Proposal Penelitian Presbiopi
Proposal Penelitian Presbiopi
PENDAHULUAN
1
Presbiopi adalah menurunnya kemampuan akomodasi lensa kristalin
secara progresif dan berhubungan dengan usia, yang mengakibatkan
ketidakmampuan mata untuk fokus pada objek dekat (Waring, 2011).
Presbiopi umumnya memiliki risiko tinggi terhadap penyakit terkait usia.
Onset presbiopi dini dikaitkan dengan hiperopia (Borish, 1975; Holden,
2007)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan
hidup yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia
pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58%
atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang
mengalami low vision. 65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82%
3
dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. (WHO, 2012)
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopi karena
onsetnya yang lambat, namun dapat dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopi
terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006
menunjukkan 112 juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopi.
(American Academy of Ophthalmology, 2010)
2.3 Etiologi
Yang menjadi etiologi presbiopi adalah:
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
(Ilyas, 2010).
2.4 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas
matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
bertambahnya usia maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan
elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian kemampuan melihat
jarak dekat semakin berkurang. (Ilyas, 2005)
Pada presbiopi, sifat fisiologik lensa yang berupa kelenturan berkurang,
mengakibatkan lensa tidak dapat mencembung sebagaimana fungsinya dalam
memfokuskan objek (Ilyas, 2010). Kelenturan lensa berkurang seiring
meningkatnya usia. Hal ini disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada
protein lensa seiring bertambahnya usia, sehingga menyebabkan lensa
menjadi keras dan kurang elastis. Keadaan ini menimbulkan manifestasi
berupa gangguan akomodasi. Selain berkurangnya kelenturan lensa,
gangguan akomodasi pada usia lanjut juga disebabkan oleh kelemahan otot
akomodasi (Ilyas, 2010). Kelenturan lensa dan kelemahan otot akomodasi
yang menurun menyebabkan semakin jauhnya titik dekat penglihatan
sehingga kemampuan akomodasi berkurang (Ganong, 2002).
Titik dekat penglihatan adalah titik terdekat ke mata yang masih dapat
memfokuskan suatu benda dengan jelas oleh akomodasi. Titik dekat akan
4
semakin jauh seiring dengan pertambahan usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10
tahun menjadi 83 cm pada usia 60 tahun. Kelengkungan lensa dapat
ditingkatkan, namun sifatnya terbatas (batas akomodasi maksimum). Hal
tersebut menyebabkan berkas sinar dari suatu benda yang letaknya kurang
dari titik penglihatan yang dimiliki tidak dapat difokuskan di retina walaupun
telah dilakukan akomodasi maksimum (Ganong, 2002).
2.6 Klasifikasi
2.6.1. Presbiopi Insipien
Presbiopi insipien merupakan tahap awal di mana gejala atau
temuan klinis yang mulai menunjukkan gejala awal gangguan
penglihatan dekat. Pada presbiopi insipien dibutuhkan usaha yang
lebih untuk membaca tulisan kecil. Biasanya, pasien membutuhkan
5
bantuan kacamata, namun tidak tampak kelainan bila dilakukan
pemeriksaan dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.
2.6.2. Presbiopi Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitudo akomodasi yang
berangsur–angsur menurun, pasien dewasa mengeluhkan adanya
gangguan penglihatan serta ditemukan kelainan pada saat dilakukan
pemeriksaan.
2.6.3. Presbiopi Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan
terus menerus, presbiopi fungsional dapat berkembang menjadi
presbiopi absolut. Presbiopi absolut adalah kondisi di mana
kemampuan mata unduk berakomodasi.
2.6.4. Presbiopi Prematur
Presbiopi premature adalah berkurangnya kemampuan
akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari
perkiraan. Presbiopi ini terjadi dini pada usia sebelum 40 tahun, dan
berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau obat–obatan,
hipermetropia yang tidak terkoreksi, prematur sklerosis dari lensa
kristalin, dan glaukoma simpleks kronik.
2.6.5. Presbiopi Nokturnal
Presbiopi nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan
untuk melihat jarak dekat yang disebabkan oleh penurunan amplitudo
akomodasi pada saat cahaya redup. Peningkatan ukuran pupil, dan
penurunan kedalaman menjadi penyebab berkurangnya jarak
penglihatan dekat dalam cahaya redup (American Academy of
Ophthalmology, 2010).
6
dan mengantuk pada saat bekerja yang membutuhkan penglihatan dekat terus-
menerus, diplopia, dan membutuhkan cahaya terang untuk membaca (Mancil
O.D., et al., 2011)
Presbiopi terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan
ketidakmampuan melihat benda–benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak
dekat merupakan gejala dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi
pada presbiopi adalah:
- Keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat.
- Mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas.
- Sakit kepala.
- Astenopia karena kelelahan pada otot siliar.
- Menyipitkan mata saat membaca.
- Kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat.
- Membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
(Ilyas, 2010)
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1. Kacamata
Presbiopi dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk
mengatasi daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien
presbiopi, kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang
berkekuatan tertentu:
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri
adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang.
Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan
jarak kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif
sehingga angka–angka di atas bukan merupakan angka yang tetap.
7
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture
kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi
membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan
ini, dapat digunakan kacamata yang bagian atasnya terbuka dan tidak
terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus melakukan hal
serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan refraksi yang lain.
Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen
bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan
jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan
bertingkat (Whitcher dan Paul, 2009)
2.8.2. Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi,
namun keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum
bisa ditetapkan:
o Multifocal intraocular lens implants
o Accommodating intraocular lens implants
o Small-diameter corneal inlays
o Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas
o Conductive keratoplasty (CK)
o Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic
accommodation. (American Academy of Opthalmology, 2010)
2.9 Prognosis
Hampir semua pasien presbiopi dapat berhasil dalam menggunakan
salah satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien
presbiopi yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien
yang memiliki riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual),
tambahan kunjungan untuk tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama
kunjungan tersebut, dokter mata dapat memberikan anjuran kepada pasien,
verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai. Kadang-kadang, perubahan
dalam desain lensa diperlukan. (American Academy of Opthalmology, 2010)
8
BAB III
KONSEP PENELITIAN
Jenis Kelamin
Usia
Presbiopi Hiperopia
Penyakit Sistemik
Trauma
Keterangan:
= Variabel Dependen
= Variabel Independen
9
3. Satu set lensa coba
3.2.3. Usia
Definisi : Lamanya penderita hidup, sejak dilahirkan sampai
sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun. Umur
dalam penelitian ini adalah umur yang tercatat dalam
rekam medik pasien.
10
3.2.4. Hiperopia
Definisi : Hiperopia (Hipermetropia) atau long-sightedness adalah
suatu keadaan mata dimana sinar sejajar dari jarak tak
terhingga difokuskan di belakang retina tanpa akomodasi.
Oleh karena itu, orang tersebut akan melihat gambaran
yang buram.
11
3.2.6. Trauma
Definisi : Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata,
kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita karena
adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata
dengan keras/cepat ataupun lambat
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
13
penderita presbiopi yang dipilih sebagai sampel, dikumpul dan dilakukan
pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
14
DAFTAR PUSTAKA
Borish I.M. (1975). Clinical Refraction. 3rd ed. The Professional Press,
Inc., Chicago, Illinois. 5-694
Holden A.B. (2007). Uncorrected refractive error: The major and most
easily avoidable cause of vision loss. Community Eye Health J 20 (63):37-9
Ilyas, Sidarta, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.
15
Waring GO. Correction of presbyopia with a small aperture corneal inlay.
J Refract Surg Thorofare NJ 1995. 2011;27(11):842–5. doi:10.3928/1081597X-
20111005-04.
Whitcher JP, Paul RE. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.;20:392-393
16