi pada Penelitian tentang pendosisan obat
AKI meliputi hiperkalemia, metabolik pada AKI yang telah dilakukan di antaranya
asidosis, perdarahan saluran pencernaan, adalah penelitian yang dilakukan oleh McCoy
infeksi, dan komplikasi jantung5. Secara yang mengevaluasi penggunaan intervensi
signifikan, pasien dengan AKI diketahui terkomputerisasi untuk meningkatkan
membutuhkan lama rawat inap sebesar 5-9 manajemen obat pada AKI dan Awdishu yang
hari dan biaya yang dikeluarkan untuk pasien menilai tingkat ketidakseimbangan dosis
dengan AKI sebesar 7.690 dolar AS6. antimikroba pada AKI menggunakan
Pasien dengan AKI mengalami persamaan pengestimasi laju filtrasi
perubahan fungsi ginjal yang tidak stabil yang glomerulus (Glomerular Filtration Rate, GFR)
ditandai dengan ketidakstabilan nilai yang berbeda12,13. Penyesuaian dosis dan
kreatinin serum sehingga memengaruhi frekuensi pada pasien dengan AKI
konsentrasi obat di dalam tubuh7. merupakan perhatian penting terutama pada
Penggunaan obat pada pasien dengan fungsi obat-obat yang mungkin sering digunakan
ginjal yang menurun dapat memperburuk dan memiliki jalur eliminasi utama di ginjal 14,
kondisi penyakit karena beberapa alasan namun demikian belum ada penelitian yang
yakni: 1) menimbulkan toksisitas obat akibat secara langsung meneliti rasionalitas
ginjal gagal untuk mengekskresi obat atau pendosisan obat-obat pada pasien dengan
metabolitnya, 2) sensitivitas terhadap AKI. Oleh karena itu, penelitian bertujuan
beberapa obat meningkat, 3) timbul efek meneliti rasionalitas pendosisan obat pada
samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien dengan AKI.
pasien gagal ginjal, dan 4) beberapa obat tidak
lagi efektif. Sebagian besar masalah ini dapat METODE
dihindari salah satunya dengan melakukan Rancangan Penelitian
penyesuaian dosis8. Penelitian ini merupakan studi
Namun demikian, penelitian tentang observasi retrospektif dengan rancangan cross
pendosisan obat pada pasien dengan AKI atau sectional. Pengumpulan sampel dilakukan
pasien dengan fungsi ginjal yang tidak stabil dengan metode simple random sampling
belum banyak dilakukan. Sampai saat ini terhadap pasien rawat inap dengan AKI.
penelitian yang banyak dilakukan adalah Analisis data dilakukan secara deskriptif

176 JMPF Vol 8(4), 2018


Dealinda Husnasya and Mawardi Ihsan

untuk melihat proporsi dan gambaran rawat inap selama periode 1 Januari 2017
rasionalitas regimen dosis tiap obat yang sampai dengan 31 Desember 2017.
diberikan untuk pasien. Penelitian ini Pengambilan sampel dilakukan dengan
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. metode simple random sampling terhadap daftar
Sardjito Yogyakarta dengan waktu rekam medik pasien dengan AKI (ICD-10
pengambilan data Maret s.d. April 2018. N.17) yang memuat nomor rekam medik serta
tanggal masuk dan tanggal keluar pasien.
Populasi dan Sampel Penelitian Data pasien menurut nomor rekam medik
Populasi penelitian ini adalah semua yang memenuhi kriteria eksklusi setelah
pasien yang terdiagnosis AKI dengan kode dilakukan sampling tidak diambil sehingga
ICD-10 N.17 selama dirawat inap selama pengambilan data dilakukan pada 100 rekam
periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 medik sebagai jumlah sampel yang memenuhi
Desember 2017. Sampel penelitian ini adalah kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam
sejumlah pasien sesuai hasil perhitungan kriteria eksklusi.
besar sampel yang memenuhi kriteria inklusi Klirens kreatinin pasien dihitung
dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi menggunakan rumus Jelliffe. Regimen dosis
yang telah ditetapkan. Kriteria inklusi yang diperoleh dibandingkan dengan regimen
penelitian ini yaitu pasien berusia ≥18 tahun, dosis yang seharusnya diberikan berdasarkan
dengan atau tanpa hemodialisis, memiliki klirens kreatinin pasien yang tercantum dalam
keterangan dosis dan interval dosis obat yang Drug Information Handbook (DIH) tahun 2017.
lengkap, serta lama rawat inap tidak lebih dari Parameter farmakokinetik beberapa obat
14 hari6. Kriteria eksklusi penelitian adalah terbanyak yang membutuhkan penyesuaian
pasien dengan pemeriksaan kreatinin serum dosis didapat dari literatur untuk menghitung
(SCr) hanya satu kali selama dirawat inap, konsentrasi tunak maksimal (Cmaks ss) dan
tidak mendapat obat yang membutuhkan konsentrasi tunak minimal (Cmin ss)
penyesuaian dosis menurut literatur, dan prediktif. Kedua konsentrasi tunak tersebut
tidak memiliki data berat badan dan tinggi dibandingkan dengan rentang terapi yang
badan yang lengkap. diketahui dari literatur.
Penentuan besar jumlah sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus besar Analisis Data
sampel15 : Data numerik diolah dalam bentuk
desimal, sedangkan data yang bersifat
Z1−α⁄2 2 P(1 − P) . N kategori diolah dalam bentuk proporsi. Kedua
n=
d2 (N − 1) + Z1−α⁄2 2 P(1 − P) jenis data kemudian disajikan dalam bentuk
tabel.
dengan nilai N (populasi AKI dalam Nilai berat badan, usia, SCr pertama
penelitian) yang diketahui adalah 1.222 dan dan kedua, dan interval waktu pengambilan
nilai P (proporsi dosis obat yang rasional) dan SCr pertama dan kedua pasien dimasukkan ke
d (presisi) yang ditetapkan masing-masing dalam perhitungan klirens kreatinin dengan
adalah 0,5 dan 0,1; maka jumlah minimal menggunakan persamaan Jelliffe sebagai
sampel yang diperlukan adalah 90 pasien. berikut :

𝑠𝑠
Jalannya Penelitian 𝐸𝑐𝑜𝑟𝑟 = 𝐸 𝑠𝑠 (1,035 − 0,0337[𝑆𝐶𝑟])
Penelitian ini dilakukan menggunakan
rancangan cross sectional dengan cara 𝑠𝑠
(4 . 𝐼𝐵𝑊 . [𝑆𝐶𝑟2 − 𝑆𝐶𝑟1 ])
𝐸 = 𝐸𝑐𝑜𝑟𝑟
mengambil data dari rekam medik pasien ∆𝑡

JMPF Vol 8(4), 2018 177


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

𝐸 Regimen dosis dikatakan tidak rasional jika


𝐶𝑟𝐶𝑙(𝑚𝐿⁄𝑚𝑖𝑛 ⁄1,73 𝑚2 ) =
(14,4 . 𝑆𝐶𝑟) kadar obat berlebih atau kurang. Kadar obat
berlebih dikatakan jika Cmaks ss sama dengan
dengan Ess = Wt ([29,3 – 0,203 [usia]) pada laki- atau melebihi konsentrasi toksik minimal
laki dan Ess = Wt ([25,1 – 0,175 [usia]) pada (KTM) dan kadar obat kurang dikatakan jika
perempuan. Berat badan ideal (Ideal Body Cmin ss kurang dari konsentrasi efektif
Weight, IBW) digunakan apabila pasien minimal (KEM). Perhitungan proporsi dan
memiliki kelebihan berat badan tingkat berat gambaran rasionalitas regimen dosis
dengan indeks massa tubuh (IMT) >27 kg/m2 dilakukan dengan rumus: jumlah penggunaan
seperti mengacu pada Pedoman Pelayanan obat yang rasional dibagi dengan jumlah
Gizi di Puskesmas16. penggunaan obat total dikali seratus persen.
Regimen dosis hasil penyesuaian yang
seharusnya diberikan untuk pasien diketahui HASIL DAN PEMBAHASAN
dari studi literatur menggunakan DIH tahun Perubahan fungsi ginjal yang fluktuatif
2017. Rasionalitas regimen dosis ditentukan yang ditandai secara khas dengan
dengan cara membandingkan regimen dosis ketidakstabilan nilai kreatinin serum umum
yang diterima pasien dengan regimen dosis terjadi pada pasien dengan AKI. Acute Kidney
hasil penyesuaian yang seharusnya diberikan Injury merupakan kondisi patologi di mana
untuk pasien. Regimen dosis meliputi dosis fungsi ginjal mengalami penurunan dengan
sekali pemberian dan interval dosis cepat dan bersifat reversibel. Konsentrasi obat
pemberian. Regimen dosis yang diterima di dalam darah terpengaruh akibat fungsi
pasien dikatakan rasional jika sama dengan ginjal yang tidak stabil tersebut. Penyesuaian
atau mendekati regimen dosis hasil regimen dosis obat-obat yang jalur eliminasi
penyesuaian yang seharusnya diberikan utamanya melalui ginjal menjadi perhatian
berdasarkan literatur. Ketidakrasionalan penting karena alasan tersebut sehingga
meliputi dosis satu kali pemberian, interval penelitian ini mencoba mengetahui proporsi
pemberian obat, atau keduanya bernilai lebih regimen dosis obat yang rasional pada pasien
dari atau kurang dari hasil penyesuaian yang rawat inap dengan AKI.
seharusnya diberikan berdasarkan literatur. Populasi pasien dewasa (usia ≥ 18
Penilaian rasionalitas regimen dosis tahun) dengan diagnosis AKI yang dirawat
juga dilakukan dari sisi farmakokinetika klinik inap di RSUP. dr. Sardjito selama periode 1
dengan menghitung Cmaks ss dan Cmin ss Januari 2017 hingga 31 Desember 2017 tercatat
prediktif beberapa obat dengan proporsi sejumlah 1.222 orang. Rekam medik yang
regimen dosis yang tidak rasional terbesar diambil sebanyak 175 rekam medik. Sebanyak
(berdasarkan literatur). Parameter 75 rekam medik masuk dalam kriteria eksklusi
farmakokinetik yang didapat dari literatur karena pemeriksaan nilai SCr hanya
dimasukkan ke dalam rumus perhitungan dilakukan satu kali selama dirawat inap,
Cmaks ss dan Cmin ss sesuai rute pemberian pasien tidak mendapat obat yang
obat masing-masing. membutuhkan penyesuaian dosis menurut
Nilai Cmaks ss dan Cmin ss literatur, dan atau data berat badan dan tinggi
dibandingkan dengan rentang terapi tiap obat badan tidak lengkap. Data rekam medik yang
untuk menilai rasionalitas regimen dosis. menjadi sampel penelitian adalah sebanyak
Regimen dosis dikatakan rasional apabila 100 data rekam medik yang memenuhi kriteria
Cmaks ss dan Cmin ss berada dalam inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria
konsentrasi rentang terapi obat. eksklusi.

178 JMPF Vol 8(4), 2018


Dealinda Husnasya and Mawardi Ihsan

Tabel I. Karakteristik Sampel Penelitian


Rerata ± SD
Karakteristik
(N=100)
Usia (tahun) 58,00 ± 14,00
Berat Badan (kg) 58,00 ± 13,00
Tinggi Badan (cm) 159,00 ± 8,00
Indeks Masa Tubuh (kg/m2) 22,68 ± 4,59
Lama Rawat Inap (hari) 9,00 ± 3,00
Jumlah Obat yang Diterima tiap Pasien 11,00 ± 5,00
Serum Kreatinin (mg/dL) (N=279) 2,73 ± 2,28
Klirens Kreatinin (mL/menit) (N=179) 31,93 ± 20,75
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-laki 60 (60)
Perempuan 40 (40)
Kelompok Usia, n (%)
Dewasa (18-44 tahun) 14 (40)
Pralansia (45-59 tahun) 38 (38)
Lansia (60-69 tahun) 24 (24)
Lansia Risiko Tinggi (≥70 tahun) 24 (24)
Indeks Masa Tubuh (kg/m2), n (%)
Kurus (<18,5) 17 (17)
Normal (18,5–25,0) 58 (58)
Gemuk (25,1–27) 11 (11)
Obesitas (>27) 14 (14)
Penyakit Lain**, n (%)
Gangguan Elektrolit 36 (36)
Hiponatremia 17 (17)
Hipokalemia 14 (14)
Hiperkalemia 11 (11)
Hipertensi 39 (39)
Hipoalbuminemia 28 (28)
Pneumonia 26 (26)
Diabetes Mellitus 25 (25)
Anemia 24 (24)
Penyakit Ginjal Kronik 17 (17)
Infeksi Saluran Kemih 17 (17)
Sepsis 14 (14)
Penyakit Jantung Koroner 12 (12)
STEMI* 9 (9)

Keterangan: *STEMI=ST-Elevation Myocardial Infarction; **satu pasien bisa memiliki lebih dari
satu penyakit.

Deskripsi Karakteristik Sampel laki-laki; tergolong pralansia dengan rerata


Penelitian usia 58,0 ± 14,0 tahun; memiliki IMT normal
Karakteristik sampel penelitian
dengan rerata IMT 22,68 ± 4,59 kg/m2; dengan
terhadap 100 pasien dengan AKI (Tabel I).
penyakit penyerta gangguan elektrolit
Sampel penelitian ini umumnya adalah pasien
(hiponatremia, hipokalemia, hiperkalemia);

JMPF Vol 8(4), 2018 179


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

hipertensi; dan hipoalbuminemia. Sampel elektrolit yang berhubungan dengan


penelitian juga umumnya menjalani rawat pelepasan vasopresin dan aktivitas
inap selama 9,0 ± 3,0 hari dengan rerata jumlah angiotensin II, serta penurunan aliran darah
obat yang diterima 11,0 ± 5,0 dan rerata klirens ginjal18, 19, 20, 21. Gangguan elektrolit juga diduga
kreatinin 31,93 ± 20,75 mL/menit (rerata SCr bukan hanya sebagai akibat dari gangguan
2,73 ± 2,28 mg/dL). ekskresi urine, tetapi juga terkait beberapa
Rerata lama rawat inap pasien adalah 9 faktor di antaranya patofisiologi penyakit
± 3 hari dengan batas lama rawat inap terlama yang terjadi bersamaan, pengobatan dalam
adalah 14 hari. Hal ini sesuai dengan suatu jangka panjang, dan terapi pengganti ginjal
penelitian yang hasilnya adalah bahwa pasien (RRT).
dengan AKI diketahui membutuhkan lama
rawat inap sebesar 5-9 hari6. Penelitian Proporsi Obat yang Perlu Perhatian
Dalam Hal Dosis pada Penurunan Fungsi
tersebut juga menjadi dasar kriteria inklusi Ginjal
penelitian yang membatasi lama rawat inap Penggunaan obat pasien berdasarkan
tidak lebih dari 14 hari untuk menghindari peresepan di rawat inap pada penelitian ini
terambilnya pasien dengan kasus AKI sangat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
berat yang mungkin menyebabkan terapi karakteristiknya terhadap fungsi ginjal yaitu
yang diterima pasien menjadi sangat obat yang perlu perhatian dan tidak perlu
kompleks sehingga membuat hasil penelitian perhatian dalam hal dosis pada penurunan
menjadi kurang homogen. fungsi ginjal. Obat yang perlu perhatian dalam
Hal ini menunjukkan bahwa pasien hal dosis pada penurunan fungsi ginjal adalah
laki-laki yang terdiagnosis AKI lebih banyak obat dengan fraksi ekskresi (fe) ≥70% atau obat
dibandingkan pasien perempuan. Penelitian yang dikatakan dalam sumber informasi obat
lain mengungkapkan bahwa insiden AKI lebih perlu dilakukan penyesuaian dosis pada
besar terjadi pada pasien laki-laki penurunan fungsi ginjal. Proporsi
dibandingkan pasien perempuan, namun karakteristik obat yang diterima pasien (Tabel
pasien perempuan memiliki angka mortalitas II).
akibat AKI lebih tinggi dibandingkan laki- Fraksi ekskresi obat (fe) menunjukkan
laki17. besaran obat dalam bentuk tidak terikat
Jumlah pasien rawat inap dengan AKI dengan protein. Obat yang tidak terikat
pada kelompok usia pralansia (45-59 tahun) dengan protein dapat berikatan dengan
paling besar dibandingkan dengan kelompok reseptor sehingga menghasilkan efek terapi.
usia lain yakni sejumlah 38 pasien atau 38% Penggunaan obat dengan nilai fe yang besar
dari total sampel di mana persentase pasien dan indeks terapi yang sempit memengaruhi
pada kelompok usia dewasa (18-44 tahun), konsentrasi toksik pada pasien dengan
lansia (60-69 tahun), dan lansia risiko tinggi (≥ gangguan ginjal sehingga membutuhkan
70 tahun) berturut-turut sebesar 14%, 24% dan perhatian. Lima belas obat terbanyak yang
24% dari total sampel. Pasien berusia ≥ 65 perlu perhatian dalam hal dosis pada
tahun lebih berisiko terkena AKI diduga penurunan fungsi ginjal yang banyak
karena fungsi ginjal akan berubah bersamaan diresepkan meliputi parasetamol, seftazidim,
dengan pertambahan usia di mana sesudah ranitidin, siprofloksasin, aspirin,
usia 40 tahun akan terjadi penurun laju filtrasi metoklopramid, bisoprolol, alopurinol,
glomerulus secara progresif hingga usia 70 meropenem, asam traneksamat, ketorolak,
tahun. Pasien dengan AKI rentan terhadap kaptopril, levofloksasin, flukonazol, dan
berbagai gangguan asam-basa dan gangguan spironolakton.

180 JMPF Vol 8(4), 2018


Dealinda Husnasya and Mawardi Ihsan

Tabel II. Karakteristik Obat yang Diterima Pasien


Jumlah Obat Proporsi
Karakteristik Obat pada Penurunan Fungsi Ginjal
n (%)
Tidak memerlukan perhatian dalam hal dosis 774 64,77
Memerlukan perhatian dalam hal dosis 421 35,23
Total 1.195 100,00

Suatu penelitian yang telah dilakukan 24 jam20, tetapi pasien AKI mengalami
menunjukkan gambaran terkait obat-obat perubahan fungsi ginjal yang tidak stabil yang
yang diberikan untuk pasien dengan gagal ditandai dengan adanya fluktuasi pada
ginjal dengan bioavailabilitas ekstra renal <0,3 produksi kreatinin disertai dengan volume
atau dengan kata lain fraksi terekskresi >70% distribusi yang meningkat pesat. Hal tersebut
19. Golongan obat yang sering diberikan untuk mungkin dapat disebabkan oleh banyak faktor
pasien dengan gagal ginjal dengan kriteria yang di antaranya adalah massa otot dan
fraksi terekskresi >70% secara berturut-turut penggunaan obat 21. Persamaan Jelliffe lebih
adalah digoksin, antibiotik, obat sesuai dalam memperkirakan klirens kreatinin
kardiovaskuler, H2-Receptor Antagonist, dengan mempertimbangkan perubahan SCr
antimikotik, dan antivirus 19. dalam jangka waktu tertentu dibandingkan
dengan persamaan yang hanya mencakup
Rasionalitas dan Karakteristik
konsentrasi kreatinin tunggal20.
Ketidakrasionalan Regimen Dosis Obat
Berdasarkan Literatur Proporsi regimen dosis yang rasional
Sumber informasi obat dan Drug dan tidak rasional secara terperinci (Tabel III).
Information Handbook (DIH) tahun 2017 Penilaian regimen dosis obat yang hanya
menunjukkan bahwa terdapat 38 nama obat berdasarkan literatur dinilai memiliki
dari 100 data rekam medik yang kekurangan yakni penilaian regimen dosis
membutuhkan penyesuaian dosis pada obat tidak mempertimbangkan aspek klinik
penurunan fungsi ginjal. Kebutuhan pasien sehingga dapat menyebabkan regimen
penyesuaian dosis total adalah sebesar 440 dosis dianggap tidak rasional berdasarkan
kasus yang artinya dari 100 pasien terdapat literatur padahal klinik pasien membaik dan
440 kasus yang membutuhkan penyesuaian tidak mengalami toksisitas obat.
dosis berdasarkan perhitungan klirens Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kreatinin menggunakan rumus Jelliffe. Satu sebelas obat dengan angka penggunaan
pasien dapat menjalani pemeriksaan SCr lebih terbanyak dalam penelitian ini adalah
dari dua kali sehingga analisis rasionalitas seftazidim, alopurinol, siprofloksasin, asam
perlu dilakukan kembali pada regimen dosis traneksamat, kaptopril, meropenem,
obat yang diberikan tiap pemeriksaan SCr levofloksasin, ketorolak, flukonazol,
berikutnya. spironolakton, dan sefiksim. Proporsi
Persamaan Cockcroft dan Gault keseluruhan pendosisan yang rasional pada
umumnya digunakan untuk memperkirakan penelitian ini adalah 60%, dengan proporsi
klirens kreatinin, namun persamaan tersebut rasional tertinggi dan terendah masing-
menjadi tidak akurat pada AKI. Penggunaan masing adalah alopurinol (82,86%) dan
persamaan Cockcroft-Gault terbatas pada sefiksim (0,00%).
kejadian ketika SCr berada pada keadaan Penelitian tentang pendosisan obat
tunak yaitu tidak mengalami perubahan SCr pada yang sudah banyak dilakukan sampai
sebesar 10%-15% dari nilai awal dalam waktu saat ini adalah penelitian pada pasien dengan

JMPF Vol 8(4), 2018 181


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

Tabel III. Rasionalitas Regimen Dosis Berdasarkan Literatur

Penggunaan Rasionalitas
Nama Obat Total Rasional Tidak
N n (%) n (%)
Alopurinol 35 29 (82,86) 6 (17,14)
Flukonazol 10 7 (70,00) 3 (30,00)
Spironolakton 10 7 (70,00) 3 (30,00)
Siprofloksasin 32 22 (68,75) 10 (31,25)
Meropenem 19 11 (57,89) 8 (42,11)
Seftazidim 55 22 (40,00) 33 (60,00)
Ketorolak 11 3 (27,27) 8 (72,73)
Levofloksasin 17 4 (23,53) 13 (76,47)
Kaptopril 22 3 (13,64) 19 (86,36)
Asam Traneksamat 23 2 (8,70) 21 (91,30)
Sefiksim 10 0 (0,00) 10 (100,00)
Lainnya 196 154 (78,57) 42 (21,43)
Total 440 264 (60,00) 176 (40,00)

penurunan fungsi ginjal secara umum dan dan tertinggi masing-masing adalah
menggunakan persamaan Cockroft-Gault. vankomisin (0%) dan siprofloksasin (100%) 22.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini sulit Dalam hal antibiotik, obat yang paling
dibandingkan konsistensinya dengan banyak diresepkan dalam penelitian ini
penelitian lain terutama penelitian yang adalah seftazidim dengan proporsi rasional
mengestimasi rasionalitas pendosisan obat terendah dan tertinggi masing-masing pada
pada pasien dengan AKI. Penelitian ini sefiksim (0%) dan siprofloksasin (68,75%).
diharapkan dapat menjadi penelitian awal Sinaga et al., (2017) memberikan informasi
untuk mengembangkan metode pendosisan yang berbeda bahwa antibiotik yang paling
yang rasional pada pasien dengan AKI. banyak diresepkan adalah seftriakson, namun
Hasil penelitian Falconnier et al., (2001) penelitian tersebut tidak memberikan
memberikan hasil yang berbeda yang mana informasi antibiotik apa yang memiliki
proporsi keseluruhan pendosisan yang proporsi rasional terendah dan tertinggi9.
rasional pada penelitiannya adalah 33% Penelitian ini menarik untuk dibandingkan
dengan angka penggunaan terbanyak dalam dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
penelitiannya adalah digoksin, antibiotik, obat Fahimi et al., (2012). Antibiotik dengan angka
kardiovaskuler, agen pengeblok H2, peresepan terbanyak pada penelitian ini
antimikotik, dan antivirus dengan proporsi adalah seftazidim, sedangkan pada penelitian
rasional terendah dan tertinggi masing- tersebut, peresepan terbanyak adalah
masing adalah agen pengeblok H2 (5%) dan siprofloksasin. Namun demikian, seftazidim
digoksin (89%)19. Alahdal et al., (2012) juga merupakan antibiotik dengan peresepan
melaporkan hasil yang berbeda yaitu bahwa ketiga terbanyak setelah siproflokasin dan
obat dengan angka peresepan tertinggi adalah vankomisin. Kemudian dalam hal proporsi
furosemide dengan proporsi rasional terendah rasional tertinggi, antibiotik dengan proporsi

182 JMPF Vol 8(4), 2018


Dealinda Husnasya and Mawardi Ihsan

rasional tertinggi pada penelitian ini adalah yang telah dilakukan oleh Alahdal et al., (2012)
siprofloksasin, sedangkan pada penelitian menunjukkan bahwa 53,1% dosis obat yang
tersebut, siprofloksasin justru merupakan membutuhkan penyesuaian pada pasien
antibiotik dengan proporsi rasional terendah. dengan gangguan ginjal tidak disesuaikan
Meskipun kedua hasil tersebut sangat oleh klinisi. Beberapa alasan yang
berlawanan, tetapi proporsi rasional menyebabkan klinisi kurang memperhatikan
siprofloksasin pada penelitian tersebut masih penyesuaian dosis ini adalah mungkin
lebih tinggi dibandingkan penelitian ini kurangnya perhatian klinisi pada konsekuensi
(70,90% vs 68,75%)11. dari gangguan ginjal atau kurangnya
Perbedaan-perbedaan hasil penelitian pengetahuan klinisi terhadap obat-obat yang
yang telah dijelaskan sebelumnya diduga membutuhkan penyesuaian dosis pada pasien
disebabkan oleh perbedaan dalam hal subjek dengan gangguan ginjal. Alasan lain yang
penelitian dan persamaan pengestimasi mungkin adalah bahwa klinisi tidak
klirens kreatinin yang digunakan yaitu pasien menghitung klirens kreatinin dan kurang
dengan penurunan fungsi ginjal secara umum memperhatikan perlunya penyesuaian dosis
dan persamaan Cockroft-Gault. Penelitian obat22.
yang dilakukan oleh Awdishu et al., (2018) Peresepan dengan interval pemberian
mencoba menilai derajat selisih pendosisan yang tidak rasional paling sering terjadi yakni
pada berbagai persamaan pengestimasi yang sebanyak 52,84%. Hal ini salah satunya dapat
salah satunya adalah persamaan Jelliffe yang diakibatkan oleh keterbatasan sistem
dimodifikasi pada pasien dengan AKI. Hasil pemberian obat di RSUP dr. Sardjito yang
penelitian tersebut menunjukkan bahwa umumnya pemberian obat dilakukan paling
proporsi pendosisan obat yang tepat adalah sering 8 jam mengikuti pergantian jaga
68% dengan peresepan terbanyak pada perawat meskipun interval pemberian obat
seftazidim dengan proporsi rasional terendah yang disarankan tiap 6 jam atau bahkan
pada gansiklovir (54%) dan tertinggi pada kurang dari itu.
piperasilin/tazobaktam (94%). Penelitian ini Tabel IV menjabarkan lebih lanjut
memiliki kesamaan dengan penelitian mengenai rincian ketidakrasionalan berupa
tersebut pada peresepan antibiotik terbanyak dosis satu kali pemberian, interval pemberian,
yaitu seftazidim dan proporsi pendosisan obat maupun keduanya terhadap obat-obat dengan
yang relatif serupa (60,00% vs 68,00%), regimen dosis tidak rasional yang memiliki
sedangkan dalam hal proporsi rasional proporsi besar. Pemberian dosis yang tidak
tertinggi, meskipun piperasilin/tazobaktam tepat pada pasien dengan gangguan fungsi
menjadi antibiotik dengan proporsi rasional ginjal dapat menimbulkan toksisitas obat,
tertinggi, siprofloksasin menjadi antibiotik peningkatan sensitivitas terhadap beberapa
dengan proporsi rasional kedua dan masih obat, timbulnya efek samping obat yang tidak
lebih tinggi dibandingkan penelitian ini dapat ditoleransi, dan tidak lagi efektifnya
(90,00% vs 68,75%)13. beberapa obat8.
Obat yang mengalami perubahan
Rasionalitas dan Karakteristik
regimen dosis menjadi dari yang sebelumnya
Ketidakrasionalan Regimen Dosis Obat
tidak rasional menjadi rasional pada Berdasarkan Perhitungan Konsentrasi
penelitian ini hanya sebanyak 5 kasus (1,14%). Tunak Prediktif (Css)
Hal tersebut menandakan bahwa Rasionalitas regimen dosis obat juga
kemungkinan klinisi cenderung kurang dianalisis menggunakan rumus perhitungan
mempertimbangkan perubahan dosis konsentrasi tunak prediktif (Css) berupa
berdasarkan fungsi ginjal. Suatu penelitian Cmaks ss dan Cmin ss terhadap obat-obat

JMPF Vol 8(4), 2018 183


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

Tabel IV. Ketidakrasionalan Regimen Dosis Berdasarkan Literatur


Rincian Ketidakrasionalan
Tidak
Dosis
Nama Obat Rasional Dosis Interval
dan Interval
N n (%) n (%) n (%)
Seftazidim 33 3 (9,09) 19 (57,58) 11 (33,33)
Asam Traneksamat 21 1 (4,76) 4 (19,05) 16 (76,19)
Kaptopril 19 0 (0,00) 13 (68,42) 6 (31,58)
Levofloksasin 13 2 (15,38) 10 (76,92) 1 (7,69)
Sefiksim 10 4 (40,00) 1 (10,00) 5 (50,00)
Siprofloksasin 10 0 (0,00) 10 (100,00) 0 (0,00)
Ketorolak 8 0 (0,00) 2 (25,00) 6 (75,00)
Meropenem 8 3 (37,50) 4 (50,00) 1 (12,50)
Alopurinol 6 2 (33,33) 4 (66,67) 0 (0,00)
Flukonazol 3 2 (66,67) 1 (33,33) 0 (0,00)
Spironolakton 3 0 (0,00) 2 (66,67) 1 (33,33)
Lainnya 42 13 (30,95) 23 (54,76) 6 (14,29)
Total 176 30 (17,05) 93 (52,84) 53 (30,11)

yang bersifat tidak rasional berdasarkan Ketidakrasionalan regimen dosis obat


literatur dengan memperhatikan parameter berdasarkan konsentrasi tunak prediktif
farmakokinetik yang disesuaikan dengan digambarkan dengan kadar obat kurang dan
masing-masing rute pemberian obatnya. kadar obat berlebih. Regimen dosis dikatakan
Perhitungan konsentrasi tunak prediktif obat kadar obat kurang jika Cmin ss kurang dari
dilakukan sebagai estimasi konsentrasi obat konsentrasi efektif minimal atau konsentrasi
dalam darah melalui pendekatan penghambatan minimal (Minimum Inhibitory
farmakokinetik untuk mengetahui apakah Concentration, MIC) yang nilainya diketahui
konsentrasi obat pada regimen dosis yang dari literatur jika obat merupakan antibiotik.
diberikan oleh klinisi berada dalam rentang Regimen dosis dikatakan kadar obat berlebih
terapeutik. Penilaian dengan pendekatan ini jika Cmaks ss lebih sama dengan atau lebih
bersifat lebih individual23. dari konsentrasi toksik minimal.
Waktu paruh (t1/2) yang digunakan Pada penelitian ini terdapat beberapa
dalam perhitungan konsentrasi tunak obat yang tidak dapat dianalisis seperti Asam
prediktif obat dalam penelitian ini merupakan Traneksamat karena terbatasnya informasi
waktu paruh pada pasien dengan penurunan parameter farmakokinetika Asam
fungsi ginjal yang diperoleh dari literatur. Hal Traneksamat pada pasien dengan penurunan
tersebut dilakukan karena waktu paruh pada fungsi ginjal sehingga analisis rasionalitas
pasien AKI berubah-ubah mengingat fungsi Asam Traneksamat tidak dimasukkan ke
ginjal pada pasien dengan AKI bersifat tidak dalam (Tabel VII). Suatu penelitian
stabil. menyatakan bahwa penyesuaian dosis
Rasionalitas regimen dosis obat berdasarkan pertimbangan farmakokinetik
berdasarkan konsentrasi tunak prediktif tidak selalu tepat dilakukan. Penyesuaian
(Tabel VII). Daftar konsentrasi efektif minimal, regimen dosis tidak selalu dapat dilakukan
rentang terapi, dan konsentrasi toksik berdasarkan pertimbangan farmakokinetik
minimal obat-obat yang dianalisis (Tabel V pada beberapa obat seperti obat golongan
dan VI). ACE Inhibitor atau β-blocker karena variabilitas

184 JMPF Vol 8(4), 2018


Dealinda Husnasya and Mawardi Ihsan

Tabel V. Daftar KEM/MIC Beberapa Obat

Nama Obat Patogen KEM/MIC


Nonantibiotik
Alopurinol24 - Tidak ditemukan
Kaptopril24 - Tidak ditemukan
Ketorolak24 - Tidak ditemukan
Antibiotik
Flukonazol24,25 Cryptococcus sp. dan C. Albicans 0,125 mg/L sampai >64 mg/L
Levofloksasin26 P. aeruginosa MIC 50: 0,75 mg/L
K. pneumoniae MIC 50: 0,094 mg/L
Sefiksim27 S. pneumonia MIC 50: ≤0,06 mg/L
Seftazidim28 Pseudomonas sp. MIC 50: 2 mg/L
Siprofloksasin26 P. aeruginosa MIC 50: 0,19 mg/L
K. pneumoniae MIC 50: 0,047 mg/L

Tabel VI. Daftar Rentang Terapi dan KTM Beberapa Obat

Nama Obat Patogen Rentang Terapi KTM


Nonantibiotik
Alopurinol24 - 2,8-55,8 mg/L Tidak ditemukan
Kaptopril24 - 0,05-0,5 mg/L 5,0-6,0 mg/L
Ketorolak24 - 0,5-3 mg/L 5 mg/L
Antibiotik
Flukonazol24,25 Cryptococcus sp. dan C. Albicans Tidak diketahui 95 mg/L
Levofloksasin26 P. aeruginosa Tidak diketahui Tidak ditemukan
K. pneumoniae Tidak diketahui Tidak ditemukan
Sefiksim27 S. pneumonia Tidak diketahui Tidak ditemukan
Seftazidim28 Pseudomonas sp. Tidak diketahui Tidak ditemukan
Siprofloksasin26 P. aeruginosa Tidak diketahui Tidak ditemukan
K. pneumoniae Tidak diketahui Tidak ditemukan

Tabel VII. Ketidakrasionalan Regimen Dosis Berdasarkan Konsentrasi Tunak Prediktif

Tidak Rasional
Rasional Kadar Obat Kadar Obat
Nama Obat Total
Kurang Berlebih
n (%) n (%) n (%) n (%)
Seftazidim (N=33) 31 (93,94) 2 (6,06) 2 (100,00) 0 (0,00)
Kaptopril (N=19) 19 (100,00) 0 (0,00) - -
Levofloksasin (N=13) 13 (100,00) 0 (0,00) - -
Sefiksim (N=10) 10 (100,00) 0 (0,00) - -
Siprofloksasin (N=10) 10 (100,00) 0 (0,00) - -
Alopurinol (N=6) 6 (100,00) 0 (0,00) - -
Ketorolak (N=8) 5 (62,50) 3 (37,50) 0 (0,00) 3 (100,00)
Flukonazol (N=3) 2 (66,67) 1 (33,33) 0 (0,00) 1 (100,00)
Total 96 (94,12) 6 (5,88) 2 (1,96) 4 (3,92)

JMPF Vol 8(4), 2018 185


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

farmakodinamik yang besar sehingga al. World Incidence of AKI: A Meta-


pemberian dosis obat tersebut sebaiknya Analysis. Clin J Am Soc Nephrol.
disesuaikan dengan titik akhir klinik seperti 2013;8(9):1482-1493.
tekanan darah atau denyut jantung. Selain itu 4. Bell M, SWING, Granath F, Schön S,
pasien dengan fungsi ginjal yang berubah- Ekbom A, Martling C-R. Continuous
renal replacement therapy is associated
ubah memiliki nilai SCr yang berubah sangat
with less chronic renal failure than
cepat sehingga mungkin mengakibatkan
intermittent haemodialysis after acute
estimasi fungsi ginjal menjadi tidak tepat19.
renal failure. Intensive Care Med.
Penelitian ini tentunya memiliki
2007;33(5):773-780.
beberapa keterbatasan. Regimen dosis yang 5. Suhardi. Kegawatan pada Gagal Ginjal
dianalisis dalam penelitian ini adalah regimen Akut. In: Pertemuan Ilmiah Tahunan
dosis berdasarkan peresepan dokter di mana Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta:
dokter mungkin saja menggunakan referensi Universitas Gadjah Mada, Fakultas
dalam menentukan regimen dosis pada pasien Kedokteran; 2000:62-67.
AKI yang berbeda dari referensi yang 6. Chertow GM, Burdick E, Honour M,
digunakan dalam penelitian ini. Analisis Bonventre J V., Bates DW. Acute
rasionalitas regimen dosis obat pada Kidney Injury, Mortality, Length of
penelitian ini juga belum memperhatikan Stay, and Costs in Hospitalized
Patients. J Am Soc Nephrol.
aspek klinik pasien padahal mungkin saja
2005;16(11):3365-3370.
klinik pasien membaik dan tidak mengalami
7. Jelliffe R. Estimation of Creatinine
toksisitas obat, tetapi regimen dosis dinilai
Clearance in Patients with Unstable
tidak rasional berdasarkan literatur. Renal Function, without a Urine
Specimen. Am J Nephrol. 2002;22(4):320-
KESIMPULAN
324.
Proporsi regimen dosis obat-obat yang
8. Badan Pengawas Obat dan Makanan
rasional yang diberikan pada 100 pasien rawat
Republik Indonesia. Gagal Ginjal.
inap dengan AKI berdasarkan literatur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan
perhitungan konsentrasi tunak prediktif Republik Indonesia.
terbilang cukup tinggi. Namun demikian, http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-
beberapa regimen dosis masih diresepkan 3-gagal-ginjal. Published 2015.
secara tidak rasional dengan bentuk Accessed September 22, 2017.
ketidakrasionalan tersebut umumnya berupa 9. Sinaga C, Tjitrosantoso H, Fatimalawi.
interval pemberian yang tidak rasional Evaluasi Kerasionalan Penggunaan
dengan kadar obat yang berlebih. Antibiotik pada Pasien Gagal Ginjal di
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Pharmacon. 2017;6(3):2302-2493.
DAFTAR PUSTAKA 10. Sihombing JP, Hakim L, Kusharwanti
1. Ali T, Khan I, Simpson W, et al. AMW. Evaluasi Dosis Digoksin Pada
Incidence and Outcomes in Acute Pasien Gagal Jantung dengan
Kidney Injury: A Comprehensive Disfungsi Ginjal di RSUP dr. Sardjito
Population-Based Study. J Am Soc Yogyakarta. J Manaj dan Pelayanan
Nephrol. 2007;18:1292-1298. Farm. 2011;1(3):207-210.
2. Hsu C, McCulloch C, Fan D, Ordonez 11. Fahimi F, Emami S, Farokhi FR. The
J, Chertow G, Go A. Community-Based Rate of Antibiotic Dosage Adjustment
Incidence of Acute Renal Failure. in Renal Dysfunction. Iran J Pharm Res.
Kidney Int. 2007;72:208-212. 2012;11(1):157-161.
3. Susantitaphong P, Cruz DN, Cerda J, et 12. McCoy AB, Waitman LR, Gadd CS, et

186 JMPF Vol 8(4), 2018


Dealinda Husnasya and Mawardi Ihsan

al. A Computerized Provider Order 2016:387-398.


Entry Intervention for Medication 21. Sunder S, Jayaraman R, Mahapatra HS,
Safety During Acute Kidney Injury: A et al. Estimation of Renal Function in
Quality Improvement Report. Am J the Intensive Care Unit: the Covert
Kidney Dis. 2010;56(5):832-841. Concepts Brought to Light. J Intensive
13. Awdishu L, Connor AI, Bouchard J, Care. 2014;2(31):1-7.
Macedo E, Chertow GM, Mehta RL. 22. Alahdal AM, Elberry AA. Evaluation
Use of Estimating Equations for Dosing of Applying Drug Dose Adjustment by
Antimicrobials in Patients with Acute Physicians in Patients with Renal
Kidney Injury Not Receiving Renal Impairment. Saudi Pharm J.
Replacement Therapy. J Clin Med. 2012;20(3):217-220.
2018;7(8):211-220. 23. Kang J-S, Lee M-H. Overview of
14. Kenward R, Tan CK. Penggunaan Obat Therapeutic Drug Monitoring. Korean J
Pada Gangguan Ginjal. In: Aslam M, Intern Med. 2009;24(1):1-10.
Tan CK, Prayitno A, eds. Farmasi Klinis: 24. Schulz M, Iwersen-Bergmann S,
Menuju Pengobatan Rasional Dan Andresen H, Schmoldt A. Therapeutic
Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: PT. and Toxic Blood Concentrations of
Elex Media Komputindo Gramedia; Nearly 1,000 Drugs and Other
2003. Xenobiotics. Crit Care. 2012;16(4):R136.
15. Lemeshow S, Hosmer Jr. DW, Klar J, 25. Lemos J de A, Costa CR, de Araújo CR,
Lwanga SK. Adequacy of Sample Size in Souza LKH e, Silva M do RR.
Health Studies. Chichester: John Wiley Susceptibility Testing of Candida
& Sons; 1990. Albicans Isolated from Oropharyngeal
16. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Mucosa of HIV+ Patients to
dan Anak. Pedoman Pelayanan Gizi Di Fluconazole, Amphotericin B and
Puskesmas. Jakarta: Kementerian Caspofungin. Killing Kinetics of
Kesehatan Republik Indonesia; 2014. Caspofungin and Amphotericin B
17. Obialo CI, Crowell AK, Okonofua EC. Against Fluconazole Resistant and
Acute Renal Failure Mortality in Susceptible Isolates. Brazillian J
Hospitalized African Americans: Age Microbiol. 2009;40:163-169.
and Gender Considerations. J Natl Med 26. Grillon A, Schramm F, Kleinberg M,
Assoc. 2002;94(3):127-134. Jehl F. Comparative Activity of
18. Lehnhardt A, Kemper MJ. Ciprofloxacin, Levofloxacin and
Pathogenesis, Diagnosis and Moxifloxacin Against Klebsiella
Management of Hyperkalemia. Pediatr pneumoniae, Pseudomonas
Nephrol. 2011;26:377-384. aeruginosa and Stenotrophomonas
19. Falconnier AD, Haefeli WE, maltophilia Assessed by Minimum
Schoenenberger RA, Surber C, Martin- Inhibitory Concentrations and Time-
Facklam M. Drug Dosage in Patients Kill Studies. PLoS One. 2016;11(6):1-10.
with Renal Failure Optimized by 27. Biedenbach DJ, Badal RE, Huang M-Y,
Immediate Concurrent Feedback. J Gen et al. In Vitro Activity of Oral
Intern Med. 2001;16(6):369-375. Antimicrobial Agents against
20. Stamatakis MK. Acute Kidney Injury. Pathogens Associated with
In: Chisholm-Burns MA, Community-Acquired Upper
Schwinghammer TL, Wells BG, Respiratory Tract and Urinary Tract
Malone PM, Kolesar JM, DiPiro JT, eds. Infections: A Five Country Surveillance
Pharmacotherapy: Principles & Practice. Study. Infect Dis Ther. 2016;5(2):139-
Fourth. New York: McGraw Hill; 153.

JMPF Vol 8(4), 2018 187


Tingkat Rasionalitas Pendosisan Obat

28. Sader HS, Huband MD, Castanheira M, International Network for Optimal
Flamm RK. Pseudomonas aeruginosa Resistance Monitoring Program in the
Antimicrobial Susceptibility Results United States. Antimicrob Agents
from Four Years (2012 to 2015) of the Chemother. 2017;61:e02252-16.

188 JMPF Vol 8(4), 2018

Anda mungkin juga menyukai