Preseptor:
Penyusun:
Devin Reynando Rofiandy
121001186002
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ani nuraeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jln.Raya cisaat
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk RS : 02 Desember 2019
Tanggal pemeriksaan : 03 Desember 2019
2.2 Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis dengan keluarga pasien.
2.2.1 Keluhan utama
Penurunan kesadaran
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Syamsudin Sukabumi dengan keluhan
penurunan kesadaran,sejak 1 hari SMRS awalnya pasien masih dapat
berkomunikasi dengan keluarga pasien kemudian pasien mengalami penurunan
kesadaran secara progresif dengan waktu secara perlahan dan menetap. sebelumnya
pasien mengeluhkan adanya batuk lama sudah lebih dari 5 tahun ,batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan disertai adanya darah. Pasien mengeluhkan demam
hilang timbul sudah 2 bulan terakhir, sering berkeringat pada malam hari, sulit tidur
dan lemas. Dan pasien mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam 2
bulan terakhir (penurunan 14 kg).
Riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis ada (nenek buyut). Riwayat
perdarahan dari kulit, hidung, gusi dan saluran cerna tidak ada. Riwayat kejang
tidak ada. Riwayat sakit kepala tidak ada. Riwayat menderita sakit kuning tidak
ada. Riwayat bepergian ke daerah endemik malaria tidak ada. Buang air kecil warna
dan jumlah biasa, riwayat nyeri saat buang air kecil tidak ada. Buang air besar warna
dan konsistensi biasa.
Pasien memiliki riwayat keluhan serupa pada saat umur 30 tahun. Saat itu
keluhan batuk berdahak bercampur dengan darah. Pasien positif terdiagnosa TB
paru berdasarkan pemeriksaan sputum dan rontgen thorax.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah mengalami TB paru dan kelenjar
namun pengobatan regimen yang sudah diberikan tidak dipatuhi dengan baik
sampai putus obat , 1 bulan terakhir pasien sering mengeluhkan lemas badan dan
tidak nafsu makan.
Riwayat Pengobatan :
Memiliki riwayat magh kronis
Memiliki Riwayat TB Paru
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat gagal jantung disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat keluhan sesak dari kecil disangkal
Riwayat keganasan disangkal
Riwayat kolesterol tinggi disangkal
Riwayat Asam urat tinggi disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit kuning disangkal
Riwayat penyakit liver disangkal
Riwayat batu empedu disangkal
Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan merokok lebih 20 tahun
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat stelan atau warung
(Paramex)
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Pemeriksaan generalis:
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Coma
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Laju Nadi : 102 x/menit
Laju Nafas : 26 x/menit
Suhu : 38,5°C
Kepala : Normocephali, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor , refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung
(+/+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Telinga : Deformitas (-/-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : Mukosa oral basah, faring hiperemis (-), sianosis(-)
Lidah : Atrofi(-), tremor (-), lidah kotor (-), frenulum ikterik
Leher :Trakea ditengah, pembesaran KGB (+), nyeri dan
tidak ada tanda peradangan JVP 5 +/- 2 cmH2O.
Thorax
Inspeksi :Pergerakan napas tampak simetris statis dan
dinamis, spider nevi (-), gynecomastia (-)
Palpasi :Pergerakan napas teraba simetris statis dan dinamis,
vocal fremitus kanan sama dengan kiri, sela iga tidak
membesar
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri, batas paru
hepar pada sela iga ke-7, dengan peranjakan 1 sela iga
Auskultasi : VBS pada lapang paru kanan sama dengan kiri,
ronkhi (+/+), wheezing (+/+), fremitus resonance kanan sama dengan kiri.
Cor
Inspeksi : Iktus cordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pulsasi, tidak ada vibrasi dan
kuat angkat.
Perkusi
Batas atas : ICS III
Batas kanan : Sternal line dextra
Batas kiri : midclavicular line sinistra ICS 5
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar regular,
murmur(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, tanda indflamasi (-), caput
medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Pekak pada regio abdomen kanan, ruang HMM.
Palpasi : Supel, , tidak terdapat
hepatomegali, lien tidak teraba.
Punggung: normal
Ekstremitas: akral dingin, CRT < 2s, edema -/-/-/-
Kulit: Jaundice (-)
Pemeriksaan Neurolgis
1. Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : negatif
Kernig : negatif
Brudzinski I : negatif
Brudzinski II : negatif
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Sakit kepala :-
Penglihatan kabur : -
Bradikardia :-
Papil edema : tidak dinilai
3. Saraf kranial
N. I (kanan/kiri) : tidak dinilai
N. II (kanan/kiri)
Asies visus : tidak dinilai
Lihat warna : tidak dinilai
Kampus visus : tidak dinilai
Funduskopi : tidak dinilai
N.III-IV-VI (kanan/kiri)
Kedudukan bola mata : Di tengah / di tengah
Ptosis : -/-
Eks/enoftalmus : -/-
Gerak bola mata
Pupil
Bentuk/besar :Bulat, isokor 3mm/ 3mm
Refleks cahaya : langsung +/+, tidak langsung +/+
Refleks akomodasi : (+) masbr
2.4 Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Syamsudin Sukabumi dengan keluhan
penurunan kesadaran,sejak 1 hari SMRS awalnya pasien masih dapat
berkomunikasi dengan keluarga pasien kemudian pasien mengalami penurunan
kesadaran secara progresif dengan waktu secara perlahan dan menetap. sebelumnya
pasien mengeluhkan adanya batuk lama sudah lebih dari 5 tahun ,batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan disertai adanya darah. Pasien mengeluhkan demam
hilang timbul sudah 2 bulan terakhir, sering berkeringat pada malam hari, sulit
tidur dan lemas. Dan pasien mengalami penurunan berat badan yang drastis
dalam 2 bulan terakhir (penurunan 14 kg).
Pasien memiliki riwayat keluhan serupa pada saat umur 30 tahun. Saat itu keluhan
batuk berdahak bercampur dengan darah. Pasien positif terdiagnosa TB paru
berdasarkan pemeriksaan sputum dan rontgen thorax.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah mengalami TB paru dan kelenjar
namun pengobatan regimen yang sudah diberikan tidak dipatuhi dengan baik
sampai putus obat , 1 bulan terakhir pasien sering mengeluhkan lemas badan dan
tidak nafsu makan.
Diagnosa Banding
TB milier
Pneumonia
Anemia defisiensi Fe
RONTGEN THORAX PA
Kesan :
Sugestif tbc paru milier dengan kardiomegali tanpa bendungan paru
2.8 Prognosis
Ad vitam : ad malam
Ad functionam : ad malam
Ad sanctionam : ad malam
BAB III
KAJIAN KASUS
3.1 Kajian Diagnosa Kerja
A. Perempuan, 52 tahun dengan TB milier dan anemia
Dari anamnesis ditemukan :
- Penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS
- Demam sejak 2 bulan SMRS
- Batuk berdahak bercampur darah dari 5 tahun yang lalu
- Nyeri ulu hati
- Tidak nafsu makan
- Penurunan berat badan drastis
- Kebiasaan merokok 2 bungkus sehari sejak 20 tahun yang lalu
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :
- KA (+/+)
- Hepatomegaly (+)
- Akral dingin ,CRT < 2s
Dari pemeriksaan Lab menunjukan :
- Terlampir
Diagnosis : TB milier dengan anemia
Usulan pemeriksaan :
- Hematologi rutin
- Ro Thorax
- Hasil terlampir
Tatalaksana :
- Infus Nacl 0,9% 20 tpm
- As.folat 1x1
- Bromhexine 1x1
- Metronidazole 3x500mg IV
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi tuberkulosis sering mengenai paru-
paru, yang disebut TBC paru, namun dapat pula menginfeksi organ lain seperti
sistem saraf pusat, limfatik, pencernaan, genitourinarius, tulang, sendi, dan bahkan
kulit 1,2.
2.2. Epidemiologi
Lebih dari 3,8 juta kasus baru (TBC paru dan ekstra paru) dilaporkan pada
tahun 2001, 90% diantaranya berasal dari negara-negara berkembang. Walaupun
demikian, karena rendahnya jumlah kasus yang terdeteksi, kasus yang telah
dilaporkan tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari total kasus TBC.
Diperkirakan sekitar 8,5 juta kasus baru di seluruh dunia yang muncul pada tahun
2001, 95% terdapat di negara-negara berkembang terutama di Asia ( 5 juta
penderita) 2,3.
WHO memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dari 22
negara dengan masalah TB terbesar setelah cina dan india 7.
2.3. Etiologi
Penyebab TBC dengan mengkontaminasi susu adalah M. bovis. M.
africanum diisolasi pada kasus di Afrika barat, tengah dan timur. M. microti paling
sedikit virulensinya, M. canetii sangat jarang dan terjadi di Afrika. M. tuberculosis
paling sering menyerang manusia 2,8.
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu bakteri yang berbentuk
batang tipis yang sedikit lengkung dan berukuran 0.5µm × 3µm serta mempunyai
lilin D pada dinding sel. Adanya lilin pada dinding sel tersebut membuatkan bakteri
ini tahan asam dan alkali, rentan daripada kering dan disinfektan yang lain. Bakteri
ini tumbuh secara perlahan serta akan mencentus respon imun sel yang kuat pada
individu yang sehat 2,8.
Mycobacterium memilliki karakteristik berbentuk batang lurus atau sedikit
melekung, tidak berspora dan tidak berkapsul, berukuran lebar 0,3-0,6 μm dan
panjang 1-4 μm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. Tuberculosis adalah
asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut
cord factor, Mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi, polisakarida
seperti arabinogalaktan dan arabinomanan 2,8.
Gambar 2.1. Dinding Sel Mycobacterium 2
Paru merupakan port d´entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Ukuran
kuman TB sangat kecil (<5µm), sehingga kuman yang terhirup dalam percik renik
(droplet nuclei) dapat mencapai alveolus. Sebagian kasus, kuman TB dapat
dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak
terjadi respons imunologis spesifik, sedangkan sebagian kasus lainnya, tidak
seluruhnya dapat dihancurkan. Individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh
kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar di
hancurkan. Sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang di namakan fokus
primer Ghon. Penyebaran selanjutnya, kuman TB dari fokus primer Ghon
menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe
yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar
limfe (limfadenitis) yang terkena. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan
limfadenitis di namakan kompleks primer (primary complex). Waktu yang di
perlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap di sebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi TB berlangsung selama 2-
12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu. Selama masa inkubasi,
sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan
hematogen. Penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional
membentuk kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen.
Penyebaran hematogen secara langsung bisa juga terjadi, yaitu kuman masuk ke
dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh (gambar 2).6,9
Pada TB milier penyebaran hematogennya adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread) dengan kuman yang
besar. Kuman ini akan menyebar ke seluruh tubuh, dalam perjalanannya di dalam
pembuluh darah akan tersangkut di ujung kapiler, dan membentuk tuberkel di
tempat tersebut. Semua tuberkel yang di hasilkan melalui cara ini akan mempunyai
ukuran yang lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata
yang menyerupai butir padi-padian (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini
berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm , sedangkan secara histologik merupakan
granuloma. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah
terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman
TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata
terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi
TB, misalnya pada anak dibawah 5 tahun (balita) , terutama dibawah 2 tahun.2,6,8,9
- Tuberkulosis sekunder
Tuberkulosis yang bersifat konis ini dapat terjadi pada orang dewasa. Saat
ini, pendapat umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul re-infeksi
pada seorang yang masa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak
diketahui dan meyembuh sendiri. Terlokalisasi di segmen apikal dan posterior lobus
superior paru karena konsentrasi oksigen yang tinggi. Terbentuk kavitasi yaitu lesi
satelit jika masif, pneumonia tuberkulosa . Sepertiga penderita tidak diobati maka
akan terjadi TB berat dalam beberapa minggu atau bulan setelah onset. Dapat terjadi
remisi spontan atau berkembang menjadi kronis dan progresif ( consumption ) lalu
lesi pulmonal menjadi fibrotic dan menjadi kalsifikasi.1.2,5,9
Pada awal perjalanan penyakit biasanya simptom sering tidak spesifik :
Demam, berkeringat malam, penurunan berat badan, anoreksia, malaise dan
lemah badan
Batuk (non-produktif sputum purulen), blood streaking
Nyeri dada pleuritik
Dyspnea, adult respiratory distress syndrome ( ARDS ).
Dapat dideteksi rales dan ronkhi
2. Tuberkulosis Ekstrapulmonal
TB KGB ( lymphadenitis tuberkulosa )
pleura
saluran nafas atas
genitourinari
skeletal
meningitis dan tuberculoma
gastrointestinal
perikardial ( tuberkulosis perikarditis )
TB milier / diseminata
Tuberkulosis Ekstrapulmonal Ringan :
Pada lymph, pleura, tulang (kecuali vertebrae), sendi, kelenjar adrenal
Tuberkulosis Ekstrapulmonal Berat
Pada meningitis, TB spine, perikarditis, peritonitis, TB usus, TB saluran
kemih, dan lain-lain.2,3,7
2.6. Diagnosis
A. Gambaran Klinis
Sistemik atau konstitusional
Demam (low grade)
Keringat malam walau tanpa beraktivitas
Berat badan menurun
Rasa kurang enak badan (malaise)
Fatigue
Anoreksia (nafsu makan menurun)
Lokal/respiratory
Batuk produktif (terus-menerus dan berdahak) ≥ 2 minggu
Hemoptisis ringan-masif
Nyeri dada, pleuritic pain
Sesak nafas 2,7,9
B. Pemeriksaan Fisik
Kelainan pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah
apeks dan segmen posterior, serta daerah apek lobus inferior. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan :
- Suara nafas bronchial, suara nafas melemah dan ronki basah.
- Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
- Pada pleuritis tuberculosis : perkusi ditemukan pekak, auskultasi
ditemukan suara nafas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi
yang terdapat cairan.
- Pada limfadenitis tuberculosis : pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher, kadang-kadang didaerah ketiak 2.
C. Pemeriksaan Bakteriologis
1. Bahan Pemeriksaan :
Dahak (paling sering)
Cairan pleura
Cairan cerebrospinal
Bilasan bronkus
Bilasan lambung
Urin
Feses
Jaringan biopsy.
2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan :
Mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam 2 hari
kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :
S : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama
kali.
P : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur.
S : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.
3. Cara pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi dari specimen dahak dapat dilakukan dengan cara
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis biasa menggunakan Ziehl-Nielsen.
Pemeriksaan mikroskopis fluoresens menggunakan pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya untuk penapisan).2
4. Interpretasi
Pemeriksaan sputum dapat diinterpretasikan berdasarkan IUATLD
(International Union against Tuberculous Lung Disease) :
Jumlah BTA Report
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Tuberkulin
Tes tuberculin intradermal mendeteksi infeksi TB walaupun tidak dapat
membedakan antara bentuk TB aktif atau dalam keadaan dorman. PPD
(purified protein derivate) merupakan fraksi protein dari tubercle bacilli
yang avirulen. Saat diberikan kepada individu dengan TB aktif atau dorman
maka akan menyebabkan eritema dan indurasi (edema) pada tempat yang
disuntik akibat dari akumulasi limfosit yang tersensitasi.
2. Tes Mantoux
Tes Mantoux merupakan tes pilihan. Tuberculin diinjeksi secara
intradermal dengan menggunakan jarum. Tes TB dan langkah tidak menjadi
tes rutin untuk menyelidiki adanya TB.
Interpretasi hasil, tes harus dibaca 48-72 jam setelah injeksi. Semakin besar
area reaksi kulit maka semakin kuat adanya infeksi TB. Hasil yang positif
menunjukan adanya indurasi 5-15 mm. Namun, reaksi yang signifikan (>10mm)
tidak menunjukkan adanya TB yang signifikan (TB yang sudah sembuh, cek
dengan radiologi).2,5,7
3. Radiologi
a. Pada awal penyakit gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan
dengan batas-batas tidak tegas, bila lesi sudah meliputi jeringan kyat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas yang dikenal sebagai
tuberkuloma.
b. Pada kavitas, bayangan berupa cincin yang berdinding tipis menjadi menebal,
karena dinding menjadi sklerotik.
c. Pada kalsifikasi, bayangan tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.
d. Pada tuberculosis milier, gambaran terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar pada seluruh lapang paru, menyerupai gambaran ‘badai
kabut’ (snow storm appearance).
2.8. Penatalaksanaan TB
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan
a. Tujuan :
Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan
Menurunkan tingkat penularan
b. Prinsip Pengobatan
• OAT diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan
• Dosis tahap intensif dan lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal sebaiknya
pada saat perut kosong
• Apabila paduan obat tidak yang digunakan tidak adekuat, kuman TBC
akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten) sehingga diperlukan
pengawasan langsung (DOT) oleh seorang PMO.
c. Tahap Intensif (2-3 bulan)
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT.
Bila diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu > penderita TBC BTA + menjadi
BTA – pada akhir pengobatan intensif
d. Tahap Lanjutan (4bulan atau 7 bulan)
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT.
Bila diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu > penderita TBC BTA + menjadi
BTA – pada akhir pengobatan intensif
e. Program nasional Penanggulangan TBC 2,3,6
Indonesia
2 HRZE / 4H3R3
g. Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping
OAT KDT.
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang
penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug
resistant tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi
TB merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and
Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan obat
tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun
1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO seperti
terlihat pada table.3.
Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja.
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang
benar dan standar.
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi.3,4,7
6.
Tahap
Intenif
(dosis 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
harian
1 bulan 1 1 3 3 - - 28
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x 4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
seminggu
)
C.Kategori 3 (2 HRZ / 4 H3R3)
Tahap Intensif : HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
Tahap lanjutan : HR diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan
Diberikan untuk:
Penderita baru BTA negatif dan rontgen (+) sakit ringan
Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis)
pleuritis eksudativa unilateral TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
D. OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA+ atau
penderita BTA + pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak
masih BTA + diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
Tabel 6. Dosis KDT untuk Sisipan
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (150/75/400/275)
30-37 kg 2 tablet 4KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT