2 PB PDF
2 PB PDF
4 : 175 – 188
ISSN-p : 2088-8139
ISSN-e : 2443-2946
ABSTRAK
Pasien dengan Acute Kidney Injury (AKI) mengalami perubahan fungsi ginjal yang tidak stabil yang
ditandai dengan ketidakstabilan nilai kreatinin serum sehingga memengaruhi konsentrasi obat di dalam
tubuh. Oleh karena itu, penyesuaian dosis dan frekuensi obat menjadi perhatian penting. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proporsi regimen dosis obat yang rasional pada pasien rawat inap dengan
AKI. Penelitian ini merupakan studi observasi retrospektif dengan rancangan cross sectional.
Pengumpulan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling terhadap pasien yang dirawat
inap dengan AKI selama 1 Januari s.d. 31 Desember 2017. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk
melihat proporsi dan gambaran rasionalitas regimen dosis obat-obat yang diberikan untuk pasien.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi regimen dosis obat-obat yang rasional yang diberikan pada 100 pasien rawat inap dengan
AKI adalah sebesar 60,00% berdasarkan literatur dan 94,12% berdasarkan perhitungan konsentrasi tunak
prediktif. Ketidakrasionalan regimen dosis karena interval pemberian sebesar 52,84%; dosis satu kali
pemberian sebesar 17,05%; dan karena keduanya sebesar 30,11%. Ketidakrasionalan berdasarkan
konsentrasi tunak prediktif menunjukkan bahwa kadar obat dalam darah kurang adalah sebesar 33,33%
dan kadar obat berlebih 66,67%. Proporsi regimen dosis obat-obat yang rasional yang diberikan pada 100
pasien rawat inap dengan AKI berdasarkan literatur dan perhitungan konsentrasi tunak prediktif terbilang
cukup tinggi. Namun demikian, beberapa regimen dosis masih diresepkan secara tidak rasional dengan
bentuk ketidakrasionalan tersebut umumnya berupa interval pemberian yang tidak rasional dengan kadar
obat yang berlebih.
Kata kunci: rasionalitas, regimen dosis, persamaan Jelliffe, acute kidney injury.
ABSTRACT
Patients with Acute Kidney Injury (AKI) experience changes in unstable kidney function which is
characterized by instability of serum creatinine values that affect the concentration of drugs in the body.
Therefore, adjusting the dosage and frequency of the drug is an important concern. This study aimed to
determine the proportion of rational drug dosage regimens in hospitalized patients with AKI. This research
was a retrospective observation study with cross sectional design. Sample collection was carried out using
simple random sampling method for patients who were hospitalized with AKI during January 1st till
December 31, 2017. Data analysis was carried out descriptively to see the proportion and description of
the rationality of each dosage regimen given to patients. This research was conducted at the dr. Sardjito
General Hospital Yogyakarta. The results showed that the proportion of rational drug dosage regimens
given to 100 inpatients with AKI was 60.00% based on literature and 94.12% based on predictive steady-
state concentration calculation. Irrationality of the dosing regimen because of administration interval was
52.84%; because of dose was 17.05%; and because of both were 30.11%. The irrationality based on
predictive steady concentration showed that drug concentration below minimum effective concentration
was 33.33% and over minimum toxic concentration was 66.67%. The proportion of rational drug dosage
regimens given to 100 inpatients with AKI based on literature and calculation of predictive steady-state
concentrations were quite high. However, some dosing regimens were still irrationally prescribed with
the irrationality form were generally in the form of irrational delivery interval with excessive drug
concentration.
Keywords: rationality, dose regimens, Jelliffe equation, acute kidney injury
untuk melihat proporsi dan gambaran rawat inap selama periode 1 Januari 2017
rasionalitas regimen dosis tiap obat yang sampai dengan 31 Desember 2017.
diberikan untuk pasien. Penelitian ini Pengambilan sampel dilakukan dengan
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. metode simple random sampling terhadap daftar
Sardjito Yogyakarta dengan waktu rekam medik pasien dengan AKI (ICD-10
pengambilan data Maret s.d. April 2018. N.17) yang memuat nomor rekam medik serta
tanggal masuk dan tanggal keluar pasien.
Populasi dan Sampel Penelitian Data pasien menurut nomor rekam medik
Populasi penelitian ini adalah semua yang memenuhi kriteria eksklusi setelah
pasien yang terdiagnosis AKI dengan kode dilakukan sampling tidak diambil sehingga
ICD-10 N.17 selama dirawat inap selama pengambilan data dilakukan pada 100 rekam
periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 medik sebagai jumlah sampel yang memenuhi
Desember 2017. Sampel penelitian ini adalah kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam
sejumlah pasien sesuai hasil perhitungan kriteria eksklusi.
besar sampel yang memenuhi kriteria inklusi Klirens kreatinin pasien dihitung
dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi menggunakan rumus Jelliffe. Regimen dosis
yang telah ditetapkan. Kriteria inklusi yang diperoleh dibandingkan dengan regimen
penelitian ini yaitu pasien berusia ≥18 tahun, dosis yang seharusnya diberikan berdasarkan
dengan atau tanpa hemodialisis, memiliki klirens kreatinin pasien yang tercantum dalam
keterangan dosis dan interval dosis obat yang Drug Information Handbook (DIH) tahun 2017.
lengkap, serta lama rawat inap tidak lebih dari Parameter farmakokinetik beberapa obat
14 hari6. Kriteria eksklusi penelitian adalah terbanyak yang membutuhkan penyesuaian
pasien dengan pemeriksaan kreatinin serum dosis didapat dari literatur untuk menghitung
(SCr) hanya satu kali selama dirawat inap, konsentrasi tunak maksimal (Cmaks ss) dan
tidak mendapat obat yang membutuhkan konsentrasi tunak minimal (Cmin ss)
penyesuaian dosis menurut literatur, dan prediktif. Kedua konsentrasi tunak tersebut
tidak memiliki data berat badan dan tinggi dibandingkan dengan rentang terapi yang
badan yang lengkap. diketahui dari literatur.
Penentuan besar jumlah sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus besar Analisis Data
sampel15 : Data numerik diolah dalam bentuk
desimal, sedangkan data yang bersifat
Z1−α⁄2 2 P(1 − P) . N kategori diolah dalam bentuk proporsi. Kedua
n=
d2 (N − 1) + Z1−α⁄2 2 P(1 − P) jenis data kemudian disajikan dalam bentuk
tabel.
dengan nilai N (populasi AKI dalam Nilai berat badan, usia, SCr pertama
penelitian) yang diketahui adalah 1.222 dan dan kedua, dan interval waktu pengambilan
nilai P (proporsi dosis obat yang rasional) dan SCr pertama dan kedua pasien dimasukkan ke
d (presisi) yang ditetapkan masing-masing dalam perhitungan klirens kreatinin dengan
adalah 0,5 dan 0,1; maka jumlah minimal menggunakan persamaan Jelliffe sebagai
sampel yang diperlukan adalah 90 pasien. berikut :
𝑠𝑠
Jalannya Penelitian 𝐸𝑐𝑜𝑟𝑟 = 𝐸 𝑠𝑠 (1,035 − 0,0337[𝑆𝐶𝑟])
Penelitian ini dilakukan menggunakan
rancangan cross sectional dengan cara 𝑠𝑠
(4 . 𝐼𝐵𝑊 . [𝑆𝐶𝑟2 − 𝑆𝐶𝑟1 ])
𝐸 = 𝐸𝑐𝑜𝑟𝑟
mengambil data dari rekam medik pasien ∆𝑡
Keterangan: *STEMI=ST-Elevation Myocardial Infarction; **satu pasien bisa memiliki lebih dari
satu penyakit.
Suatu penelitian yang telah dilakukan 24 jam20, tetapi pasien AKI mengalami
menunjukkan gambaran terkait obat-obat perubahan fungsi ginjal yang tidak stabil yang
yang diberikan untuk pasien dengan gagal ditandai dengan adanya fluktuasi pada
ginjal dengan bioavailabilitas ekstra renal <0,3 produksi kreatinin disertai dengan volume
atau dengan kata lain fraksi terekskresi >70% distribusi yang meningkat pesat. Hal tersebut
19. Golongan obat yang sering diberikan untuk mungkin dapat disebabkan oleh banyak faktor
pasien dengan gagal ginjal dengan kriteria yang di antaranya adalah massa otot dan
fraksi terekskresi >70% secara berturut-turut penggunaan obat 21. Persamaan Jelliffe lebih
adalah digoksin, antibiotik, obat sesuai dalam memperkirakan klirens kreatinin
kardiovaskuler, H2-Receptor Antagonist, dengan mempertimbangkan perubahan SCr
antimikotik, dan antivirus 19. dalam jangka waktu tertentu dibandingkan
dengan persamaan yang hanya mencakup
Rasionalitas dan Karakteristik
konsentrasi kreatinin tunggal20.
Ketidakrasionalan Regimen Dosis Obat
Berdasarkan Literatur Proporsi regimen dosis yang rasional
Sumber informasi obat dan Drug dan tidak rasional secara terperinci (Tabel III).
Information Handbook (DIH) tahun 2017 Penilaian regimen dosis obat yang hanya
menunjukkan bahwa terdapat 38 nama obat berdasarkan literatur dinilai memiliki
dari 100 data rekam medik yang kekurangan yakni penilaian regimen dosis
membutuhkan penyesuaian dosis pada obat tidak mempertimbangkan aspek klinik
penurunan fungsi ginjal. Kebutuhan pasien sehingga dapat menyebabkan regimen
penyesuaian dosis total adalah sebesar 440 dosis dianggap tidak rasional berdasarkan
kasus yang artinya dari 100 pasien terdapat literatur padahal klinik pasien membaik dan
440 kasus yang membutuhkan penyesuaian tidak mengalami toksisitas obat.
dosis berdasarkan perhitungan klirens Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kreatinin menggunakan rumus Jelliffe. Satu sebelas obat dengan angka penggunaan
pasien dapat menjalani pemeriksaan SCr lebih terbanyak dalam penelitian ini adalah
dari dua kali sehingga analisis rasionalitas seftazidim, alopurinol, siprofloksasin, asam
perlu dilakukan kembali pada regimen dosis traneksamat, kaptopril, meropenem,
obat yang diberikan tiap pemeriksaan SCr levofloksasin, ketorolak, flukonazol,
berikutnya. spironolakton, dan sefiksim. Proporsi
Persamaan Cockcroft dan Gault keseluruhan pendosisan yang rasional pada
umumnya digunakan untuk memperkirakan penelitian ini adalah 60%, dengan proporsi
klirens kreatinin, namun persamaan tersebut rasional tertinggi dan terendah masing-
menjadi tidak akurat pada AKI. Penggunaan masing adalah alopurinol (82,86%) dan
persamaan Cockcroft-Gault terbatas pada sefiksim (0,00%).
kejadian ketika SCr berada pada keadaan Penelitian tentang pendosisan obat
tunak yaitu tidak mengalami perubahan SCr pada yang sudah banyak dilakukan sampai
sebesar 10%-15% dari nilai awal dalam waktu saat ini adalah penelitian pada pasien dengan
Penggunaan Rasionalitas
Nama Obat Total Rasional Tidak
N n (%) n (%)
Alopurinol 35 29 (82,86) 6 (17,14)
Flukonazol 10 7 (70,00) 3 (30,00)
Spironolakton 10 7 (70,00) 3 (30,00)
Siprofloksasin 32 22 (68,75) 10 (31,25)
Meropenem 19 11 (57,89) 8 (42,11)
Seftazidim 55 22 (40,00) 33 (60,00)
Ketorolak 11 3 (27,27) 8 (72,73)
Levofloksasin 17 4 (23,53) 13 (76,47)
Kaptopril 22 3 (13,64) 19 (86,36)
Asam Traneksamat 23 2 (8,70) 21 (91,30)
Sefiksim 10 0 (0,00) 10 (100,00)
Lainnya 196 154 (78,57) 42 (21,43)
Total 440 264 (60,00) 176 (40,00)
penurunan fungsi ginjal secara umum dan dan tertinggi masing-masing adalah
menggunakan persamaan Cockroft-Gault. vankomisin (0%) dan siprofloksasin (100%) 22.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini sulit Dalam hal antibiotik, obat yang paling
dibandingkan konsistensinya dengan banyak diresepkan dalam penelitian ini
penelitian lain terutama penelitian yang adalah seftazidim dengan proporsi rasional
mengestimasi rasionalitas pendosisan obat terendah dan tertinggi masing-masing pada
pada pasien dengan AKI. Penelitian ini sefiksim (0%) dan siprofloksasin (68,75%).
diharapkan dapat menjadi penelitian awal Sinaga et al., (2017) memberikan informasi
untuk mengembangkan metode pendosisan yang berbeda bahwa antibiotik yang paling
yang rasional pada pasien dengan AKI. banyak diresepkan adalah seftriakson, namun
Hasil penelitian Falconnier et al., (2001) penelitian tersebut tidak memberikan
memberikan hasil yang berbeda yang mana informasi antibiotik apa yang memiliki
proporsi keseluruhan pendosisan yang proporsi rasional terendah dan tertinggi9.
rasional pada penelitiannya adalah 33% Penelitian ini menarik untuk dibandingkan
dengan angka penggunaan terbanyak dalam dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
penelitiannya adalah digoksin, antibiotik, obat Fahimi et al., (2012). Antibiotik dengan angka
kardiovaskuler, agen pengeblok H2, peresepan terbanyak pada penelitian ini
antimikotik, dan antivirus dengan proporsi adalah seftazidim, sedangkan pada penelitian
rasional terendah dan tertinggi masing- tersebut, peresepan terbanyak adalah
masing adalah agen pengeblok H2 (5%) dan siprofloksasin. Namun demikian, seftazidim
digoksin (89%)19. Alahdal et al., (2012) juga merupakan antibiotik dengan peresepan
melaporkan hasil yang berbeda yaitu bahwa ketiga terbanyak setelah siproflokasin dan
obat dengan angka peresepan tertinggi adalah vankomisin. Kemudian dalam hal proporsi
furosemide dengan proporsi rasional terendah rasional tertinggi, antibiotik dengan proporsi
rasional tertinggi pada penelitian ini adalah yang telah dilakukan oleh Alahdal et al., (2012)
siprofloksasin, sedangkan pada penelitian menunjukkan bahwa 53,1% dosis obat yang
tersebut, siprofloksasin justru merupakan membutuhkan penyesuaian pada pasien
antibiotik dengan proporsi rasional terendah. dengan gangguan ginjal tidak disesuaikan
Meskipun kedua hasil tersebut sangat oleh klinisi. Beberapa alasan yang
berlawanan, tetapi proporsi rasional menyebabkan klinisi kurang memperhatikan
siprofloksasin pada penelitian tersebut masih penyesuaian dosis ini adalah mungkin
lebih tinggi dibandingkan penelitian ini kurangnya perhatian klinisi pada konsekuensi
(70,90% vs 68,75%)11. dari gangguan ginjal atau kurangnya
Perbedaan-perbedaan hasil penelitian pengetahuan klinisi terhadap obat-obat yang
yang telah dijelaskan sebelumnya diduga membutuhkan penyesuaian dosis pada pasien
disebabkan oleh perbedaan dalam hal subjek dengan gangguan ginjal. Alasan lain yang
penelitian dan persamaan pengestimasi mungkin adalah bahwa klinisi tidak
klirens kreatinin yang digunakan yaitu pasien menghitung klirens kreatinin dan kurang
dengan penurunan fungsi ginjal secara umum memperhatikan perlunya penyesuaian dosis
dan persamaan Cockroft-Gault. Penelitian obat22.
yang dilakukan oleh Awdishu et al., (2018) Peresepan dengan interval pemberian
mencoba menilai derajat selisih pendosisan yang tidak rasional paling sering terjadi yakni
pada berbagai persamaan pengestimasi yang sebanyak 52,84%. Hal ini salah satunya dapat
salah satunya adalah persamaan Jelliffe yang diakibatkan oleh keterbatasan sistem
dimodifikasi pada pasien dengan AKI. Hasil pemberian obat di RSUP dr. Sardjito yang
penelitian tersebut menunjukkan bahwa umumnya pemberian obat dilakukan paling
proporsi pendosisan obat yang tepat adalah sering 8 jam mengikuti pergantian jaga
68% dengan peresepan terbanyak pada perawat meskipun interval pemberian obat
seftazidim dengan proporsi rasional terendah yang disarankan tiap 6 jam atau bahkan
pada gansiklovir (54%) dan tertinggi pada kurang dari itu.
piperasilin/tazobaktam (94%). Penelitian ini Tabel IV menjabarkan lebih lanjut
memiliki kesamaan dengan penelitian mengenai rincian ketidakrasionalan berupa
tersebut pada peresepan antibiotik terbanyak dosis satu kali pemberian, interval pemberian,
yaitu seftazidim dan proporsi pendosisan obat maupun keduanya terhadap obat-obat dengan
yang relatif serupa (60,00% vs 68,00%), regimen dosis tidak rasional yang memiliki
sedangkan dalam hal proporsi rasional proporsi besar. Pemberian dosis yang tidak
tertinggi, meskipun piperasilin/tazobaktam tepat pada pasien dengan gangguan fungsi
menjadi antibiotik dengan proporsi rasional ginjal dapat menimbulkan toksisitas obat,
tertinggi, siprofloksasin menjadi antibiotik peningkatan sensitivitas terhadap beberapa
dengan proporsi rasional kedua dan masih obat, timbulnya efek samping obat yang tidak
lebih tinggi dibandingkan penelitian ini dapat ditoleransi, dan tidak lagi efektifnya
(90,00% vs 68,75%)13. beberapa obat8.
Obat yang mengalami perubahan
Rasionalitas dan Karakteristik
regimen dosis menjadi dari yang sebelumnya
Ketidakrasionalan Regimen Dosis Obat
tidak rasional menjadi rasional pada Berdasarkan Perhitungan Konsentrasi
penelitian ini hanya sebanyak 5 kasus (1,14%). Tunak Prediktif (Css)
Hal tersebut menandakan bahwa Rasionalitas regimen dosis obat juga
kemungkinan klinisi cenderung kurang dianalisis menggunakan rumus perhitungan
mempertimbangkan perubahan dosis konsentrasi tunak prediktif (Css) berupa
berdasarkan fungsi ginjal. Suatu penelitian Cmaks ss dan Cmin ss terhadap obat-obat
Tidak Rasional
Rasional Kadar Obat Kadar Obat
Nama Obat Total
Kurang Berlebih
n (%) n (%) n (%) n (%)
Seftazidim (N=33) 31 (93,94) 2 (6,06) 2 (100,00) 0 (0,00)
Kaptopril (N=19) 19 (100,00) 0 (0,00) - -
Levofloksasin (N=13) 13 (100,00) 0 (0,00) - -
Sefiksim (N=10) 10 (100,00) 0 (0,00) - -
Siprofloksasin (N=10) 10 (100,00) 0 (0,00) - -
Alopurinol (N=6) 6 (100,00) 0 (0,00) - -
Ketorolak (N=8) 5 (62,50) 3 (37,50) 0 (0,00) 3 (100,00)
Flukonazol (N=3) 2 (66,67) 1 (33,33) 0 (0,00) 1 (100,00)
Total 96 (94,12) 6 (5,88) 2 (1,96) 4 (3,92)
28. Sader HS, Huband MD, Castanheira M, International Network for Optimal
Flamm RK. Pseudomonas aeruginosa Resistance Monitoring Program in the
Antimicrobial Susceptibility Results United States. Antimicrob Agents
from Four Years (2012 to 2015) of the Chemother. 2017;61:e02252-16.