rehabilitasi hutan
rawa gambut
ABSTRAK
A. Latar Belakang
Salah satu tipologi lahan rawa gambut yang banyak dijumpai di wilayah
Sumatera Selatan adalah lahan sulfat masam. Tipe hutan yang terdapat pada lahan
tersebut adalah hutan gelam (M. leucadendron). Saat ini hutan gelam mengalami
degradasi yang berat yang disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan, kebakaran
dan konversi lahan, terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Untuk memulihkan
dan tetap mempertahankan hutan gelam sebagai ciri khas dari lahan sulfat masam
maka upaya rehabilitasi perlu segera dilakukan.
C. Metode Penelitian
Jarak 0 m
ABSTRAK
Hutan rawa gambut yang telah dikonversi dan didrainase telah mengalami
perubahan karakteristik site. Perubahan tersebut diduga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetasi di atasnya. Pada kondisi lahan tersebut teknik rehabilitasi yang
dilakukan akan membutuhkan penyesuaian dibandingkan dengan kondisi normal sebelum
didrainase. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi
phytoremediasi kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi melalui pengaturan
kondisi hidrologi. Metodologi yang digunakan meliputi percobaan lapangan, uji statistik,
dan pengumpulan data. Kegiatan penelitian yang dilakukan terdiri dari 1) pengamatan
karakteristik site/lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 2) pengamatan pertumbuhan
jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini adalah 1) Data dan informasi karakteristik lahan dan
hutan rawa gambut terdrainase, 2) Data dan informasi pertumbuhan jenis-jenis pohon
lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi.
A. Latar Belakang
Konversi hutan alam rawa gambut untuk hutan tanaman industri dan
perkebunan kelapa sawit diikuti oleh pembutan kanal atau saluran drainase untuk
mengurangi genangan air. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan
kondisi hidrologi lahan gambut menjadi lebih kering. Perubahan tersebut akan
berdampak terhadap perubahan karakteristik site dan pertumbuhan vegetasi,
terutama jenis-jenis pohon lokal yang tumbuh secara alami pada kondisi lahan
yang tergenang. Rehabilitasi lahan rawa gambut yang telah didrainase dapat
dilakukan melalui pengaturan kondisi hidrologi.
C. Metode Penelitian
1. Pengamatan karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada lahan gambut di daerah Kayuagung –
Sepucuk dan Kebun Konservasi Plasma Nutfah Ramin dan Tanaman
Kehutanan di Kabupaten OKI. Kedua lokasi adalah hutan dan lahan rawa
gambut yang telah didrainase dan dikelilingi oleh arael perkebunan kelapa
sawit. Karakteristik lahan dan hutan rawa gambut yang diukur adalah: a)
kondisi hidrologi (curah hujan, tinggi, fluktuasi dan durasi genangan air
dan air tanah), b) karakteristik tanah (kedalaman dan subsidensi gambut,
sifat-sifat kimia dan fisik gambut), c) jenis-jenis vegetasi.
2. Pengamatan pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal pada berbagai kondisi
hidrologi
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Kebun Konservasi Plasma Nutfah
Ramin dan Tanaman Kehutanan pada areal seluas 20 hektar di daerah
Kedaton, Kabupaten OKI. Kebun percobaan yang telah dikelilingi oleh
kanal perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: areal
dengan parit yang dibendung/ditabat dan areal yang tidak dibendung. Pada
setiap areal dibuat embung atau sumur kecil untuk memantau permukaan
air tanah. Embung dibuat pada setiap jarak 50 meter membentuk rangkaian
grid. Areal telah ditanami dengan beberapa jenis pohon lokal (jelutung,
punak, meranti rawa, gemor). Variabel yang diukur adalah tinggi dan
diameter tanaman, tinggi dan fluktuasi permukaan air tanah. Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan 2 kali per tahun, pengukuran permukaan air
tanah dilakukan setiap bulan.
D. Hasil yang Telah Dicapai (2012)
a. Kedalaman dan Subsidensi Gambut
Kedalaman gambut awal diukur pada tahun 2007 sebelum lahan dibuka
untuk perkebunan kelapa sawit. Pengukuran kedua dilakukan pada tahun
2012 setelah lahan didrainase dan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kedalaman
gambut rata-rata 409,3 cm dan tahun 2012 menjadi 412,6 cm atau telah
mengalami penurunan kedalaman gambut (subsidensi) rata-rata 74,73 cm
selama 5 tahun.
2. Kedalaman dan Penurunan Permukaan Air Tanah
Kedalaman air tanah awal diukur pada tahun 2007 sebelum lahan dibuka
untuk perkebunan kelapa sawit. Pengukuran kedua dilakukan pada tahun
Foto Kegiatan.