Anda di halaman 1dari 64

BED SITE TEACHING

Devin Reynando R
12100118602
2020
KETERANGAN UMUM
Nama : Tn.F
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Palasari
Pekerjaan : Karyawan pabrik karet
Status Perkawinan : Belum Menikah
Suku : Sunda
Tanggal Masuk : 12 januari 2020
Tanggal Pemeriksaan : 13 januari 2020
BB : 60 Kg

Tinggi Badan : 170 cm

BMI : 23,09
Anamnesis :

Keluhan Utama : Kuning pada mata dan seluruh tubuh


ANAMNESIS KHUSUS
Pasien datang dengan keluhan kuning pada bagian mata dan
seluruh tubuh sejak 1 minggu SMRS.
Keluhan kuning di rasakan terus menerus/menetap, muncul secara
perlahan awalnya pada bagian mata kemudian meluas ke bagian
seluruh tubuh.

Keluhan disertai nyeri ulu hati sejak 3 hari SMRS,nyeri tersebut


dirasakan hilang timbul,muncul secara tiba tiba tidak menyebar ke
daerah perut atas kanan atau belakang, nyeri tersebut terlokalisir.
Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah, mual tidak hilang dan
keluhan semakin sering, pasien muntah sebanyak >2x dalam 1 hari
selama 3 hari kebelakang SMRS cair,tidak ada darah dan lendir,
Keluhan juga di sertai dengan perubahan warna BAK menjadi teh pekat dan
warna BAB menjadi pucat seperti dempul dengan BAB yang cair/mencret
Sejak 3 hari SMRS ,Tidak ada perubahan pola urinasi dan BAB.
Selain itu pasien juga mengeluhkan lemas badan, sakit kepala dan
penurunan nafsu makan.

Pasien menyangkal bahwa pasien tidak demam, pegal-pegal, gatal-gatal,


tidak ada perubahan warna kulit menjadi kekuningan dan penurunan berat
badan.Pasien menyangkal memiliki riwayat mata sering berkunang-kunang,
mudah lelahjantung berdebar-debar. Riwayat sering nyeri ulu hati atau perih ulu
hati yang disertai mual dan muntah terutama bila terlambat makan tidak ada.
Riwayat
berpergian ke daerah endemis malaria tidak ada.Riwayat sering ke tempat banjir
juga disangkal,serta penurunan BB secara drastis selama 1 bulan terakhir juga
disangkal
Pasien mengaku sering jajan sembarangan di luar lingkungan kerjanya,
pasien sangat menyukai goreng-gorengan dan
minuman berwarna. Pasien menyangkal tidak pernah melakukan transfusi
darahmenggunakan suntikan, mencabut gigi, atau di tattoo selama 6 bulan
terakhir.

Pasien juga tidak pernah melakukan pengobatan dalam jangka waktu yang
lamadan menyangkal tidak pernah tertusuk jarum suntik.

Sebelum ke rumah sakit pasien belum pernah berobat sebelumnya, terdapat


keluhan yang sama yang dirasakan oleh anggota keluarga pasien yaitu adiknya
setelah beberapa hari pasien menderita kuning tersebut.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15  E: 4 M:6 V:5

TANDA TANDA VITAL

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit, reguler, equal, isi cukup

Suhu : 36,7 derajat celcius

Respirasi : 20x/menit
KEPALA
Kulit : Normal
Tengkorak : Normal
Rambut : Bersih hitam halus tidak mudah
rontok
Wajah : Simetris, tidak ada deformitas
Mata : Letak : normal
Palpebra : normal
Pupil : isokor
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (+/+)
Telinga :
 Deformitas (-)
 Luka (-)

Hidung : -Simetris
-Deviasi septum (-)
-Sekret (-)
-Massa (-)

Mulut : tidak ada pembesaran


tonsil lidah tampak normal
frenulum lingulae tidak ikterik
LEHER

- KGB tidak terdapat pembesaran


- Pembesaran kel thyroid (–)
- tidak ada deviasi trachea
- JVP = Normal
THORAX
 INSPEKSI
• Bentuk umum : simetris
• Sela iga : dbn
• Pergerakan : simetris
• Skeletal : dbn
• Kulit : ikterik (+), tidak ada jaringan parut
• Tumor :-
• Iktus cordis : -
 Palpasi
 Kulit : hangat
 Sela iga : dbn
 Vocal premitus : dbn, kanan = kiri
 Iktus cordis : normal
 Perkusi :
 Paru-paru : dbn, sonor kiri =kanan
 Batas paru hepar : ICS V
 Peranjakan : 1 sela iga
 Batas kanan jantung : ICS V linea parasternal
 dextra
 Batas kiri jantung : ICS V linea
midclavicula sinistra
 Batas atas jantung : ICS III linea
parasternal sinistra
 AUSKULTASI

• Suara pernafasan: VBS, kanan = kiri


• Vokal resonans : dbn, kanan = kiri
• Suara tambahan : ronchi -/-, wheezing -/-
• Bunyi jantung : S1, S2 normal
• Murmur :-
THORAX BELAKANG
 Inspeksi
• Bentuk : dbn
• Pergerakan : simetris
• Skelet : dbn
 Palpasi
• Vokal premitus : dbn, kanan = kiri
 Perkusi : sonor, kanan = kiri
 Auskultasi
• Suara pernafasan: VBS, kanan = kiri
• Vokal resonans : dbn, kanan = kiri
• Suara tambahan : ronchi -/-, wheezing -/-
ABDOMEN
Inspeksi
o Bentuk : Datar
o Kulit : jaringan parut/jejas/luka bekas
operasi/massa (-)

Auskultasi : BU (+) 12x/menit

Palpasi

o Dinding perut: tidak ada massa


o Nyeri tekan : (-)
o Hepar : tidak teraba pembesaran
o Lien : tidak ada pembesaran
o Ginjal : tidak ada pembesaran
Perkusi:

Tympani
Pekak samping (-), pekak pindah (-)
Ruang traube kosong
EKSTREMITAS
Petechiae (-)
Palmar erythem (-)
Liver nail (-)
Clubbing Finger (-)
Edema -/-
Sianosis -/-
Capillary refill < 2 detik

Motorik 5 5
5 5
DIAGNOSIS BANDING

01 HEPATITIS A

02 IKTERUS OBSTRUKTIF

03 HEPATITIS B & C

04 SIROSIS HEPATIS
DIAGNOSIS KERJA

HEPATITIS A
USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah :
Rutin : Hb, Ht, leukosit, trombosit
Hitung jenis leukosit, Laju
Endap Darah, GDS, kadar
elektrolit
Fungsi liver (SGOT, SGPT,
bilirubin [total&direct], ALP)
Fungsi ginjal
(ureum, kreatinin)
Immunoserologi : IgM anti HAV,
HbsAg, IgM anti HCV
Urinalisis
Makroskopik (warna, bau,
kekeruhan)
Mikroskopik (sedimen)
Kimia urin (bilirubin, urobilin)
PENGOBATAN

1 2 3 4 5

Rawat jalan kecuali Mempertahankan Menghindari aktivitas Pembatasan pengobatan suportif


dengan mual, anoreksia asupan kalori dan fisik yang berlebihan aktifitas sehari-hari causatif : antiviral
cairan yang adekuat dan berkepanjangan interferon-alfa
symptomatic :
anti
emetik vomitas
PENATALAKSAAN
 Umum
• Tirah baring
• Diet Hati

Diet hati I
• hepatitis infeksiosa akut
• Makanan berupa cairan karbohidrat yang mudah dicerna seperti
sirop, teh manis, dan sari buah.
• Bila perlu  cairan infuse dextrose 5-10% atau RL yang
diberikan bergantian dengan larutan yang mengandung protein
seperti aminofuscin hepar.
• Nilai gizi makanan sehari: 1000 kalori dan 250 gr karbohidrat.
• Diet ini hanya diberikan selama 2-3 hari
Diet hati II
penderita sudah mulai mempunyai nafsu makan.
Pemberian protein dan lemak dibatasi. Makanan diberikan dalam bentuk lunak.
Nilai gizi makanan sehari: 1500 kalori, 30 gr protein, 30 gr lemak, dan 275 gr karbohidrat.
Makanan diberikan hanya dalam jangka waktu pendek karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi.

Diet hati III


Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II atau diberikan kepada
penderita yang nafsu makannya belum cukup besar.
Protein 1 gr/kgBB, lemak sedang dan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa
sesuai dengan keadaan penderita.
Nilai gizi makanan sehari: 2000 kalori, 55 gr protein, 50 gr lemak dan 330 gr
karbohidrat.
Diet hati IV
Diberikan kepada penderita hepatitis infeksiosa dan sirosis hati yang
mempunyai cukup nafsu makan.
Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa sesuai dengan
keadaan pasien.
Nilai gizi makanan sehari: 2000 kalori, 90 gr protein dan 70 gr lemak.
PENATALAKSANAAN
 Khusus
 Non medikamentosa:
• Monitor Fungsi Liver (SGOT, SGPT, Bilirubin)
• Infus cairan

 Medikamentosa :
• Vit B kompleks 3X1 tab
• Curcuma 3x1 tab
• Ursodeoxycholic Acid 250 mg Tab 2x1

 Simptomatik:
• Dimenhydrinate 50 mg Tab 3x1 P.O (Mual, muntah)
• Paracetamol 500 mg Tab 3x1 P.O
• Omeprazole 20 mg Caps 1x1 P.O
MONITORING
• Di rumah sakit:
• Bilirubun serum
• SGOT dan SGPT
• Keadaan umum dan ikterik
• Pasien boleh pulang jika :
• Kadar bilirubin serum < 2 gr%
• Nilai SGOT dan SGPT telah mendekati normal
• Keadaan umum penderita baik
• Nafsu makan telah kembali
• Post rawat
• Olah raga berat dibatasi sampai 6 bulan sesudah sembuh
• Cuci tangan sebelum makan
• Follow up klinis atau laboratorium sampai 2 bulan
PROGNOSIS

Quo ad vitam: ad bonam

Quo ad functionam: ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


HEPATITIS
HEPATITIS VIRUS
Definisi dan Etiologi

Secara umum, hepatitis adalah peradangan hati atau


kerusakan dan nekrosis sel hepatosit, penyebabnya sangat
bervariasi, mencakup infeksi virus (hepatotropik dan non
hepatotropik) bakteri atau jamur, autoimun, toksin, dll

Hepatitis di kenal beberapa jenis virus hepatotropik : virus hepatitis A B C D E & G


Infeksi virus hepatitis A, selanjutnya di sebut hepatitis A, merupakan yg paling sering
menyebabkan gejala hepatitis akut, sedangkan hepatitis B dan C lebih sering
menyebabkan hepatitis kronis.
HEPATITIS A
Suatu virus RNA yang tidak berkapsul, berukuran 27 nm, tahan asam,
panas, dan eter. Termasuk picornavirus dari genus virus heparna. Virionnya
memiliki empat polipeptid kapsid (VP1 – VP4). Aktivitas virus dapat dihilangkan
dengan cara mendidihkannya selama satu menit, dengan formaldehid atau klor
Masa inkubasi virus ini berkisar antara 15 – 45 hari (rata-rata 4 minggu)
Replikasinya terbatas pada hati, dan selama akhir masa inkubasi dan fase
praikterus aktif virus terdapat dalam hati, empedu, feses dan darah
Pada fase akut terdapat respon atibodi berupa IgM yang menetap selama
beberapa bulan, kadang sampai 6 atau 12 bulan. Akan tetapi, selama masa
konvalescen terdapat anti HAV dari kelas IgG yang menjadi dominan. Oleh
karena itu, diagnosis infeksi hepatitis A dapat ditegakan berdasarkan
ditemukannya titer
anti-Hav dari kelas IgM
Transmisi

Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral dari makanan dan minuman yang

terinfeksi. Penyakit ini terutama menyerang golongan sosial ekonomi

rendah yang sanitasi dan higienenya kurang baik


EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-


kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar antara 39,8-68,3%.
PATFIS

1. sistem imun bertanggungjawab untk kerusakan sel hati. Pada

peristiwa ini melibatkan respons CD4 dan CD8 sel T serta

produksi sitokin di hati dan sistemik.

2. efek sitopatik langsung dari virus


Perbandingan - Epidemiologi - Klinis - Petanda serologis antara
hepatitis virus type A, B, C, D dan E

A B C D E
- Virus famili genome HAV HBV HCV HDV HEV
Picorna virus Hepadna Flavi virus Satel ite Calci virus
RNA DNA RNA RNA RNA
- Cara penularan "Fecal-oral" Parenteral Parenteral/blood Parenteral "Fecal-oral"
Food water borne Kontak intim (sex) Transfusion
Transplacental
- Masa tunas 15 - 40 hari 50 - 180 hari 1 - 5 bulan 21 - 90 hari 2 - 9 minggu
PERJALANAN PENYAKIT
Masa tunas (inkubasi)
Masa tunas masing-masing penyebab hepatitis akut berbeda. Sering
saat terserangnya infeksi virus tidak diketahui dengan pasti, sehingga
masa tunas hanya perkiraan saja.

fase pre-ikterik
keluhan yang timbul umumnya tidak khas, berlangsung sekitar 2-7 hari.
Ditandai dengan gejala seperti:
demam tidak terlalu tinggi
gejala malaise (flu like syndrome)
Anoreksia, mual, dan muntah
nyeri perut bagian kanan atas
fase ikterik
gejala timbul sangat khas, berlangsung kurang lebih 1-8 minggu, dengan
gejala-gejala seperti:
mata kuning
buang air kecil seperti air teh pekat
dapat timbul gatal-gatal (pruritus)
gejala-gejala prodromal berkurang atau menghilang
 
fase konvalesens (fase penyembuhan)
ditandai dengan:
ikterus berkurang atau menghilang
nafsu makan baik
segar kembali
Hepar mengecil kembali
MANFES
Pada umumnya hepatitis tipe A, B, dan tipe C mempunyai perjalanan klinis yang sama. Gejala
prodormal dari hepatitis virus akut bersifat sistemik dan cukup
bervariasi. Gejala konstitusional dapat berupa:
 Anoreksia
 Mual dan muntah
 Kelelahan
 Malaise
 Atralgia dan mialgia
 Sakit kepala
 Fotofobia
 Faringitis
 Flu like syndrome
 Demam derajat rendah lebih sering ditemukan pada infeksi HaAV dan HEV.
 Urin yang berwarna hitm (teh pekat)
 Feses yg berwarna dempul
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemuka gambaran;

 Ikterik terutama pada sklera dan bagian tubuh lain


 Hepatomegali disertai nyeri tekan, mungkin terdapat di kuadran kanan
atas disertai perasaan yang tidak nyaman
 Hepar yang memebesar teraba lunak dengan pinggiran yang tajam
 Splenomegali dan adenopati servikal dapat dijumpai
 Jarang ditemukan spider angioma
 Mungkin dapat timbul bradikardi
diagnosis
 Anamnesa dan pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan fungsi hati, terjadi peningkatan bilirubin total, bilirubin

 terkonjugasi, Alkaline Phospatase, SGOT dan SGPT

 Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi
Hepatitis A
HEMATOLOGIS

Peningkatan aminotransferase serum AST dan ALT (SGOT, SGPT) selama fase
prodormal dari hepatitis virus akut mendahului peningkatan bilirubin
Peningkatan bilirubin baik yang terkonjugasi ataupun yang tidak terkonjuugasi,
jika kadar serum bilirubin >2,5 mg/dL dapat bermanifestasi ikterus
Neutropenia, leukopenia dapat ditemukan pada fase preikterik. Dapat disertai
limfositosis relatif
Limfosit atipis dapat ditemukan pada fase akut
Waktu protrombin dapat memanjang pada gangguan fungsi liver
Hipoglikemia
Fosfatase alkali serum dapat normal atau meningkat sedikit
Penurunan albumin bila terdapat komplikasi
Urin dan Tinja:

Bilirubin muncul dalam urin sebelum timbul ikterus, kemudian menghilang


walaupun kadar dalam darah masih tinggi. Urobilinogenuria dapat ditemukan
pada fase akhir preikterus, pada puncak ikterus sangat sedeikit bilirubin sampai
di usus, dengan demikian urobilinogen menghilang, munculnya kembali
urobilinogen dalam urin menandakan mulainya penyembuhan. Permulaan
munculnya ikterus menyebabkan tinja menjadi pucat. Munculnya kembali warna
tinja menandakan dalam fase penyembuhan.
Biopsi Hati dengan Jarum:
Biopsi hati jarang diperlukan pada stadium akut, pada orang dewasa tua
kadang diperlukan untuk membedakan hepatitis dan kolestasis ekstra hepatik atau
kolestasis intra hepatik jenis lain dan dari ikterus karena obat. Biopsi hati dapat
digunakan untuk mendiagnosa adanya komplikasi kronik beserta tipenya. Jangan
sekali-
sekali melakukan biopsi kurang dari enam bulan setelah episode akut, sebab sukar
membedakan gambaran penyembuhan normal dan hepatitis kronik.
KOMPLIKASI DAN GEJALA SISA
Relaps hepatitis
Relaps lebih sering pada penderita HAV akut setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan pasca sembuh. Ditandai dengan timbulnya kembali gejala
penyakit, peningkatan aminotransferase, kadang ikterus, dan ekskresi HAV
dalam
feses.

hepatitis kolestasis
Pada hepatitis akut oleh virus tipe A. Ditandai dengan ikterus kolestasis dan
pruritus yang berkepanjangan.
Hepatitis fulminan
Keadaan ini terutama dijumpai pada hepatitis B, hepatitis D, dan hepatitis E.
Dan jarang sekali pada hepatitis A. Penyakit ini dapat mematikan dalam kurun
waktu 10 hari, dapat berkembang demikian cepatnya sehingga ikterus tidak
mencolok dan penyakit dapat dikacaukan dengan suatu psikosis akut atau
suatu meningoencephalitis. Di lain pihak, setelah mengalami suatu
seranganakut yang khas, pasien akan menjadi sangat kuning, gejala-gejala
yang membahayakan adalah muntah yang berulang, fetor hepatik,
kebingungan dan rasa mengantuk, flapping tremor, yang kemudian timbul
kekakuan, kemudian pasien secara cepat timbul ke dalam stadium koma, dan
pasien jatuh ke dalam kegagalan hati akut, temperatur tubuh menuingkat,
ikterus bertambah, hati mengecil, serta dapat timbul perdarahan yang luas.
Terdapat leukositosis, ini justru sebaliknya dari leukopenia yang biasa didapatkan pada
hepatitis viral akut. Perubahan biokimiawi menunjukan gambaran kegagalan hati akut,
tingginya bilirubin dan transaminase serum merupakan petunjuk yang kurang baik
sebagai prognosis, kadar transaminase dalam serum akan menurun kalau keadaan
pasien bertambah buruk, koagulasi darah akan sangat terganggu dan protrombin
merupakan indikator terbaik untuk prognosis. Frekuensi perjalanan penyakit
tergantung dari jenis pasien, dan prevalensi pembawa.
Ensefalopati

Hati pasien biasanya mengecil dan waktu protrombin dapat sangat memanjang.
Kombinasi dari keadaan tersebut dengan peningkatan kadar bilirubin yang cepat,
bersama dengan tanda klinis konvulsi, disorientasi, somnolen, asiotes dan edema,
menunjukan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami ensefalopati. Edema otak
lazim ditemukan, kompresi batang otak, perdarahan saluran makanan, sepsis,
gagal pernafasan, kolaps kardiovaskuler dan gagal ginjal merupakan peristiwa
terminal.
Hepatitis kronik aktif
Merupakan komplikasi major yang sangat lambat dari hepatitis B akut . Gambaran
klinis dan laboratorium dapat memperlihatkan:
Gejala konstitusi yang menetap dan hepatomegali
Terjadi bridge necrosis pada hepar dari hasil biopsi selama hepatitis virus akut
yang lama dan berat
Tetap tingginya kadar aminotransferase, bilirubin, dan globulin serum selama
6-12 bulan setelah perjalanan yang akut
Tetap adanya HbsAg dan HbeAg selama 6 bulan atau lebih setelah hepatitis
akut.
HAV dan HEV tidak menimbulkan hepatitis kronik.
Superinfeksi
Terjadi pada infeksi virus hepatitis B yang disertai virus
hepatitis D, menyebabkan manifestasi klinis yang lebih
berat.
komplikasi lain berupa: pankreatitis, miokarditis,
pneumonia atipik, anemia aplastik, mielitis transversa, dan
neuropati perifer.
Penatalaksanaan
Non-farmakologis
Bedrest
Bedrest total  lamanya tergantung dari keadaan umum penderita dan tes faal
hati (bilirubin serum)
Mobilisasi dimulai dari duduk, berdiri, berjalan, dan selanjutnya setelah bilirubin
menurun mendekati normal (3mg%) dan keadaan penderita seperti anoreksia
dan nausea tidak ada, sklera tak ikterik dan ukuran hati sudah dalam batas
normal.
Pengurangan aktivitas tetap harus dilakukan penderita sampai 6 bulan setelah
pengobatan.
Pada umumnya  bedrest total selama 3 minggu, sedangkan penderita yang
berat selama 6 minggu.
Farmakologi

Pengobatan simptomatik
Demam : ibuprofen 2x400mg/day
mual : antiemetik seperti Metoklopramid 3x10 mg/day atau domperidon 3 x10
mg/day
Abdomen perih dan kembung H2 blocker (simetidin 3x200mg/day atau ranitidin
2x150 mmg/day atau proto pump inhibitor (omeprazole 1x20mg/day)
Rencana tindak lanjut
Kontrol secara berkala untuk menilai hasil pengobatan
Konseling dan edukasi
1. Sanitasi dan higine mampu mencegah penularan virus
2. vaksinisasi hepatitis A di berikan kepada orang orang yg berisiko
tinggi terkena infeksi
3. Keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan yang
adekuat dan membatasi aktivitas fisik pasien selama fase akut
Indikasi rawat inap

Penderita hepatitis akut harus dirawat jika:


Muntah terus menerus
Keadaan umum melemah
Uji faal hati memburuk
Meskipun keadaan penderita tidak terlalu buruk, sebaiknya
penderita tetap dirawat agar aktivitas dapat dibatasi dan dapat
dilakukan monitoring kadar billirubin, SGOT dan SGPT.
Pasien hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan
kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik
Penderita boleh pulang jika:
Kadar bilirubin serum < 2 gr%
Nilai SGOT dan SGPT telah mendekati normal
Keadaan umum penderita baik
Nafsu makan telah kembali
Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam

Quo ad functionam: ad bonam

Quo ad suasionam : dubia ad bonam


Pencegahan:

Penyuluhan mengenai perlunya deteksi dini dan cara penularan infeksi sangat

diperlukan, umpamanya kontaminasi makanan dan minuman, penjalaran penyakit melalui

hubungan seksual atau malaui donor darah.


Pemantauan Lanjutan

Pasien perlu diperiksa 3-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit, dan
jika perlu, kontrol setiap bulan selama tiga bulan berturut-turut. Perhatian
khusus perlu diberikan pada kekambuhan ikterus dan pada ukuran hati
dan limfa. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan adalah bilirubin,
transaminase, dan petanda hepatitis B jika belum positif. Alkohol
sebaiknya dihindari selama 6 bulan sebab dapat menyebabkan
kekambuhan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai