Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HEMATOLOGI

“ ERITROPOESIS ”

Dosen Pembimbing :
Budi Siswanto S.Kep, Ners, M.Sc

Disusun Oleh :
Angel Permata Lahagu ( P27903118052 )
Ayu Gustina ( P27903118056 )
Windy Ajeng Cahyani ( P27903118091 )

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANTEN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani
kehidupan ini sesuai dengan Ridho-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Hematologi yang berjudul
“Eritropoesis”.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Mengingat masih banyak kekurangan baik berupa isi maupun penulisan
makalah ini, karena keterbatasan penulis dalam segalanya, maka penulis sangat
mengharap saran dan kritik dari berbagai pihak.
Akhir dari segalanya, kepada Allah SWT . semua persoalan, kejadian, dan
keputusan penyusun kembalikan atas kehendak-Nya maka makalah ini dapat
selesai. Semoga pembuatan makalah ini menjadi bermanfaat untuk penulis
maupun pembaca Aamiin.

Tangerang, 17 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
2.1. Pengertian Eritropoesis ............................................................................. 2
2.2. Proses Eritropoesis .................................................................................... 2

2.3. Sel-Sel Pada Tahapan Eritrropoesis .......................................................... 3

2.4. Faktor yang Menghambat Proses Eritropoesis .......................................... 5

2.5. Fungsi Sel Eritrosit.................................................................................... 5

2.6. Kelainan Sel Eritrosit ................................................................................ 5

2.7. kelainan Sel Eritrosit Lainnya ................................................................... 6

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9


3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat
dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks,
membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan
mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi
hemoglobin selama masa hidup sel tersebut. Eritrosit berbentu bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 μm, dan tebal 2 μm, pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal sekitar 5,4jt/
μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl.
Eritropoiesis merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.
Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh
keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada
bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis
di liver berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan eritropoesis ?
2. Bagaimanakah proses pembentukan eritropoesis ?
3. Apa saja kelainan dari eritropoesis ?

1.3. Tujuan
1.Memahami definisi dari eritropoesis dan cara pembentukan nya
2. Memahami adanya kelainan sel eritropoesis

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Eritropoesis


Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis
merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik. Pembentukan eritrosit
dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh keadaan anemia dan
hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua
kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti
dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum. Pada tekanan oksigen yang rendah,
produksi eritropoitin meningkat yang akan menimbulkan peningkatan produksi eritrosit di
sumsum tulang. Peningkatan suplai oksigen menuju jaringan akan menyebabkan penurunan
eritropoitin.
Pada masa anak-anak dan remaja semua sumsum tulang terlibat dalam hematopoiesis,
namun pada usia dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti tulang panggul, sternum,
vertebra, costa, ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain yang terlibat eritropoiesis.
Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa bagiannya terdiri dari jaringan
adiposit. Pada periode stress hematopoietik tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa,
hepar dan sumsum berisi lemak untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai
hematopoiesis ekstramedular.

2.2. Proses Eritropoesis


Setiap orang memproduksi sekitar 1012 atau 10.000.000.000.000 eritrosit baru tiap
hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis
berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di
sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru
tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil
melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin
yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin
biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan
kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam
sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA
ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.

2
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda
seluruhnya, adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan
16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila
eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat
pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi
manusia yang normal.
Dalam pembentukan eritropoesis, terdapat beberapa urutan atau lebih dikenal dengan
maturasi sel eritrosit, maturasi sel ini berlangsung kira-kira selama 23 hari untuk merubah sel
puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit, dalam urutan tersebut karakteristik yang paling
menonjol saat pematangan eritrosit adalah ukuran sel yang menurun, volume sitoplasma yang
meningkat dan berkurang sampai hilangnya inti saat sel telah matang dengan pelarutan materi
kromatin.
Dari Stem Cell menjadi sel Rubrisit terjadi selama 10-13 hari, dan dari Rubrisit ke
retikulosit selama 8-11 hari, kemudian dari retikulosit berubah menjadi sel eritrosit
membutuhkan waktu selama 1-2 hari.

2.3. Sel-Sel Pada Tahapan Eritrropoesis


1. Rubiblast / Pronormoblast / Proeritroblast
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a. Bentuknya Ireguler
b. Ukurannya 2-3 x eritrosit (12 - 21 u)
c. Sel termuda dalam sel eritrosit
d. Berinti bulat atau oval, menempati 85 – 90
% bagian sel.
e. Warnanya tidak teratur, tampak agregasi
kromatin, dikelilingi oleh “halo” yang tipis yang kadang sulit dilihat.
f. Anak inti dan kromatin yang halus. sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah dan
nukleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
2. Prorubrisit / Normoblast Basophilik / Eritoblas Basophilik
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a. Bentuknya Irreguler
b. Ukurannya sedikit lebih kecil dari rubliblast ( 12 – 18 u)

3
c. Berinti besar dengan benang kromatin tampak jelas dengan warna gelap, sering
tersusun seperti terali sepeda.
d. Sitoplasmanya menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak tetapi lebih kurang
basophilik daripada rubriblast.
3. Rubrisit / Normoblast Polikromatik / Eritroblast Poliokromatik
Memiliki ciri-ciri sel seperti berikut :
a. Bentuknya Irreguler.
b. Ukurannya mencapai 2x eritrosit ( 7 – 14 u ).
c. Berinti besar dengan benang kromatin padat berwarna gelap dan sering tersusun
seperti terali sepeda, kadang ada nucleoli.
d. Sitoplasma menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak dari sitoplasma
pronormoblast namun lebih kurang basofilik.
e. Tidak bergranula.
4. Metarubrisit / Normoblast Ortokromatik / Eritroblast Ortokromatik
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a. Bentuknya regular.
b. Ukurannya sedikit lebih besar dari eritrosit (7 – 10 u).
c. Intinya pknotik, kadang terletak eksentrik.
d. Sitoplasma menempati 50 – 80 % bagian sel.
5. Retikulosit
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a. Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda tidak berinti berasal dari proses
pematangan normoblas di sumsum tulang.
b. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai retikulosit
selama 1-2 hari.. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang
lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
6. Eritrosit
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berwarna merah muda seluruhnya.
b. Bentuknya adalah cakram bikonkaf tak berinti.
c. Tak mempunyai mitokondria,ribosom dan tidak dapat bergerak.

4
2.4. Faktor yang Menghambat Proses Eritropoesis
a. Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor
yang terikat untuk eritropoiesis.
b. Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan).
c. Intergritas proses pematangan eritrosit.

2.5. Fungsi Sel Eritrosit


a. Mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–
paru.
b. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan. Hemoglobin di dalam sel Eritrosit
akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran
sel patogen, serta membunuhnya.

2.6. Kelainan Sel Eritrosit


Kelainan sel eritrosit di bagi menjadi 3, yaitu berdasarkan bentuk, ukuran dan warna.
1) Kelainan Berdasarkan Ukuran Eritrosit
a. Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit
terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya
adalah karena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa
hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel
ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin
macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik
atau anemia paska pendarahan.
a. Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa
hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan
mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini
didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia
defisiensi besi.
b. Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik,
keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar
dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan
pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada
anemia gizi.

5
2) Kelainan Berdasarkan Warna Eritrosit
a. Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi
normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia
sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.
b. Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c. Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom.
Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti
kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d. Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan
hemopoeisis ekstrameduler.
3) Kelainan Berdasarkan Bentuk Eritrosit
a. Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang
kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan
bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi
sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b. Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah
kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membran
eritrosit.
c. Schistocyte
d. Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna
lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada
transplantasi ginjal.

2.7. Kelainan Eritrosit Lainnya


1. Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan abnormal sel darah,
terutama sel darah merah, disertai peningkatan konsentrasi hemoglobin perifer. Situasi
ini harus dibedakan dari polisitemia relatif di mana peningkatan hemoglobin tidak
disertai dengan peningkatan jumlah sel darah merah, misalnya karena dehidrasi dan
luka bakar. Berdasarkan penyebabnya polistemia dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Polisitemia Relatif
Peningkatan konsentrasi sel darah merah tetapi tidak disertai peningkatan
jumlah masa total sel darah merah (karena dehidrasi dan hemokonsentrasi)
b) Polisitemia Vera (Primer)
Peningkatan sel darah merah disertai peningkatan masa total sel darah merah (akibat
hiperaktivitas produksi sel darah merah oleh sumsum tulang)
c) Polisitemia Sekunder
Merupakan polisitemia fisiologi (normal) karena merupakan respon terhadap hipoksia

6
2. Anemia
Anemia merupakan kelainan penurunan massa eritrosit. Berkaitan dengan fungsi
eritrosit untuk tranportasi oksigen yang diperankan oleh hemoglobin, maka anemia
cenderung di definisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari normal.
Kadar Hb manusia dewasa normalnya adalah 13,5 – 18 g/dL (pria) dan 12 – 16
g/dL (wanita). Penurunan kadar hemoglobin biasanya diiringi dengan penurunan
jumlah sel eritosit dan hematokrit. Perubahan total volume plasma darah serta total
massa hemoglobin yang beredar menentukan konsentrasi hemoglobin. Pada keadaan
penurunan volume plasma misalnya akibat dehidrasi, dapat menutupi atau
menyamarkan anemia atau bahkan menyebabkan pseudopolisitemia. Sebaliknya,
peningkatan volume plasma, seperti pada keadaan splenomegaly atau kehamilan, dapat
menyebabkan anemia bahkan dengan jumlah sel eritrosit normal dan massa
hemoglobin yang normal.
Berdasarkan morfologi eritrosit, anemia dapat di klasifikasikan menjadi 3
golongan, yaitu anemia mikrositik-hipokromik, anemia normositik-normokromik, dan
anemia makrositik. Penyebab anemia berdasarkan morfologinya adalah sebagai
berikut:
1. Anemia mikrositik-hipokromik
 Anemia defisiensi besi
 Thalassemia
 Anemia penyakit kronis
 Anemia sideroblastik
 Anemia akibat keracunan timah
2. Anemia normositik-normokromik
 Anemia hemolitik
 Anemia akibat pendarahan akut
 Anemia penyakit kronis
 Anemia akibat penyakit ginjal
 Anemia akibat defisiensi campuran (defisiensi besi dan asam folat/vitamin
B12)
 Anemia karena kegagalan sumsum tulang (seperti pada pasca kemoterapi,
keganasan hematologi, atau keganasan yang metastasis ke sumsum tulang)

7
3. Anemia makrositik
 Anemia megaloblastik (yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau
asam folat)
 Anemia non megaloblastik (alkoholiesme, myelodisplasia, penyakit hati,
anemia aplastic)
Berdasarkan penyebabnya, anemia dapat di sebabkan oleh tiga penyebab utana, yaitu anemia
karena penurunan produksi eritrosit, anemia karena peningkatan kerusakan eritrosit, dan
anemia karena kehilangan darah, penyebab anemia tersebut sebagai berikut :
1. Anemia yang disebabkan oleh penurunan produksi eritrosit
 Anemia defisiensi besi
 Anemia megaloblastik
 Anemia karena defisiensi nutrisi
 Anemia penyakit kronis
 Anemia karena penyakit ginjal
 Anemia aplastic
 Anemia karena keganasan yang menginfiltrasi sumsum tulang
 Anemia karena pasca kemoterapi

2. Anemia karena peningkatan eritrosit


 Anemia hemolitik autoimun
 Anemia hemolitik akibat parasit dan mikroorganisme (misalnya malaria)
 Anemia karena kelainan membrane sel eritrosit (misalnya sferositosis
herediter, stomatositosis)
 Anemia karena hipersplenisme
3. Anemia karena kehilangan darah
 Anemia pendarahan akut
 Anemia karena sekuestrasi splenik

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel eritrosit yang diregulasi ketat
melalui kendali umpan balik. Dalam pembentukannya diperlukan bahan antara lain asam
folat dan vitamin b12, besi, mineral, asam amino dan vitamin yang lain, kemudian faktor
yang mempengaruhi pembentukan dari sel eritrosit adalah eritropoietin, kemampuan respon
sumsum tulang dan intergritas proses pematangan eritrosit. Proses yang dilalui untuk
membentuk sel eritrosit selama 23 hari untuk merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui
retikulosit.
Struktur sel eritrosit memiliki 3 struktur utama yang terbagi atas membran eritrosit,
sistem enzim dan hemoglobin. Di karenakan sel eritrosit mengandung hemoglobin maka
fungsi utama dari sel ini ialah sebagai sistem transportasi untuk mengedarkan oksigen dan
nutrisi ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa metabolismeuntuk di buang melalui
proses ekskresi. Umur dari sel eritrosit ini rata-rata hanya sekitar 120 hari, sehingga apabila
sel telah mencapai umurnya (menua) atau rusak maka sel eritrosit ini akan di destruksi atau
dihancurkan melalui makrofag dan di lakukan di dalam reticuloendothelial yang kemudian
sisa dari penghancuran sel eritrosit ini dibuang melalui urine maupun feses.

9
DAFTAR PUSTAKA

P. B. Notopoero. 2007.Eritropoitin Fisiologi, Aspek Klinik, Dan Laboratorik(Erythropoietin


Physiology, Clinical, And Laboratory Aspect). Vol. 14, No. 1: 28-36
Hoffbrand A.V dkk. 2005. Essential Haematology . Jakarta : EGC.
Novi vila kirani. 2018. Mengenali sel-sel darah dan kelainan darah. Malang. UB Press

10

Anda mungkin juga menyukai