DEFENISI
A. Pengertian
Surveilans adalah suatu pengamatan yang sistematis, efektif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap
keadaan atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko
terjadinya penyebaran penyakit:
a. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
b. Inkubasi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit apabila tanda-tanda
infeksi sudah timbul sebelum 2 x 24 jam sejak mulai dirawat, maka perlu diteliti masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda
dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
a. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada
pada waktu masuk rumah sakit.
b. Infeksi pada bayi baru lahir yang penularannya melalui placenta (mis: toxoplasmosis,
sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran.
Keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus dirawat di rumah
sakit. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan (color,tumor
dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah bekas tusukan jarum infus
dalam waktu 2x24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang.
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih pada pemasangan kateter urine/Catheter Associated Urinary Tract
Infections (CaUTI) adalah infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan
kateter urine.
Ditemukannya kuman patogen pada pemeriksaan kultur darah dan infeksi tersebut tidak
berhubungan dengan infeksi di tempat lain.
Seseorang yang setelah lebih dari 48 jam dirawat di rumah sakit menunjukkan gejala,
demam (>380C), batuk dan sesak napas, disertai dahak purulen dan pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan lekositosis (>12.000/mm3) atau lekopenia (<4000/mm3) dan pada
pemeriksaan jasmani didapatkan ronkhi dan pada gambaran radiologi toraks ditemukan
infiltrate baru. Tidak dalam masa inkubasi.
HAIs pneumonia yang terjadi setelah 48 jam pada pasien yang terpasang ventilasi
mekanik baik melalui pipa endotrachea/tracheostomi.
Infeksi akibat tindakan pembedahan, dapat mengenai berbagai lapisan jaringan tubuh.
7. Dekubitus
B. Tujuan
1. Mendapatkan data dasar
Data dasar atau awal infeksi diperlukan untuk dapat menghitung data dasar dari
infeksi rumah sakit. Diharapkan data dasar ini dapat membantu rumah sakit menurunkan
rate endemis ini dengan melakukan upaya untuk pencegahan infeksi yang memadai.
2. Menurunkan angka infeksi di rumah sakit
Penurunan resiko infeksi ini dapat berorientasi pada tujuan akhir turunnya angka
infeksi fan turunnya biaya perawatan atau berorientasi pada proses pengolahan data
infeksi yang dapat dipergunakan untuk menentukan langkah penurunan laju infeksi,
angka kesakitan, angka kematian serta biaya perawatan/biaya operasional rumah sakit.
3. Mengidentifikasi KLB
Penyimpanan data dasar infeksi merupakan satu tanda kejadian luar biasa. Untuk
mengenali adanya penyimpangan angka laju infeksi dan menetapkan adanya suatu KLB
membutuhkan suatu keterampilan khusus dari Komite PPI rumah sakit. Tanpa
keterampilan tersebut maka KLB tidak dapat dikenali dan dinilai sebagai suatu kejadian
endemik biasa. Laporan adanya kecurigaan terhadap KLB lebih sering datang dari
dokter yang merawat pasien atau bekerja di laboratorium dari petugas pengendali HAIs.
Kelemahan dalam kecepatan waktu ini sering menjadi keterbatasan dalam penggunaan
data surveilans. Untuk mengatasi hal tersebut maka sebaiknya kegiatan surveilans
dilaksanakan secara teratur, sehingga dapat memonitor perubahan yang terjadi. PPI di
rumah sakit akan dapat mengetahui dengan lebih cepat seandainya suatu kejadian luar
biasa infeksi di RS, sehingga dapat dengan segera melakukan upaya-upaya
pengendalian yang tepat.
a. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Lasmi Kartika wajib memahami panduan surveilans
ini.
-
d. Komite PPI
Surveilans yang dilaksanakan Rumah Sakit Umum Lasmi Kartika adalah target
surveilans, dengan target survey meliputi Infeksi Aliran Darah Primer (IADP), Infeksi Luka
Infus (ILI) /Plebitis, Infeksi Daerah Operasi (IDO), Infeksi Saluran Kemih (ISK), Ventilator
Associated Pneumonia (VAP), Hospital Associated Pneumonia (HAP), dekubitus.
a. Definisi IADP
Infeksi Aliran Darah Primer merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya
mikroba melalui peralatan yang kita masukkan langsung ke sistem pembuluh darah.
Dalam istilah CDC disebut sebagai Blood Stream Infection (BSI).
Infeksi Aliran Darah Primer adalah ditemukannya organism dari hasil kultur darah
semi-kuantitatif/kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat lain dan/atau dokter yang merawat menyatakan telah terjadi
infeksi.
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri yang
kita lakukan terhadap pasien, baik dalam rangka perawatan maupun diagnostik, yang
secara umum disebut sebagai kateter intravaskuler (Intravascular Catheter).
Contohnya pemasangan vena sentral (CVC: Central Venous Catheter), vena perifer
(infus), hemodialisa.
Ada beberapa kriteria untuk menentukan IADP. Kriteria IADP 1 dan 2 dapat digunakan
untuk semua peringkat umur pasien termasuk usia < 1 tahun, minimal ditemukan satu
kriteria seperti tersebut:
Kriteria 1 IADP:
- Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari
tubuh pasien.
Kriteria 2 IADP:
- Pasien menunjukkan minimal satu gejala klinis: demam (suhu > 380C), menggigil
atau hipotensi, dan
- Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien, dan
- Hasil kultur yang berasal dari > 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
(Corynebacterium spp), Bacillus spp (bukan B anthracis), Propionibacterium spp,
Staphylococcus coagulase negatif termasuk S. epidermidis, Streptococcus
viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
Kriteria 3 IADP:
- Pasien anak usia < 1 tahun menunjukkan minimal satu gejala seperti berikut:
demam (suhu rektal > 380C), hipotermi (suhu rectal < 370C), apnoe atau
bradikardia, dan
- Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien, dan
- Hasil kultur yang berasal dari > 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
(corynebacterium spp), Bacillus spp (bukan B anthracis), Propionibacterium spp
Risiko IADP tentunya adalah semua pasien yang dipasang kateter vaskuler,
sedangkan risiko infeksi dan hasil pemeriksaan tergantung dari:
- Teknik pemasangan: keahlian petugas, teknik aseptic, jenis antiseptic, jenis dan
bahan peralatan terpasang (polyethylene, polyurethane, silicon.
- Teknik kultur.
a. Definisi IDO
IDO dalam istilah CDC disebut sebagai Surgical Site Infection (SSI). Ada beberapa
stadium dalam operasi, sehingga penilaian ada tidaknya IDO juga dikelompokkan
berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal
istilah:
- IDO Superfisial: bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan).
- IDO Profunda: bila insisi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan
lapisan otot).
- IDO Organ/Rongga tubuh: bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga
dalam tubuh.
b. Kriteria IDO
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi
- Infeksi yang terjadi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan) yang
dilakukan insisi
- Adanya kuman dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari
tempat insisi superficial
- Diagnosis IDO ini ditegakkan oleh dokter yang menangani pasien tersebut, dimana
terdapat 2 spesifikasi IDO superficial :
Superficial Incisional Primary (SIP)
Infeksi yang terjadi pada insisi primer dari tindakan operasi melalui satu atau
lebih insisi
Superficial Incisional Secondary (SIS)
Infeksi yang terjadi pada insisi sekunder dari tindakan operasi melalui lebih dari
satu insisi
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa
pemasangan implant dan dalam waktu 1 tahun setelah tindakan operasi dengan
pemasangan implant (implant adalah bahan atau jaringan yang bukan dari tubuh
manusia dan ditempatkan secara permanent pada tubuh manusia, cth: katup
jantung protesa, protesa tulang panggul)
- Infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan lapisan otot)
yang dilakukan insisi
- Adanya kuman dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari
tempat insisi superficial
- Terdapat salah satu tanda-tanda infeksi ; febris > 380 C, rasa nyeri yang
terlokalisir.
- Diagnosis IDO ini ditegakkan oleh dokter yang menangani pasien tersebut,
dimana terdapat 2 spesifikasi IDO profunda :
Deep Incisional Primary (DIP)
Infeksi yang terjadi pada insisi primer dari tindakan operasi melalui satu atau
lebih insisi
Deep Incisional Secondary (DIS)
Infeksi yang terjadi pada insisi sekunder dari tindakan operasi melalui lebih dari
satu insisi
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa
pemasangan implant dan dalam waktu 1 tahun setelah tindakan operasi dengan
pemasangan implant
- Adanya kuman dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari
tempat insisi superficial
- Diagnosis IDO ini ditegakkan oleh dokter yang menangani pasien tersebut
Kondisi pasien : usia, obesitas, malnutrisi, ASA Score, karier MRSA, DM, lama
rawat pasca operasi
Prosedur operasi : cukur rambut sebelum operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda
asing, transfuse darah, lamanya operasi, antibiotic profilaksis
Tindakan operasi : operasi bersih, operasi terkontaminasi, operasi kotor
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam istilah CDC disebut sebagai Urinary Tract Infection
(UTI), merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluran kemih (ginjal, ureter, kandung
kemih, utrethra , dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik).
a. Faktor resiko ISK
Faktor resiko untuk terjadinya ISK adalah pasien yang terpasang kateter berkaitan
dengan :
Kondisi pasien (faktor intrinsik) : pasien dengan penyakit DM, malnutrisi, Kondisi
organik (obstruksi, disfungsi kandung kemih, refluks)
Prosedur Pemasangan : Teknik pemasangan, ukuran kateter
Perawatan : perawatan meatus urethra, jalur kateter, pengosongan kantong urin,
pengambilan sampel urin
b. Kriteria ISK
Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
- Ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut; Demam > 38 0
C, Disuria dan
nyeri suprapubik. Untuk anak umur ≤ 1 tahun ; Demam > 38 0
C (rektal),
hipotermi < 37 0 C (rektal), apnea, bradikardia, letargia, muntah-muntah.
- Hasil biakan urin tengah (midsteam) ≥ 105 kuman per ml urin dengan jumalah
tidak lebih dari 2 spesies
- Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak
disentrifugasi
Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
- Pasien tanpa kateter urin menetap dalam 7 hari sebelum biakan pertama
dengan hasil yang positif
- Hasil biakan urin tengah (midsteam) ≥ 105 kuman per ml urin dengan jumalah
tidak lebih dari 2 spesies dengan hasil yang positif setelah dilakukan 2x
pemeriksaan yang berturut-turut
Infeksi Saluran Kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, utrethra , dan jaringan
sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik)
Kriteria ini terjadi apabila terkait dengan organ ginjal, ureter, kandung kemih,
utrethra , dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik, dan
ditemukan paling sedikit 1 tanda dan gejala sebagai berikut :
- Demam > 38 0 C
- Nyeri tekan pada daerah yang dicurigai terinfeksi
- Adanya pus/purulen pada daerah yang dicurigai terinfeksi
- Kultur darah positif
- Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi (USG, CT-Scan,
MRI)
- Diagnosa infeksi ditetapkan oleh dokter yang menengani pasien tersebut
dan dokter memberi antimikroba terkain infeksi yang terjadi
Untuk anak umur ≤ 1 tahun ;
- Demam > 38 0
C (rektal), hipotermi < 37 0
C (rektal), apnea, bradikardia,
letargia, muntah-muntah
- Adanya pus/purulen pada daerah yang dicurigai terinfeksi
- Kultur darah positif
- Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi (USG, CT-Scan,
MRI)
- Diagnosa infeksi ditetapkan oleh dokter yang menengani pasien tersebut
dan dokter memberi antimikroba terkain infeksi yang terjadi
a. Definisi Phebhitis
Plebhitis termasuk dalam klasifikasi HAIs oleh CDC yang dikelompokkan dalam CVS-
VASC (Arterial or Venous Infection)
b. Kriteria Phebhitis
Pasien mengalami demam > 380 C, eritema, panas saat palpasi pada vena dan
terdapat purulen/pus pada vena
Nilai hasil kultur semikuantitatif > 15 koloni mikroba pada canul intravena
Untuk pasien ≤ 1 tahun ; demam > 380 C (rektal), Hipotermi <370 C (rectal),
apneu,bradikardi, letargi, eritema, , panas saat palpasi pada vena
Ada 2 jenis pneumonia yang berhubungan dengan HAIs, yaitu Pneumonia Hospital
Acquired Pneumonia (HAP) dan Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi
mekanik atau sering disebut sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
6. DECUBITUS
a. Defenisi Decubitus
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti sebagai suatu luka
akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam
Sabandar (2008). National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP), (1989)
mengatakan dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi
ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal
dalam jangka waktu lama. Terjadi gangguan mikrosirkulasi jaringan lokal dan
mengakibatkan hipoksia jaringan
Menurut Potter & Perry (2005), ada berbagai faktor yang menjadi predisposisi
terjadinya luka dekubitus pada pasien yaitu :
NPUAP (1995) dalam Potter & Perry (2005) ada perbandingan luka dekubitus derajat
I sampai derajat IV yaitu:
Derajat I
Adanya eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. Kulit
tidak berwarna, hangat atau keras juga dapat menjadi indikator.
Derajat II
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka
superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet atau lubang yang
dangkal.
Derajat III
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan atau nekrotik yang
mungkin akan melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang berada
dibawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau
tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Derajat IV
Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai dekstruksi ekstensif, nekrosis jaringan
atau kerusakan otot, tulang atau struktur penyangga misalnya kerusakan jaringan
epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.Dekubitus tidak
berkembang dari stadium satu sampai ke stadium empat (NPUAP, 1995).
Maklebust (1995) peringatan klinik untuk diingat. Walaupun sistem tahapan
menggunakan urutan nomor untuk menggambarkan dekubitus, tetapi tidak berarti
ada perkembangan tingkat keparahan luka dekubitus
d. Kriteria Decubitus
---------------------------------------------- X 100
Jumlah VAP
------------------------------------------- x 1000
Jumlah Bakteremia
------------------------------------------------------------- X 1000
Jumlah UTI
-------------------------------------------------- x 1000
Jumlah plebitis
--------------------------------------------------------------X 1000
6. Dekubitus
Jumlah dekubitus
-------------------------------------------- x 1000