Anda di halaman 1dari 9

Teknologi

rehabilitasi hutan
rawa gambut

UjI COBA TEKNIK BIO REMEDIASI


BERBAGAI KONDISI HUTAN ALAM
RAWA GAMBUT TERDEGRADASI DI
SUMSEL

 Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Sulfat


Masam dengan Jenis Melaleuca
leucadendron
 Rehabilitasi Hutan Alam Terdegradasi
Hutan Rawa Gambut Melalui Pengaturan
Kondisi Hidrologi

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 110


Program : Penelitian dan Pengembangan
Produktivitas Hutan
Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan
Hutan Rawa Gambut
Koordinator RPI : Dr. Herman Daryono
Judul Kegiatan : Ujicoba Teknik Bio Remediasi Berbagai
Kondisi Hutan Alam Rawa Gambut
Terdegradasi di Sumsel
Sub Judul Kegiatan : Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Sulfat
Masam dengan Jenis Melaleuca
leucadendron
Pelaksana Kegiatan : Ir. Bastoni
Tubagus Angga Anugerah Syahbana, SP
Sairun

ABSTRAK

Ujicoba teknik phytoremediasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam


dengan jenis gelam (Melaleuca leucadendron) merupakan salah satu aspek dari
penelitian pengelolaan hutan rawa gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh paket teknologi phytoremediasi hutan alam rawa gambut bersulfat
masam dengan jenis gelam (Melaleuca leucadendron). Metodologi yang
digunakan meliputi percobaan lapangan dan uji statistik. Kegiatan penelitian
yang dilakukan terdiri dari: 1) pengamatan karakteristik permudaan alam gelam,
dan 2) pengamatan pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya 1) Data dan informasi
karakteristik permudaan alam gelam, 2) Data dan informasi pertumbuhan hutan
gelam dari permudaan alam dan permudaan buatan.
Kata kunci: hutan rawa gambut, phytoremediasi, gelam

A. Latar Belakang
Salah satu tipologi lahan rawa gambut yang banyak dijumpai di wilayah
Sumatera Selatan adalah lahan sulfat masam. Tipe hutan yang terdapat pada lahan
tersebut adalah hutan gelam (M. leucadendron). Saat ini hutan gelam mengalami
degradasi yang berat yang disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan, kebakaran
dan konversi lahan, terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Untuk memulihkan
dan tetap mempertahankan hutan gelam sebagai ciri khas dari lahan sulfat masam
maka upaya rehabilitasi perlu segera dilakukan.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi
phytoremediasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam dengan jenis gelam

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 111


(Melaleuca leucadendron). Sasaran penelitian ini adalah diperolehnya 1) Data dan
informasi karakteristik permudaan alam gelam, 2) Data dan informasi
pertumbuhan hutan gelam dari permudaan alam dan permudaan buatan.

C. Metode Penelitian

1. Pengamatan karakteristik permudaan alam gelam


Karakteristik pemudaan alam gelam diamati dengan memanfaatkan plot
pengamatan yang telah dibuat dari kegiatan pada tahun 2011. Karakteristik
permudaan alam gelam yang diamati dan diukur adalah: jumlah, kerapatan
dan pertumbuhan anakan alam gelam.
2. Pengamatan pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam,
Pertumbuhan permudaan alam dan buatan gelam diamati dengan
memanfaatkan plot pengamatan yang telah dibuat dari kegiatan pada tahun
2011. Plot percobaan permudaan alam dan buatan gelam dibuat di 2 lokasi,
yaitu di daerah Kedaton seluas 1 hektar, dan di daerah Indralaya seluas 2
hektar. Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi. Untuk daerah Kedaton, petak
utama adalah perlakuan pembebasan (alami sebagai kontrol, pembebasan
manual 2 kali per tahun, dan pembebasan kimia 2 kali per tahun). Anak
petak adalah perlakuan periode pemupukan (kontrol, pemupukan 1 kali per
tahun, 2 kali per tahun dan 3 kali per tahun). Untuk daerah Indralaya, Petak
utama adalah perlakuan sumber asal bibit (Sungsang, Sungai Lilin, Sekayu).
Anak petak adalah perlakuan periode pemupukan (kontrol, pemupukan 1
kali per tahun, 2 kali per tahun dan 3 kali per tahun). Dosis pupuk NPK
yang digunakan 10 gram per pohon per aplikasi pemupukan. Variabel
permudaan alam yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman sebanyak
2 kali per tahun.

D. Hasil yang Telah Dicapai


Hasil yang telah dicapai pada tahun 2010 – 2011 adalah:
a. Gelam tersebar pada seluruh tipologi lahan rawa yang terdapat di
Sumatera Selatan.
b. Penampilan pertumbuhan bibit gelam yang berasal dari perkecambahan
benih lebih baik dibandingkan dengan penampilan pertumbuhan bibit
gelam yang berasal dari cabutan anakan alam.
c. Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan
tinggi dan diameter bibit gelam yang berasal dari benih dan dari cabutan
anakan alam.
d. Permudaan buatan gelam memiliki daya hidup yang lebih tinggi pada
lahan sulfat masam dengan genangan air sedang.

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 112


Hasil yang diperoleh pada tahun 2012 adalah:
1. Permudaan alam gelam tumbuh sangat rapat pada lahan yang telah
mengalami kebakaran. Kerapatan permudaan (anakan) alam menurun
dengan bertambahnya jarak dari tegakan pohon induk. Empat bulan
setelah kebakaran, pada jarak 0 meter (di bawah tegakan pohon induk)
kerapatan anakan alam mencapai 2.625 batang/m2 dan pada jarak 40 m
dari pohon induk kerapatan menurun drastis menjadi 8 batang/m2.
Kerapatan anakan alam menurun rata-rata sebesar 52% pada bulan
keduabelas (tahun pertama) setelah kebakaran.
2. Pertumbuhan permudaan alam paling tinggi diperoleh pada perlakuan
pembebasan secara kimia (herbisida) dengan riap tinggi 64,55 cm/tahun,
riap diameter 1,03 cm/tahun dan daya hidup 91,01%, diikuti oleh
perlakuan kontrol (alami) dan pembebasan manual.
3. Daya hidup permudaan buatan paling tinggi diperoleh pada lahan dengan
genangan sedang (25 – 50 cm) sebesar 72,21% diikuti oleh genangan
dangkal (0 – 25 cm) dan genangan dalam (> 50 cm). Pemupukan
sebanyak 1 kali per tahun dengan dosis 10 gram/batang menghasilkan
pertumbuhan paling tinggi (pertambahan tinggi 62,56 cm/10 bulan dan
diameter 0,78 cm/10 bulan) diikuti oleh perlakuan pemupukan 2 kali dan
3 kali per tahun. Sumber benih asal Sungsang memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan benih asal Sungai Lilin dan
Sekayu.
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Rehabilitasi hutan alam rawa gambut bersulfat masam dapat
memanfaatkan permudaan alam yang sangat melimpah. Permudaan alam
tersebut dapat digunakan sebagai sumber bibit untuk penanaman di tempat
lain dan sisanya dapat dipelihara untuk membentuk tegakan baru setelah
kebakaran.
b. Permudaan alam gelam dapat ditingkatkan riapnya dengan perlakuan
pembebasan secara kimia, namun demikian perlakuan tersebut masih perlu
diuji kelayakan ekonominya dan dampaknya terhadap lingkungan.
c. Permudaan buatan gelam dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan rawa
gambut bersulfat masam yang tidak memiliki permudaan alam.
Keberhasilannya tetap harus mempertimbangkan kondisi dan karakteristik
site dan perkuan tertentu seperti pemupukan untuk memacu pertumbuhan
awal.
d. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk memperoleh kesimpulan dan
rekomendasi yang lebih baik dan untuk mengetahui pengaruh waktu dan
berbagai kombinasi perlakuan silvikultur terhadap respon pertumbuhan
permudaan alam dan buatan gelam.

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 113


Jarak 0 m

Jarak 0 m

Permudaan Alam Gelam 4 Permudaan Alam Gelam 12


bulan setelah kebakaran bulan setelah kebakaran

Plot Percobaan Rehabilitasi dengan Permudaan Buatan Gelam


Program : Penelitian dan Pengembangan
Produktivitas Hutan
Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan
Hutan Rawa Gambut
Koordinator RPI : Dr. Herman Daryono
Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa
Gambut

Sub Judul Kegiatan : Rehabilitasi Hutan Rambut Terdegradasi


Melalui Pengaturan Kondisi Hidrologi
Pelaksana Kegiatan : Ir. Bastoni
Adi Kunarso, S. Hut, M.Sc
Sairun

ABSTRAK

Hutan rawa gambut yang telah dikonversi dan didrainase telah mengalami
perubahan karakteristik site. Perubahan tersebut diduga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetasi di atasnya. Pada kondisi lahan tersebut teknik rehabilitasi yang
dilakukan akan membutuhkan penyesuaian dibandingkan dengan kondisi normal sebelum
didrainase. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi
phytoremediasi kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi melalui pengaturan
kondisi hidrologi. Metodologi yang digunakan meliputi percobaan lapangan, uji statistik,
dan pengumpulan data. Kegiatan penelitian yang dilakukan terdiri dari 1) pengamatan
karakteristik site/lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 2) pengamatan pertumbuhan
jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini adalah 1) Data dan informasi karakteristik lahan dan
hutan rawa gambut terdrainase, 2) Data dan informasi pertumbuhan jenis-jenis pohon
lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi hidrologi.

Kata kunci: hutan rawa gambut, phytoremediasi, kondisi hidrologi

A. Latar Belakang
Konversi hutan alam rawa gambut untuk hutan tanaman industri dan
perkebunan kelapa sawit diikuti oleh pembutan kanal atau saluran drainase untuk
mengurangi genangan air. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan
kondisi hidrologi lahan gambut menjadi lebih kering. Perubahan tersebut akan
berdampak terhadap perubahan karakteristik site dan pertumbuhan vegetasi,
terutama jenis-jenis pohon lokal yang tumbuh secara alami pada kondisi lahan
yang tergenang. Rehabilitasi lahan rawa gambut yang telah didrainase dapat
dilakukan melalui pengaturan kondisi hidrologi.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh paket teknologi
phytoremediasi kondisi hutan alam rawa gambut terdegradasi melalui pengaturan
kondisi hidrologi. Sedangkan sasaran penelitian adalah: 1) Data dan informasi

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 115


karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase, 2) Data dan informasi
pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal hutan rawa gambut pada berbagai kondisi
hidrologi.

C. Metode Penelitian
1. Pengamatan karakteristik lahan dan hutan rawa gambut terdrainase
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada lahan gambut di daerah Kayuagung –
Sepucuk dan Kebun Konservasi Plasma Nutfah Ramin dan Tanaman
Kehutanan di Kabupaten OKI. Kedua lokasi adalah hutan dan lahan rawa
gambut yang telah didrainase dan dikelilingi oleh arael perkebunan kelapa
sawit. Karakteristik lahan dan hutan rawa gambut yang diukur adalah: a)
kondisi hidrologi (curah hujan, tinggi, fluktuasi dan durasi genangan air
dan air tanah), b) karakteristik tanah (kedalaman dan subsidensi gambut,
sifat-sifat kimia dan fisik gambut), c) jenis-jenis vegetasi.
2. Pengamatan pertumbuhan jenis-jenis pohon lokal pada berbagai kondisi
hidrologi
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Kebun Konservasi Plasma Nutfah
Ramin dan Tanaman Kehutanan pada areal seluas 20 hektar di daerah
Kedaton, Kabupaten OKI. Kebun percobaan yang telah dikelilingi oleh
kanal perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: areal
dengan parit yang dibendung/ditabat dan areal yang tidak dibendung. Pada
setiap areal dibuat embung atau sumur kecil untuk memantau permukaan
air tanah. Embung dibuat pada setiap jarak 50 meter membentuk rangkaian
grid. Areal telah ditanami dengan beberapa jenis pohon lokal (jelutung,
punak, meranti rawa, gemor). Variabel yang diukur adalah tinggi dan
diameter tanaman, tinggi dan fluktuasi permukaan air tanah. Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan 2 kali per tahun, pengukuran permukaan air
tanah dilakukan setiap bulan.
D. Hasil yang Telah Dicapai (2012)
a. Kedalaman dan Subsidensi Gambut
Kedalaman gambut awal diukur pada tahun 2007 sebelum lahan dibuka
untuk perkebunan kelapa sawit. Pengukuran kedua dilakukan pada tahun
2012 setelah lahan didrainase dan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kedalaman
gambut rata-rata 409,3 cm dan tahun 2012 menjadi 412,6 cm atau telah
mengalami penurunan kedalaman gambut (subsidensi) rata-rata 74,73 cm
selama 5 tahun.
2. Kedalaman dan Penurunan Permukaan Air Tanah
Kedalaman air tanah awal diukur pada tahun 2007 sebelum lahan dibuka
untuk perkebunan kelapa sawit. Pengukuran kedua dilakukan pada tahun

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 116


2012 setelah lahan didrainase dan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kedalaman air
tanah rata-rata 33,7 cm dan tahun 2012 menjadi 63,2 cm atau telah
mengalami penurunan kedalaman air tanah rata-rata 28,8 cm selama 5
tahun.
3. Curah hujan, permukaan air tanah dan subsidensi gambut
Pada periode Mei – Desember 2012 jumlah curah hujan yang jatuh pada
Kebun Konservasi Plasma Nutfah (plot percobaan) sebesar 1.169 cm dan
jumlah hari hujan 88 hari dengan estimasi volume air 11.690 m3. Cura
hujan terendah terjadi pada bulan September sebesar 20 mm dan jumlah
hari hujan 2. Cura hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 389
mm dan jumlah hari hujan 22. Kedalaman air tanah terendah 117 cm
terjadi pada bulan September dan tertinggi 13 cm pada bulan Desember.

Sebelum aktivitas pembukaan kanal untuk mendrainase air, lahan gambut


pada lokasi ini masih tergenang setinggi 25 cm pada bulan Mei 2010 dan
2 tahun setelah pembuatan kanal permukaan air tanah menurun sedalam 70
cm menjadi 45 cm di bawah permukaan gambut di bulan yang sama.
Kedalaman gambut awal tahun 2007 adalah 600 cm dan menurun menjadi
550 cm pada tahun 2012 atau gambut telah mengalami subsidensi sedalam
50 cm (rata-rata 10 cm/tahun).

4. Pertumbuhan awal tanaman rehabilitasi


Pertumbuhan tanaman rehabilitasi jenis jelutung (Dyera lowii), punak
(Tetramerista glabra), meranti (Shorea belangeran) dan gemor
(Alseodaphne sp.) dipengaruhi oleh kedalaman air tanah. Semakin dalam
penurunan air tanah, daya hidup tanaman rehabilitasi menurun. Pola yang
sama terjadi pada riap tinggi dan diameter tanaman rehabilitasi.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


a. Dalam periode 5 tahun (2007 – 2012) telah terjadi penurunan
(subsidensi) gambut 74,73 cm dan penurunan permukaan air tanah 28,8
cm akibat pembukaan saluran drainase untuk perkebunan kelapa sawit
pada lahan gambut antara daerah Kayuagung – Sepucuk Kabupaten OKI
Sumatera Selatan.
b. Curah hujan yang jatuh pada plot penelitian dalam periode 8 bulan (Mei
– Desember 2012) sebesar 1.169 mm menyumbang peningkatan
permukaan air tanah setinggi 232 cm, sedangkan evapotranspirasi air
limpasan air lateral telah menurunkan permukaan air tanah sebesar 198
sehingga terdapat surplus peningkatan air tanah sebesar 34 cm.

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 117


c. Pertumbuhan awal tanaman rehabilitasi jenis jelutung (Dyera lowii),
punak (Tetramerista glabra), meranti (Shorea belangeran) dan gemor
(Alseodaphne sp.) dipengaruhi oleh kedalaman air tanah.
d. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk memperoleh kesimpulan dan
rekomendasi yang lebih baik. Selain itu penelitian perlu dilakukan pada
lokasi yang berbeda, yaitu pada lahan gambut yang dikonversi untuk
hutan tanaman industri.

Foto Kegiatan.

Pembuatan Sumur untuk Pengamatan Kedalaman Air Tanah

Pembuatan Bendungan / Tabat Kanal

Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Page 118

Anda mungkin juga menyukai