Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para

anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasi diri. Bahasa merupakn alat komunikasi bagi manusia untuk

mengekspresikan diri apa yang ada dalam pikiran atau gagasannya. Bahasa dan

manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya

berhubungan erat.

Mitra tutur harus menguasai kondisi atau lingkungan sekitar anak agar dapat

menjadi lawan bicara yg baik, yaitu dapat memahami maksud yang ingin

diungkapkan kepada lawan bicaranya, anak-anak biasanya menggunakan media

disekitar mereka dalam berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang

masih kacau, anak-anak juga cenderung masih memiliki keterbatasan dalam

penggunaan kosakata.

Bahasa sebagai alat komunikasi tersebut sangat penting bagi kehidupan

masyarakat. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat

dalamkomunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis)

maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). Peristiwa

komunikasi yang berlangsung menjadi tempat untuk mengungkapkan ide,

gagasn,isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa

digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud

1
2

pembicara kepada pendengar. Bahasa menjadi salah satu media yang paling

penting dalam komunikasi secara lisan maupun tulis.

Bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa itu tidak terlepas dari berbagai

kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu akan terjadi. Bahasa bersifat

dinamis karena bahasa itu beragam, artinya bahasa itu digunakan oleh penutur

yang heterogen dan mempunyai latar belakang sosial yang berbeda meskipun

sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, Bahasa pada

anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak-anak pada umumnya

menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap

transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh lawan bicara.

Bahasa anak juga berkembang di playgroup Parabela. Playgroup ini terletak

di Kecamatan Betoambari, Kota Baubau dengan jumlah guru 5 orang dan siswa

32 orang. Anak-anak di playgroup Parabela tentunya berkomunikasi dengan

bahasa anak sesuai dengan rentang umur mereka. Bahasa anak yang digunakan

sebagai komunikasi dengan mitratutur tentunya memiliki kosakata yang berbeda-

beda. Hal yang menarik untuk membicarakan mengenai kosakata bahasa anak

adalah pengucapan kosakata bahasa Indonesia oleh masing-masing anak yang

berbeda-beda. Selanjutnya, kosakata yang diucapkan oleh anak-anak itu dapat

diklasifikasikan dalam kelas kata bahasa Indonesia. Jumlah kosakata dalam

bahasa Indonesia itupun akan berbeda-beda setiap anak, sesuai dengan masukan-

masukan yang mereka terima. Selain itu, pengucapan kosakata setiap anak

berdeda-beda.Misalnya, pengucapan kata “kucing”. Kata “kucing” jika


3

diucapkan oleh anak-anak, akan berbeda-beda pengucapannya. Kata “kucing”

dapat berubah pengucapannya menjadi “uci”, “kutin”, “kucin”.Perbedaan tersebut

biasanya berdasarkan kemampuan dan tingkatan umur anak. Anak usia 4-6 tahun

dapat mengucapkan kata “kucing” dengan sempurna, sedangkan anak usia 1-3

tahun, pengucapannya bisa menjadi “kucin”, “kutin”, atau bahkan untuk anak usia

1 tahun pengucapannya bisa menjadi “uci”. Menurut Dardjowidjojo (2008:258),

kosakata awal yang diketahui anak diperoleh dari ujaran dilingkungannya.

Macam kosakata yang ada adalah kata utama dan kata fungsi. Anak menggunakan

kosakata utama terlebih dahulu karena terdiri atas nomina, verba, dan adjektiva.

Anak lebih mudah mengucapkan kata-kata yang termasuk dalam kelas kata

nomina karena lebih konkret. Anak lebih mudah mengucapkan kata-kata yang

dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Penggunaan kosakata pada anak

tergantung pada lingkungan si anak beradaptasi, dan sesuai dengan tingkatan

umurnya. Terhadap pemahaman kosakata, bila sering diucapkan dan didengar si

anak, akan mudah dan cepat dipahami.

Masa awal perkembangan, kosakata bahasa anak memiliki ciri yang unik

yakni adanya penghilangan. Kata-kata yang dihilangkan biasanya berupa kata

depan, kata sambung, partikel dan sebagainya. Meskipun demikian, apa yang

mereka ucapkan masih bisa dimengerti oleh orang dewasa karena kata-kata yang

masih bertahan adalah kata-kata penuh atau kata-kata yang punya makna sendiri

jika berdiri sendiri. Kata-kata yang mereka ucapkan dapat diklasifikasikan dalam

kelas kata bahasa Indonesia. Hal semacam ini bukan berarti sang anak bingung
4

atau tidak mampu mengolah bahasa, tetapi semuanya harus dianggap sebagai

strategi sang anak untuk berkomunikasi dan sebagai jalan untuk menguasai

kaidah-kaidah bahasa berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian dengan judul “Penggunaan

Kosakata Bahasa Indonesia oleh Anak-Anak di Playgroup Parabela Kecamatan

Betoambari”.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, Maka masalah pada penelitian ini

adalah:

1. Kosakata apa saja yang digunakan oleh anak-anak di Playgroup Parabela

kecamatan Betoambari?

2. Termasuk Kelas kata apakah kosakata yang digunakan oleh anak-anak di

Playgroup Parabela Kecamatan Betoambari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. …………….

2. ………….

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
5

1. Sebagai salah satu sumber informasi tentang kosakata bahasa anak.

2. Sebagai masukan dalam pengembangan belajar mengajar, khususnya

pembelajaran tentang kosakata bahasa anak.

3. Sebagai bahan acuan bagi orang tua atau guru tentang kosakata bahasa anak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membatasi ruang lingkup pada anak-anak Playgroup Parabela

yang ada di kelurahan Katobengke dengan alamat jalan Betomabari, nomor….

Kelurahan Katobengke, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau.

F. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan adalah pemakaian kosakata oleh anak-anak di playgroup Parabela

kecamatan Betoambari.

2. Kosakata adalah perbendaharaan kata atau daftar kata-kata yang diucapkan

oleh anak-anak di playgroup Parabela

3. Bahasa anak adalah bahasa yang dituturkan oleh anak-anak untuk

berkomunikasi dengan mitratutur mereka.

4. Playgroup Parabela adalah salah satu bentuk pendidikan prasekola yang diberi

nama Parabela yang terletak dikecamatan Betoambari, kota Baubau.

G. Kerangka Pikir

Berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan kerangka pikir.

Kerangka pikir yang dimaksud akan mengarahkan penulis untuk menemukan data

dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang dipaparkan.
6

Adapun landasan pemikiran yang dimaksud secara sederhana dalam bentuk

kerangka pikir tersebut.

Adapun aspek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah data yang

menyangkut kosa kata Bahasa Indonesia oleh anak-anak Playgroup Parabela yang

berada di Kelurahaan Katobengke, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau.

Informasi atau data tersebut dianalisis kemudian ditarik sebuah kesimpulan

berdasarkan temuan yang diperoleh pada penelitian tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan kerangka pikir sebagai berikut.

Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Bahasa Indonesa

Menulis

Menyimak Membaca
Berbicara

Kosa Kata Anak-Anak Playgroup Parabela


Katobengke

Analisis
Temuan
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kosakata Bahasa Indonesia

Kamus lengkap Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kosakata adalah

perbendaharaan kata. Kosakata juga dapat dikatakan sebagai keseluruhan kata

berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada didalamnya.

Kosakata merupakan bagian dari suatu bahasa yang mendasari pemahaman dari

bahasa tersebut.

Kualitas kosakata yang dimiliki anak mempengaruhi empat keterampilan

berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Keraf

(1985: 68) perbendaharaan kata atau kosakata adalah daftar kata-kata yang segera

kita ketahui artinya bila mendengar kembali walaupun jarang atau tidak pernah

digunakan lagi dalam percakapan atau tulisan sendiri suatu bahasa. Soedjito (1992:

19) mengungkapkan bahwa kosakata dapat diartikan semua kata yang terdapat

dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara/penulis,

kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan daftar kata yang

disusun seperti kamus yang disertai penguasaan kosakata dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Penguasaan kosakata represif atau proses decoding, artinya proses memahami

apa-apa yang dituturkan oleh orang lain, Represif diartikan sebagai penguasaan

yang bersifat pasif, pemahaman karya dalam proses pemikiran.


8

2. Penguasaan produktif atau proses encoding, yaitu proses mengkomunikasikan

ide, plkiran,perasaan melalui bentuk kebahasaan atau dengan kata lain

pemahaman kosakata dengan cara mampu menerapkan kosakata yang

bersangkutan dalam suatu konteks kalimat. Dengan demikian akan jelas makna

yang dikandung oleh kosakata tersebut.

3. Penguasaan penulisan yang juga tidak kalah pentingnya dengan penguasaan

kosakata secara produktif dan reseptif. Oleh sebab itu, walaupun seseorang

mampu memahami makna suatu kata dan mampu pula menerapkannya dalam

rangkaian kalimat, tetapi bila ia tidak menguasai penulisannya yang benar dan

sesuai aturan, maka hal itu berarti bahwa ia belum menguasai kata atau

kosakata yang bersangkutan secara sempurna.

Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui oleh

seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu.

Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata yang dimengerti

oleh orang tersebut atau semua kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang

tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara

umum dianggap merupakan gambaran dari tingkat pendidikannya.

Menurut Dardjowidjojo (2008), kosakata awal yang diketahui anak diperoleh

dari ujaran dilingkungannya. Macam kosakata yang ada adalah kata utama dan

kata fungsi. Anak menguasai kosakata utama terlebih dahulu karena terdiri atas

nomina, verba, dan adjektiva. Anak lebih muda menguasai nomina karena lebih

konkret.
9

Kosakata dapat diidentifikasi sesuai dengan kategorinya. Setiap orang dapat

mengkombinasikan kosakata tersebut menjadi bermakna. Sebagai bagian dari

sistem bahasa, kosakata merupakan satuan unit gramatiakal untuk menyampaikan

maksud dan tujuan dalam menggunakan bahasa.

B. Kelas Kata Bahasa Indonesia

1. Verba

................................

2. Nomina

……………………

3. Numeralia

……………………….

4. Adjektiva

………………………

5. Adverbia

…………………………….

6. Kata Ganti (pronomina)

……………………..

7. Kata Depan (preposisi)

………………………

8. Kata Hubung (Konjungsi)

………………………………
10

C. Bahasa Anak

Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada

pengalaman, penguasaan, dan pertumbuhan bahasa. Anak belajar bahasa sejak masa

bayi. Sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman

dan gerakan tubuh. Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan

lingkungan tetangga. Dengan kosakata yang mereka miliki pertumbuhan kosakata

anak akan tumbuh dengan cepat. (Bahan ajar, Diklat Tenaga Pendidik PAUD

Nonformal Tingkat Dasar, 2008).

D. Pemerolehan Kosakata Bahasa Anak

1. Pengertian Pemerolehan Bahasa Anak

………………………………………………………………………….

2. Panadangan Teori Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa adalah suatu penguasaan bahasa anak yang

dilakukan secara alami yang diperoleh dari lingkungannya dan bukan karena

sengaja mempelajarinya dengan verbal. Pemerolehan bahasa biasanya

didapatkan dari hasil kontak verbal dengan penutur asli bahasa di lingkungan

itu. Ada tiga pandangan yang berkaitan dengan teori pemerolehan bahasa.

Ketiga pandangan itu ialah teori behavioris, teori mentalistik, dan teori kognitif.

Untuk lebih jelasnya ketiga teori tersebut dapat diuraikan satu persatu berikut

ini

a. Teori Pemerolehan Bahasa Behavioristik


11

Menurut pandangan kaum behavioris atau kaum empiric atau kaum

antimentalistik, anak sejak lahir tidak membawa struktur linguistik. Artinya,

anak lahir tidak ada struktur linguistik yang dibawanya. Anak yang lahir

dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat bahwa anak yang lahir

tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Brown menyatakan bahwa

anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan,

lingkungannyalah yang akan membentuknya yang perlahan-lahan

dikondisikan oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya.

Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan

proses belajar. Pengalaman dan proses belajar yang akan membentuk

akuisisi bahasanya. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu

yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang

yang akan belajar mengendarai sepeda.

Menurut Skiner, tingkah laku bahasa dapat dilakukan dengan cara

penguatan. Penguatanitu terjadi melalui dua proses yaitu stimulus dan

respons, dengan kegiatan mengulang-ulang stimulus dalam bentuk respons.

Oleh karena itu, teori stimulus dan respons ini juga dinamakan teori

behaviorisme. Dikaitkan dengan akuisisi bahasa, teori behavioris

mendasarkan pada proses akuisisi melalui perubahan tingkah laku yang

teramati. Gagasan behavioristik terutama didasarkan pada teori belajar yang

pusat perhatian tertuju pada peranan lingkungan, baik verbal maupun non
12

verbal. Teori belajar behavioris ini menjelaskan bahwa perubahan tingkah

laku dilakukan dengan menggunakan model stimulus (S) dan respon (R)

Akuisisi bahasa dapat diterangkan berdasarkan konsep SR. Setiap

ujaran dan bagian ujaran yang dihasilkan anak adalah reaksi atau respon

terhadap stimulus yang ada. Apabila berkata, “Bu, saya minta makan”,

sebenarnya sebelum ada ujaran ini anak telah ada stimulus berupa perut

terasa kosong dan lapar. Keinginan makan, antara lain dapat dipenuhi

dengan makan nasi atan bubur. Bagiseorang anak yang bereaksi terhadap

stimulus yang akan datang, ia mencoba menghasilkan sebagian ujaran

berupa bunyi yang kemudian memperoleh pengakuan dari orang yang berada

di lingkungan anak itu.

Kaum behavioris memusatkan perhatian pada pola tingkah laku

berbahasa yang berdaya guna untuk menghasilkan respon yang benar

terhadap setiap stimulus.Apabila respon terhadap stimulus telah disetujui

kebenarannya, hal itu menjadi kebiasaan. Misalnya seorang anak

mengucapkan, “ma ma ma”, dan tidak ada anggota keluarga yang menolak

kehadiran kata itu, maka tuturan “ma ma ma”, akan menjadi kebiasaan.

Kebiasaan itu akan diulangi lagi ketika anak tadi melihat sesosok tubuh

manusia yang akan disebut ibu yang akan dipanggil “ma ma ma”. Hal yang

sama akan berlaku untuk setiap kata-kata lain yang didengar anak.

Teori akuisisi bahasa berdasarkan konsep behavioris menjelaskan

bahwa anak-anak mengakuisisi bahasa melalui hubungan dengan


13

lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru. Hubungannya dengan

peniruan ini, Pateda (1990: 45) megatakan bahwa faktor yang penting dalam

peniruan adalah frekuensi berulangnya satu kata dan urutan kata. Ujaran-

ujaran itu akan mendapat pengukuhan, sehingga anak akan lebih berani

menghasilkan kata dan urutan kata. Jika kata dan urutan kata itu salah, maka

lingkungan tidak akan memberikan pengukuhan. Dengan cara ini,

lingkungan akan mendorong anak menghasilkan tuturan yang gramatikal dan

tidak memberi pengukuhan terhadap tuturan yang tidak gramatikal. Dikutip

dari (http://thohir.sunan-ampel.ac.id/2013/04/24/teori-behaviorisme-b-f-

skinner).

b. Teori Pemerolehan Bahasa Mentalistik

Menurut pandangan kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses

akuisisi bahasa bukan karena proses hasil belajar, tetapi karena sejak lahir ia

telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan

berkembang sesuai dengan proses kematangan intelektualnya. Anak yang

lahir kedunia ini telah membawa kapasitas atau potensi. Potensi bahasa ini

akan turut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Pandangan ini

yang kelak akan disebut hipotesis rasionalis atau hipotesis ide-ide bawaan

yang akan dipertentangkan dengan hipotesis empiris yang berpendapat

bahwa bahasa diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman. Anak

memiliki kapasitas atau potensi bahasa maka potensibahasa ini akan

berkembang apabila saatnya tiba. Pandangan ini biasanya disebut pandangan


14

nativis. Kaum mentalis beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah

memiliki apa yang disebut LAD (Language Acquistion Device).

Kelengakapan bahasa ini berisi sejumlah hipotesis bawaan.

Hipotesis bawaan menurut para ahli berpendapat bahasa adalah satu

pola tingkah laku spesifik dan bentuk tertentu dari persepsi kecakapan

mengkategorikan hubungan bahasa terdiri atas:

1) Kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang

lain.

2) Kecakapan mengorganisasi satuan linguistik kedalam sejumlah kelas

yang akan berkembang kemudian.

3) Pengetahuan tentang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak

mungkin, dan kecakapan mengunakan sistem bahasa yang didasarkan

pada penilaian perkembangan sistem linguistik. Jadi, melahirkan sistem

yang dirasakan mungkin diluar data linguistik yang ditemukan.

Pandangan kaum mentalis yang perlu diperhatikan adalah penemuan

mereka tentang sistem bekerjanya bahasa anak. Chomsky dan kawan-kawan

berpendapat bahwa perkembangan bahasa anak bukanlah perubahan

rangkaian proses yang berlaku sedikit demi sedikit pada struktur bahasa

yang tidak benar, dan juga standia lanjut. Akan tetapi, standia yang

bersistem yang berbentuk mbah dengan pengalaman anak ketika

iamelaksanakan sosialisasi diri. Kelengkapan bawaan ini kemudian

diperluas, dikembangkan, dan bahkan diubah.


15

Hubungan anak membawa sejumlah kapasitas dan potensi, kaum

mentalis memberikan alasan-alasan sebagai berikut: semua manusia belajar

bahasa tertentu, semua bahasa manusia sama-sama dapat dipelajari oleh

manusia, semua bahasa manusia berbeda dalam aspek lahirnya, tetapi semua

bahasa mempunyai ciri pembeda yang umum, ciri-ciri pembeda ini yang

terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian potensi

bawaan bahasa tersebut. Argumen ini mengarahkan kita kepada pengambilan

kesimpulan bahwa potensi bawaan bukan saja potensi untuk dapat

mempelajari bahasa, tetapi hal itu merupakan potensi genetik yang akan

menentukan struktur bahasa yang akan dipelajarinya. Dikutip dari

(http://ikadekbikakurniawan039.blogspot.com/2012/10/teori-pemerolehan-

bahasa.htm1)

c. Teori Akuisisi Bahasa Kognitif

Dalam psikolinguistik, teori kognitf ini yang memandang bahasa lebih

mendalam lagi. Para penganut teori ini, berpendapat bahwa kaidah generatif

yang dikemukakan oleh kaum mentalis sangat abstrak, formal, eksplisit,

serta sangat logis. Meskipun demikian, mereka mengemukakan secara

spesifik dan terbatas pada bentuk-bentuk bahasa. Mereka belum membahas

hal-hal yang menyangkut dalam lapisan bahasa, yakni ingatan,

persepsi,pikiran, makna dan emosi yang saling berpengaruh dalam struktur

jiwa manusia. Para ahli bahasa mulai melihat bahwa bahasa adalah
16

manifestasi dari perkembangan umum yang merupakan aspek kognitif dan

aspek afektif yang menyatakan tentang dunia diri manusia itu sendiri.

Teori kognitif menekankan hasil kerja mental, hasil kerja yang

nonbehavioris. Proses-proses mental dibayangkan sebagai yang secara

kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat diobservasi. Titik awal teori

kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam

menemukan struktur didalam bahasa yang ia dengar di sekelilingnya. Baik

pemahaman maupun produksi serta komprehensi, bahasa pada anak

dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus

berkembang dan berubah. Jadi,stimulus merupakan masukan bagi anak yang

kemudian berproses dalam otak.Terjadi mekanisme internal pada otak yang

diatur oleh pengatur kognitif yang kemudian keluar sebagai hasil pengolahan

kognitif tadi.

Teori kognitif telah membawa satu persoalan dalam pemberian

organisasi kognitif bahasa anak. Persoalan itu, yakni belum ada model yang

terperinci yang memeriksa organisasi kognitif bahasa anak itu. Clark dan

Clark dalam Aulia (2011) telah menyusun kembali dan memformulasikan

prinsip operasi slobin tersebut. Prinsip koherensi semantik ada tiga aspek

yaitu mencari modifikasi dalam bentuk kata; mencari penanda gramatis yang

dengan jelas menunjukan perbedaan yang mendasari dan menghindari

kekecualian.
17

Prinsip struktur lahir meliputi: memperhatikan ujung kata;

memperhatikan urutan kata, awalan, dan akhiran; dan menghindari

penyelaan atau pengaturan kembali satuan-satuan linguistik. Tiga prisip

koherensi semantik berhubungan dengan peletakan gagasan terhadap

bahassa, sedangkan tiga prinsip struktur lahir berkenaan dengan masalah

segmentasi yaitu bagaimana membagi alur ujaran yang terus-menerus

menjadi satuan-satuanlinguistik yang terpisah dan bermakna.

Penganut teori kognitif beranggapan bahwa ada prinsip yang

mendasari organisasi linguistik yang digunakan oleh anak untuk menafsirkan

serta mengoperasikan lingkungan linguistiknya. Semua ini adalah hasil

pekerjaan mental yang meskipun tidak dapat diamati, jelas mempunyai dasar

fisik. Proses mental secara kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat

diamati, dan arena berbeda dengan pandangan behavioris.


18

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif, karena dalam penelitian ini berhubungan langsung dengan

pengumpulan data berupa kata-kata yang dituturkan anak usia 3-6 tahun, dan

pengkajian data. Penggunaan metode ini bertujuan membuat deskripsi yang

sistematis dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-

fenomena yang diteliti.

2. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan ini disebut penelitian lapangan

karena pengambilan data penelitian langsung dilaksanakan dilapangan, yakni di

playgroup Parabela kecamatan Betoambari.


19

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah kosakata yang merupakan tuturan anak-

anak playgroup Parabela yang dapat dikelompokkan dalam kelas kata bahasa

Indonesia.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian


23ini adalah data lisan yang berupa hasil
tuturan dari para informan. Dalam penelitian ini, informan yang dimaksud

adalah anak-anak yang bersekolah di playgroup Parabela yang terletak di

kecamatan Betoambari, kota Baubau. Jumlah siswa di playgroup Parabela

sebanyak 32 siswa. Namun yang menjadi informan dam penelitian ini sebanyak

13 siswa. Informan sebanyak 13 siswa tersebut dipilih dengan mewakili

masing-masing klasifikasi umur. Klasifikasi umur sebagai berikut:

a. 3 tahun berjumlah 1 orang

b. 4 tahun berjumlah 2 orang

c. 5 tahun berjumlah 5 orang

d. 6 tahun berjumlah 5 orang

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data


20

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik elistasi, teknik

rekam, dan teknik catat. Teknik elistasi dilakukan dengan memberikan

pemancingan kepada informan agar dapat berkomunikasi dengan peneliti.

Teknik rekam dilakukan dengan merrekam seluruh pembicaraan informan.

Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat apa yang diucapkan oleh para

informan.

Pengumpulan data dilakukan selama satu minggu. Hari pertama, peneliti

bertemu dengan kepala yayasan untuk menyerahkan surat izin penelitian

sekaligus menyampaikan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Hari kedua

pengumpulan data dilakukan dengan mengajar siswa dikelas dengan bahan ajar

yang telah diinstruksikan kepala yayasan. Hari ketiga sampai hari terakhir

penelitian, pengumpulan data dilakukan dilapangan mulai pukul 07.00-10.00

wita.

2.Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui identifikasi data, penyajian data, dan

penarikan simpulan. Kegiatan identisikasi data dilakukan dengan bantuan tabel

analisis yang dibuat secara teliti, terfokus dan terperinci. Pada tahap identifikasi

ini peneliti memberikan nama pada data sesuai dengan kelas kata dan jenis

kosakata. Tahap selanjutnya adalah penyajian data.

Data yang disajikan dari penelitian ini adalah kosakata bahasa Indonesia

yang digunakan oleh anak usia 3-6 tahun, kelas kata dari kosakata bahasa
21

Indonesia yang digunakan oleh anak usia 3-6 tahun. Dalam analisis data

kualitatif, data yang telah diidentifikasi kedalam tabel disajikan kembali secara

deskriptif sehingga dapat dengan mudah dipahami orang lain. Tahap terakhir

analisis ini adalah penarikan simpulan.Simpulan penelitian ini diambil dari

intisari-intisari pembahasan terhadap hasil penelitian sehingga diperoleh

simpulan yang kredibel.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar, Diklat Tenaga Pendidik PAUD Nonformal Tingkat Dasar Tahun 2008.
Bika Kurniawan. 2012. Diaksess dari
http://ikadekbikakurniawan039.blogspot.com/2012/teori-pemerolehan-
bahasa.html.

Chaer, Abdul. 2009.Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Alwi, H., dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai
pustaka.

Dardjowidjojo, S. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

http://thohir.sunan-ampel.ac.id./2013/04/24/teori-behaviorisme-b-f-skiner/

Keraf, G.1985. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.


22

Marafat, La Ode Sidu & Nirmala Sari. 2013. Mutiara Bahasa Seluk Beluk Bahasa
dan Uraiannya. Yogyakarta: Pustaka Puitika.

Santrock, J.W. 2007. Perkembangan anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Soedjito.1992. Kosakata Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia.

Tarigan,H.G.1993. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

Yuniar, Tanti. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. PT. Agung Medika Mulia.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maksan, Marjusman.1993. Psikolinguistik. Padang: IKIP Padang Press.

Soewandi, A.M Slamet. 2005. Modul Psikolinguistik. USD.

Anda mungkin juga menyukai