Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai
fungsi yang sangat besar. Penyakit mata seperti kelainan refraksi akan sangat
membatasi fungsi tersebut. Kelainan refraksi terjadi apabila mata tidak
mampu memfokuskan bayangan dengan jelas, sehingga penglihatan menjadi
kabur (Ilyas dan Sidarta, 2006).
Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab terbanyak gangguan
penglihatan di seluruh dunia dan menjadi penyebab kedua kebutaan yang
dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2009).
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia
pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58%
atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang
mengalami low vision. 65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82%
dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. (WHO, 2012)
Insiden tertinggi presbiopi terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di
Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta orang di Amerika
mempunyai kelainan presbiopia. (American Academy of Ophthalmology,
2010)
Keadaan ini dapat menjadi sangat berat sehingga menyebabkan
kerusakan berat pada penglihatan (WHO,2009). Tiga kelainan refraksi yang
paling sering dijumpai adalah miopia, hipermetropia dan astigmatisme. Selain
itu terdapat kelainan refraksi lain yang disebut presbiopi. Presbiopi berbeda
dengan ketiga jenis lainnya, yakni berhubungan dengan proses penuaan dan
terjadi hampir pada seluruh individu (WHO, 2009). Dampak presbiopi
terhadap kualitas hidup pada populasi global telah menempatkan penanganan
presbiopi di lini depan penelitian secara signifikan. Selain itu, presbiopi
merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang penting, karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup orang tua (Patel dan West, 2007).

1
Presbiopi adalah menurunnya kemampuan akomodasi lensa kristalin
secara progresif dan berhubungan dengan usia, yang mengakibatkan
ketidakmampuan mata untuk fokus pada objek dekat (Waring, 2011).
Presbiopi umumnya memiliki risiko tinggi terhadap penyakit terkait usia.
Onset presbiopi dini dikaitkan dengan hiperopia (Borish, 1975; Holden,
2007)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan suatu masalah yaitu:
Bagaimanakah Karakteristik Pasien Presbiopi di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin Kota Makassar Periode Januari - Juni
2017?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik Pasien
Presbiopi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Kota Makassar
Periode Januari - Juni 2017

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang
Karakteristik Pasien Presbiopi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin Kota Makassar Periode Januari - Juni 2017.
2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi sumber bacaan untuk
penelitian berikutnya.
3. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran
yang bermanfaat untuk perkembangan keilmuan peneliti.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Presbiopi


Lensa tersusun dari sekitar 1000 lapis sel yang menghancurkan nukleus
dan organelnya selama perkembangannya, sehingga sel-sel ini bersifat
transparan. Adanya situasi ini menjadikan sel ini kekurangan DNA dan
organel pembentuk protein, sehingga sel lensa dewasa tidak dapat melakukan
regenerasi atau memperbaiki diri. Pada proses penuaan, sel sentral yang lebih
awal tidak dapat memperbarui diri akan mati dan menjadi kaku. Lensa tidak
dapat lagi menjadi bentuk sferis yang dibutuhkan untuk akomodasi pada
penglihatan jarak dekat. Hal yang berkaitan dengan kemampuan akomodasi
ini, disebut presbiopi dan mempengaruhi sebagian besar orang pada usia
pertengahan (45-50) (Sherwoood, 2007).
Presbiopi merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia
(American Academy of Ophthalmology, 2010). Hilangnya daya akomodasi
yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua orang disebut
presbiopi. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan refraksi) akan
mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan
benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun
(Ilyas, 2010). Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan
penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum
(Khurana, 2005)

2.2 Epidemiologi
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan
hidup yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia
pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58%
atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang
mengalami low vision. 65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82%

3
dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. (WHO, 2012)
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopi karena
onsetnya yang lambat, namun dapat dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopi
terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006
menunjukkan 112 juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopi.
(American Academy of Ophthalmology, 2010)

2.3 Etiologi
Yang menjadi etiologi presbiopi adalah:
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
(Ilyas, 2010).

2.4 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas
matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
bertambahnya usia maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan
elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian kemampuan melihat
jarak dekat semakin berkurang. (Ilyas, 2005)
Pada presbiopi, sifat fisiologik lensa yang berupa kelenturan berkurang,
mengakibatkan lensa tidak dapat mencembung sebagaimana fungsinya dalam
memfokuskan objek (Ilyas, 2010). Kelenturan lensa berkurang seiring
meningkatnya usia. Hal ini disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada
protein lensa seiring bertambahnya usia, sehingga menyebabkan lensa
menjadi keras dan kurang elastis. Keadaan ini menimbulkan manifestasi
berupa gangguan akomodasi. Selain berkurangnya kelenturan lensa,
gangguan akomodasi pada usia lanjut juga disebabkan oleh kelemahan otot
akomodasi (Ilyas, 2010). Kelenturan lensa dan kelemahan otot akomodasi
yang menurun menyebabkan semakin jauhnya titik dekat penglihatan
sehingga kemampuan akomodasi berkurang (Ganong, 2002).
Titik dekat penglihatan adalah titik terdekat ke mata yang masih dapat
memfokuskan suatu benda dengan jelas oleh akomodasi. Titik dekat akan

4
semakin jauh seiring dengan pertambahan usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10
tahun menjadi 83 cm pada usia 60 tahun. Kelengkungan lensa dapat
ditingkatkan, namun sifatnya terbatas (batas akomodasi maksimum). Hal
tersebut menyebabkan berkas sinar dari suatu benda yang letaknya kurang
dari titik penglihatan yang dimiliki tidak dapat difokuskan di retina walaupun
telah dilakukan akomodasi maksimum (Ganong, 2002).

2.5 Faktor Risiko


Usia merupakan faktor risiko utama penyebab presbiopi. Namun pada
kondisi tertentu dapat terjadi presbiopi prematur sebagai hasil dari faktor-
faktor seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping
obat.
- Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun
- Hiperopia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di
koreksi
- Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
- Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot
siliar
- Penyakit sistemik: diabetes mellitus, multipel sklerosis, kejadian
kardiovaskular, anemia, influenza, campak.
- Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efek samping dari obat non-
prescription dan prescription (contoh: alkohol, klorpromazin,
hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik).
- Lain-lain: Kurang gizi, penyakit dekompresi. (American Academy of
Ophthalmology, 2010)

2.6 Klasifikasi
2.6.1. Presbiopi Insipien
Presbiopi insipien merupakan tahap awal di mana gejala atau
temuan klinis yang mulai menunjukkan gejala awal gangguan
penglihatan dekat. Pada presbiopi insipien dibutuhkan usaha yang
lebih untuk membaca tulisan kecil. Biasanya, pasien membutuhkan

5
bantuan kacamata, namun tidak tampak kelainan bila dilakukan
pemeriksaan dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.
2.6.2. Presbiopi Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitudo akomodasi yang
berangsur–angsur menurun, pasien dewasa mengeluhkan adanya
gangguan penglihatan serta ditemukan kelainan pada saat dilakukan
pemeriksaan.
2.6.3. Presbiopi Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan
terus menerus, presbiopi fungsional dapat berkembang menjadi
presbiopi absolut. Presbiopi absolut adalah kondisi di mana
kemampuan mata unduk berakomodasi.
2.6.4. Presbiopi Prematur
Presbiopi premature adalah berkurangnya kemampuan
akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari
perkiraan. Presbiopi ini terjadi dini pada usia sebelum 40 tahun, dan
berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau obat–obatan,
hipermetropia yang tidak terkoreksi, prematur sklerosis dari lensa
kristalin, dan glaukoma simpleks kronik.
2.6.5. Presbiopi Nokturnal
Presbiopi nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan
untuk melihat jarak dekat yang disebabkan oleh penurunan amplitudo
akomodasi pada saat cahaya redup. Peningkatan ukuran pupil, dan
penurunan kedalaman menjadi penyebab berkurangnya jarak
penglihatan dekat dalam cahaya redup (American Academy of
Ophthalmology, 2010).

2.7 Tanda dan Gejala


Penderita presbiopi mengeluhkan gejala awal berupa penglihatan kabur
dan ketidakmampuan melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya dekat.
Gejala lainnya berupa keterlambatan memfokuskan benda-benda dekat,
ketidaknyamanan pada mata, nyeri kepala, kelelahan mata (astenopia), lelah

6
dan mengantuk pada saat bekerja yang membutuhkan penglihatan dekat terus-
menerus, diplopia, dan membutuhkan cahaya terang untuk membaca (Mancil
O.D., et al., 2011)
Presbiopi terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan
ketidakmampuan melihat benda–benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak
dekat merupakan gejala dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi
pada presbiopi adalah:
- Keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat.
- Mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas.
- Sakit kepala.
- Astenopia karena kelelahan pada otot siliar.
- Menyipitkan mata saat membaca.
- Kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat.
- Membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
(Ilyas, 2010)

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1. Kacamata
Presbiopi dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk
mengatasi daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien
presbiopi, kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang
berkekuatan tertentu:
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri
adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang.
Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan
jarak kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif
sehingga angka–angka di atas bukan merupakan angka yang tetap.

7
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture
kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi
membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan
ini, dapat digunakan kacamata yang bagian atasnya terbuka dan tidak
terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus melakukan hal
serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan refraksi yang lain.
Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen
bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan
jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan
bertingkat (Whitcher dan Paul, 2009)

2.8.2. Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi,
namun keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum
bisa ditetapkan:
o Multifocal intraocular lens implants
o Accommodating intraocular lens implants
o Small-diameter corneal inlays
o Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas
o Conductive keratoplasty (CK)
o Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic
accommodation. (American Academy of Opthalmology, 2010)

2.9 Prognosis
Hampir semua pasien presbiopi dapat berhasil dalam menggunakan
salah satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien
presbiopi yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien
yang memiliki riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual),
tambahan kunjungan untuk tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama
kunjungan tersebut, dokter mata dapat memberikan anjuran kepada pasien,
verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai. Kadang-kadang, perubahan
dalam desain lensa diperlukan. (American Academy of Opthalmology, 2010)

8
BAB III
KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Jenis Kelamin

Usia

Presbiopi Hiperopia

Penyakit Sistemik

Trauma

Skema 3.1 variabel dependen dan variabel independen

Keterangan:

= Variabel Dependen

= Variabel Independen

3.2 Definisi Operasional


3.2.1. Presbiopi
Definisi : Presbiopi adalah gangguan penglihatan jarak dekat akibat
melemahnya otot akomodasi dan/atau berkurangnya
elastisitas lensa kristalin yang pada umumnya
berhubungan dengan pertambahan usia.

Alat Ukur : 1. Snellen Chart


2. Kartu baca dekat

9
3. Satu set lensa coba

Cara Ukur : Pemeriksaan Oftalmologi (Visus)

Hasil Ukur : 1. Penilaian tajam penglihatan.


2. Koreksi kelainan refraksi. Diberikan lensa mulai +1
dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil
pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.

3.2.2. Jenis kelamin


Definisi : Perbedaan jenis kelamin dari pasien sesuai dengan yang
tercatat dalam rekam medis.

Alat Ukur : Rekam medis

Cara Ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil Ukur : Berupa data kategorik yaitu:


1. Laki-laki
2. Perempuan

3.2.3. Usia
Definisi : Lamanya penderita hidup, sejak dilahirkan sampai
sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun. Umur
dalam penelitian ini adalah umur yang tercatat dalam
rekam medik pasien.

Alat Ukur : Rekam medis

Cara Ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil Ukur : Berupa data kategorik yaitu:


1. 40-45 tahun
2. 46-50 tahun
3. 51-55 tahun
4. 56-60 tahun
5. > 60 tahun

10
3.2.4. Hiperopia
Definisi : Hiperopia (Hipermetropia) atau long-sightedness adalah
suatu keadaan mata dimana sinar sejajar dari jarak tak
terhingga difokuskan di belakang retina tanpa akomodasi.
Oleh karena itu, orang tersebut akan melihat gambaran
yang buram.

Alat Ukur : 1. Snellen Chart


2. Gagang lensa coba
3. Satu set lensa coba

Cara Ukur : Pemeriksaan Oftalmologi (Visus)

Hasil Ukur : 1. Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang


diperiksa dan bila tampak lebih jelas oleh pasien lensa
positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan-lahan
dan diminta membaca huruf-huruf pada baris lebih
bawah.
2. Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa
sferis positif terbesar yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.

3.2.5. Penyakit Sistemik


Definisi : Penyakit sistemik adalah penyakit yang berkaitan
dengan adanya kelainan kondisi sistem metabolisme
tubuh manusia, khususnya berkaitan dengan presbiopi.

Alat Ukur : Rekam medis

Cara Ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil Ukur : 1. Diabetes Mellitus


2. Penyakit Kardiovaskular
3. Multipel Sklerosis

11
3.2.6. Trauma
Definisi : Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata,
kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita karena
adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata
dengan keras/cepat ataupun lambat

Alat Ukur : Rekam medis

Cara Ukur : Pencatatan status pasien melalui rekam medis pasien.

Hasil Ukur : 1. Kerusakan pada lensa


2. Kerusakan pada zonula
3. Kerusakan pada otot siliar

12
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif retrospektif
untuk memberikan gambaran fakta mengenai beberapa karakteristik pasien
presbiopi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Kota
Makassar.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin yang terletak di Kecamatan Tamalanrea, Kota
Makassar.

4.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga
November 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien presbiopi di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Kota Makassar
periode Januari - Juni 2017.

4.3.2 Sampel Penelitian


Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total
sampling, yaitu semua pasien presbiopi di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin Kota Makassar periode Januari - Juni 2017.

4.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari pencatatan pada rekam medik pasien di Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Rekam medik pasien dengan

13
penderita presbiopi yang dipilih sebagai sampel, dikumpul dan dilakukan
pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

4.5 Pengolahan dan Penyajian Data


4.5.1 Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer
dan kemudian dianalisa menggunakan program SPSS dan Microsoft
Excel secara statistik deskriptif yaitu dalam bentuk tabulasi berisi
frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel yang diteliti.

4.5.2 Penyajian Data


Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi proporsi, diagram pie dan diagram batang yang disertai
dengan penjelasan yang disusun dan dikelompokkan sesuai dengan
tujuan penelitian.

4.6 Etika Penelitian


1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin Kota Makassar sebagai permohonan
izin untuk melakukan penelitian.
2. Menjaga kerahasiaan identitas pribadi pasien yang terdapat pada data
rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan
atas penelitian yang dilakukan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology, 2009. Frequency of Ocular


Examination. http://www.aao.org/clinical-statement/frequency-of-ocular-
examinations-- november-2009 diakses pada tanggal 28 April 2017.

American Academy of Opthalmology. 2010. Care of the patient with


Presbyopia. USA.

Borish I.M. (1975). Clinical Refraction. 3rd ed. The Professional Press,
Inc., Chicago, Illinois. 5-694

Ganong. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Global data on visual impairment 2010. WHO 2012

Holden A.B. (2007). Uncorrected refractive error: The major and most
easily avoidable cause of vision loss. Community Eye Health J 20 (63):37-9

Ilyas S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.. 1:3-74

Ilyas, Sidarta, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, Sidarta, 2006. Kelainan Refraksi dan Kacamata Edisi Kedua.


Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International


Publishers. 2005. 3: 60-65

Mancil, O.D., et al. Optometric Clinical Practice Guideline Care Of The


Patient With Presbyopia. American Optometric Association. 2011

Patel I, West SK. Presbyopia: prevalence, impact, and interventions.


Community Eye Health. 2007;20(63):40–1.

Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th ed. Belmont:


Thomson Brooks/Cole. 2007. P 192-206

15
Waring GO. Correction of presbyopia with a small aperture corneal inlay.
J Refract Surg Thorofare NJ 1995. 2011;27(11):842–5. doi:10.3928/1081597X-
20111005-04.

Whitcher JP, Paul RE. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.;20:392-393

WHO. 2009. What is a refractive error?.


http//www.who.int/feature/qa/45/en/. [diakses 28 April 2017].

16

Anda mungkin juga menyukai